adanya manusia pertama bahkan sebelum adanya manusia sampai terciptanya suatu
kolektif yang dikenal sebagai masyarakat atau pun suku bangsa.
Sebagai sebuah karya sejarah tradisional maka tradisi lisan tidak
menggunakan prosedur penulisan sejarah ilmiah. Karya-karya yang disebarkan
melalui tradisi lisan seringkali memuat sesuatu yang bersifat supra-natural di luar
jangkauan pemikiran manusia. Dalam karya-karya tersebut antara fakta dan imajinasi
serta fantasi bercampur baur.
Karya-karya dalam tradisi lisan biasanya dikenal sebagai bagian dari folklor.
Tradisi lisan ini antara lain berupa mitos, legenda, dan dongeng. Tradisi lisan itu
kemudian disebarkan dan diwariskan. Dalam pandangan sejarah modern tentunya
cerita rakyat semacam itu tidaklah mengandung nilai sejarah. Akan tetapi, bagi
masyarakat tradisional hal itu dianggap sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi.
Cerita itu kemudian dijadikan sebagian dari simbol identitas bersama mereka dan
sebagai alat legitimasi tentang keberadaan mereka.
Penyebaran dan pewarisan tradisi lisan memiliki banyak versi tentang satu
cerita yang sama. Hal ini menunjukkan dalam penyebaran dan pewarisan tradisi lisan
telah terjadi pembiasan dari kisah aslinya, walaupun seringkali tokoh yang menjadi
figur dalam cerita itu adalah tokoh sejarah. Hal ini disebabkan ingatan manusia yang
terbatas dan adanya keinginan untuk memberikan variasi-variasi baru pada ceritacerita itu. Oleh karena itu, kisah sejarah yang disalurkan lewat tradisi lisan itu akan
terus mengalami perubahan. Perubahan yang diakibatkan oleh imajinasi dan fantasi
dari pencerita. Akibatnya, fakta sejarah itu makin kabur atau tenggelam sama sekali
karena adanya penambahan atau pengurangan dari masing-masing nara sumber.
Contoh lainnya, yaitu epos tentang Hang Tuah, pahlawan Melayu yang
merupakan tokoh sejarah. Karena dijalin oleh berbagai tambahan dan penafsiran yang
subjektif maka tokoh Hang Tuah mengalami proses metamorfosis menjadi tokoh
dongeng. Hang Tuah digambarkan tidak pernah mati. Ia selalu hidup terus dan
sesekali muncul menolong bangsa Melayu. Tradisi lisan Hang Tuah ini akhirnya
dinaskahkan. Akan tetapi, karena penulisannya tidak berazaskan ilmiah, kisah Hang
Tuah menyimpang dari fakta sejarah sesungguhnya dan menjadi dongeng atau cerita
dalam rangka kesusastraan lama. Di Jawa tokoh-tokoh penyebar Islam pada masa
awal penyebaran Islam yang dikenal sebagai para wali, kemudian juga dikenal
sebagai tokoh legenda yang memiliki kemampuan supra-natural dan makamnya
dianggap keramat dan ditafsirkan oleh masyarakat yang belum mengenal tulisan.
Dalam pewarisan dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi, terdapat banyak
keberpihakan dalam penafsiran dan penjelasan suatu peristiwa masa lalu, walaupun
demikian, tradisi lisan memiliki fungsi yang penting bagi masyarakatnya. Tradisi lisan
dalam bentuk mitos, legenda maupun dongeng melukiskan kondisi fakta mental dari
masyarakat pendukungnya. Tradisi lisan juga merupakan simbol identitas bersama
masyarakatnya sehingga tradisi lisan juga merupakan simbol solidaritas dari
masyarakatnya. Tradisi lisan juga menjadi alat legitimasi bagi keberadaan suatu
kolektif, baik sebuah marga, masyarakat maupun suku bangsa.
Sehubungan dengan hal itu, tradisi lisan tidaklah melukiskan kenyataan atau
fakta yang sesungguhnya. Walaupun tokoh-tokoh dan waktu terjadinya peristiwa itu
memang benar-benar ada, tetapi keseluruhan kisahnya banyak mengalami perubahan.
Hal-hal yang pada awalnya merupakan fakta atau kenyataan, akhirnya menjadi bentuk
mitos dan legenda karena adanya penambahan-penambahan atau pengurangan fakta
sejarah. Dalam bentuk mitos dan legenda sulit sekali memisahkan antara fakta dengan
kepercayaan yang ditafsirkan oleh masyarakat yang belum mengenal tulisan.
Dalam pewarisan dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi, terdapat
banyak keberpihakan dalam penafsiran dan penjelasan suatu peristiwa masa lalu,
walaupun demikian, tradisi lisan memiliki fungsi yang penting bagi masyarakatnya.
Tradisi lisan dalam bentuk mitos, legenda, maupun dongeng melukiskan kondisi fakta
mental (mentifact) dari masyarakat pendukungnya. Tradisi lisan juga bisa merupakan
simbol identitas bersama masyarakatnya sehingga tradisi lisan juga bisa menjadi
simbol solidaritas dari masyarakatnya. Tradisi lisan ini juga menjadi alat legitimasi
bagi keberadaan suatu komunitas yang manyangkut suku bangsa.