RUWAH DESA
Oleh :
16650066
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
2017
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
yang bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar.
pembuatan makalah ini. Untuk itu saya tidak lupa menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa maupun segi lainnya. Oleh karena
itu saya membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan
diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan wawasan yang lebih
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Syaban (atau Ruwah). Dalam budaya Islam Jawa ruwah desa adalah tradisi
Semua rangkaian upacara ruwah desa bertolak dari keimanan pada Tuhan
agar dalam hidup ini mereka yang tengah hidup di dunia mengingat akan
manusia yang sementara seraya berdoa untuk mereka yang telah mendahului
merupakan inti dari tradisi di bulan Ruwah ini. Ini adalah perwujudan dari
hadis yang mengatakan bahwa satu dari amal yang tidak putus ketika orang
telah meninggal adalah doa anak yang saleh. Dan mendoakan agar dosa-
didoakan, pertunjukan ludruk, dan pengajian umum. Kegiatan ini diikuti oleh
seluruh warga desa agar dapat saling bersilaturahmi, saling memaafkan dan
1
siap memasuki ibadah puasa dengan rasa penuh suka cita menjadi kesadaran
bentuk pelestarian warisan tradisi dan budaya nenek moyang. Tradisi ini
merupakan simbol adanya hubungan dengan leluhur, sesama dan Yang Maha
Kuasa, serta sebuah ritual yang mencampurkan budaya lokal dan nilai-nilai
islam, sehingga sangat tampak adanya lokalitas yang masih kental islami.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PEMBAHASAN
3. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat adanya ruwah desa atau sadran.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Hampir tak ada yang tahu persis kapan sebenarnya tradisi ruwah desa
bagi orang Jawa dilaksanakan. Namun dalam ajaran Islam, bulan Syaban
maknanya adalah melaporkan segala daya dan upaya yang telah dilakukan
Jawa tradisi atau ritual ruwah desa sudah ada pada zaman Hindu-Budha.
Ruwah desa bukanlah tradisi asli dari Jawa melainkan peninggalan dari
agama Hindu. Pada saat itu ruwah desa disebut dengan tradisi upacara sradan
upacara nyadran atau ruwah desa. Kemudian setelah agama Islam masuk ke
pulau Jawa. Budaya yang sudah lestari tidak dihilangkan tetapi dimasuki
Saat itu, ruwah desa dimaknai sebagai sebuah tradisi yang berupa
keselamatan. Saat agama Islam masuk ke Jawa pada sekitar abad ke-13,
tradisi ruwah desa yang ada pada zaman Hindu-Budha lambat laun
3
Akulturasi ini makin kuat ketika Walisongo menjalankan dakwah
Oleh karena itu, ruwah desa bisa jadi merupakan akomodasi para wali ketika
Langkah itu ditempuh para wali, karena untuk melakukan persuasi yang
efektif terhadap orang Jawa, agar mau mengenali dan masuk Islam. Nyadran
pun menjadi media siar agama Islam. Selain ritual ruwah desa, salah satu
kompromi atau akulturasi budaya Jawa dalam islam berupa penempatan nisan
penanggalan Jawa, yakni bulan Ruwah. Dari nama ini muncullah istilah
Ramadhan (puasa). Oleh karena itu pula ruwah desa lalu dikaitkan pula
yang identik dengan matiraga atau penyucian diri itu diawali dengan ruwah
4
desa yang biasanya diisi dengan mendoakan arwah leluhur dan bermaaf-
Tidak jelas benar kapan tradisi ruwah desa ini mulai muncul. Akan
tradisi yang telah lama ada di hampir semua wilayah atau daerah di
sebenarnya juga menjadi petunjuk bahwa sudah sejak lama masyarakat Jawa
arwah orang meninggal adalah abadi. Arwah di alam abadi inilah yang oleh
Selain makna tersebut, ritual ruwah desa merupakan wujud bakti dan
rasa penghormatan kita sebagai generasi penerus kepada para pendahulu yang
kini telah disebut sebagai Leluhur. Ruwah desa didasari oleh kesadaran
spiritual masyarakat kita secara turun-temurun, di mana kita hidup saat ini
telah berhutang jasa, berhutang budi baik kepada alam dan para leluhur
pendahulu yang telah mendahului kita. Bulan Arwah juga merupakan saat di
mana kita harus sesirih atau bersih-bersih diri meliputi bersih lahir dan
bersih batin. Tidak hanya membersihkan diri pribadi tapi juga membersihkan
Yang paling penting dari tradisi ruwah desa yang sudah turun temurun
sejak ratusan atau bahkan mungkin ribuan tahun silam itu adalah terjadinya
interaksi dan bahkan komunikasi dua pihak. Yakni pihak orang-orang yang
masih hidup dengan pihak leluhur. Bahkan saat bulan Arwah tiba, para
5
leluhur menghentikan aktivitasnya untuk suatu aktivitas khusus yakni
dikir, mengucapkan mantera dan berbagai kalimat yang keluar dari hati
memberi nama dan membentuk desa Sidoharjo. Selain itu nyadranan juga
dengan yang lain dan bersama-sama dapat merasakan susah maupun senang
orang lain.
(kenduri). Sedangkan antusias warga dalam upacara ruwah desa ini dapat
dilihat dari persiapan warga membuat makanan dan jajanan sebagai salah satu
6
unsur pelengkap ritus tersebut. Disamping dipakai munjung atau ater-ater
kepada sanak saudara yang lebih tua dan tetangga dekat. Hal itu dilakukan
1. Kenduri (Kenduren)
Tiap keluarga biasanya akan
2. Doa Bersama
memohonkan maaf dan ampunan atas dosa para leluhur kepada Tuhan,
7
Foto doa bersama di Balai Desa Sidoharjo
3. Membagikan Makanan
4. Pertunjukan Ludruk
merupakan salah satu hiburan yang sangat disukai warga, terutama orang
8
budaya, misalnya memasukan ajaran islam ke dalam cerita atau lekakonan
5. Pengajian Umum
9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tradisi ruwah desa merupakan salah satu tradisi budaya Jawa yang
masih berlangsung di beberapa wilayah hingga saat ini. Tradisi ruwah desa
diakan pada bulan ruwah tepatnya sepuluh hari sebelum memasuki bulan
puasa. Ritual tradisi ruwah desa di Desa Sidoharjo diawali dengan kenduri
B. SARAN
tradisi daerah agar tidak hilang seiring dengan perkembangan zaman dan
10
DAFTAR PUSTAKA
http://ricky-diah.blogspot.com/2011/04/sosiologi-agama-upacara-bersih-desa.html
http://namanyamutia.blogspot.co.id/2013/06/makalah-tradisi-ruwahan.html
11