Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata pelajaran bahasa


indonesia

“ISRA MI’RAJ”

Disusun Oleh :

Nama :

Kelas : XI IPS 4

Pelajaran : B. Indonesia

MAN ………

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ISRA
MI’RAJ ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Bpk/Ibu guru Bahasa Indonesia. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang ISRA MI’RAJ bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak/ibu guru bahasa indonesia yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 2

2.1 Pengertian ISRA MI’RAJ ............................................................. 2

2.2 Kisah Perjalanan ISRA MI’RAJ ................................................... 2

2.3 Tanggapan Masyarakat Makkah tentang ISRA MI’RAJ ............... 7

2.4 Hikmah Peristiwa Isra Miraj .......................................................... 7

BAB II PENUTUP ......................................................................................... 9

3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 . Latar Belakang

Allah berfirman dalam Al-Quran Surat Al-Isra ayat 1, yang Artinya : Maha
Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al
Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya
agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran)
Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Q.S
Al isra: 1)

Allah s.w.t. telah mengisra’kan (memperjalankan diwaktu malam hari) Nabi


Muhammad s.a.w. dari masjidil Haram (di Makkah) ke masjidil Aqsha
artinya masjid yang jauh (di Palestina). Dahulunya orang biasa berjalan kaki
dari satu tempat ketempat, ataupun menaiki kuda, keledai, unta dan
sebagainya. Perjalanan dari Makkah ke Palestina mengambil masa lebih
kurang 40 hari. Ini adalah suatu perjalanan yang jauh, tetapi dengan kuasa
Allah telah dilakukan dalam masa yang singkat, hanya dalam beberapa jam
saja. Bagi orang dahulu, perjalanan yang demikian jauh jika dapat dilakukan
dalam masa beberapa jam saja adalah suatu hal yang luar biasa dan tidak
dapat diterima oleh akal mereka. Oleh karena itu mereka yang tidak beriman
seperti Abu Jahal dan pengikut-pengikutnya menggunakan peristiwa ini untuk
menjatuhkan nama baik Nabi Muhammad s.a.w. dengan menuduh Nabi s.a.w.
seorang pendusta dan berbagai tuduhan keji lainnya.

Mereka yang beriman dapat menerimanya karena ia merupakan salah satu


tanda dari kekuasaan Allah s.w.t. yang telah pernah diberikan kepada Rasul-
rasulnya. Dalam peristiwa ini, di samping Nabi melihat tentang kebesaran-
kebesaran Allah, juga diperlihatkannya surga beserta panoramanya dan
peristiwa-peristiwa yang lain yang menakjubkan.Semua amatlah penting
untuk dijadikan sebagai referensi renungan di tengah gelombang kehidupan

1
yang semakin runyam dan begitu dahsyat.Dan hal yang paling utama ialah
diturunkanlah sholat lima waktu yang masih kita jalankan sampai sekarang
ini.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Isra Miraj

Isra Miraj adalah dua bagian dari perjalanan yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad dalam waktu satu malam saja. Kejadian ini merupakan salah satu
peristiwa penting bagi umat Islam , karena pada peristiwa ini Nabi Muhammad
Shallallahu Alaihi wa Sallam mendapat perintah untuk menunaikan shalat lima
waktu dalam sehari semalam.

Israsecara etimologi atau menurut bahasa artinya berjalan di waktu malam. Isra
secara terminologi atau menurut istilah artinya perjalanan Nabi Muhammad
s.a.w. diwaktu malam hari dari masjidil Haram (di Makkah) ke masjidil Aqsha
artinya masjid yang jauh (di Palestina).

Miroj secara etimologi atau menurut bahasa artinya tangga, atau alat untuk naik
dari bawah ke atas. Miraj secara terminologi atau menurut istilah adalah
perjalanan nabi saw dari alam bawah (bumi) ke alam atas (langit) sampai langit
yang ke tujuh sampai ke sidratul muntaha, yakni dari Masjidil Aqsha di
Palestina naik ke alam atas melalui beberapa langit dan ke sidratul muntaha
dan terakhir sampai ke Arasyi dan Kursy dimana beliau menerima wahyu dari
Allah yang mengandung perintah shalat lima waktu.

2.2 Kisah Perjalanan Isra Miraj

Para ulama tarikh banyak berselisih tentang waktu terjadinya isra


miraj.Sebagian ulama berpendapat bahwa isra miraj terjadi pada tanggal 7
Rabiul awal,sebagian lagi pada tanggal 17 Rabiul awal, sebagian lagi pada
tanggal 27 Rabiul akhir dan sebagian lagi berpendapat bahwa isra miraj terjadi
pada tanggal tanggal 27 rajab. Tapi sebagian besar ulama berpendapat bahwa
isra miraj terjadi pada tanggal 27 Rajab . Sedangkan tahun terjadinya Isra Miraj
terjadi pada periode akhir kenabian di Makkah sebelum Rasulullah Shallallahu

3
Alaihi wa Sallam hijrah ke Madinah. Yaitu pada malam 27 Rajab tahun ke-10
kenabian.

Kita kenal Isra’ wal Mi’raj terjadi sekitar setahun sebelum Hijrahnya
Rasulullah SAW ke Madinah (Yatsrib ketika itu). Ketika itu, Rasulullah SAW
dalam situasi yang sangat “sumpek”, seolah tiada celah harapan masa depan
bagi agama ini. Selang beberapa masa sebelumnya, isteri tercinta Khadijah r.a.
dan paman yang menjadi dinding kasat dari penjuangan meninggal dunia.
Yang kita kenal dengan Ammul husni (tahun duka cita). Sementara tekanan
fisik maunpun psikologis kafir Qurays terhadap perjuangan semakin berat.
Rasulullah seolah kehilangan pegangan, kehilangan arah, dan pandangan itu
berkunang-kunang tiada jelas.

Dalam sitausi seperti inilah, rupanya “rahmah” Allah meliputi segalanya,


mengalahkan dan menundukkan segala sesuatunya. “warahamatii wasi’at kulla
syaei”, demikian Allah deklarasikan dalam KitabNya. Beliau di suatu malam
yang merintih kepedihan, mengenang kegetiran dan kepahitan langkah
perjuangan, tiba-tiba diajak oleh Pemilik kesenangan dan kegetiran untuk
“berjalan-jalan” (saraa) melihat langsung kebesaran singgasana Ilahiyah di
“Sidartul Muntaha”. Sungguh sebuah “penyejuk” yang menyiram keganasan
kobaran api permusuhan kaum kafir. Dan kinilah masanya bagi Rasulullah
SAW untuk kembali “menenangkan” jiwa, mempermantap tekad
menyingsingkan lengan baju untuk melangkah menuju ke depan.

Suatu hari malaikat Jibril datang menemui Nabi dan kemudian didatangkan
buraq, ‘binatang’ berwarna putih yang lebih besar daripada keledai. Sekali
melangkah langkahnya sejauh pandangan mata. Dengan buraq itu Nabi
melakukan isra’ dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsha (Baitul
Maqdis) di Palestina. Nabi menambatkan buroqnya dengan tali dimana para
nabi sering menambatkan kendaraannya di tempat itu. Kemudian Nabi
Muhammad SAW salat dua rakaat di Baitul Maqdis, setelah selesai sholat
beliau keluar dan Jibril mendatanginya dengan membawa segelas khamer

4
(minuman keras) dan segelas susu. Nabi Muhammad SAW memilih susu. Kata
malaikat Jibril, “Engkau dalam kesucian, sekiranya kau pilih khamer, sesatlah
ummat engkau.”

Dengan buraq pula Nabi SAW melanjutkan perjalanan bersama Jibril naik ke
langit . Setelah sampai di langit yang pertama,Jibril meminta kepada malaikat
penjaga agar dibukakan pintu langit tersebut, meraka ditanya oleh malaikat
penjaga langit, Siapakah kamu? Jibril Menjawab:Saya Jibril kemudian
malaikat penjaga langit bertanya kembali,Dan siapa yang bersamamu? Jibril
menjawab,Saya bersama Muhammad, ditanyakan lagi Apakah Muhammad
sudah diutus oleh Allah untuk datang kesini?, Jibril menjawab
lagi,ya,Muhammad sudah diutus oleh Allah. Kemudian dibukakanlah pintu
langit tersebut, setelah mereka masuk ke langit yang pertama itu, dijumpainya
Nabi Adam. Nabi Adam menyambutnya dengan hangat dan mendoakan
baginya kebaikan. Perjalanan diteruskan ke langit ke dua, dii langit ke dua
dijumpainya Nabi Isa dan Nabi Yahya. Di langit ke tiga ada Nabi Yusuf. Nabi
Idris dijumpai di langit ke empat. Lalu Nabi SAW bertemu dengan Nabi Harun
di langit ke lima, dan Nabi Musa di langit ke enam. Di setiap langit, Jibril
meminta kepada malaikat penjaga langit agar dibukakan pintu langit tersebut,
mereka juga ditanya oleh penjaga masing-masing langit dengan pertanyaan
yang serupa dengan pertanyaan pada waktu di langit yang pertama tadi.Nabi-
nabi tersebut menyambutnya dengan hangat dan juga mendoakan kebaikan
sebagaimana yang dilakukan nabi Adam tadi. Kemudian Nabi bersama Jibril
melanjutkan perjalanan ke langit ke tujuh,di sana nabi menjumpai nabi Ibrahim
yang sedang menyandarkan punggungnya ke Baitul Mamur. Baitul Ma’mur
adalah tempat 70.000 malaikat shalat tiap harinya, setiap malaikat hanya sekali
memasukinya dan tak akan pernah masuk lagi.

Perjalanan dilanjutkan ke Sidratul Muntaha. Sidratul Muntaha adalah suatu


tempat yang sangat indah, yang tidak bisa dibayangkan keindahannya oleh
seorangpun.Dari Sidratul Muntaha didengarnya kalam-kalam .Dari sidratul
muntaha dilihatnya pula empat sungai, dua sungai non-fisik (bathin) di surga,

5
dua sungai fisik (dhahir) di dunia: sungai Efrat dan sungai Nil. Lalu Jibril
membawa tiga gelas berisi khamr, susu, dan madu, dipilihnya susu. Jibril pun
berkomentar, “Itulah (perlambang) fitrah (kesucian) engkau dan ummat
engkau.” Jibril mengajak Nabi melihat surga yang indah.

Puncak dari perjalanan itu adalah diterimanya perintah salat wajib. Mulanya
diwajibkan salat lima puluh kali sehari-semalam.Kemudian Nabi menemui
Nabi Musa,dan Nabi Musa menyuruh nabi untuk meminta keringanan kepada
Allah, karena Nabi musa pernah memerintahkan hal itu kepada Bani Israil,dan
mereka tidak sanggup menjalankannya. Sehingga Nabi Musa yaqin bahwa
ummat Nabi Muhammadpun tidak sanggup menjalankannya. Atas saran Nabi
Musa, Nabi SAW meminta keringanan dan diberinya pengurangan sepuluh-
sepuluh setiap meminta.Akhirnya diwajibkan lima kali sehari semalam. Nabi
Muhammad kembali menemui Musa dan mengatakan bahwa sholat wajib itu
menjadi 5x shalat dalam sehari. Nabi Musa masih menyuruh Nabi Muhammad
agar kembali kepada Allah untuk meminta keringanan, Namun nampaknya
Nabi Muhammad enggan dan malu kepada Allah untuk meminta
keringanan .”Saya telah meminta keringan kepada Tuhanku, kini saya rela dan
menyerah.” Maka Allah berfirman, “Itulah fardlu-Ku dan Aku telah
meringankannya (menjadi 5x shalat) atas hamba-Ku. Setiap satu sholat
(sebagai pengganti dari ) sepuluh sholat, sehingga genaplah 50 kali sholat.
Barang siapa berniat melakukan kebaikan dan tidak melakukannya, maka diulis
baginya satu kebaikan.Dan barang siapa yang berniat kebaikan kemudian dia
melakukannya,maka ditulis baginya sepuluh kebaikan. Dan barang siapa
berniat keburukan, dan ia tidak melakukannya, maka tidak ditulis baginya satu
keburukan. Dan barang sapa yang berniat keburuka kemudian dia
mngerjakannya, maka ditulis baginya satu keburukan. Kemudian nabi pulang
dari langit pada malam itu ke Masjidil Haram di Makkah.

6
2.3 Tanggapan Masyarakat Makkah tentang Isro Miroj

Keesokan hari setelah nabi melakukan Isra miraj, beliau datang ke Masjidil
Haram dan akan menyampaikan kejadian itu pada khalayak ramai.Abu jahal
pun tidak ketinggalan menyaksikannya dengan congkak dan sombongnya.
Nabi muhammad menceritakan peristiwa tersebut pada Abu Jahal.Nabi
bercerita bahwa semalam tadi beliau pergi ke Baitul Maqdis.

2.4 Hikmah Peristiwa Isra Miraj

Bagaimanapun ilmu manusia tak mungkin bisa menjabarkan hakikat perjalanan


isra’ mi’raj. Allah hanya memberikan ilmu kepada manusia sedikit sekali (QS.
Al-Isra: 85). Hanya dengan iman kita mempercayai bahwa isra’ mi’raj benar-
benar terjadi dan dilakukan oleh Rasulullah SAW. Rupanya, begitulah rencana
Allah menguji keimanan hamba-hamba-Nya (QS. Al-Isra:60) dan
menyampaikan perintah salat wajib secara langsung kepada Rasulullah SAW.

Makna penting isra’ mi’raj bagi ummat Islam ada pada keistimewaan
penyampaian perintah salat wajib lima waktu. Ini menunjukkan kekhususan
salat sebagai ibadah utama dalam Islam. Salat mesti dilakukan oleh setiap
Muslim, baik dia kaya maupun miskin, dia sehat maupun sakit. Ini berbeda dari
ibadah zakat yang hanya dilakukan oleh orang-orang yang mampu secara
ekonomi, atau puasa bagi yang kuat fisiknya, atau haji bagi yang sehat
badannya dan mampu keuangannya.

Salat lima kali sehari semalam yang didistribusikan di sela-sela kesibukan


aktivitas kehidupan, mestinya mampu membersihkan diri dan jiwa setiap
Muslim. Allah mengingatkan: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu,
yaitu Al Kitab (Al Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu
mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya
mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat
yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-
Ankabut:45)

7
Hikmah yang dapat kita ambil dari peristiwa Isro dan Miroj:

Menghilangkan rasa sedih dan gundah Nabi saw karena ditinggl oleh Istri
tercinta dan paman yang selalu membela Nabi berdakwah.

Alloh swt memperlihatkan Maha Kuasanya kepada Nabi Muhammad saw agar
ia tetap yakin bahwa Alloh akan slalu menolongnya dalam menghadai musuh-
musuh yang menghalangi dakwah islam.

Alloh swt mempertemukan nabi saw kepada para nabi terdahulu.

Nabi saw berteu dengan kehadirat Alloh swt.

Alloh menyampaikan perintah sholat kepada Nabi saw dan umatnya.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bagaimanapun ilmu manusia tak mungkin bisa menjabarkan hakikat


perjalanan isra’ mi’raj. Allah hanya memberikan ilmu kepada manusia sedikit
sekali (QS. Al-Isra: 85). Hanya dengan iman kita mempercayai bahwa isra’
mi’raj benar-benar terjadi dan dilakukan oleh Rasulullah SAW. Rupanya,
begitulah rencana Allah menguji keimanan hamba-hamba-Nya (QS. Al-
Isra:60) dan menyampaikan perintah salat wajib secara langsung kepada
Rasulullah SAW.

Makna penting isra’ mi’raj bagi ummat Islam ada pada keistimewaan
penyampaian perintah salat wajib lima waktu. Ini menunjukkan kekhususan
salat sebagai ibadah utama dalam Islam. Salat mesti dilakukan oleh setiap
Muslim, baik dia kaya maupun miskin, dia sehat maupun sakit. Ini berbeda
dari ibadah zakat yang hanya dilakukan oleh orang-orang yang mampu secara
ekonomi, atau puasa bagi yang kuat fisiknya, atau haji bagi yang sehat
badannya dan mampu keuangannya.

Salat lima kali sehari semalam yang didistribusikan di sela-sela


kesibukan aktivitas kehidupan, mestinya mampu membersihkan diri dan jiwa
setiap Muslim. Allah mengingatkan:

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al


Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat
Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain).
Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Ankabut:45)

9
DAFTAR PUSTAKA

•      Kitab Nurul Yaqiin Fii siirati Sayyidil Mursalin,karya Syekh Muhammad Al-
Khudhari Bek .
•      Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
•      Perlengkapan Tarikh Nabi Muhammad,karya K.H Moenawar Chalil
•      Muhammad Haekal, Perjalanan Sejarah Nabi.
•      http://www.pesantrenvirtual.com/index.php?
option=com_content&task=view&id=1170&Itemid=1
•      http://ustadzkholid.com/fiqih/peringatan-isra-miraj/
•      http://www.shiar-islam.com/doc8.htm

10

Anda mungkin juga menyukai