Anda di halaman 1dari 14

Meneropong Substansi Aqiqah dan Qurban menurut Al-Quran dan

Hadist

Oleh :
Fitriani Sultan (061911535013)
Nadiatul Husna (061911535014)
Rizky Aditya Pratama (061911535015)
Cinta Atsa Mahesarani (06191153016)

Mata Kuliah Agama II


Prodi Kedokteran Hewan
Fakultas Kedokteran Hewan
PSDKU Universitas Airlangga di Banyuwangi
2021
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Meneropong Substansi Aqiqah dan Qurban
menurut Al-Quran dan Hadist” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Agama Islam Terapan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Aqiqah dan Kurban bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Team Teaching Mata Kuliah Agama Islam
Terapan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Banyuwangi, 16 Maret 2021


BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Aqiqah dan qurban merupakan salah satu bentuk praktek ritual keagamaan.
Merupakan institusi atau perwujudan dari iman. Aqiqah dan qurban cukup populer
ditengah-tengah kehidupan masyarakat Indonesia. Perhatian masyarakat yang cukup
besar terhadap ritual ini berdasarkan pada suatu pandangan, bahwa aqiqah dan qurban
merupakan ritual yang mendapat legitimasi Syari‟at Islam, sehingga kental dengan nilai
ubudiyyah. Pada ujungnya pandangan ini melahirkan ekspektasi terhadap pahala dan
berkah, baik yang diterima sibayi maupun orang tua. Ritual tersebut juga mengandung
hikmah yang bersifat intrinsic sebagai pendekatan (taqarrub) kepada allah dan juga
mengandung instrumental sebagai usaha pendidikan pribadi dan masyarakat ke arah
komitmen atau pengikatan batin kepada amal shaleh.

Sejarahnya, aqiqah termasuk salah satu dari ritual orang arab praIslam yang
dilaksanakan dengan menyembelih kambing yang pada saat kelahiran anak laki-laki
mereka kemudian darah sembelihan dioleskan ke kepala sibayi. Dengan datangnya
Syari‟at Islam, praktek tersebut diubah menyembeli kambing dan memotong rambut si
bayi serta bayi tersebut dibubuhi dengan minyak za’faran. Perubahan lain adalah pada
masa jahiliyah hanya diperuntukan bagi bayi laki-laki, tradisi ini pun diubah sehingga
bayi perempuan mendapat hak untuk di aqiqahi.

Sementara itu untuk sejarah Qurban berawal dari keinginan Nabi Ibrahim AS
yang begitu mengidamkan seorang putra. Kemudian beliau berdoa kepada allah SWT
agar kiranya beliau diberikan putra yang shaleh. Karena ketulusan doanya istrinya Siti
Hajar melahirkan seorang putra yang bernama Ismail. Ketika Ismail beranjak dewasa
allah menguji keimanan nabi Ibrahim yang mana melalui mimpi allah SWT
memerintahkan nabi Ibrahim untuk menyembelih anaknya Ismail. Nabi Ibrahim sangat
risau Ketika menerima perintah tersebut dari allah SWT, akhirnya beliau berani
menceritakan hal tersebut kepada anaknya Ismail. Pada akhirnya Ismail menerima
dengan rela hati bahwasanya dirinya akan disembelih. Tibalah saat penyembelihan,
Ismail dibaringkan disebuah batu besar. Atas kuasa allah SWT datanglah malaikat Jibril
yang mana mengganti tubuh Ismail menjadi sebuah domba besar.

b. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Aqiqah?


2. Apa pengertian Qurban?
3. Bagaimana ketentuan berqurban dan beraqiqah?
4. Apa manfaat berqurban dan beraqiqah?
5. Bagaimana cara berqurban dan beraqiqah ?
c. Tujuan

1. Mengetahui makna Aqiqah


2. Mengetahui Makna Qurban
3. Mengetahui ketentuan berqurban dan beraqiqah
4. Mengetahui manfaat berqurban dan beraqiqah
5. Mengetahui cara berqurban dan beraqiqah

d. Manfaat

Substansi dari penulisan makalah ini diharapkan menjadi sebuah wawasan pengetahuan
baru bagi pembaca yang nantinya diharpakan dapat meningkatkan keimanan dan berkah
bagi pembaca terkhusus tentang beraqiqah dan berqurban.

BAB II

ISI

Aqiqah berasal dari kata aqiq yang berarti rambut bayi yang baru lahir, karena itu aqiqah
selalu diartikan mengadakan selamatan lahirnya seorang bayi dengan menyembelih hewan
(sekurangnya seekor kambing). Menurut istilah syara‟ artinya menyembelih ternak pada hari
ketujuh dari kelahiran anak, yang pada hari itu anak diberi nama dan rambutnya di potong.

Hukum Aqiqah adalah sunnah muakkad, sekalipun orang tua dalam keadaan sulit,
“aqiqah dilakukan Rasulullah dan Sahabat”. Seperti diketahui kelahiran seorang bayi merupakan
berita yang sangat menggembirakan bagi orang tua karena itu sudah sepantasnya dirayakan
dengan diselamati sebagai tanda syukur pada Allah SWT. Tetapi kemiskinan dan kekayaan
diantara umat Islam menjadikan aqiqah sulit dilaksanakan apibila hukumnya wajib bagi orang
miskin. Apabila ada keluarga yang sama sekali tidak menyembelih aqiqah untuk anak-anaknya,
maka tidak ada dosa atau hutang baginya untuk membayarnya dimasa tua atau setelah kaya
nanti.

Jumhur (mayoritas) ulama fiqh menyatakan bahwa hukum aqiqah ini adalah mustahab
(sunat). Dalil yang menunjukkan atas disyariatkannya aqiqah adalah hadits Samurah bin Jundub
radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah bersabda:
“Setiap anak tergadaikan dengan aqiqahnya, dilakukan penyembelihan untuknya pada hari
ketujuh (dari hari kelahirannya), dicukur rambutnya, dan diberikan nama.” [HR Abu Daud
(2838) dan Ibnu Majah (3165). Hadits shahih]Adapun dalil yang memalingkannya dari hukum
wajib kepada hukum mustahab adalah hadits ‘Amr bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya,
bahwasanya Rasulullah bersabda:
“Barangsiapa yang anaknya lahir lalu dia ingin menyembelih (aqiqah) untuknya maka
hendaknya dia menyembelih dua kambing yang serupa sifatnya untuk anak lelaki dan seekor
kambing untuk anak perempuan.” [HR Abu Daud (2842). Hadits hasan.]
Hadits di atas menunjukkan bahwasanya apabila yang lahir adalah anak lelaki maka jumlah
kambing yang disembelih adalah dua ekor dan memiliki sifat yang sama atau mirip, sedangkan
bila yang lahir adalah anak perempuan maka yang disembelih adalah satu ekor kambing saja.

Kurban berasal dari kata ari qariba- yaqrabu qurbanan wa wirbanan. Memiliki arti
“dekat”, dan maknanya memiliki tujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Menjalankan
perintah Allah. Seperti kisah Nabi Ibrahim, demi patuh menjalankan perintah Allah, rela
mengurbankan anaknya Nabi Ismail. Namun kemudian tubuh Nabi Ismail diganti dengan domba,
oleh Allah SWT.

Kata kurban juga berkaitan dengan kata “udhiyyah”, yakni bentuk jamak dari
“dhaniyyah”. Berasal dari kata “dhaha”, yang memiliki arti “waktu dhuha”. Hal ini berkaitan
dengan waktu penyembelihan kurban, dilakukan pada saat waktu dhuha, setelah shalat Ied.

anjuran berqurban juga terdapat dalam QS. Al-Hajj ayat 34 yang berbunyi:

‫َۙ ولِ ُك ِّل ا ُ َّم ٍة َج َع ْل َنا َم ْن َس ًكا لِّ َي ْذ ُكرُوا اسْ َم هّٰللا ِ َع ٰلى َما َر َز َق ُه ْم م ِّۢنْ َب ِه ْي َم ِة ااْل َ ْن َع ۗ ِام َفا ِٰل ُه ُك ْم ا ِٰل ٌه وَّ ا ِح ٌد َفلَ ٗ ٓه اَسْ لِم ُْو ۗا َو َب ِّش ِر ْالم ُْخ ِب ِتي َْن‬
Artinya: “Dan bagi tiap-tiap umat telah kami syariatkan penyembelihan (qurban) supaya
mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada
mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan yang Maha Esa, karena itu berserahdirilah kamu kepada-
Nya, dan berilah kabar gembira pada orang-orang yang tunduk (patuh) pada Allah.”

A.Ketentuan Qurban
a. Jenis hewan yang dikurbankan adalah unta, sapi, kerbau, kambing, dan domba
b. Hewan yang dijadikan untuk kurban hendaklah hewan jantan yang sehat, bersih, tidak ada
cacat seperti buta, pincang, dan sebagainya
c. Hewan yang dikurbankan hendaknya cukup umur. Dikatakan cukup bila unta berumur
lima tahun atau lebih, sapi atau kerbau berumur dua tahun, domba satu tahun, dab kambing
dua tahun. Sapi dan kerbau untuk korban 7 orang, dan kambing setiap satu orang.

B. Ketentuan Aqiqah

a. Orang yang menyembelih hendaknya seorang muslim yang sudah balig dan berakal sehat
b. Hewan yang disembelih harus memenuhi syarat sebagai berikut : kambing atau domba
harus dalam kondisi sehat dan tidak cacat, Hewan yang disembelih sudah cukup umur
(sekurang-kurangnya dua tahun), daging untuk akikah sepertiga bagian untuk dimakan
orang yang berakikah, sepertiga bagian disedekahkan, dan sepertiga bagian lagi untuk
dibagikan kepada orang lain. Pembagian hewan akikah ini lebih baik dimasak.

Berikut sejumlah keutamaan berqurban :


1. Lewat Berqurban Bisa Lebih Mendekatkan Diri Kepada Allah
Momentum qurban menjadi salah satu cara untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah
SWT. Sebagaimana dalam surat Al-Maidah ayat 27: "Sesungguhnya Allah hanya menerima
(qurban) dari orang-orang yang bertaqwa."
2. Qurban Cerminkan Sikap Patuh dan Taat
"Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka
menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka.
Maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan
berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah)." (QS Al Hajj: 34)
3. Sebagai Saksi Amal di Hadapan Allah SWT
Ibadah qurban mendapatkan ganjaran yang berlipat dari Allah SWT. "Pada setiap lembar
bulunya itu kita memperoleh satu kebaikan." (HR Ahmad dan Ibnu Majah). Juga kelak pada hari
akhir nanti, hewan yang kita qurbankan akan menjadi saksi. "Tidak ada amalan yang dikerjakan
anak Adam ketika hari (raya) kurban yang lebih dicintai oleh Allah Azza Wa Jalla dari
mengalirkan darah, sesungguhnya pada hari kiamat ia akan datang dgn tanduk-tanduknya, kuku-
kukunya dan bulunya. Sesungguhnya darah tersebut akan sampai kepada Allah Azza Wa Jalla
sebelum jatuh ke tanah, maka perbaguslah jiwa kalian dengannya." (HR. Ibnu Majah)
4. Membedakan dengan Non muslim
Sejatinya qurban (penyembelihan hewan ternak) tidak saja dilakukan oleh umat Islam
setiap hari raya adha tiba, tetapi juga oleh umat lainnya. Sebagai contoh, pada zaman dahulu
orang-orang jahiliyah juga melakukan qurban. Hanya saja yang menyembelih hewan qurban
untuk dijadikan sebagai sesembahan kepada selain Allah. "Katakanlah, 'Sesungguhnya shalatku,
sembelihanku (qurbanku), hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada
sekutu baginya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang
pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)." (QS: Al-An’am: 162-163)
5. Ajaran Nabi Ibrahim
Berqurban juga menghidupkan ajaran Nabi Ibrahim 'alaihis salam yang ketika itu Allah
memerintahkan beliau untuk menyembelih anak tercintanya sebagai tebusan yaitu Ismail 'alaihis
salam ketika hari an nahr (Idul Adha).
6. Berdimensi Sosial Ekonomi dan Kemanusiaan
Ibadah qurban menjangkau sisi sosial dan kemanusiaan aspek sosial. Sebagaimana
diketahui distribusi daging qurban mencakup seluruh kaum muslimin, dari kalangan manapun ia,
fakir miskin hingga mampu sekalipun. Sehingga hal ini akan memupuk rasa solidaritas umat.
Jika mungkin bagi si fakir dan miskin, makan daging adalah suatu yang sangat jarang. Tapi pada
saat hari raya Idul Adha, semua akan merasakan konsumsi makanan yang sama.

KEUTAMAAN AQIQAH

1. Mengamalkan ajaran-ajaran yang diperintahkan dalam agama Islam


2. Mengikuti sunnah Rasulullah saw.
3. Sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah swt., atas segala karunia-Nya, sehingga 
telah diberikan keturunan.
4. Mengajak pada diri sendiri untuk  berbagi kepada sesama (kepada para fakir miskin, para
tetangga, dan saudara-saudara kita yang lainnya)
5. Mengajak orangtua untuk berusaha mendidik, membina serta menjadikan anak turunnya 
menjadi anak yang shaleh dan shalehah.
CARA PELAKSANAAN QURBAN

1. Waktu pelaksanaan

Qurban dilakukan setelah umat muslim melaksanakan sholat Idul Adha dengan waktu
penyembelihan dilakukan sampai matahari terbenam pada hari tasyrik hingga tanggal 13
Dzulhijah.

2. Jenis hewan qurban

Hewan yang disembelih untuk qurban adalah sapi, kerbau, kambing, domba ataupun unta.
Adapun ketentuan umur untuk hewan yang disembelih yaitu unta usia minimal 5-6 tahun, sapi
atau kerbau usia minimal 2 tahun, sedangkan kambing atau domba juga minimal 2 tahun.

3. Kondisi hewan qurban

Hewan yang digunakan untuk berqurban harus memenuhi syarat yang telah ditentukan seperti
sehat, tidak cacat, tidak kurus dan cukup umur untuk disembelih. Dalam suatu hadits, Rasulullah
bersabda:

"Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berdiri di tengah-tengah kami dan berkata, ada
empat cacat yang tidak dibolehkan pada hewan qurban: buta sebelah dan jelas sekali
kebutaannya, sakit dan tampak jelas sakitnya, pincang dan tampak jelas pincangnya, sangat
kurus sampai-sampai seolah tidak berdaging dan bersum-sum." (HR Tirmidzi)

4. Proses penyembelihan

Sebelum melakukan penyembelihan, maka orang yang menyembelih harus bersuci dan
menyembelih dengan menghadap kiblat. Harus dipastikan terlebih dahulu bahwa hewan tersebut
adalah halal baik secara jenis, zakat, dan cara memperolehnya. Binatang yang hendak disembelih
pun juga harus dalam keadaan hidup, bukan yang sudah mati, tertabrak, atau sekarat sebelum
akan disembelih.

5. Membaca doa

Dalam menyembelih hewan, diwajibkan membaca doa terlebih dahulu. Seperti perintah Allah
dalah surat Al An'nam ayat 121.
Wa laa ta'kulu mimmaa lam yuzkarismullaahi 'alaihi wa innahu lafisq, wa innasy-syayaatiina
layuhuna ilaa auliyaa'ihim liyujaadilukum, wa in ata'tumuhum innakum lamusyrikun

Artinya:

"Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika
menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan.
Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah
kamu; dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang
musyrik."

Rasulullah mengajarkan kepada umat muslim untuk membaca doa sebelum menyembelih hewan
qurban untuk meluruskan niat seseorang saat berqurban. Doa tersebut yaitu sebagai berikut:

Bismillahi wallahu Akbar, Allahumma hadza minka wa laka, Hadza 'annaa

Artinya:

"Dengan nama Allah, Allah Maha Besar. Ya Allah, (ternak ini) dari-Mu dan untuk-Mu. Qurban
ini dariku." (HR. Muslim dan Baihaqi)

6. Cara menyembelih

Menyembelih hewan qurban harus dengan cara yang baik dan benar. Hal ini dilakukan dengan
pisau yang tajam, agar hewan tidak kesakitan dan terlalu lama mengalami sekarat. Seperti pada
suatu hadits, Rasulullah bersabda:

"Dari Saddadi Ibnu Aus Rasulullah bersabda; 'Sesungguhnya Allah menetapkan supaya berbuat
baik terhadap segala sesuatu. Apabila kamu membunuh, bunuhlah dengan baik. Apabila kamu
hendak menyembelih, sembelihlah dengan baik dan hendaklah mempertajam pisaunya dan
memberikan kesenangan terhadap binatang yang disembelih.'" (HR. Muslim)

7. Membagikan daging qurban

Setelah hewan qurban disembelih, daging dari hewan tersebut akan dibersihkan dan dibagikan
secara adil kepada orang-orang di sekitar tempat berqurban.

Pembagian daging kurban memang diorientasikan untuk banyak orang. Bahkan tidak ada syarat
khusus untuk mendapatkan hewan kurban. Namun, memang lebih di khususkan bagi orang yang
membutuhkan atau orang yang kurang mampu. Hal ini tentu akan menambah manfaat bagi yang
menerima juga bagi yang berqurban.

Tata Cara Aqiqah dalam Islam

1. Waktu Pelaksanaan

Berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam maka para ulama menyepakati bahwa
waktu pelaksanaan aqiqah yang paling baik adalah pada hari ke-7 semenjak hari kelahiran.
Namun jika berhalangan karena sesuatu dan lain hal, aqiqah dapat dilaksanakan pada hari ke-14
atau hari ke-21. Namun jika seseorang tersebut berada dalam kondisi ekonomi yang tidak
memungkinkan, maka kewajiban melaksanakan aqiqah pun gugur. Karena, apabila memang
benar-benar tidak mampu, seorang muslim diperbolehkan untuk meninggalkan atau tidak
melakukan ibadah aqiqah ini.

Bagaiamana menghitung hari ketujuh kelahiran? “Disembelih baginya pada hari ketujuh.” Hari
yang dimaksudkan dalam hadist tersebut adalah siang hari. Jadi apabila bayi yang lahir pada hari
Minggu pukul enam pagi, maka hitungan hari ketujuh sudah mulai dihitung pada hari Minggu
tersebut. Sehingga hari ketujuh kelahiran bayi tersebut jatuh pada hari Sabtu. Apabila bayi
tersebut lahir pada hari Minggu pukul enam sore maka hitungan awalnya tidak dimulai dari hari
Minggu, namun dari hari Senin keesokan harinya. Sehingga hari ketujuh kelahiran bayi tersebut
jatuh pada hari Minggu.

2. Syarat Memilih Hewan Aqiqah

Hewan yang disembelih untuk melaksanakan ibadah aqiqah adalah kambing atau domba.
Adapun syarat hewan kambing atau domba yang dapat dijadikan aqiqah itu sama dengan syarat
hewan qurban, yakni kambing sempurna berusia 1 (satu) tahun dan masuk usia (dua) tahun atau
domba sempurna berusia 6 (enam) bulan dan masuk bulan ke-7 (tujuh); tidak boleh ada anggota
badan hewan yang cacat dan dagingnya tidak boleh dijual.

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berdiri di tengah-tengah kami dan berkata, Ada
empat cacat yang tidak dibolehkan pada hewan kurban: buta sebelah dan jelas sekali
kebutaannya, sakit dan tampak jelas sakitnya, pincang dan tampak jelas pincangnya,
sangat kurus sampai-sampai tidak punya sumsum tulang.” Hadits tersebut diriwayatkan oleh
yang lima (empat penulis kitab sunan ditambah dengan Imam Ahmad). Dishahihkan oleh
Tirmidzi dan Ibnu Hibban.

3. Memberi Nama dan Mencukur Rambut pada saat Aqiqah

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh ashhabus sunan al arba’ah ( abu daud, at tirmidzi, an nasa-
I, dan ibnu majah) oleh samurah bin jundub bahwa rasulullah bersabda :
“ setiap anak tergadaikan dengan aqiqahnya, disembelih aqiqahnya pada hari ketujuh, lalu
dicukur rambutnya dan diberikan nama”.

Pada saat menyelenggarakan aqiqah disunnahkan juga untuk mencukur rambut si bayi dan
memberinya nama yang memiliki arti yang baik. Pemberian nama yang baik kelak akan
mencerminkan perilaku serta akhlaknya kepada Allah SWT dan lingkungan sekitarnya. 
Mencukur rambut juga adalah salah satu hal yang terdapat dalam tata cara aqiqah. Rasulullah
SAW sangat menganjurkan agar melakukan cukur rambut pada anak yang baru lahir di hari ke-7
nya. Tidak terdapat hadits yang menjelaskan bagaimana seharusnya mencukur rambut si anak.
Namun yang jelas pencukuran harus dilakukan dengan merata.

4. Membagikan daging hasil Aqiqah

Dalam tata cara aqiqah menurut agama Islam, daging aqiqah yang sudah disembelih harus
dibagikan kepada para tetangga dan kerabat. Dalam bentuk pembagiannya, pada umumnya
daging aqiqah biasanya dibagikan dalam keadaan yang sudah matang.

Hadits Aisyah r.a: “Sunnahnya dua ekor kambing untuk anak laki-laki dan satu ekor kambing
untuk anak perempuan. Ia dimasak tanpa mematahkan tulangnya. Lalu dimakan (oleh
keluarganya), dan disedekahkan pada hari ketujuh”. (HR al-Bayhaqi)

Sebagai orang yang memiliki hajat dan keluarga diperbolehkan untuk memakan daging aqiqah.
Dengan catatan bahwa sepertiga daging lainnya diberikan pada tetangga dan fakir miskin. Hal ini
seperti yang tertuang dalam firman Allah SWT: “Mereka memberi makan orang miskin, anak
yatim, dan tawanan, dengan perasaan senang”. – Q.S. Al-Insan Ayat 8

Tata cara pemotongan hewan qurban :

1. Hendaklah yang menyembelih adalah shohibul kurban sendiri jika mampu. Jika tidak
mampu boleh diwakilkan orang lain dan disaksikan oleh shohibul kurban.
2. Menggunakan pisau yang tajam.
3. Tidak mengasah pisau di depan hewan yang akan disembelih karena akan membuat
hewan tersebut ketakutan.
4. Menghadapkan hewan ke arah kiblat
5. Membaringkan hewan di atas lambung sebelah kiri.
6. Meletakkan kaki di leher hewan yang akan disembelih.
7. Disyariatkan membaca basmalah dan disunnahkan mmenambahkan takbir sebagaimana
menyembelih hewan kurban.
8. Disunnahkan menyebut aqiqah anak yang diaqiqahi seperti berikut: “Bismillahi Allahu
Akbar hadzihi aqiqatu fulan (menyebutkan nama anak)”.
9. Disembelih dengan cepat untuk meringankan rasa sakit yang dialami hewan kurban.
10. Pastikan tenggorokan, kerongkongan, dan dua urat leher telah pasti terpotong.
11. Tidak boleh mematahkan leher sebelum hewan benar-benar mati.

Jika anak meninggal sebelum hari ke tujuh :

Menurut mazhab as syafi’I, aqiqah tetap dianjurkan walaupun sang anak telah meninggal dunia
sebelum hari ketujuh.

Imam an nawawi mengatakan :

“ sekiranya anak yang lahir meninggal sebelum hari ketujuh, tetap dianjurkan aqiqah dalam
mazhab kita. Sedangkan imam al hasan al basri begitu pula imam malik tidak menganjurkannya”
(al majmu’syarh al muhadzzab, jilid 8, hal.448).

Perbedaan qurban dan aqiqah :

 Qurban adalah hewan ternak yang disembelih pada 10,11,12, atau 13 zulhijjah.
Sedangkan aqiqah disembelih di hari ketujuh dari kelahiran anak atau di minggu ketiga
dari kelahiran atau kapan saja ketika ada kemudahan.
 Qurban dibagikan daging tersebut tanpa dimasak sedangkan aqiqah dibagikan dalam
kondisi sudah dimasak

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Seperti yang kita ketahui bahwasanya berqurban dan beraqiqah merupakan sebuah
perwujudan syukur dan iman kepada Allah SWT. Berqurban dan beraqiqah memiliki perbedaan
konsep secara tekstual namun memiliki makna yang kurang lebih sama secara kontekstual yang
mana kedua kegiatan ini sama-sama kegiatan yang digunakan sebagai rasa perwujudan iman dan
taqwa terhadap ke-Esaan Allah SWT. Dengan adanya makalah ini kami harapkan pembaca bisa
memahami konsep berqurban dan beraqiqah baik secara tekstual maupun kontekstual.

Daftar Pustaka
Zikri, Awwaluz. 2016. Beginilah Hukum dan Tatacara Melaksanakan Aqiqah. Konsultasifiqih,
31 Juli 2016, dilihat 10 Maret 2021. <http://konsultasifiqih.com/beginilah-hukum-dan-tatacara-
melaksanakan-aqiqah/>.

Rangkuti, L. Mora. 2019. Begini Cara Menyembelih Kambing Aqiqah Sesuai Sunnah. Riauhub,
30 Desember 2019, dilihat 10 Maret 2021. <https://riauhub.com/2019/12/30/begini-cara-
menyembelih-kambing-aqiqah-sesuai-sunnah/>.
Nida, Shofia. 2020. Tata Cara Qurban pada Hari Raya Idul Adha Lengkap Mudah Dipahami.
Brilio, 9 Juli 2020, dilihat 10 Maret 2021. <https://www.brilio.net/wow/tata-cara-qurban-pada-
hari-raya-idul-adha-lengkap-mudah-dipahami-2007096.html#>.
Al-Quran dan Terjemahannya. 2014. Jakarta: Departemen Agama RI.
Nila, Zulva. 2020. Berikut Ayat-Ayat Al-Qur’an Tentang Ibadah Kurban.Tim Portal Jember, 30
Juli 2020. Dilihat 09 Maret 2021. <https://portaljember.pikiran-rakyat.com/khazanah/pr-
16642289/berikut-ayat-ayat-al-quran-tentang-ibadah-kurban>.
Indah, Syahrsini. 2017. Ayat Tentang Aqiqah. Sahabat Aqiqah, 15 Januari 2017. Dilihat 09 Maret
2021. <http://sahabataqiqahku.com/2017/01/15/ayat-tentang-aqiqah>
Arsori, Mohammad. 2018. Manfaat dan Keutamaan Berqurban. Qurbanmazing, 24 Agustus
2018. Dilihat 09 Maret 2021. < https://www.bsmu.id/berita/manfaat-dan-keutamaan-berqurban>

Anda mungkin juga menyukai