Anda di halaman 1dari 10

SEDEKAH

ALHAMDULILLAHI ROBBAL ALAMIIN, NAHMADUHU

WANASTAIINU WANASTAGHFIRUHU,,,WANA UUDDZU BILLAHI MIN

SYURURI ANFUSINA WAMIN SAAYYIATI A`MALINA…MAYAHDILLAHU

FALA MUDHILLALAH WAAMAYUDDHLILHU FALA HAADIYA LAHU..

ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAH WA ASHADU ANNA

MUHAMMADARRASULULLAH ALLAHUMMASALLI ALA SSAAYIDINA

MUHAMMAD WA ALA ALI SAYIDINA MUHAMMAD… AMMA BA`DU.

Sebagai hamba Allah yang beriman marilah kita panjatkan puji dan syukur ke

haddirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan kesehatan lahir dan batin

kepada kita semua, sehingga kita dapat berkumpul di tempat ini dalam rangka

menghambakan diri kepada Allah SWT.

Salawat dan salam tidak lupa kita kirimkan kepada junjungan kita nabi Allah

Muhammad SAW yang telah mengantarkan umat manusia dari peradaaban hidup

yang jahiliyah menuju pada peradaban hidup yang moderen,,,, yg penuh dengan

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti yang kita rasakan pada saat ini.

Semoga kita semua termasuk hambanya yang taat, yang berhak mendapatkan

syafaatnya di hari akhir kelak..

42
43

Perkenankanlah saya pada kesempatan ini untuk menyampaikan topik yang

berjudul: SEDEKAH

Ini salah satu diantara bentuk kemurahan hati seorang mukmin, yaitu di dalam

dirinya ada sifat suka membantu. Yaitu ada kemurahan hati sehingga dia mau berbagi

kepada sesama. Ini merupakan akhlak yang mulia. Lawannya adalah orang yang

bakhil, kikir, pelit, ini adalah akhlak yang tercela.

Tentu saja tidak ada orang yang menyukai sifat orang yang memiliki sifat

kikir, bakhil, tidak mau berbagi didalam kehidupannya. Maka dari itu Islam

menganjurkan kepada pemeluknya, kepada umatNya, kepada kaum muslimin supaya

gemar bersedekah dan menjadikannya ini sebagai salah satu syiar kaum muslimin.

Yaitu mereka suka berbagi kepada sesama. Karena salah satu rukun Islam adalah

membayar zakat yang bentuknya adalah mengeluarkan harta.

‫ِم ْن أَ ْغنِيَائِنَا فَ َج َعلَهَا فِي فُقَ َرائِنَا‬

“dari orang-orang kaya diantara kami kemudian membagikannya kepada para

fakir miskin” (HR. Tirmidzi)


44

Sehingga tidak ada kesan yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin.

Tapi adanya semangat untuk saling menutupi satu sama lainnya. Orang kaya perlu

orang miskin, karena doa orang-orang miskin ini mungkin lebih didengar Allah

subhanahu wa ta’ala. Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan:

‫ض َعفَائِ ُك ْم‬ َ ُ‫ُون َوتُرْ َزق‬


ُ ِ‫ون إِاَّل ب‬ َ ‫صر‬َ ‫هَلْ تُ ْن‬
“Tidaklah kalian ditolong dan diberi rezeki melainkan karena adanya (do’a)

orang-orang yang lemah (diantara) kalian” (HR. Bukhari)

Dan orang miskin perlu sedekah ataupun bantuan dari orang-orang kaya.

Begitulah kita hidup ini saling membutuhkan satu sama lainnya. Kalau Allah

memberikan kepada kita kelebihan harta, maka bantulah kepada sesama. Berbuat

baiklah kamu kepada manusia sebagaimana Allah telah memudahkan kita untuk

mendapatkan rezekiNya.

Ada beberapa poin yang sudah kita bahas, salah satunya adalah sedekah akan

mendatangkan keberkahan pada harta kita walaupun nominalnya berkurang.

Ketika kita bersedekah, nominalnya memang berkurang. Akan tetapi

keberkahannya bertambah. Maka dari itu Nabi mengatakan:


45

‫ص َدقَ ٍة‬ َ َ‫َما نَق‬


َ ‫ص َما ُل َع ْب ٍد ِم ْن‬

“Tidaklah harta seorang berkurang karena sedekah” (HR. Tirmidzi)

Kalau kita lihat dari sisi nominalnya, pasti berkurang. Akan tetapi kita lihat

ini dari sudut pandang yang lain. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu melihat

banyak perkara itu dari berbagai sudut pandang. Misalnya Nabi memandang

bertambahnya harta dengan sedekah. Ini sesuatu yang yang kita katakan bertentangan

dengan hakikat dan kenyataannya. Orang yang bersedekah pasti berkurang hartanya.

Harta yang dikeluarganya ini mungkin menjadi berkah. Berubah bentuknya menjadi

bentuk rezeki-rezeki yang lain. Allah ganti itu dengan bentuk rezeki yang lain. Bisa

berupa kesehatan, keselamatan yang juga merupakan rezeki yang terkadang kita tidak

memandangnya sebagai sebuah rezeki dari Allah. Allah subhanahu wa ta’ala

mengajak kita untuk memberikan pinjaman kepada Allah.

ُ‫ه‬nnَ‫ا ِعفَهُ ل‬nn‫ُض‬ ً ْ‫رضُ اللَّـهَ قَر‬nn


َ ‫نًا فَي‬nn‫ا َح َس‬nn‫ض‬ ِ ‫َّمن َذا الَّ ِذي يُ ْق‬

َ ‫﴾أَضْ َعافًا َكثِي َرةً ۚ َواللَّـهُ يَ ْقبِضُ َويَ ْب ُسطُ َوإِلَ ْي ِه تُرْ َجع‬
٢٤٥﴿ ‫ُون‬
46

“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik

(menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan

pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan

dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” (QS. Al-

Baqarah[2]: 245)

Artinya akan bertambah seperti seorang yang membesarkan anak ontanya

sehingga untanya itu memenuhi lembah dan gunung-gunung. Seperti itulah orang

yang bersedekah, hartanya akan bertambah. Bisa keberkahan hartanya dan bisa juga

dari sebagian harta yang ia keluarkan itu, Allah ganti harta dalam bentuk yang lain.

Mungkin dalam bukan dalam bentuk uang, tapi Allah ganti dalam bentuk harta yang

lain yang mungkin jauh lebih bernilai. Ini adalah janji dari Allah subhanahu wa ta’ala,

bahwa sedekat tidak akan mengurangi harta.

SETAN MENGHALANGI MANUSIA UNTUK SEDEKAH

Setan menghalangi kita untuk sedekah. Setan menakut-nakuti kita dengan

kefakiran. Ketika seorang hamba ingin bersedekah, yang ada dalam benaknya adalah

takut dengan berkurangnya harta, takut dia jadi fakir, takut dia jadi miskin. Padahal

belum ada catatannya dalam sejarah manusia, orang jatuh bangkrut gara-gara

sedekahnya. Allah subhanahu wa ta’ala akan mengganti dengan yang lebih baik dan

dalam bentuk harta yang lain.


47

Yang menakut-nakuti seorang hamba untuk bersedekah adalah setan.

Terkadang setan ini meminjam lisan manusia. Manusia yang dipinjam lisannya untuk

menakut-nakuti orang yang bersedekah. Memberikan pertimbangan yang buruk-

buruk sehingga dia tidak jadi sedekah. Maka hendaknya kita bisa membersihkan hati

kita dari sifat bakhil.

Sehingga orang yang hendak bersedekah tiba-tiba saja tangannya menjadi

kaku seolah-oleh tidak mampu untuk mengeluarkan uang yang tidak seberapa

beratnya itu untuk disedekahkan. Seperti mengangkat beban yang berat, padahal itu

hanyalah selembar uang. Tapi begitulah setan menghalangi seorang hamba untuk

bersedekah.

Pada hadits yang di atas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam justru memancing

kita untuk bersedekah. Bahwa tidak ada ruginya dengan sedekah. Bahkan sedekah itu,

kata Nabi tidak akan mengurangi harta kita. Ini adalah motivasi yang sangat besar

sekali, sangat agung sekali, sangat mulia sekali, agar manusia mau bersedekah.

LURUSKAN NIAT

Tapi tentunya, kita bersedekah bukan ingin mendapat balasan kontan di

dunia. Walaupun terkadang Allah beri balasan itu langsung di dunia. Tapi janganlah

kita bersedekah satu juta dengan harapan mendapatkan dua juta. Sehingga kita seperti

mengharapkan sesuatu dari sedekah kita itu. Ada unsur tujuan lain selain lillah.

Memang kita berharap baik dari amal shalih kita. Namun jangan jadikan itu sebagai

tujuan kita didalam beramal. Hal itu tampak ketika apa yang dia harapkan ternyata
48

tidak terwujud. Disitulah hatinya akan terusik. Mulai masuk disitu riya’, ujub, dan

mulai masuk disitu rasa penyesalan apabila dia tidak mendapatkan apa yang

diharapkannya itu.

Misalnya dia bersedekah dengan niat agar mendapat suatu yang lebih besar.

Ternyata tidak dapat, maka diapun menghentikan amalnya itu. Dia tidak lagi mau

bersedekah karena terbukti ternyata sedekah itu tidak menambah hartanya. Bahkan

mungkin justru sebaliknya, dia kehilangan hartanya setelah bersedekah. Sementara

yang dia harapkan dari sedekahnya itu adalah hartanya bisa bertambah. Disinilah

terlihat bahwa sebenarnya tujuan dia bersedekah bukan lillah, tapi untuk

mendapatkan balasan segera di dunia.

Maka dari itu ikhlaskanlah niat kita didalam bersedekah. Baik itu kita

dapatkan balasannya langsung di dunia ataupun Allah menangguhkannya nanti di

akhirat atau Allah subhanahu wa ta’ala mengganti sedekah kita itu dengan bentuk

harta yang lebih besar dan lebih bermanfaat bagi kita. Allah berikan kita sehat dengan

sedekah, Allah sembuhkan sakit kita dengan sedekah, Allah beri kita keselamatan

karena sedekah, Wallahu a’lam Bishawab.

HARTA YANG SESUNGGUHNYA

Harta yang disedekahkan adalah harta yang tersisa bagi orang yang

bersedekah itu. Yang tidak disedekahkan, itulah yang bukan miliknya. Suatu ketika

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada ‘Aisyah tentang apakah


49

yang tersisa dari seekor kambing yang disembelih untuk disedekahkan? Ada seekor

kambing yang sudah disembelih untuk disedekahkan. ‘Aisyah menjawab bahwa tidak

ada yang tersisa selain bagian bahunya. Semua babis sudah untuk dibagi-bagikan,

disedekahkan. Maka Nabi pun meluruskan perkataan ‘Aisyah itu dengan

mengatakannya:

َ‫بَقِي ُكلُّهَا َغي َر َكتِفِه‬

“Yang tersisa adalah seluruhnya kecuali bagian bahunya” (HR. Tirmidzi,

dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)

Semuanya itu sudah menjadi miliknya dan yang belum menjadi miliknya

tinggal bahunya karena belum disedekahkan. Kalau sudah disedekahkan, maka

semuanya menjadi miliknya. Itulah sedekah. Sedekah akan menjadi harta kita. Itulah

yang diharapkan oleh orang yang mati, dia ingin kembali bertemu dengan hartanya

lagi. Dia mengatakan:

‫ َحتَّى أَرْ ِج َع إِلَى أَ ْهلِي َو َمالِي‬،َ‫يَا َربِّ أَقِ ِم السَّا َعةَ أَقِ ِم السَّا َعة‬
50

“Ya Allah! Datangkanlah hari kiamat segera, agar aku bisa segera berkumpul

kembali bersama keluarga dan hartaku” (HR. Ahmad)

Dia ingin kembali bertemu dengan hartanya, yaitu harta yang

disedekahkannya. Adapun harta yang belum disedekahkannya, sudah berpindah

tangan kepada ahli waris, kepada orang lain, sementara harta yang betul-betul

menjadi miliknya adalah harta yang sudah disedekahkannya. Itu yang betul-betul

menjadi miliknya dan dia ingin kembali kepada hartanya itu.

Demikian ceramah agama yang dapat saya sampaikan pada kesempatan ini,

semoga dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat kita aplikasikan dalam

kehidupan sehari-hari. Lebih dan kurangnya mohon dimaafkan, yang benar datangnya

dari Allah SWT Yang Maha Benar, dan yang salah, khilaf, atau keliru itu datangnya

dari saya pribadi sebagai manusia biasa yang tidak pernah luput dari salah, khilaf dan

dosa.

Akhirul kalam,

Subhaanaka Allaahumma wabihamdika asyhadu an laa-ilaaha illaa Anta astaghfiruka

wa-atuubu ilaik.

Wallahul muwaffiq ila aqwamithaaryq,,,

Wassalamu alaikum warohmatullahi wabarokaatuh


51

Anda mungkin juga menyukai