KARIA AKUT
Pembimbing :
dr. Lucille Annisa Suardin, Sp.KK., FINSDV
BAB I
LATAR BELAKANG
Urtikaria adalah reaksi vascular pada kulit, ditandai dengan adanya edema setempat
yang cepat
timbul dan menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat atau kemerahan (flareI) dan
disertai rasa
gatal yang berat, rasa tersengat atau tertusuk.
Urtikaria merupakan penyakit kulit yang sering di jumpai. Secara umum,
urtikaria dibagi menjadi bentuk akut dan kronis.
Secara klinis dapat dijumpai rasa gatal yang hebat hamper selalu merupakan keluhan
subyektif
urtikaria, dapat juga timbul rasa terbakar atau rasa tertusuk.
Tampak lesi urtika (eritema dan edema setempat yang berbatas tegas) dengan berbagai
bentuk dan ukuran, Kadang-kadang bagian tengah lesi tampak lebih pucat.
Diagnosis urtikaria meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, tes diagnostik rutin; tes
diagnostik
lanjutan dilakukan jika perlu. Prognosis urtikaria akut pada umumnya baik,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
“Urtikaria adalah reaksi vascular pada kulit, ditandai dengan adanya
edema setempat yang cepat timbul dan menghilang perlahan-lahan,
berwarna pucat atau kemerahan (flareI) dan disertai rasa gatal yang berat,
rasa tersengat atau tertusuk.”
Secara umum, urtikaria dibagi menjadi bentuk akut dan kronis,
berdasarkan durasi penyakit dan bukan dari bercak tunggal..
• Urtikaria akut lebih sering terjadi pada anak muda,
umumnya laki-laki lebih sering daripada perempuan.
• Sekitar 12–22% populasi umum pernah mengalami salah
satu subtipe urtikaria akut selama hidupnya.
• Beberapa studi menunjukkan insiden urtikaria lebih sering
ditemukan pada gender wanita (60%).
• Sampai sekarang belum terdapat data prevalensi urtikaria di
Indonesia.
• Penelitian di Palembang tahun 2007 pada 3000 remaja usia 14-
19
tahun, mendapatkan prevalensi urtikaria sebesar 42,78%.
Faktor etiologi Urtikaria :
Lesi dari urtikaria dapat tampak pada bagian tubuh manapun, termasuk wajah,
bibir, lidah, tenggorokan, dan telinga.
Tatalaksana urtikaria, baik akut maupun kronis terdiri dari 2
hal utama, yaitu:
1. Identifikasi dan eliminasi faktor penyebab atau pencetus
2. Terapi simptomatis
Manajemen urtikaria menurut guideline EAACI/GA2LEN/EDF/WAO
Prognosis urtikaria akut umumnya baik, bisa hilang dalam 24 jam. Urtikaria
akut hampir
tidak pernah menimbulkan kematian, kecuali bila disertai angioedema saluran
napas bagian atas. Pada anak-anak, 20-30% urtikaria akut akan berkembang
menjadi urtikaria kronis dan angka hospitalisasi meningkat 3 kali lipat pada
usia 0-4 tahun.1,3 Prognosis urtikaria kronis lebih bervariasi. Sebanyak 30-
50% remisi spontan, 20% dalam 5 tahun, dan 20%
akan menetap setelah 5 tahun.
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
PASIEN Nama : Dwi Pomaria Binti Ahamid
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir : 26 Mei 1999
Usia : 22 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. KH. Azhari 4 Ulu Lorong Tuan Putri
Status Pernikahan : Belum Menikah
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Tanggal pemeriksaan : 3 Mei 2021 / Pukul
(11:11 Wib)
Anamnesis
{Autoanamnesis tanggal 3 Mei 2021 (11:11 Wib)}
Keluhan utama :
Bentol-bentol kemerahan
Keluhan tambahan :
dengan rasa gatal pada leher,
Rasa Gatal, Rasa Nyeri,
dada, punggung, tangan
Rasa Panas
kanan
dan kiri, kaki kanan dan kiri,
perut dan bokong.
Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak 4 hari yang lalu pasien mengeluh bentol-bentol kemerahan, mulanya dilengan
bagian atas
sebelah kanan lalu menyebar ke seluruh tubuh. Bentol kemerahan disertai gatal. Rasa
gatal hilang timbul dan bentol juga hilang timbul. Gatal tidak dipengaruhi cuaca
(panas/dingin), aktivitas,
malam ataupun pagi hari. Gatal dirasakan dapat mengganggu aktivitas pasien seperti
bekerja dan tidur. Riwayat keluhan yang sama pada keluarga tidak ada yaitu bentol-
bentol kemerahan dan rasa gatal. Pasien mudah berkeringat, semenjak keluhan kulit
pasien terasa kering dan panas. Sehari
sebelum keluhan muncul pasien demam. Riwayat berobat pada saat keluhan pertama
kali timbul ada, pasien disuntik pada bagian tangan dan bokong tetapi pasien tidak
Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak 1 hari yang lalu, keluhan gatal tetap sama dirasakan dan bentol tetap hilang
timbul, lalu
disertai keluhan nyeri otot pada seluruh tubuh. Pasien juga mengalami sesak nafas
atau nafas
terasa pendek saat timbulnya bentol dan gatal. Pasien menggaruk bentol kemerahan.
Pasien
memiliki keluhan serupa 1 tahun yang lalu timbul bentol dan gatal pada bagian wajah
dan mata. Pasien tidak memiliki Riwayat alergi terhadap debu atau makanan. Pada
Riwayat keluarga, Ibu dari pasien memiliki Asma dan Ayah dari pasien memiliki
alergi makanan (+) seafood. Pasien mandi
Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Penyakit Keluarga
• Riwayat alergi sebelumnya tidak • Riwayat keluhan yang serupa
ada pada keluarga tidak ada.
• Riwayat bentol-bentol kemerahan • Riwayat Asma pada keluaraga
dan gatal pada wajah dan mata. ada, Ibu pasien.
• Riwayat Alergi makanan seafood
ada, Ayah pasien.
Non-farmakologi Farmakologi
o Menjelaskan kondisi pasien tentang penyakit pasien o Topikal : Bedak kocok 3x1
o Menjelaskan kepada pasien untuk mencari faktor o Sistemik : Loratadin 1x10
Onset 4 hari yang lalu menandakan keadaan akut pada keluhan pasien, Digolongkan
sebagai akut bila berlangsung kurang dari 6 minggu.
Bentol kemerahan disertai gatal. Rasa gatal hilang timbul dan bentol juga hilang timbul
dikarenakan vasodilatasi disertai permeabilitas kapiler yang meningkat akibat pelepasan
hitamin dari sel mast dan basophil. Sel mast adalah sel efektor utama pada urtikaria.
Gatal tidak dipengaruhi cuaca (panas/dingin), aktivitas, malam ataupun pagi hari hal ini
dikarenakan urtikaria spontan akut dimana < 6 minggu dan tidak terdapat faktor
pencetus.
Gatal dirasakan dapat mengganggu aktivitas pasien seperti bekerja dan tidur. Pada
pasien rasa gatal yang hebat hampir selalu merupakan keluhan subyektif urtikaria, dapat
juga timbul rasa terbakar atau rasa tertusuk sehingga dapat mengganggu saat
aktivitas dan istirahat.
Riwayat keluhan yang sama pada keluarga tidak ada yaitu bentol-bentol kemerahan dan
rasa gatal. Pasien mudah berkeringat, semenjak keluhan kulit pasien terasa kering dan
panas karena bedasarkan anamnesis tidak terdapat faktor genetic dan dapat
menyingkirkan diagnosis banding dari dermatitis atopi.
Sehari sebelum keluhan muncul pasien demam. Riwayat berobat pada saat keluhan
pertama kali timbul ada, pasien disuntik pada bagian tangan dan bokong tetapi
pasien tidak tahu obat yang disuntikan. Pasien juga mendapatkan 4 macam obat
minum; Sanydryl, Loratadin, Metilprednisolon, dan Mefenamic Acid diminum hingga
hari ini namun keluhan gatal dan bentol kemerahan tidak berkurang.
Sesuai dengan teori pengobatan pada urtikaria menggunakan Antihistamin AH1 (non-
sedasi) loratadine, Kortikosteroid (metilprednisolon).
Sejak 1 hari yang lalu, keluhan gatal tetap sama dirasakan dan bentol tetap hilang
timbul, lalu disertai keluhan nyeri otot pada seluruh tubuh sesuai denga teori
merupakan gejala subyektif pada urtikaria.
Pasien juga mengalami sesak nafas atau nafas terasa pendek saat timbulnya bentol dan
gatal. Pada keadaan pasien mengalami gejala eksaserbasi yang diperburuk urtikaria.
Pasien menggaruk bentol kemerahan. Pada pasien rasa gatal yang hebat hampir selalu
merupakan keluhan subyektif urtikaria, Pasien memiliki keluhan serupa 1 tahun yang
lalu timbul bentol dan gatal pada bagian wajah dan mata. Urtikaria akut lebih sering
dijumpai dan biasanya cepat menghilang, tetapi identifikasi etiologi penting
untuk mencegah kekambuhan.
Pasien tidak memiliki Riwayat alergi terhadap debu atau makanan. Merupakan faktor
pencetus urtiaria akibat Alergi/Alergi makanan. Pada Riwayat keluarga, Ibu dari
pasien memiliki Asma dan Ayah dari pasien memiliki alergi makanan (+) seafood.
Merupakan faktor genetic dan dapat didiagnosis banding dengan Dermatitis atopi.
Pasien mandi teratur 2 x sehari memakai sabun, tidak alergi sabun, handuk sendiri,
mengundangan air PAM/Ledeng, serta pasien mengganti sprei 2x dalam sebulan dapat
disimpulkan hygine pada pasien cukup baik dan tidak di pengeruhi faktor pencetus
berupa hygiene.
Pekerjaan pasien sebagai wiraswasta penjual songket. Tidak ada hubungan dengan
keluhan yang diderita.
Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat perbandingan pada kasus dan teori
Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat perbandingan pada kasus dan teori
Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat perbandingan pada kasus dan teori
Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat perbandingan pada kasus dan teori
Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat perbandingan pada kasus dan teori
Pemeriksaan penunjang diagnosis yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan tes
diaskopi, skin prick test, Dermografism, pemeriksaan kadar IgE dan berbagai
pemeriksaan lainnya.
Tes diaskopi digunakan secara klinis untuk membedakan antara eritema akibat pelebaran
pembuluh darah dengan purpura, yaitu dengan cara meletakkan kaca objek di atas lesi
dan menekannya maka eritema akan menghilang.
Peningkatan kadar IgE dalam serum juga dapat terjadi pada sekitar 15% orang sehat,
demikian pula kadar eosinofil, sehingga tidak patognomonik.
Uji dermografisme dan uji dengan es batu (ice cube test) untuk mencari penyebab fisik.
Perbandingan Kasus dengan Diagnosis Banding
Perbandingan Kasus dengan Diagnosis Banding
Perbandingan Kasus dengan Diagnosis Banding
Perbandingan Kasus dengan Diagnosis Banding
Perbandingan Kasus dengan Diagnosis Banding
Perbandingan Kasus dengan Diagnosis Banding
Tatalaksana yang diberikan secara non farmakologi dan farmokologi. Pada tatalaksana non
farmakologi pasien diberikan edukasi berupa penjelasan kepada pasien tentang penyakit
Urtikaria akut atau Kaligata (penyebab, faktor pencetus), menjelaskan kepada
pasien bahwa penyakit ini harus di cari faktor pencetusnya dan menghindari faktor
pencetus penyakit, menjelaskan kepada pasien tentang terapi yang diberikan, cara
pemberian, lama pengobatan, serta efek samping pengobatan, menjaga
kebersihan diri dan jangan menggaruk jika terasa gatal.
Tatalaksana farmakologi pasien mendapatkan obat topikal dan sistemik. Obat
topikal berupa bedak kocok 3 x 1. Dan terapi sistemik diberikan loratadine tablet
dengan dosis 1x10 mg per hari selama 14 hari hari dan diberika Prednison 1x5 mg
selama 7 hari.
Pemberian terapi topical untuk mengurangi gatal, bedak kocok atau losio yang
mengandung mentol 0,5-1% atau kalamin. Dalam praktek sehari-hari, terapi lini pertama
dan kedua dapat diberikan oleh dokter umum, dan apabila penatalaksanaan tersebut
tidak berhasil, sebaiknya pasien dirujuk Antihistamin-H1 non-sedatif/ generasi
kedua (azelastine, bilastine, cetirizine, desloratadine, ebastine, fexofenadine,
levocetirizine, loratadine, mizolastine, dan rupatadine) memiliki efikasi sangat baik,
keamanan tinggi, dan dapat ditoleransi dengan baik, sehingga saat ini digunakan sebagai
terapi lini pertama.
Tatalaksana farmakologi pasien mendapatkan obat topikal dan sistemik. Obat
topikal berupa bedak kocok 3 x 1. Dan terapi sistemik diberikan loratadine tablet
dengan dosis 1x10 mg per hari selama 14 hari hari dan diberika Prednison 1x5 mg
selama 7 hari.
Apabila keluhan menetap dengan pemberian antihistamin-H1 non-sedatif selama 2
minggu, dosis antihistamin-H1 nonsedatif dapat ditingkatkan sampai 4 kali lipat dosis awal
yang diberikan.
Antihistamin generasi pertama sudah jarang digunakan, hanya direkomendasikan sebagai
terapi tambahan urtikaria kronis yang tidak terkontrol dengan antihistamin generasi
kedua. Antihistamin generasi pertama sebaiknya diberikan dosis tunggal malam hari
karena mempunyai efek sedatif.
Tatalaksana farmakologi pasien mendapatkan obat topikal dan sistemik. Obat
topikal berupa bedak kocok 3 x 1. Dan terapi sistemik diberikan loratadine tablet
dengan dosis 1x10 mg per hari selama 14 hari hari dan diberika Prednison 1x5 mg
selama 7 hari.
Kortikosteroid digunakan hanya pada urtikaria akut atau eksaserbasi akut urtikaria kronis.
Belum ada consensus yang mengatur pemberian kortikosteroid, disarankan dalam dosis
terendah yang memberikan efek dalam periode singkat. Salah satu
kortikosteroid yang disarankan adalah prednison 15 mg/hari, diturunkan 1 mg setiap
minggu.
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam : Bonam
Quo ad Sanationam : Bonam
Quo ad Kosmetika : Bonam
Prognosis pada kasus urtikaria akut dapat bonam dengan menghindari pencetus
timbulnya kondisi atau gejala klinis dari urtikaria dan memperhatikan pemilihan
dan cara pemakaian obat.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan anamnesis Urtikaria adalah reaksi Tatalaksana yang diberikan, Prognosis pada kasus
dan pemeriksaan fisik, vascular pada kulit, yaitu berupa non adalah bonam ditinjau
diagnosis kerja ditandai dengan adanya edema farmakologi (edukasi) dan dari manifestasi klinis
pada kasus ini adalah setempat yang cepat timbul farmakologi yaitu pemberian pasien.