Oleh:
712018069
Dosen Pembimbing :
712018069
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
Menyetujui :
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul
“Upaya Peningkatan Cakupan Penemuan dan Pengobatan Penderita TBC
Sesuai Standar di Puskesmas Lima Ilir Kota Palembang Tahun 2020”,
sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik Senior di
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada
Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya
sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini belum sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai bahan
pertimbangan perbaikan di masa mendatang. Dalam penyelesaian tugas akhir ini,
penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan saran dari berbagai pihak,
baik yang diberikan secara lisan maupun tulisan. Pada kesempatan ini, penulis
ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:
iii
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................ ii
KATA PENGANTAR ........................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................... iv
DAFTAR TABEL.................................................................................. vi
DAFTAR DIAGRAM............................................................................ vii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian........................................................................... 4
1.3.1. Tujuan Umum................................................................. 4
1.3.2. Tujuan Khusus................................................................ 4
1.4. Manfaat Penelitian......................................................................... 5
iv
2.2.9. Tatalaksana...................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
kepatuhan pasien untuk mengkonsumsi obat. Apabila ini dibiarkan, dampak yang
akan muncul jika penderita berhenti minum obat adalah munculnya kuman
tuberculosis yang resisten terhadap obat, jika ini terus terjadi dan kuman tersebut
terus menyebar pengendalian obat tuberculosis akan semakin sulit dilaksanakan dan
meningkatnya angka kematian terus bertambah akibat penyakit tuberkulosis.4
2
1. Memperoleh pengalaman dalam mencari penyebab dan cara
penyelesaian masalah cakupan pengobatan penderita TB paru di
Puskesmas Lima Ilir Tahun 2020.
2. Melatih kemampuan dalam menyusun rencana usulan kegiatan (RUK)
khususnya mengenai cakupan pengobatan penderita TB paru.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
disekitarnya, terutama yang kontak erat. Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit
yang sangat infeksius. Seorang penderita Tuberkulosis dapat menularkan penyakit
kepada 10 orang di sekitarnya. Di sebabkan oleh kuman TB Mycobacterium
Tuberculosis, sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai
organ tubuh lainnya.6
1. Tanda dan Gejala Tuberkulosis4,6
a. Gejala sistemik atau umum
1) Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan
malam hari disertai keringat malam kadang-kadang serangan dalam seperti
influenza dan bersifat hilang-timbul.
2) Penurunan nafsu makan dan berat badan
3) Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah)
b. Perasaan tidak enak pada badan dan lemah.
c. Gejala khusus
1) Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan
kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara nafas
melemah yang disertai sesak.
2) Kalau ada cairan di rongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai
dengan keluhan sakit dada.
3) Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang
pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit atasnya,
pada muara ini akan keluar cairan nanah.
4) Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan
disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam
tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang- kejang.
2. Cara Penularan4,6,7
Sumber penularannya adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau
bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk Droplet (percikan
5
dahak), droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar
selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam
saluran pernapasan. Selama kuman TB masuk ke dalam tubuh manusia melalui
pernapasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya,
melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran napas atau penyebaran
langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya.
3. Resiko Penularan8
Resiko penularan setiap tahun (Anual Risk Of Tuberkulosis Infection= ARTI) di
Indonesia dianggap cukup tinggi dan berfariasi antara 1-2%. Pada daerah dengan
ARTI sebesar 1%, berarti setiap tahun di antara 1000 penduduk, 10 orang akan
terinfeksi. Sebagian besar dari orang yang terinfeksi tidak akan menjadi penderita TB,
hanya 10% dari yang terinfeksi yang akan menjadi penderita TB. Dari keterangan
tersebut di atas, dapat diperkirakan bahwa daerah dengan ARTI 1%, maka
diantara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 100 penderita Tuberkulosis setiap
tahun, dimana 50% penderita adalah BTA positif. Faktor yang
mempengaruhi kemungkinan seseorang menderita TB adalah daya tahan tubuh yang
rendah diantaranya adalah gizi buruk atau HIV/AIDS.
4. Tipe Penderita9
a. Kasus baru
Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT (obat anti TB) atau
sudah pernah meminum OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian).
b. Kambuh (relaps)
Adalah penderita Tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapatkan terapi
Tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian
kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak Basil Tahan Asam positif.
c. Pindahan (transfer in)
Adalah penderita Tuberkulosis yang sedang mendapatkan pengobatan di suatu
Kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita tersebut
6
harus membawa surat rujukan/pindahan (Form TB).
d. Kasus berobat setelah lalai
Penderita Tuberkulosis yang kembali berobat dengan hasil Basil Tahan Asam
positif setelah putus berobat 2 bulan atau lebih.
e. Gagal Obat
1) Adalah penderita Basil Tahan Asam positif yang masih tetap positif atau
kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 atau lebih.
2) Adalah penderita Basil Tahan Asam negatif, rontgen positif yang menjadi
Basil Tahan Asam positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan.
f. Lain-lain
Semua penderita lain yang tidak memenuhi persyaratan tersebut diatas.
Termasuk dalam kelompok ini adalah kasus kronik (adalah penderita yang masih
Basil Asam Positif setelah menyelesaikan pemeriksaan ulang dengan kategori 2.
7
1. Perjalanan Alamiah TB yang tidak di oabati
Tanpa pengobatan setelah lima tahun, 50% dari penderita akan meninggal, 25%
akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh tinggi, dan 25% sebagai kasus
kronik yang tetap menular.
2. Klasifikasi
a. Tuberkulosis Paru
Merupakan tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk
pleura (selaput paru). Berdasarkan pemeriksaan dahak, Tuberkulosis paru
terbagi menjadi 2 yaitu Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam positif dan
Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam negatif.
b. Tubuh Tuberkulosis Ekstra Paru
Tuberkulosis ekstra paru adalah Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh
selain jaringan paru, misalnya pleura (selaput paru), selaput otak, selaput
jantung, kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing,
alat kelamin dan lain-lain. Berdasarkan keparahannya, Tuberkulosis Ekstra Paru
dibagi menjadi 2 yaitu:
- Tuberkulosis Ekstra Paru Ringan
Misalnya Tuberkulosis kelenjar limfe, pleuritis eksudatif, unilateral, tulang
(kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal.
- Tuberkulosis Ekstra Paru Berat
Misalnya: meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudatif
dupleks, Tuberkulosis tulang belakang, Tuberkulosis usus, Tuberkulosis
saluran kencing dan alat kelamin.
3. Patofisiologi11
Kuman Mycobacterim Tuberculosis masuk kedalam tubuh melalui
pernafasan kemudian basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus
menyebabkan reaksi peradangan, tubuh mencoba bereaksi melalui leukosit
polimorfonuklear memfagosit bacteria namun tidak membunuh organisme
8
tersebut sehingga sampai menyerang alveoli. Alveoli yang terserang akan
mengalami konsolidasi maka muncul gejala pneumonia akut dan bakteri terus
di fagosit dan berkembang dalam sel sehingga ada yang sembuh dengan
sendirinya namun ada yang menyebar melalui getah bening menuju ke kelenjar
bening regional yang menyebabkan TBC.
4. Tatalaksana11
Obat-obatan yang digunakan pada pasien dengan Tuberkulosis paru di
golongkan menjadi dua kelompok yaitu:
1. Obat Primer
Obat primer meliputi INH (Isoniazid), Rifampisin, Streptomisin,
Pirasinamid.
Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang dapat di tolerir,
sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat- obat ini.
2. Obat Sekunder
Obat sekunder meliputi Exionamid, Paraminosalisilat, Sikloserin,
Amikasin, Kapreomisin, dan Kanamisin.
Meskipun demikian, pengobatan TBC paru-paru hampir selalu
menggunakan tiga obat yaitu INH, Rifampisin, dan Pirasinamid pada bulan
pertama selama tidak ada resistensi terhadap satu atau lebih obat TBC primer
ini.
9
2. Kepala puskesmas menjelaskan tentang pedoman perencanaan tingkat
puskesmas kepada tim agar dapat memahami pedoman tersebut demi
keberhasilan penyusunan perencanaan tingkat puskesmas.
3. Puskesmas mempelajari kebijakan dan pengarahan yang telah ditetapkan oleh
dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan propinsi dan departemen
kesehatan.
10
2. Data sumber daya
Data sumber daya puskesmas (termasuk puskesmas pembantu dan bidan di
desa, mencakup:
a) Ketenagaan
b) Obat dan bahan habis pakai
c) Peralatan
d) Sumber pembiayaan yang berasal dari pemerintah (Pusat dan Daerah),
masyarakat, dan sumber lainnya
e) Sarana dan prasarana, antara lain gedung, rumah dinas, computer, mesin
tik, meubelair, kendaraan.
5. Data sekolah
Data sekolah dapat diperoleh dari dinas pendidikan setempat, mencakup
jenis sekolah yang ada, jumlah siswa, klasifikasi sekolah UKS, jumlah dokter
kecil, jumlah guru UKS dan lainnya.
11
6. Data kesehatan lingkungan wilayah kerja puskesmas
Data kesehatan lingkungan mencakup rumah sehat, tempat pembuatan
makanan/minuman, tempat-tempat umum, tempat pembuangan sampah,
saarana air bersih, jamban keluarga dan sistem pembuangan air limbah.
2. Prioritas Masalah
Telah disebutkan bahwa yang terpenting dalam perencanaan adalah yang
menyangkut proses perencanaan. Adapun yang dimaksud dengan proses
perencanaan disini ialah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menyusun
suatu rencana. Untuk bidang kesehatan, langkahlangkah yang sering
dipergunakan adalah mengikuti prinsip lingkaran pemecahan masalah.Sebagai
langkah pertama dilakukanlah upaya menetapkan prioritas masalah. Adapun
12
yang dimaksudkan dengan masalah disini ialah kesenjangan antara apa yang
ditemukan dengan apa yang semestinya.
Mengingat adanya keterbatasan kemampuan mengatasi masalah secara
sekaligus, ketidaktersediaan teknologi atau adanya keterkaitan satu masalah
dengan masalah lainnya, maka perlu dipilih prioritas dengan jalan kesepakatan
tim. Bila tidak dicapai kesepakatan dapat ditembuh dengan menggunakan kriteria
lain. Dalam penetapan prioritas masalah dapat mempergunakan berbagai macam
metode seperti kriteria matriks, MCUA, Hanlon, Carl, dsb. Penetapan
penggunaan metode tersebut diserahkan kepada masing-masing puskesmas.
a. Urgensi
Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan dengan waktu
yang tersedia serta seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk memecahkan
masalah yang menyebabkan isu tadi.
b. Seriousness
Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan akibat yang
timbul dengan penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan isu tersebut
atau akibat yang menimbulkan masalahmasalah lain kalau masalah penyebab
isu tidak dipecahkan. Perlu dimengerti bahwa dalam keadaan yang sama,
suatu masalah yang dapat menimbulkan masalah lain adalah lebih serius bila
dibandingkan dengan suatu masalah lain yang berdiri sendiri
c. Growth
Seberapa kemungkinan-kemungkinannya isu tersebut menjadi berkembang
dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan makin memburuk kalau
dibiarkan.
13
Tabel 2.1 Tabel USG
Kriteria M1 M2 M3 M4
TKT Urgency (U) 5 3 4 2
TKT Seriousnes (S) 3 4 1 5
TKT Growth (G) 4 1 2 3
Total (UxSxG) 60 12 8 30
3. Merumuskan Masalah
Hal ini mencakup apa masalahnya, siapa yang terkena masalahnya, berapa
besar masalahnya, dimana masalah itu terjadi dan bila mana masalah itu terjadi
(What, who, when, where dan how).
14
5. Pemecahan Masalah
Untuk menetapkan cara pemecahan masalah dapat dilakukan dengan
kesepakatan diantara anggota tim. Bila tidak terjadi kesepakatan dapat digunakan
kriteria matriks. Untuk itu harus dicari alternatif pemecahan masalahnya.
15
Upaya kesehatan yang ada di puskesmas mencakup upaya kuratif,
rehabilitatif, preventif dan promotif. Dalam perkembangannya, Fungsi pelayanan
kesehatan perorangan dan masyarakat yang dilakukan oleh puskesmas berupa
tindakan kuratif (pengobatan) menjadi lebih dominan dibandingkan kegiatan-
kegiatan promotif dan preventif.
Masyarakat menganggap bahwa tidak perlu datang ke puskesmas jika tidak
sakit. Disisi lain, petugas puskesmas menganggap bahwa kalau tidak ada yang
datang ke puskesmas, maka masyarakat sudah sehat. Sehingga ada anggapan
bahwa puskesmas identik dengan tempat berkumpulnya orang-orang sakit.
Anggapan seperti ini harus dapat diubah dengan program pendekatan keluarga.
16
menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan. Setiap anggota keluarga memiliki
peran dan fungsinya masing-masing untuk mempertahankan kondisi kesehatan di
dalam keluarga. Kondisi kesehatan yang dipertahankan mencakup pencegahan,
perawatan, pemeliharaan, termasuk upaya membangun hubungan timbal balik
antara keluarga dengan fasilitas kesehatan.
17
Tahun 2015 - 2019 dimana penerapan pelayanan kesehatan harus terintegrasi dan
berkesinambungan (continuum of care).
Contoh Kegiatan Program Pendekatan Keluarga, salah satu bentuk dari
pendekatan keluarga yang dapat dilakukan oleh puskesmas adalah melalui
kegiatan kunjungan rumah secara rutin dan terjadwal. Dengan kunjungan rumah,
puskesmas dapat memperoleh data profil kesehatan keluarga (prokesga) yang
berguna untuk mengenali secara lebih menyeluruh (holistic) masalah-masalah
kesehatan di keluarga. Selain itu, kegiatan promotif dan preventif terhadap
keluarga juga dapat terlaksana dengan kunjungan rumah.
Kombinasi dari profil kesehatan keluarga dan upaya promotifpreventif
tentu akan lebih efektif dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan di keluarga.
Program pendekatan keluarga yang dilaksanakan puskesmas juga secara
langsung akan menguatkan manajemen puskesmas secara internal, yang
mencakup sumber daya manusia, pendanaan, sarana prasarana, program
kesehatan, sistem informasi dan jejaring dengan pihak terkait di lingkup wilayah
kerjanya seperti puskesmas pembantu (pustu), puskesmas keliling (pusling), pos
pelayanan terpadu (posyandu), bidan desa dan lain-lain.
18
Terlebih kegiatan kunjungan rumah yang memerlukan pengorbanan ekstra dari
petugas puskesmas.
19
BAB III
PROFIL PUSKESMAS LIMA ILIR PALEMBANG
Puskesmas Lima Ilir didirikan pada tahun 1983 di Jalan Bambang Utoyo.
Kemudian pada tahun 2016 Puskesmas dipindahkan dengan APBD Kota
Palembang yang terletak persis di sebelah puskesmas yang lama dengan luas
tanah 1.016,85 m2. Pada Bulan Agustus tahun 2019 terjadi perubahan nama
puskesmas yang semula Puskesmas Ilir berubah menjadi Puskesmas Lima Ilir.
Puskesmas Lima Ilir adalah Pusat Kesehatan Masyarakat Induk yang tidak
mempunyai Puskesmas pembantu dan terjadi beberapa kali pergantian
kepemimpinan Puskesmas. Adapun pimpinan puskesmas dari Tahun 1986
sampai dengan sekarang yaitu sebagai berikut:
20
No. Nama PeriodeTahun
Lantai Dua
- Ruangan Tata Usaha
21
- Ruangan Kepala Puskesmas
- Promkes / Kesling / Gizi
- Toilet
3.3 Demografi
Masyarakat pada wilayah kerja Puskesmas Lima Ilir merupakan wilayah
kependudukan yang berjumlah 11.933 Jiwa (Laki-laki 6004 atau 50,31% dan
jumlah wanita 5929 atau 49,69%) dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 3220
KK. Jumlah rumah di wilayah kerja puskesmas lima ilir sebanyak 1327 Rumah
dan sebanyak 95,10% merupakan rumah yang memenuhi syarat kesehatan.
Dengan satu kelurahan yaitu Kelurahan Lima Ilir, dimana ekonomi
masyarakat di area kerja Puskesmas terdiri dari PNS, Pedagang, Wiraswasta,
Buruh. Demografi lingkungan terdiri dari daratan, hampir rata-rata penduduknya
sudah sadar akan perilaku hidup sehat. Sehingga Puskesmas Lima Ilir sendiri
pernah menjadi percontohan penanggulangan nyamuk demam berdarah dengan
pengembang biakan ikan tempalo yang di pusatkan pada Puskesmas Lima Ilir.
Dalam Penyelengaraan pelayanan puskesmas lima Ilir mendapatkan pembiayaan
dari berbagai sumber pembiayaan yaitu dari sumber dana Kapitasi BPJS dan
BLUD dan Bantuan oprasional kesehatan.
Di Wilayah Kerja puskesmas lima ilir, terdapat sarana pendidikan yang terdiri dari:
TK/PAUD, SD/MI dan tidak ada SMP/ SMA dan perguruan tinggi
Jumlah Siswa- siswi binaan Puskesmas lima Ilir :
1. SD Bina Warga : 188 Orang
2. SD taman Siswa : 141Orang
3. TK Darmawanita : 37 Orang
4. TK salimah : 45 Orang
5. TK Aisah : 16 Orang
22
3.4 Situasi Upaya Kesehatan
a. Pelayanan Kesehatan Tingkat puskesmas
Untuk mencapai visi pembangunan kesehatan melalui Puskemas lima Ilir
yakni terwujudnya Kecamatan Sehat menuju indonesia Sehat. Puskesmas
lima ilir bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat yang merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama.
b. Pelayanan kesehatan wajib
1. Upaya Promosi kesehatan
2. Upaya kesehatan lingkungan
3. Upaya kesehatan ibu dan Anak
4. Upaya perbaikan gizi masyarakat
5. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
6. Upaya pengobatan
c. Pelayanan Kesehatan pengembangan
1. Pelayanan Kesehatan Jiwa
2. Pelayanan Kesehatan Gigi Masyarakat
3. Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer
4. Pelayanan Kesehatan Olahraga
5. Pelayanan Kesehatan Indera
6. Pelayanan Kesehatan Lansia
7. Pelayanan Kesehatan Kerja
1. Program KIA/KB
2. Program imunisasi
3. Program gizi
4. Program kesling
5. Kegiatan pengendalaian penyakit
6. Program usila
7. Program kesehatan olahraga
23
8. Program UKS
9. Program kesehan Gigi dan mulut
10. Program UKK
11. Program TOGA
12. Pembinaan dan pemantauan TOGA
13. Kegiatan pelayanan labortaorium
14. Kegiatan Manajemen Puskesmas
24
4. Common Cold 655
5. Hipertensi Heart Disease 577
6. Osteoartritis (OA) 495
7. Diabetes Mellitus 426
8. Diare 426
9. RA 349
10. Gastritis 342
Total 6888
2. Hipertensi 1762
4. Gastritis 926
7. Dermatitis 655
8. RA 545
9. Diare 535
Total 9229
49,03%
100%
25
2 Upaya kesehatan
Lingkungan
100% 99,47
3 Upaya kesehatan
Lingkungan
100% 95,10%
4 Upaya perbaikan gizi
masyarakat
92,34%
100%
5 Upaya perbaikan gizi
92,92%
masyarakat
100%
6 Upaya perbaikan gizi
masyarakat
75,12
100%
7 Upaya pengendalian dan
pencegahan penyakit
100%
90,32%
8 Upaya Perkesmas
100% 44,71%
26
merupakan penyakit infeksi yang harus mendapatkan pengobatan secara terus
menerus selama 6 bulan, kurangnya pemahaman masyarakat tentang efek samping
dari tidak teraturnya mengkonsumsi obat TB. Kurangnya penyuluhan juga
menyebabkan sulitnya penemuan kasus baru penderita TB karena pasien malu untuk
datang berobat.
Faktor kedua yang mempengaruhi adalah metode. Belupm adanya pengadaan
media informasi yang memadai akhirnya berdampak pada kurang inovatifnya
penyuluhan TB kepada pasien di Puskesmas Lima Ilir. Upaya peningkatan
pengobatan Tuberkulosis dapat dilakukan melalui promosi kesehatan. Promosi
kesehatan dapat mengurangi dampak dari faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan
faktor-faktor penentu kesehatan secara luas yang mengarah pada penyakit dan
meningkatkan kualitas kehidupan individu dan masyarakat.
Faktor ketiga, kurang patuhnya penderita terhadap himbauan tenaga kesehatan
setelah pemberian promosi kesehatan. Penderita kadang merasa puas dengan
pengobatannya sehingga menganggap penyakitnya telah sembuh dan memutuskan
untuk tidak melanjutkan pengobatan.
27
BAB IV
PEMBAHASAN
28
memenuhi syarat
100% 95,10% sebesar 4,9%(65
rumah) di wilayah
Kelurahan lima ilir tahun
2019
4 Upaya perbaikan gizi Masih Kurangnya
cakupan Pemberian
masyarakat
92,34% kapsul vitamin A
padabalita 2 kali /
100% tahun sebesar
7,66%(38 orang) di
wilayah
Kelurahan Lima Ilir
Tahun 2019
5 Upaya perbaikan gizi Masih Kurangnya
92,92% cakupan bayi naik
masyarakat
berat badanya
100% sebesar
7,08%(51 orang) di
wilayah Kelurahan Lima
Ilir Tahun 2019
6 Upaya perbaikan gizi Masih Kurangnya
cakupan bayi baru
masyarakat
75,12 lahir mendapatkan
100% IMD sebesar
24,85%(54 orang) di
wilayah Kelurahan
Lima Ilir Tahun
2019
7 Upaya pengendalian Masih Kurangnya
cakupanPenderita TB
dan pencegahan
100% berobat sesuai standar
penyakit sebesar 9,68%(3 orang)
90,32% di wilayah Kelurahan
Lima Ilir Tahun 2019
8 Upaya Perkesmas Masih Kurangnya
cakupan Angota
100% 44,71% keluarga menjadi
angota JKN sebesar
55,29%(1255 KK) di
wilayah Kelurahan Lima
Ilir Tahun 2019
29
4.2 Penentu Prioritas Masalah
Berdasarkan pembahasan di atas, harus ditetapkan satu prioritas masalah
yaitu dengan menggunakan metode USG yang menggunakan pertimbangan
beberapa aspek yaitu:
a. Urgency, berkaitan dengan mendesaknya waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Semakin mendesak suatu masalah untuk
diselesaikan maka semakin tinggi urgensi masalah tersebut.
b. Seriousness, berkaitan dengan dampak dari adanya masalah tersebut terhadap
organisasi. Dampak ini terutama yang menimbulkan kerugian bagi organisasi
seperti dampaknya terhadap produktivitas, keselamatan jiwa manusia,
sumberdaya atau sumber dana. Semakin tinggi dampak masalah tersebut
terhadap organisasi maka semakin serius masalah tersebut.
c. Growth, berkaitan dengan pertumbuhan masalah. Semakin cepat berkembang
masalah tersebut maka semakin tinggi tingkat pertumbuhannya. Suatu masalah
yang cepat berkembang tentunya makin prioritas untuk diatasi permasalahan
tersebut.
Masalah yang mempunyai total angka tertinggi dari hasil penjumlahan akan
menjadi prioritas masalah.
30
No Masalah U S G Total
1 Masih rendahnya cakupan tidak ada anggota 3 4 4 13
keluarga yang tidak merokok sebesar 50,7% di
Wilayah kelurahan Lima Ilirtahun 2019
2 Masih adanya Keluarga yang tidak 5 5 5 15
mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat
sebesar 0,5 % ( 12 rumah ) di Wilayah kelurahan Lima
ilir tahun 2019
3 Masih kurangnya cakupan rumah yang memenuhi 5 4 4 13
syarat sebesar 4,9% (65 rumah ) di wilayah Kelurahan
lima ilir tahun 2019
4 Masih Kurangnya cakupan Pemberiankapsul vitamin A 4 4 4 12
pada balita 2 kali / tahun sebesar 7,66%(38 orang)
di wilayah Kelurahan Lima Ilir Tahun 2019
5 Masih Kurangnya cakupan bayi naik berat badanya 4 5 5 14
sebesar 7,08% (51 orang) di wilayah Kelurahan Lima Ilir
Tahun 2019
6 Masih Kurangnya cakupan bayi baru lahir 3 3 3 9
mendapatkan IMD sebesar 24,85%(54 orang) di
wilayah Kelurahan Lima Ilir Tahun 2019
7 Masih Kurangnya cakupanPenderita TB berobat sesuai 5 5 5 15
standar sebesar 9,68% (3 orang) di wilayah Kelurahan
Lima Ilir Tahun 2019
8 Masih Kurangnya cakupan Angota keluarga menjadi 3 4 4 13
angota JKN sebesar 55,29%(1255 KK) di wilayah
Kelurahan Lima Ilir Tahun 2019
Tabel 4.2 Matriks Penentuan Prioritas Masalah
Keterangan:
1: sangat kecil
2: kecil
3: sedang
4: besar
5: sangat besar
31
4.3 Rumusan Masalah
Tabel 4.3 Rumusan Masalah
N Masalah What Who When Where How
o
1 Penderita TB Capaian Pasien Tahun Wilayah Masih adanya
yang tidak cakupan pengobatan 2020 kerja selisih dari
melakukan pengobatan TB paru Puskesmas capaian
pengobatan tb paru Lima Ilir pengobatan
secara teratur masih Kota kasus TB paru
rendah. Palembang dan target
pengobatan
TB paru di
Puskesmas
Lima Ilir Kota
Palembang
tahun 2020.
32
4.4 Akar Penyebab Masalah
4.4.1 Akar Penyebab Masalah Berdasarkan Metode Fishbone
Manusia Metode
33
4.4.2 Identifikasi Penyelesaian Masalah Prioritas
Penyebab dari masalah yang ada dapat diidentifikasi dari manusia,
dana, material, metode dan lingkungan. Berikut ini analisis tiap komponen
yang menyebabkan belum tercapainya cakupan penderita TB yang tidak
melakukan pengobatan secara teratur pada tahun 2020.
a. Manusia
Terselenggaranya program bagian PM (Penyakit Menular) melibatkan
kerjasama dari berbagai pihak. Terkait dengan cakupan pengobatan teratur
pada penyakit TB di posyandu lansia melibatkan kader dan pihak dari
puskesmas dan masyarakat. Rendahnya kesadaran masyarakat dalam
pentingnya pengobatan TB secara rutin 6 bulan karena kurangnya
penyuluhan program TB.
Kurangnya dukungan kader posyandu dalam memberikan dukungan
kebijakan untuk berperan aktif dalam meningkatkan cakupan program
khususnya memberikan informasi kepada warganya terkhusus warga
dengan penyakit hipertensi agar lebih sering berobat ke puskesmas atau
posyandu terdekat dan minum obat tuberculosis secara teratur.
Kurangnya waktu petugas untuk saling koordinasi, sehingga cakupan
untuk penemuan kasus TB dan pengobatan TB di wilayah kerja puskesmas
Lima Ilir belum tercapai pada tahun 2020.
b. Dana
Sumber pembiayaan di program hipertensi berasal dari Puskesmas
berupa BOK (Bantuan Biaya Operasional Kesehatan). Pembiayaan ini
diarahkan untuk meningkatkan kinerja puskesmas melalui upaya kesehatan
promotif dan preventif dalam mendukung pelayanan kesehatan di luar
gedung Namun dengan banyaknya program lain di Puskesmas Lima Ilir
ini, dana untuk melakukan kegiatan program TB masih kurang seperti
melakukan kegiatan penyuluhan untuk mencetak leaflet, brosur atau
poster.
c. Sarana
34
Dalam menyelengggarakan program ini, petugas kesehatan poli PM
sudah banyak bekerja sama dengan berbagai program khususnya bidang
promosi kesehatan. Untuk melakukan penyuluhan penyakit TB dan
pentingnya minum obat TB secara teratur. Namun yang menjadi kendala,
penyuluhan ini hanya bisa dilaksanakan di dalam gedung, untuk diluar
gedung belum efektif karena masih dalam situasi pandemi Covid-19.
Upaya petugas kesehatan pun dalam meningkatkan cakupan proram ini,
mereka pernah melakukan penyuluhan dan edukasi mengenai penyakit
tuberculosis melalui Home Visite, namun keadaan ini belum efektif.
Sehingga masih kurangnya sarana penyuluhan ini.
d. Metode
Beberapa upaya yang telah dilakukan petugas poli PM dalam
meningkatkan cakupan telah dilakukan. Namun masih saja belum tercapai
sehingga perlunya metode-metode yang menarik dan inovatif dalam
melakukan kegiatan dan keefektifan petugas kesehatan dalam penyuluhan
di dalam gedung maupun di luar gedung harus ditingkatkan. Metode yang
selama ini dilakukan yaitu dengan penyuluhan di dalam gedung dengan
menggunakan leaflet, namun metode ini dirasakan kurang sehingga untuk
penanggulangan TB belum tercapai.
e. Lingkungan
Pengendalian penyakit tuberculosis tidak bisa hanya dilakukan oleh
petugas kesehatan melalui lintas program, namun harus adanya kerja sama
dengan lintas sektor Program ini sudah pernah dilakukan namun masih
belum efektif, sehingga petugas kesehatan harus meningkatkan kerjasama
lintas program dan lintas sektor dalam pengambilan data tuberculosis.
Apabila data data warga lengkap dan warganya meminum obat TB secara
teratur dapat membuat program TB pun mencapai target.
35
Dalam menentukan prioritas penyebab dapat menggunakan metode skoring.
Metode skoring menggunakan beberapa kriteria yang telah disepakati yaitu
besarnya penyebab masalah, kepentingan (importance), kemudahan/kelayakan
(feasibility), dukungan untuk perubahan (support of change), risiko (risk if
nothing is done).
Keterangan:
Nilai 1: Tidak penting, nilai 2: Kurang penting, nilai 3: Penting, nilai 4: Sangat
penting. Nilai akhir didapat dari perkalian nilai kriteria.
36
Masalah yang mempunyai total angka tertinggi dari hasil penjumlahan yang
akan menjadi prioritas masalah. Dari akar penyebab masalah di atas yang menjadi
prioritas masalah adalah Kurangnya kesadaran masyarakat dalam pentingnya
pemeriksaan dan pengobatan TB secara teratur.
37
4.6 Alternatif Pemecahan Masalah
Tabel 4.5 Alternatif Pemecahan Masalah
No. Masalah Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Pemecahan
Masalah Masalah
Terpilih
38
4.7 Rencana Usulan Kegiatan
Tabel 4.6 Rencana Usulan Kegiatan
Kegiatan Tujuan Sasara Target Kebutuhan Sumber Daya Indikator Sumber
n Keberhasilan Pembiayaan
Dana Alat Tenaga
Melakukan Untuk Pasien Seluruh BOK Snack, Tenaga Meningkatkan BOK
screening meningkatkan TBC pasien TB leaflet, kesehatan cakupan
seperti Cakupan penemuan di wilayah Kerja brosur, dan staff penemuan dan
homevisit mic pengobatan
pasien TB, Dan pengobatan puskemas TB
individu yang Pasien TB Lima ilir
kontak dengan
pasien TB, dan
pasien yang
tidak berobat
teratur
Melakukan promosi Meningkatkan pengetahuan Pasien Seluruh pasien Puskes HP Tenaga Meningkatkan BOK
kesehatan oleh tentang TBC dan dampak TBC TB di wilayah mas kesehatan cakupan
petuga kesehatan apabila tidak rutin minum kerja puskesmas dan staff penemuan dan
dengan media obat dan dapat menjadu Lima Ilir pengobatan
elektronik pengingat pasien dalam pasien TB
minum obat
39
4.8 Rencana Pelaksanaan Kegiatan
Penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan baik untuk upaya kesehatan wajib,
upaya kesehatan pengembangan, upaya kesehatan penunjang maupun upaya
kesehatan inovasi dilaksanakan secara bersamaan, terpadu dan terintegrasi. Hal ini
sesuai dengan azas penyelenggaraan puskesmas, yaitu keterpaduan. Langkah –
langkah dalam meyusun RPK adalah :
1. Mempelajari alokasi kegiatan dan biaya yang sudah disetujui.
40
Tabel 4.7. Rencana Pelaksanaan Kegiatan
41
BAB V
5.1 Kesimpulan
1. Masalah-masalah terbanyak pada pelayanan kesehatan di Puskesmas Lima
Ilir Palembang tahun 2020 adalah belum tercapainya cakupan pasien TB
yang berobat secara teratur pada tahun 2020, belum tercapainya cakupan
balita ditimbang pada tahun 2020, dan belum jamban sehat pada tahun
2020.
2. Prioritas masalah yang diambil pada pelayanan kesehatan di Puskesmas
Lima Ilir Palembang tahun 2020 adalah belum tercapainya cakupan pasien
Tuberkulosis yang berobat secara teratur pada tahun 2020.
3. Akar penyebab masalah pada pelayanan kesehatan di Puskesmas Lima Ilir
Palembang tahun 2020 adalah kurangnya kesadaran masyarakat tentang
pentingnya pengobatan Tuberkulosis secara teratur.
4. Alternatif terpilih dari penyelesaian masalah yang terpilih adalah
melakukan promosi kesehatan dengan menggunakan media elektronik oleh
petugas kesehatan
5.2 Saran
1. Diharapkan rencana usulan kegiatan berupa melakukan promosi kesehatan
dengan menggunakan media elektronik dapat dijadikan sebuah masukan
dalam menyelesaikan masalah yang terjadi di Puskesmas Lima Ilir
Palembang.
2. Diharapkan pihak Puskesmas dapat memberikan bimbingan dalam proses
pengidentifikasian masalah-masalah kesehatan yang berkaitan dengan
unsurunsur pelayanan kesehatan di Puskesmas.
42
DAFTAR PUSTAKA
43