Anda di halaman 1dari 48

Tugas Akhir

UPAYA PENINGKATAN CAKUPAN PENEMUAN DAN


PENGOBATAN PENDERITA TBC SESUAI STANDAR DI
PUSKESMAS LIMA ILIR KOTA PALEMBANG TAHUN
2020

Oleh:

Woro Nurul Sandra Anindhita, S. Ked

712018069

Dosen Pembimbing :

dr. Hibsah Ridwan, M.Sc

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2021
HALAMAN PENGESAHAN

UPAYA PENINGKATAN CAKUPAN PENEMUAN DAN


PENGOBATAN PENDERITA TBC SESUAI STANDAR DI
PUSKESMAS LIMA ILIR KOTA PALEMBANG TAHUN
2020

Dipersiapkan dan disusun oleh

Woro Nurul Sandra Anindhita, S. Ked

712018069

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat untuk mengikuti

Ujian di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang

Palembang, April 2021

Menyetujui :

dr. Hibsah Ridwan, M.Sc

Pembimbing dan Penguji

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul
“Upaya Peningkatan Cakupan Penemuan dan Pengobatan Penderita TBC
Sesuai Standar di Puskesmas Lima Ilir Kota Palembang Tahun 2020”,
sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik Senior di
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada
Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya
sampai akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini belum sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai bahan
pertimbangan perbaikan di masa mendatang. Dalam penyelesaian tugas akhir ini,
penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan saran dari berbagai pihak,
baik yang diberikan secara lisan maupun tulisan. Pada kesempatan ini, penulis
ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:

1. Dinas Kesehatan Kota Palembang, atas kesempatan untuk melaksanakan kegiatan


Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat.
2. Puskesmas Lima Ilir Palembang.
3. dr. Hibsah Ridwan, M.Sc selaku Pembimbing dan Penguji Klinik.
4. Orang tua dan saudaraku tercinta yang telah banyak membantu dengan doa.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
telah diberikan dan semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT.
Aamiin.

Palembang, April 2021

iii
Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................ ii
KATA PENGANTAR ........................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................... iv
DAFTAR TABEL.................................................................................. vi
DAFTAR DIAGRAM............................................................................ vii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian........................................................................... 4
1.3.1. Tujuan Umum................................................................. 4
1.3.2. Tujuan Khusus................................................................ 4
1.4. Manfaat Penelitian......................................................................... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Tuberkulosis Paru.......................................................................... 4
2.2.1. Definisi........................................................................... 4
2.2.2. Tanda dan gejala............................................................ 5
2.2.3. Cara penularan............................................................... 5
2.2.4. Risiko penularan............................................................. 6
2.2.5. Tipe penderita................................................................. 6
2.2.6. Riwayat terjadinya TB.................................................... 7
2.2.7. Klasifikasi TB................................................................ 8
2.2.8. Patofisiologi................................................................... 8

iv
2.2.9. Tatalaksana...................................................................... 9

BAB III. PROFIL PUSKESMAS LIMA ILIR PALEMBANG


3.1. Letak Geografi............................................................................... 20
3.2. Gambaran Umum........................................................................... 21
3.3. Keadaan Demografi....................................................................... 22
3.4. Situasi upaya kesehatan ................................................................ 23
3.5. Program yang dilaksanakan........................................................... 23
3.6. Tabel 10 Penyakit Terbanyak........................................................ 24
3.7. Capaian Indikator........................................................................... 25
3.8. Faktor yang mempengaruhi capaian TB........................................ 26

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Identifikasi Masalah............................................................. 28
4.2. Prioritas Masalah........................................................................... 30
4.3. Perumusan Masalah....................................................................... 32
4.4. Akar Penyebab Masalah................................................................ 33
4.5. Penentuan Prioritas........................................................................ 35
4.6. Alternatif Penyelesaian Masalah................................................... 37
4.7. Rencana Usulan Kegiatan (RUK).................................................. 38

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan.................................................................................... 41
5.2. Saran .......................................................................................41

DAFTAR PUSTAKA

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuberkulosis paru (TB paru) merupakan salah satu penyakit infeksi yang
prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health
Organitation sepertiga populasi dunia yaitu sekitar dua milyar penduduk terinfeksi
Mycobacterium Tuberculosis. Lebih dari 8 juta populasi terkena TB aktif setiap
tahunnya dan sekitar 2 juta meninggal. Lebih dari 90% kasus TB dan kematian
berasal dari negara berkembang salah satunya Indonesia.1 Menurut World Health
Organization sejak tahun 2010 hingga Maret 2011, di Indonesia tercatat 430.000
penderita TB paru dengan korban meninggal sejumlah 61.000. Jumlah ini lebih kecil
dibandingkan kejadian tahun 2009 yang mencapai 528.063 penderita TB paru
dengan 91.369 orang meninggal.2
Di Indonesia tuberculosis merupakan masalah utama kesehatan masyarakat
dengan jumlah menempati urutan ke-3 terbanyak di dunia setelah Cina dan India,
dengan jumlah sekitar 10% dari total jumlah pasien tuberculosis di dunia.
Diperkirakan terdapat 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang setiap
tahunnya. Jumlah kejadian TB paru di Indonesia yang ditandai dengan adanya Basil
Tahan Asam (BTA) positif pada pasien adalah 110 per 100.000 penduduk.3
Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk
batang atau basil yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberculosis. Penularan
melalui perantara ludah atau dahak penderita yang mengandung basil tuberculosis
paru. Pengobatan TB paru dapat dilaksanakan secara tuntas dengan kerjasama yang
baik antara penderita TB Paru 3 dan tenaga kesehatan atau lembaga kesehatan,
sehingga penyembuhan pasien dapat dilakukan secara maksimal.1,5
Keberhasilan pengobatan tuberkulosis tergantung pada pengetahuan pasien dan
dukungan dari keluarga. Tidak ada upaya dari diri sendiri atau motivasi dari keluarga
yang kurang memberikan dukungan untuk berobat secara tuntas akan mempengaruhi

1
kepatuhan pasien untuk mengkonsumsi obat. Apabila ini dibiarkan, dampak yang
akan muncul jika penderita berhenti minum obat adalah munculnya kuman
tuberculosis yang resisten terhadap obat, jika ini terus terjadi dan kuman tersebut
terus menyebar pengendalian obat tuberculosis akan semakin sulit dilaksanakan dan
meningkatnya angka kematian terus bertambah akibat penyakit tuberkulosis.4

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana pendekatan kesehatan masyarakat dalam upaya meningkatkan
pengobatan Tuberculosis paru secara teratur di Puskesmas Lima Ilir Tahun 2020.

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui Pendekatan Kesehatan Masyarakat Dalam Meningkatkan
pengobatan Tuberkulosis paru secara teratur di Puskesmas Lima Ilir Tahun 2020.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengidentifikasi penyebab-penyebab masalah yang merupakan faktor
penyebab rendahnya pengobatan penderita Tuberculosis paru di
Puskesmas Lima Ilir Tahun 2020.
2. Mengidentifikasi penyelesaian masalah prioritas.
3. Menetapkan akar penyebab masalah/prioritas masalah dengan metode
matriks USG untuk meningkatkan pengobatan penderita Tuberculosis paru
di Puskesmas Lima Ilir Tahun 2020.
4. Menetapkan penyelesaian masalah prioritas dengan matriks USG.
5. Menyusun rencana usulan kegiatan untuk meningkatkan cakupan.

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Manfaat Bagi Mahasiswa

2
1. Memperoleh pengalaman dalam mencari penyebab dan cara
penyelesaian masalah cakupan pengobatan penderita TB paru di
Puskesmas Lima Ilir Tahun 2020.
2. Melatih kemampuan dalam menyusun rencana usulan kegiatan (RUK)
khususnya mengenai cakupan pengobatan penderita TB paru.

1.4.2 Manfaat Bagi Puskesmas


Sebagai bahan evaluasi kegiatan mahasiswa IKM dalam kegiatan
kepanitraan senior di Puskesmas Lima Ilir Tahun 2020.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tuberkulosis Paru


Penyakit Tuberkulosis Paru atau TBC adalah suatu penyakit infeksi yang di
sebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosa. Bakteri ini berbentuk batang dan
bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA).
Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882,
sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut di beri nama Baksil Koch.
Bahkan, penyakit TBC dan paru-paru kadang di sebut sebagai Koch Pulmonum (KP)
Penyakit TBC merupakan penyakit kronis (menahun) telah lama di kenal oleh
masyarakat luas dan ditakuti, karena menular. Namun demikian TBC dapat
disembuhkan dengan memakan obat anti TB dengan betul yaitu teratur sesuai
petunjuk dokter atau petugas kesehatan lainnya.1
Kerentanan penyakit Tuberkulosis terjadi karena daya tahan tubuh yang rendah
yang disebabkan oleh karena gizi yang buruk, terlalu lelah, kedinginan, dan cara
hidup yang kurang teratur. Kelompok umur yang biasa diserang berada dalam
kelompok usia produktif antara 16-64 tahun, yang memiliki pola hidup tidak sehat
serta kurang gizi. Sehingga biasanya penyakit ini menyerang masyarakat rendah yang
berada golongan sosial ekonomi rendah, dimana keadaan sosial ekonomi rendah,
terdapat kemiskinan dan kurangnya pengetahuan tentang cara-cara hidup yang sehat.
Akan tetapi bukan berarti masyarakat golongan menengah keatas dapat terbebas dari
penyakit Tuberkulosis.1,5
Kuman Tuberkulosis yaitu Mycobacterium Tuberculosa berbentuk batang,
mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan (Basil Tahan
Asam), ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3 – 0,6/um. Kuman Tuberkulosis cepat
mati dengan sinar matahari langsung tetapi dapat bertahan hidup selama beberapa jam
ditempat yang gelap dan lembek. Di dalam jaringan tubuh kuman ini dapat Dorman,
tertidur lama selama beberapa tahun. Kuman dapat disebarkan dari penderita
Tuberkulosis Basil Tahan Asam positif (TB BTA positif) kepada orang yang berada

4
disekitarnya, terutama yang kontak erat. Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit
yang sangat infeksius. Seorang penderita Tuberkulosis dapat menularkan penyakit
kepada 10 orang di sekitarnya. Di sebabkan oleh kuman TB Mycobacterium
Tuberculosis, sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai
organ tubuh lainnya.6
1. Tanda dan Gejala Tuberkulosis4,6
a. Gejala sistemik atau umum
1) Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan
malam hari disertai keringat malam kadang-kadang serangan dalam seperti
influenza dan bersifat hilang-timbul.
2) Penurunan nafsu makan dan berat badan
3) Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah)
b. Perasaan tidak enak pada badan dan lemah.
c. Gejala khusus
1) Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan
kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara nafas
melemah yang disertai sesak.
2) Kalau ada cairan di rongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai
dengan keluhan sakit dada.
3) Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang
pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit atasnya,
pada muara ini akan keluar cairan nanah.
4) Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan
disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam
tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang- kejang.

2. Cara Penularan4,6,7
Sumber penularannya adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau
bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk Droplet (percikan

5
dahak), droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar
selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam
saluran pernapasan. Selama kuman TB masuk ke dalam tubuh manusia melalui
pernapasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya,
melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran napas atau penyebaran
langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya.

3. Resiko Penularan8
Resiko penularan setiap tahun (Anual Risk Of Tuberkulosis Infection= ARTI) di
Indonesia dianggap cukup tinggi dan berfariasi antara 1-2%. Pada daerah dengan
ARTI sebesar 1%, berarti setiap tahun di antara 1000 penduduk, 10 orang akan
terinfeksi. Sebagian besar dari orang yang terinfeksi tidak akan menjadi penderita TB,
hanya 10% dari yang terinfeksi yang akan menjadi penderita TB. Dari keterangan
tersebut di atas, dapat diperkirakan bahwa daerah dengan ARTI 1%, maka
diantara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 100 penderita Tuberkulosis setiap
tahun, dimana 50% penderita adalah BTA positif. Faktor yang
mempengaruhi kemungkinan seseorang menderita TB adalah daya tahan tubuh yang
rendah diantaranya adalah gizi buruk atau HIV/AIDS.

4. Tipe Penderita9
a. Kasus baru
Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT (obat anti TB) atau
sudah pernah meminum OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian).
b. Kambuh (relaps)
Adalah penderita Tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapatkan terapi
Tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian
kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak Basil Tahan Asam positif.
c. Pindahan (transfer in)
Adalah penderita Tuberkulosis yang sedang mendapatkan pengobatan di suatu
Kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita tersebut

6
harus membawa surat rujukan/pindahan (Form TB).
d. Kasus berobat setelah lalai
Penderita Tuberkulosis yang kembali berobat dengan hasil Basil Tahan Asam
positif setelah putus berobat 2 bulan atau lebih.
e. Gagal Obat
1) Adalah penderita Basil Tahan Asam positif yang masih tetap positif atau
kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 atau lebih.
2) Adalah penderita Basil Tahan Asam negatif, rontgen positif yang menjadi
Basil Tahan Asam positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan.
f. Lain-lain
Semua penderita lain yang tidak memenuhi persyaratan tersebut diatas.
Termasuk dalam kelompok ini adalah kasus kronik (adalah penderita yang masih
Basil Asam Positif setelah menyelesaikan pemeriksaan ulang dengan kategori 2.

Riwayat Terjadinya Tuberkulosis9,10,11


a. Infeksi Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TB.
Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem
pertahanan mukosilier bronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus dan
menetap disana. Infeksi di mulai saat kuman TB berhasil berkembang biak dengan
cara pembelahan diri di paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru,
saluran limfe akan membawa kuman TB di sekitar hilus paru dan ini di sebut sebagai
kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks
primer adalah 4-6 minggu.

b. Tuberkulosis Pasca Primer


Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun
sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi
HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah
kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau afusi pluera.

7
1. Perjalanan Alamiah TB yang tidak di oabati
Tanpa pengobatan setelah lima tahun, 50% dari penderita akan meninggal, 25%
akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh tinggi, dan 25% sebagai kasus
kronik yang tetap menular.

2. Klasifikasi
a. Tuberkulosis Paru
Merupakan tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk
pleura (selaput paru). Berdasarkan pemeriksaan dahak, Tuberkulosis paru
terbagi menjadi 2 yaitu Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam positif dan
Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam negatif.
b. Tubuh Tuberkulosis Ekstra Paru
Tuberkulosis ekstra paru adalah Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh
selain jaringan paru, misalnya pleura (selaput paru), selaput otak, selaput
jantung, kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing,
alat kelamin dan lain-lain. Berdasarkan keparahannya, Tuberkulosis Ekstra Paru
dibagi menjadi 2 yaitu:
- Tuberkulosis Ekstra Paru Ringan
Misalnya Tuberkulosis kelenjar limfe, pleuritis eksudatif, unilateral, tulang
(kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal.
- Tuberkulosis Ekstra Paru Berat
Misalnya: meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudatif
dupleks, Tuberkulosis tulang belakang, Tuberkulosis usus, Tuberkulosis
saluran kencing dan alat kelamin.

3. Patofisiologi11
Kuman Mycobacterim Tuberculosis masuk kedalam tubuh melalui
pernafasan kemudian basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus
menyebabkan reaksi peradangan, tubuh mencoba bereaksi melalui leukosit
polimorfonuklear memfagosit bacteria namun tidak membunuh organisme

8
tersebut sehingga sampai menyerang alveoli. Alveoli yang terserang akan
mengalami konsolidasi maka muncul gejala pneumonia akut dan bakteri terus
di fagosit dan berkembang dalam sel sehingga ada yang sembuh dengan
sendirinya namun ada yang menyebar melalui getah bening menuju ke kelenjar
bening regional yang menyebabkan TBC.

4. Tatalaksana11
Obat-obatan yang digunakan pada pasien dengan Tuberkulosis paru di
golongkan menjadi dua kelompok yaitu:
1. Obat Primer
Obat primer meliputi INH (Isoniazid), Rifampisin, Streptomisin,
Pirasinamid.
Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang dapat di tolerir,
sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat- obat ini.
2. Obat Sekunder
Obat sekunder meliputi Exionamid, Paraminosalisilat, Sikloserin,
Amikasin, Kapreomisin, dan Kanamisin.
Meskipun demikian, pengobatan TBC paru-paru hampir selalu
menggunakan tiga obat yaitu INH, Rifampisin, dan Pirasinamid pada bulan
pertama selama tidak ada resistensi terhadap satu atau lebih obat TBC primer
ini.

2.2 Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP)


A. Tahap Persiapan12,13,14
Tahap ini mempersiapkan staf puskesmas yang terlibat dalam proses
penyusunan perencanaan tingkat puskesmas agar memperoleh kesamaan
pandangan dan pengetahuan untuk melaksanakan tahap- tahap perencanaan.
Tahap ini dilakukan dengan cara:
1. Kepala puskesmas membentuk tim penyusun perencanaan tingkat puskesmas
yang anggotanya terdiri dari staf puskesmas.

9
2. Kepala puskesmas menjelaskan tentang pedoman perencanaan tingkat
puskesmas kepada tim agar dapat memahami pedoman tersebut demi
keberhasilan penyusunan perencanaan tingkat puskesmas.
3. Puskesmas mempelajari kebijakan dan pengarahan yang telah ditetapkan oleh
dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan propinsi dan departemen
kesehatan.

B. Tahap Analisis Situasi11,12,13


Tahap ini merupakan langkah awal proses penyusunan (rencana operasional
yang bertujuan untuk identifikasi masalah. Tahap ini dimaksudkan untuk
memperoleh informasi mengenai keadaan dan permasalahan yang dihadapi
puskesmas melalui proses analisa terhadap data yang dikumpulkan. Secara
konsepsual, analisis situasi Puskesmas adalah proses berikut kecenderungannya
dan faktor-faktor yang mempengaruhi masalah tersebut, serta potensi sumber
daya Puskesmas yang dapat digunakan untuk melakukan intervensi. Analisis
situasi akan menghasilkan rumusan masalah dan berbagai faktor yang berkaitan
dengan masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas serta potensi
sumber daya Puskesmas yang dapat digunakan untuk melakukan intervensi.
Langkah ini dilakukan dengan mengumpulkan dan menganalisis data atau fakta
yang berkaitan dengan masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas.12
Tim yang telah disusun oleh Kepala Puskesmas melakukan pengumpulan
data. Terdapat dua kelompok data yang perlu dikumpulkan yaitu:
A. Data Umum
1. Peta wilayah kerja serta fasilitas pelayanan.
Data wilayah mencakup luas wilayah, jumlah desa/dusun/RT/RW, jarak
desa dengan puskesmas, waktu tempuh ke puskesmas. Data ini diperoleh di
kantor kelurahan/desa atau kantor kecamatan.

10
2. Data sumber daya
Data sumber daya puskesmas (termasuk puskesmas pembantu dan bidan di
desa, mencakup:
a) Ketenagaan
b) Obat dan bahan habis pakai
c) Peralatan
d) Sumber pembiayaan yang berasal dari pemerintah (Pusat dan Daerah),
masyarakat, dan sumber lainnya
e) Sarana dan prasarana, antara lain gedung, rumah dinas, computer, mesin
tik, meubelair, kendaraan.

3. Data peran serta masyarakat


Data ini mencakup jumlah posyandu, kader, dukun bayi dan tokoh
masyarakat.

4. Data penduduk dan sasaran program


Data penduduk dan sasaran program mencakup : jumlah penduduk
seluruhnya berdasarkan jenis kelamin, kelompok umur (sesuai sasaran
program), sosio ekonomi pekerjaan, pendidikan, keluarga miskin (persentase
di tiap desa/kelurahan). Data ini dapat diperoleh di kantor kelurahan/desa,
kantor kecamatan, dan data estimasi sasaran di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.

5. Data sekolah
Data sekolah dapat diperoleh dari dinas pendidikan setempat, mencakup
jenis sekolah yang ada, jumlah siswa, klasifikasi sekolah UKS, jumlah dokter
kecil, jumlah guru UKS dan lainnya.

11
6. Data kesehatan lingkungan wilayah kerja puskesmas
Data kesehatan lingkungan mencakup rumah sehat, tempat pembuatan
makanan/minuman, tempat-tempat umum, tempat pembuangan sampah,
saarana air bersih, jamban keluarga dan sistem pembuangan air limbah.

B. Data Khusus (hasil penialaian kinerja puskesmas)


1.Status kesehatan terdiri dari :
- Data kematian
- Kunjungan kesakitan
- Pola penyakit yaitu 10 penyakit terbesar yang ditemukan
2. Kejadian luar biasa
3. Cakupan program pelayanan kesehatan 1 (satu) tahun terakhir di tiap
desa/kelurahan
4. Hasil survey (bila ada)

2.3. Tahap Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK)11,12,13,14


1. Identifikasi Masalah
Masalah adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Identifikasi
masalah dilaksanakan dengan membuat daftar masalah yang dikelompokan
menurut jenis program, cakupan, mutu, ketersediaan sumber daya.

2. Prioritas Masalah
Telah disebutkan bahwa yang terpenting dalam perencanaan adalah yang
menyangkut proses perencanaan. Adapun yang dimaksud dengan proses
perencanaan disini ialah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menyusun
suatu rencana. Untuk bidang kesehatan, langkahlangkah yang sering
dipergunakan adalah mengikuti prinsip lingkaran pemecahan masalah.Sebagai
langkah pertama dilakukanlah upaya menetapkan prioritas masalah. Adapun

12
yang dimaksudkan dengan masalah disini ialah kesenjangan antara apa yang
ditemukan dengan apa yang semestinya.
Mengingat adanya keterbatasan kemampuan mengatasi masalah secara
sekaligus, ketidaktersediaan teknologi atau adanya keterkaitan satu masalah
dengan masalah lainnya, maka perlu dipilih prioritas dengan jalan kesepakatan
tim. Bila tidak dicapai kesepakatan dapat ditembuh dengan menggunakan kriteria
lain. Dalam penetapan prioritas masalah dapat mempergunakan berbagai macam
metode seperti kriteria matriks, MCUA, Hanlon, Carl, dsb. Penetapan
penggunaan metode tersebut diserahkan kepada masing-masing puskesmas.
a. Urgensi
Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan dengan waktu
yang tersedia serta seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk memecahkan
masalah yang menyebabkan isu tadi.
b. Seriousness
Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan akibat yang
timbul dengan penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan isu tersebut
atau akibat yang menimbulkan masalahmasalah lain kalau masalah penyebab
isu tidak dipecahkan. Perlu dimengerti bahwa dalam keadaan yang sama,
suatu masalah yang dapat menimbulkan masalah lain adalah lebih serius bila
dibandingkan dengan suatu masalah lain yang berdiri sendiri
c. Growth
Seberapa kemungkinan-kemungkinannya isu tersebut menjadi berkembang
dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan makin memburuk kalau
dibiarkan.

13
Tabel 2.1 Tabel USG
Kriteria M1 M2 M3 M4
TKT Urgency (U) 5 3 4 2
TKT Seriousnes (S) 3 4 1 5
TKT Growth (G) 4 1 2 3
Total (UxSxG) 60 12 8 30

3. Merumuskan Masalah
Hal ini mencakup apa masalahnya, siapa yang terkena masalahnya, berapa
besar masalahnya, dimana masalah itu terjadi dan bila mana masalah itu terjadi
(What, who, when, where dan how).

4. Mencari Akar Penyebab Masalah


Mencari akar masalah dapat dilakukan antara lain dengan menggunakan
metode:
- Diagram sebab akibat dari Ishikawa (disebut juga diagram tulang ikan karena
digambarkan membentuk tulang ikan)
- Pohon masalah (problem trees)

Gambar 2.1 Diagram Tulang Ikan (fishbone)

14
5. Pemecahan Masalah
Untuk menetapkan cara pemecahan masalah dapat dilakukan dengan
kesepakatan diantara anggota tim. Bila tidak terjadi kesepakatan dapat digunakan
kriteria matriks. Untuk itu harus dicari alternatif pemecahan masalahnya.

2.4 Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga (PIS-PK)15


Beberapa negara di dunia menerapkan konsep pelayanan kesehatan dasar atau
dikenal dengan istilah primary health care. Implementasi dari primary health care ini
umumnya berbeda-beda di tiap negara. Di beberapa negara maju, primary health care
diterapkan dengan memisahkan pelayanan perorangan/individu dengan pelayanan
kesehatan masyarakat.
Pelayanan kesehatan masyarakat dilaksanakan oleh petugas dan sarana kesehatan
milik publik yang didirikan khusus untuk itu, baik pemerintah ataupun swasta.
Sedangkan pelayanan kesehatan perorangan dilaksanakan oleh dokter keluarga.
Di negara-negara maju, seorang dokter keluarga harus memiliki kompetensi
khusus yang lebih baik dibandingkan seorang dokter umum biasa. Ada pendidikan
tambahan yang harus dijalani oleh dokter umum untuk menjadi dokter keluarga.
Kompetensi khusus ini yang diharapkan mampu menjadikan seorang dokter keluarga
dapat memberikan pelayanan kesehatan secara lebih menyeluruh dan
berkesinambungan kepada suatu individu ataupun kumpulan individu seperti
keluarga. Pendekatan dokter keluarga sebagai primary health care merupakan suatu
solusi dalam mewujudkan kualitas kesehatan individu dan masyarakat yang lebih
baik.

2.4.1 Konsep Pelayanan Kesehatan Dasar di Indonesia


Berbeda dengan hal diatas, di Indonesia menerapkan pelayanan kesehatan
perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat dalam satu wadah terpadu yang
dikenal sebagai pusat kesehatan masyarakat (puskesmas). Sehingga puskesmas
menjalankan kedua pelayanan tersebut secara bersamaan.

15
Upaya kesehatan yang ada di puskesmas mencakup upaya kuratif,
rehabilitatif, preventif dan promotif. Dalam perkembangannya, Fungsi pelayanan
kesehatan perorangan dan masyarakat yang dilakukan oleh puskesmas berupa
tindakan kuratif (pengobatan) menjadi lebih dominan dibandingkan kegiatan-
kegiatan promotif dan preventif.
Masyarakat menganggap bahwa tidak perlu datang ke puskesmas jika tidak
sakit. Disisi lain, petugas puskesmas menganggap bahwa kalau tidak ada yang
datang ke puskesmas, maka masyarakat sudah sehat. Sehingga ada anggapan
bahwa puskesmas identik dengan tempat berkumpulnya orang-orang sakit.
Anggapan seperti ini harus dapat diubah dengan program pendekatan keluarga.

2.4.2 Program Kesehatan dengan Pendekatan Keluarga


Keluarga adalah suatu lembaga yang merupakan unit terkecil dari
masyarakat. Karena merupakan unit dari masyarakat, keluarga memiliki peran
yang cukup signifikan dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Tinggi
rendahnya derajat kesehatan keluarga akan sangat menentukan tinggi rendahnya
derajat kesehatan masyarakat.
Sangat tepat Kementerian Kesehatan RI dalam menetapkan pendekatan
keluarga untuk mencapai keberhasilan pembangunan kesehatan. Pendekatan
keluarga sebagai satuan terkecil masyarakat dinilai akan lebih efektif dalam
mengatasi berbagai persoalan kesehatan seperti gizi buruk, sanitasi buruk,
penyebaran penyakit menular seperti tuberkolusis, HIV/AIDS, malaria serta
pengendalian penyakit tidak menular seperti obesitas, darah tinggi, diabetes dan
lain-lain.
Sesuai amanat UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
pembangunan keluarga adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas yang
hidup dalam lingkungan yang sehat. Terdapat lima fungsi keluarga yang salah
satunya adalah fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (The Health Care
Function). Fungsi ini adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota
keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini dikembangkan

16
menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan. Setiap anggota keluarga memiliki
peran dan fungsinya masing-masing untuk mempertahankan kondisi kesehatan di
dalam keluarga. Kondisi kesehatan yang dipertahankan mencakup pencegahan,
perawatan, pemeliharaan, termasuk upaya membangun hubungan timbal balik
antara keluarga dengan fasilitas kesehatan.

2.4.3 Puskesmas sebagai Penentu Keberhasilan Program Pendekatan Keluarga15-16


Dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI No.
39 Tahun 2016 tentang "Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat
dengan Pendekatan Keluarga", pemerintah telah menetapkan bahwa pelaksana
dari program ini adalah pusat kesehatan masyarakat (puskesmas). Puskesmaslah
ujung tombak dan penentu keberhasilan program ini. Adapun area
prioritas/sasaran yang telah ditetapkan oleh pemerintah melalui program ini
adalah penurunan angka kematian ibu/angka kematian bayi (AKI dan AKB),
penurunan prevalensi balita pendek (stunting), penanggulangan penyakit menular
dan penanggulangan penyakit tidak menular. Pelaksanaannya melalui pendekatan
upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
Pendekatan keluarga adalah pendekatan pelayanan puskesmas yang
menggabungkan upaya kesehatan perorangan (UKP) dan upaya kesehatan
masyarakat (UKM) tingkat pertama secara berkesinambungan dengan didasarkan
kepada data dan informasi dari profil kesehatan keluarga.
Kedepan, puskesmas sebagai ujung tombak dari pelayanan kesehatan milik
pemerintah harus lebih proaktif lagi dalam melaksanakan program-program
kesehatannya. Program preventif dan promotif harus kembali digalakkan.
Melalui pendekatan keluarga, diharapkan puskesmas dapat menangani masalah-
masalah kesehatan individu secara siklus hidup (life cycle). Ini artinya
penanganan masalah kesehatan dilakukan sejak fase dalam kandungan, proses
kelahiran, tumbuh kembang masa bayi-balita, usia sekolah dasar, remaja, dewasa
sampai usia lanjut. Fokusnya adalah pada kesehatan individu-individu dalam
keluarga. Hal ini sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI

17
Tahun 2015 - 2019 dimana penerapan pelayanan kesehatan harus terintegrasi dan
berkesinambungan (continuum of care).
Contoh Kegiatan Program Pendekatan Keluarga, salah satu bentuk dari
pendekatan keluarga yang dapat dilakukan oleh puskesmas adalah melalui
kegiatan kunjungan rumah secara rutin dan terjadwal. Dengan kunjungan rumah,
puskesmas dapat memperoleh data profil kesehatan keluarga (prokesga) yang
berguna untuk mengenali secara lebih menyeluruh (holistic) masalah-masalah
kesehatan di keluarga. Selain itu, kegiatan promotif dan preventif terhadap
keluarga juga dapat terlaksana dengan kunjungan rumah.
Kombinasi dari profil kesehatan keluarga dan upaya promotifpreventif
tentu akan lebih efektif dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan di keluarga.
Program pendekatan keluarga yang dilaksanakan puskesmas juga secara
langsung akan menguatkan manajemen puskesmas secara internal, yang
mencakup sumber daya manusia, pendanaan, sarana prasarana, program
kesehatan, sistem informasi dan jejaring dengan pihak terkait di lingkup wilayah
kerjanya seperti puskesmas pembantu (pustu), puskesmas keliling (pusling), pos
pelayanan terpadu (posyandu), bidan desa dan lain-lain.

2.4.4 Hal yang Mempengaruhi Keberhasilan Program Pendekatan Keluarga


Keberhasilan program ini tentunya memerlukan pemahaman dan komitmen
yang sungguh-sungguh, sistematis dan terencana dari seluruh petugas
puskesmas. Kesamaan pemahaman dan komitmen yang kuat akan menghasilkan
tercapainya target area prioritas/sasaran dari program ini. Komitmen untuk
bekerja di dalam dan di luar gedung puskesmas tent juga perlu didukung oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai induk dari puskesmas. Salah satu
bentuk dukungan dari Dinkes adalah melalui alokasi anggaran berupa dana
operasional puskesmas. Walaupun puskesmas sudah memiliki dana kapitasi dari
BPJS Kesehatan yang dapat digunakan untuk pelaksanaan program ini,
dukungan alokasi anggaran dari Dinkes tentu juga diharapkan tetap didapatkan.

18
Terlebih kegiatan kunjungan rumah yang memerlukan pengorbanan ekstra dari
petugas puskesmas.

Bila diperlukan, puskesmas dapat merekrut petugas tambahan dari kader-


kader kesehatan di wilayah kerjanya. Rekrutmen ini tentu merupakan hasil
analisis kebutuhan dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut di atas.
Kunjungan rumah yang dilakukan juga dapat menjadi sarana penyampaian
pesan-pesan kesehatan kepada individu-individu dalam keluarga. Maka petugas
dapat memberikan leaflet/flyer tentang keluarga berencana, pemeriksaan
kehamilan, asi eksklusif, imunisasi, gizi seimbang, pencegahan penyakit
menular, pencegahan penyakit tidak menular, bahaya merokok, cara mencuci
tangan yang baik, jaminan kesehatan nasional dan lain-lain.
Profil kesehatan keluarga (prokesga) yang dibawa pada saat kunjungan
rumah mengacu pada indikator keluarga sehat yang telah ditetapkan Kementerian
Kesehatan RI. Hal ini untuk menyeragamkan pendataan agar efektif dan tepat
sasaran. Data prokesga didapat dari kunjungan rumah merupakan data yang
sangat berharga bagi puskesmas. Analisis yang akurat terhadap prokesga akan
berguna untuk mengidentifikasi dan menetapkan intervensi kesehatan apa saja
yang dibutuhkan terhadap suatu keluarga. Setiap keluarga tentu akan
menghasilkan intervensi kesehatan yang berbeda dengan keluarga lain.
Perbedaan ini akan dapat dibaca sebagai hasil yang akurat dengan adanya
keseragaman indikator. Sehingga hasil akhir yang diharapkan adalah tercapainya
area prioritas/sasaran dari program ini.

19
BAB III
PROFIL PUSKESMAS LIMA ILIR PALEMBANG

3.1 Geografi Puskesmas Lima Ilir17


Puskesmas Lima Ilir terletak di Wilayah kerja Kecamatan Ilir Timur II kota
Palembang, tepatnya di Jalan Bambang Utoyo Kelurahan Lima Ilir, terletak
strategis karena terletak dipinggir jalan raya yang merupakan lalu lintas
kendaraan baik kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Puskesmas Lima
Ilir di wilayah Kecamatan Ilir Timur II Kota Palembang membina hanya satu
kelurahan yaitu Kelurahan Lima Ilir.
Batas Wilayah KerjaPuskesmas Lima Ilir

 Utara : Berbatasan dengan Kelurahan Duku


 Selatan : Berbatasan dengan Kelurahan Duku
 Timur : Berbatasan dengan Kelurahan Dua Ilir
 Barat : Berbatasan dengan Kelurahan Lawang Kidul

Secara Administrasi pemerintahan, luas wilayah puskesmas Lima Ilir 1,98


km2. Puskesmas Lima Ilir mempunyai wilayah kerja meliputi satu kelurahan
yaitu Kelurahan Lima Ilir Palembang.

Puskesmas Lima Ilir didirikan pada tahun 1983 di Jalan Bambang Utoyo.
Kemudian pada tahun 2016 Puskesmas dipindahkan dengan APBD Kota
Palembang yang terletak persis di sebelah puskesmas yang lama dengan luas
tanah 1.016,85 m2. Pada Bulan Agustus tahun 2019 terjadi perubahan nama
puskesmas yang semula Puskesmas Ilir berubah menjadi Puskesmas Lima Ilir.

Puskesmas Lima Ilir adalah Pusat Kesehatan Masyarakat Induk yang tidak
mempunyai Puskesmas pembantu dan terjadi beberapa kali pergantian
kepemimpinan Puskesmas. Adapun pimpinan puskesmas dari Tahun 1986
sampai dengan sekarang yaitu sebagai berikut:

20
No. Nama PeriodeTahun

1. dr.IndahPuspita 1986 – 1999

2. dr.Hj.AiniGhandi, M.Kes 1999 – 2001

3. dr.JustinaTjandra 2001 – 2009

4. dr.H.Alfarobi,M.Kes 2009 – 2013

5. dr.H.PemiWelrado 2013 – Februari 2016

6 dr.Yulifa Februari 2016 s.dSekarang

3.2 Gambaran Umum Puskesmas Lima Ilir Palembang


Sarana dan Prasarana Puskesmas Lima Ilir Terdiri dari:
Lantai Satu
- Pendaftaran
- Poli umum
- Poli Lansia
- Poli KB
- Poli KIA
- Poli PTM
- Laboratorium
- Apotik
- Toilet Pria dan Wanita

Lantai Dua
- Ruangan Tata Usaha

21
- Ruangan Kepala Puskesmas
- Promkes / Kesling / Gizi
- Toilet

3.3 Demografi
Masyarakat pada wilayah kerja Puskesmas Lima Ilir merupakan wilayah
kependudukan yang berjumlah 11.933 Jiwa (Laki-laki 6004 atau 50,31% dan
jumlah wanita 5929 atau 49,69%) dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 3220
KK. Jumlah rumah di wilayah kerja puskesmas lima ilir sebanyak 1327 Rumah
dan sebanyak 95,10% merupakan rumah yang memenuhi syarat kesehatan.
Dengan satu kelurahan yaitu Kelurahan Lima Ilir, dimana ekonomi
masyarakat di area kerja Puskesmas terdiri dari PNS, Pedagang, Wiraswasta,
Buruh. Demografi lingkungan terdiri dari daratan, hampir rata-rata penduduknya
sudah sadar akan perilaku hidup sehat. Sehingga Puskesmas Lima Ilir sendiri
pernah menjadi percontohan penanggulangan nyamuk demam berdarah dengan
pengembang biakan ikan tempalo yang di pusatkan pada Puskesmas Lima Ilir.
Dalam Penyelengaraan pelayanan puskesmas lima Ilir mendapatkan pembiayaan
dari berbagai sumber pembiayaan yaitu dari sumber dana Kapitasi BPJS dan
BLUD dan Bantuan oprasional kesehatan.

Di Wilayah Kerja puskesmas lima ilir, terdapat sarana pendidikan yang terdiri dari:
TK/PAUD, SD/MI dan tidak ada SMP/ SMA dan perguruan tinggi
Jumlah Siswa- siswi binaan Puskesmas lima Ilir :
1. SD Bina Warga : 188 Orang
2. SD taman Siswa : 141Orang
3. TK Darmawanita : 37 Orang
4. TK salimah : 45 Orang
5. TK Aisah : 16 Orang

22
3.4 Situasi Upaya Kesehatan
a. Pelayanan Kesehatan Tingkat puskesmas
Untuk mencapai visi pembangunan kesehatan melalui Puskemas lima Ilir
yakni terwujudnya Kecamatan Sehat menuju indonesia Sehat. Puskesmas
lima ilir bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat yang merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama.
b. Pelayanan kesehatan wajib
1. Upaya Promosi kesehatan
2. Upaya kesehatan lingkungan
3. Upaya kesehatan ibu dan Anak
4. Upaya perbaikan gizi masyarakat
5. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
6. Upaya pengobatan
c. Pelayanan Kesehatan pengembangan
1. Pelayanan Kesehatan Jiwa
2. Pelayanan Kesehatan Gigi Masyarakat
3. Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer
4. Pelayanan Kesehatan Olahraga
5. Pelayanan Kesehatan Indera
6. Pelayanan Kesehatan Lansia
7. Pelayanan Kesehatan Kerja

3.5 Program–Program yang dilaksanakan

1. Program KIA/KB
2. Program imunisasi
3. Program gizi
4. Program kesling
5. Kegiatan pengendalaian penyakit
6. Program usila
7. Program kesehatan olahraga

23
8. Program UKS
9. Program kesehan Gigi dan mulut
10. Program UKK
11. Program TOGA
12. Pembinaan dan pemantauan TOGA
13. Kegiatan pelayanan labortaorium
14. Kegiatan Manajemen Puskesmas

3.6 Penyakit Tersering Puskesmas Lima Ilir


1. Penyakit Terbanyak Puskesmas Lima Ilir Tahun 2017
No. Penyakit Jumlah
1. Common Cold Hipertensi 2389
2. Hipertensi 1622
3. ISPA 1557
4. Febris 1553
5. OA 916
6. Gastritis 862
7. Diare 614
8. Dermatitis 597
9. Pneumonia 201
10. Asma 170
Total 10.481

2. Penyakit Terbanyak Puskesmas Lima Ilir Tahun 2018


No. Penyakit Jumlah
1. Ispa 1411
2. Hipertensi 1396
3. Dermatitis 811

24
4. Common Cold 655
5. Hipertensi Heart Disease 577
6. Osteoartritis (OA) 495
7. Diabetes Mellitus 426
8. Diare 426
9. RA 349
10. Gastritis 342
Total 6888

3. Penyakit Terbanyak Puskesmas Lima Ilir Tahun 2019


No. Penyakit Jumlah
1. Ispa 2028

2. Hipertensi 1762

3. Osteoartritis (OA) 1048

4. Gastritis 926

5. Common Cold 805

6. Hipertensi Heart Disease 670

7. Dermatitis 655

8. RA 545

9. Diare 535

10. Diabetes Mellitus 225

Total 9229

3.7 Capaian Indikator di Puskesmas Lima Ilir Tahun 2020


No Upaya target Capaian
1 Upaya promosi Kesehatan

49,03%
100%

25
2 Upaya kesehatan
Lingkungan
100% 99,47

3 Upaya kesehatan
Lingkungan
100% 95,10%
4 Upaya perbaikan gizi
masyarakat
92,34%
100%
5 Upaya perbaikan gizi
92,92%
masyarakat
100%
6 Upaya perbaikan gizi
masyarakat
75,12
100%
7 Upaya pengendalian dan
pencegahan penyakit
100%

90,32%
8 Upaya Perkesmas

100% 44,71%

3.8 Faktor yang Memengaruhi Capaian Tuberkulosis


Melalui observasi dan tanya jawab dengan tenaga kesehatan di Puskesmas Lima
Ilir mengenai pelayanan kesehatan penderita TB, terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya kesenjangan antara rendahnya capaian target pengobatan
Tuberkulosis paru di Puskesmas Lima Ilir. Faktor pertama berasal dari sumber daya
manusia yang dalam hal ini adalah petugas kesehatan dan kader. Kurangnya peran
kader untuk melakukan penyuluhan/edukasi mengenai penyakit TB terhadap
penderita TB menyebabkan penderita kurang memahami bahwa penyakit TB

26
merupakan penyakit infeksi yang harus mendapatkan pengobatan secara terus
menerus selama 6 bulan, kurangnya pemahaman masyarakat tentang efek samping
dari tidak teraturnya mengkonsumsi obat TB. Kurangnya penyuluhan juga
menyebabkan sulitnya penemuan kasus baru penderita TB karena pasien malu untuk
datang berobat.
Faktor kedua yang mempengaruhi adalah metode. Belupm adanya pengadaan
media informasi yang memadai akhirnya berdampak pada kurang inovatifnya
penyuluhan TB kepada pasien di Puskesmas Lima Ilir. Upaya peningkatan
pengobatan Tuberkulosis dapat dilakukan melalui promosi kesehatan. Promosi
kesehatan dapat mengurangi dampak dari faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan
faktor-faktor penentu kesehatan secara luas yang mengarah pada penyakit dan
meningkatkan kualitas kehidupan individu dan masyarakat.
Faktor ketiga, kurang patuhnya penderita terhadap himbauan tenaga kesehatan
setelah pemberian promosi kesehatan. Penderita kadang merasa puas dengan
pengobatannya sehingga menganggap penyakitnya telah sembuh dan memutuskan
untuk tidak melanjutkan pengobatan.

27
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Masalah


1. Masalah
Masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Identifikasi
masalah dilaksanakan dengan membuat daftar masalah yang dikelompokkan
menurut jenis program, cakupan, mutu dan ketersediaan sumberdaya.
Berdasarkan dari pencapaian cakupan-cakupan program di Puskesmas Lima Ilir
Kota Palembang pada tahun 2020, terdapat beberapa upaya program kesehatan
yang belum mencapai target yang merupakan sebuah masalah dimana apabila
tidak di tindak lanjut akan berdampak pada kesehatan masyarakat di lingkungan
tersebut, sehingga perlu identifikasi beberapa masalah cakupan-cakupan program
tersebut seperti:
Tabel 4.1 Masalah-masalah upaya program kesehatan yang belum mencapai
target.

No Upaya target Capaian Masalah


1 Upaya promosi Kesehatan Masih rendahnya
cakupan tidak ada
49,03% anggota keluarga yang
100% tidak merokok sebesar
50,7% di Wilayah
kelurahan Lima Ilir
tahun 2019
2 Upaya kesehatan Masih adanya Keluarga
yang tidak mempunyai
Lingkungan
akses atau menggunakan
100% 99,47 jamban sehat sebesar
0,53 %
(12 rumah ) di Wilayah
kelurahan Lima ilir
tahun 2019
3 Upaya kesehatan Masih kurangnya
cakupan rumah yang
Lingkungan

28
memenuhi syarat
100% 95,10% sebesar 4,9%(65
rumah) di wilayah
Kelurahan lima ilir tahun
2019
4 Upaya perbaikan gizi Masih Kurangnya
cakupan Pemberian
masyarakat
92,34% kapsul vitamin A
padabalita 2 kali /
100% tahun sebesar
7,66%(38 orang) di
wilayah
Kelurahan Lima Ilir
Tahun 2019
5 Upaya perbaikan gizi Masih Kurangnya
92,92% cakupan bayi naik
masyarakat
berat badanya
100% sebesar
7,08%(51 orang) di
wilayah Kelurahan Lima
Ilir Tahun 2019
6 Upaya perbaikan gizi Masih Kurangnya
cakupan bayi baru
masyarakat
75,12 lahir mendapatkan
100% IMD sebesar
24,85%(54 orang) di
wilayah Kelurahan
Lima Ilir Tahun
2019
7 Upaya pengendalian Masih Kurangnya
cakupanPenderita TB
dan pencegahan
100% berobat sesuai standar
penyakit sebesar 9,68%(3 orang)
90,32% di wilayah Kelurahan
Lima Ilir Tahun 2019
8 Upaya Perkesmas Masih Kurangnya
cakupan Angota
100% 44,71% keluarga menjadi
angota JKN sebesar
55,29%(1255 KK) di
wilayah Kelurahan Lima
Ilir Tahun 2019

29
4.2 Penentu Prioritas Masalah
Berdasarkan pembahasan di atas, harus ditetapkan satu prioritas masalah
yaitu dengan menggunakan metode USG yang menggunakan pertimbangan
beberapa aspek yaitu:
a. Urgency, berkaitan dengan mendesaknya waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Semakin mendesak suatu masalah untuk
diselesaikan maka semakin tinggi urgensi masalah tersebut.
b. Seriousness, berkaitan dengan dampak dari adanya masalah tersebut terhadap
organisasi. Dampak ini terutama yang menimbulkan kerugian bagi organisasi
seperti dampaknya terhadap produktivitas, keselamatan jiwa manusia,
sumberdaya atau sumber dana. Semakin tinggi dampak masalah tersebut
terhadap organisasi maka semakin serius masalah tersebut.
c. Growth, berkaitan dengan pertumbuhan masalah. Semakin cepat berkembang
masalah tersebut maka semakin tinggi tingkat pertumbuhannya. Suatu masalah
yang cepat berkembang tentunya makin prioritas untuk diatasi permasalahan
tersebut.

Masalah yang mempunyai total angka tertinggi dari hasil penjumlahan akan
menjadi prioritas masalah.

30
No Masalah U S G Total
1 Masih rendahnya cakupan tidak ada anggota 3 4 4 13
keluarga yang tidak merokok sebesar 50,7% di
Wilayah kelurahan Lima Ilirtahun 2019
2 Masih adanya Keluarga yang tidak 5 5 5 15
mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat
sebesar 0,5 % ( 12 rumah ) di Wilayah kelurahan Lima
ilir tahun 2019
3 Masih kurangnya cakupan rumah yang memenuhi 5 4 4 13
syarat sebesar 4,9% (65 rumah ) di wilayah Kelurahan
lima ilir tahun 2019
4 Masih Kurangnya cakupan Pemberiankapsul vitamin A 4 4 4 12
pada balita 2 kali / tahun sebesar 7,66%(38 orang)
di wilayah Kelurahan Lima Ilir Tahun 2019
5 Masih Kurangnya cakupan bayi naik berat badanya 4 5 5 14
sebesar 7,08% (51 orang) di wilayah Kelurahan Lima Ilir
Tahun 2019
6 Masih Kurangnya cakupan bayi baru lahir 3 3 3 9
mendapatkan IMD sebesar 24,85%(54 orang) di
wilayah Kelurahan Lima Ilir Tahun 2019
7 Masih Kurangnya cakupanPenderita TB berobat sesuai 5 5 5 15
standar sebesar 9,68% (3 orang) di wilayah Kelurahan
Lima Ilir Tahun 2019
8 Masih Kurangnya cakupan Angota keluarga menjadi 3 4 4 13
angota JKN sebesar 55,29%(1255 KK) di wilayah
Kelurahan Lima Ilir Tahun 2019
Tabel 4.2 Matriks Penentuan Prioritas Masalah

Keterangan:
1: sangat kecil
2: kecil
3: sedang
4: besar
5: sangat besar

Berdasarkan matriks penentuan prioritas masalah di atas, yang menjadi


prioritas masalah urutan pertama adalah kurangnya promosi kesehatan tentang
pengelolahan penyakit Tuberkulosis dan efek samping dari tidak teraturnya
konsumsi obat.

31
4.3 Rumusan Masalah
Tabel 4.3 Rumusan Masalah
N Masalah What Who When Where How
o
1 Penderita TB Capaian Pasien Tahun Wilayah Masih adanya
yang tidak cakupan pengobatan 2020 kerja selisih dari
melakukan pengobatan TB paru Puskesmas capaian
pengobatan tb paru Lima Ilir pengobatan
secara teratur masih Kota kasus TB paru
rendah. Palembang dan target
pengobatan
TB paru di
Puskesmas
Lima Ilir Kota
Palembang
tahun 2020.

32
4.4 Akar Penyebab Masalah
4.4.1 Akar Penyebab Masalah Berdasarkan Metode Fishbone

Manusia Metode

Tidak ada transport


kader  Peran Kader kurangnya media
kurang  kurang informasi&kurangnya inovasi
penyuluhan TB   kurang sosialisasi tentang
Kurang penyuluhan 
Pengetahuan Pasien
Kurang pengetahuan  penyakit TB Masih ada
Kurang  Penemuan
Kasus baru susah Malu berobat Pasien 85,94%
tidak kontrol teratur
penderita TB
yang melakukan
pengobatan
tidak teratur di
Dana banyak Puskesmas
Belum ada Kurang
pengadaan digunakan Padang Selasa
pada program dukungan tahun 2020
media
informasi lain lintas sektor

sarana Dana Lingkungan

33
4.4.2 Identifikasi Penyelesaian Masalah Prioritas
Penyebab dari masalah yang ada dapat diidentifikasi dari manusia,
dana, material, metode dan lingkungan. Berikut ini analisis tiap komponen
yang menyebabkan belum tercapainya cakupan penderita TB yang tidak
melakukan pengobatan secara teratur pada tahun 2020.
a. Manusia
Terselenggaranya program bagian PM (Penyakit Menular) melibatkan
kerjasama dari berbagai pihak. Terkait dengan cakupan pengobatan teratur
pada penyakit TB di posyandu lansia melibatkan kader dan pihak dari
puskesmas dan masyarakat. Rendahnya kesadaran masyarakat dalam
pentingnya pengobatan TB secara rutin 6 bulan karena kurangnya
penyuluhan program TB.
Kurangnya dukungan kader posyandu dalam memberikan dukungan
kebijakan untuk berperan aktif dalam meningkatkan cakupan program
khususnya memberikan informasi kepada warganya terkhusus warga
dengan penyakit hipertensi agar lebih sering berobat ke puskesmas atau
posyandu terdekat dan minum obat tuberculosis secara teratur.
Kurangnya waktu petugas untuk saling koordinasi, sehingga cakupan
untuk penemuan kasus TB dan pengobatan TB di wilayah kerja puskesmas
Lima Ilir belum tercapai pada tahun 2020.
b. Dana
Sumber pembiayaan di program hipertensi berasal dari Puskesmas
berupa BOK (Bantuan Biaya Operasional Kesehatan). Pembiayaan ini
diarahkan untuk meningkatkan kinerja puskesmas melalui upaya kesehatan
promotif dan preventif dalam mendukung pelayanan kesehatan di luar
gedung Namun dengan banyaknya program lain di Puskesmas Lima Ilir
ini, dana untuk melakukan kegiatan program TB masih kurang seperti
melakukan kegiatan penyuluhan untuk mencetak leaflet, brosur atau
poster.

c. Sarana

34
Dalam menyelengggarakan program ini, petugas kesehatan poli PM
sudah banyak bekerja sama dengan berbagai program khususnya bidang
promosi kesehatan. Untuk melakukan penyuluhan penyakit TB dan
pentingnya minum obat TB secara teratur. Namun yang menjadi kendala,
penyuluhan ini hanya bisa dilaksanakan di dalam gedung, untuk diluar
gedung belum efektif karena masih dalam situasi pandemi Covid-19.
Upaya petugas kesehatan pun dalam meningkatkan cakupan proram ini,
mereka pernah melakukan penyuluhan dan edukasi mengenai penyakit
tuberculosis melalui Home Visite, namun keadaan ini belum efektif.
Sehingga masih kurangnya sarana penyuluhan ini.

d. Metode
Beberapa upaya yang telah dilakukan petugas poli PM dalam
meningkatkan cakupan telah dilakukan. Namun masih saja belum tercapai
sehingga perlunya metode-metode yang menarik dan inovatif dalam
melakukan kegiatan dan keefektifan petugas kesehatan dalam penyuluhan
di dalam gedung maupun di luar gedung harus ditingkatkan. Metode yang
selama ini dilakukan yaitu dengan penyuluhan di dalam gedung dengan
menggunakan leaflet, namun metode ini dirasakan kurang sehingga untuk
penanggulangan TB belum tercapai.

e. Lingkungan
Pengendalian penyakit tuberculosis tidak bisa hanya dilakukan oleh
petugas kesehatan melalui lintas program, namun harus adanya kerja sama
dengan lintas sektor Program ini sudah pernah dilakukan namun masih
belum efektif, sehingga petugas kesehatan harus meningkatkan kerjasama
lintas program dan lintas sektor dalam pengambilan data tuberculosis.
Apabila data data warga lengkap dan warganya meminum obat TB secara
teratur dapat membuat program TB pun mencapai target.

4.5 Penentuan Prioritas Penyebab

35
Dalam menentukan prioritas penyebab dapat menggunakan metode skoring.
Metode skoring menggunakan beberapa kriteria yang telah disepakati yaitu
besarnya penyebab masalah, kepentingan (importance), kemudahan/kelayakan
(feasibility), dukungan untuk perubahan (support of change), risiko (risk if
nothing is done).

Tabel 4.5 Penentuan Prioritas Penyebab Masalah


Penyebab Besaran Kepentingan Kemudah Dukungan Risiko bila tak Nilai
anatau untuk ditangani akhir/perin
Masalah Penyeba
gkat
b Kelayakan Perubahan
Masalah
Manusia 4 4 3 4 4 768 (I)
Kurangnya
kesadaran
masyarakat
dalam
pentingnya
pengobatan
TB secara
Teratur
Metode 3 2 3 3 3 162 (VI)
Penyampaian
Penyuluhan
kurang
menarik dan
Inovatif
Kurangnya 4 3 4 3 3 432 (III)
keefektifan
Penyuluhan
di
Puskesmas
Sarana
Sarana
penyuluhan
3 4 3 4 4 576 (II)
kurang
Dana 3 3 3 3 3 243 (V)
Dana banyak
digunakan
pada
program lain

Keterangan:
Nilai 1: Tidak penting, nilai 2: Kurang penting, nilai 3: Penting, nilai 4: Sangat
penting. Nilai akhir didapat dari perkalian nilai kriteria.

36
Masalah yang mempunyai total angka tertinggi dari hasil penjumlahan yang
akan menjadi prioritas masalah. Dari akar penyebab masalah di atas yang menjadi
prioritas masalah adalah Kurangnya kesadaran masyarakat dalam pentingnya
pemeriksaan dan pengobatan TB secara teratur.

37
4.6 Alternatif Pemecahan Masalah
Tabel 4.5 Alternatif Pemecahan Masalah
No. Masalah Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Pemecahan
Masalah Masalah
Terpilih

I. Masih Tidak ada transport Sosialisasi massa Menggunakan


kurangnya kader, kurangnya 1.Melakukan edukasi media
cakupan penyuluhan, kepada pasien elektronik
penderita TB kurangnya inovasi melalui (video edukasi,
berobat penyuluhan, belum 2.Kunjungan rumah tanya jawab
sebesar adanya pengadaan pasien TB video, praktik,
9,68% di media informasi 3.Menggunakan media melalui
Wilayah elektronik (Video WA/SMS)
kelurahan edukasi, tanya jawab
Lima Ilir video, praktik, melalui
tahun 2020. WA/SMS)
4. perbaharuan kader
TB
5. pengadaan media
informasi penyakit TB

38
4.7 Rencana Usulan Kegiatan
Tabel 4.6 Rencana Usulan Kegiatan
Kegiatan Tujuan Sasara Target Kebutuhan Sumber Daya Indikator Sumber
n Keberhasilan Pembiayaan
Dana Alat Tenaga
Melakukan Untuk Pasien Seluruh BOK Snack, Tenaga Meningkatkan BOK
screening meningkatkan TBC pasien TB leaflet, kesehatan cakupan
seperti Cakupan penemuan di wilayah Kerja brosur, dan staff penemuan dan
homevisit mic pengobatan
pasien TB, Dan pengobatan puskemas TB
individu yang Pasien TB Lima ilir
kontak dengan
pasien TB, dan
pasien yang
tidak berobat
teratur

Melakukan promosi Meningkatkan pengetahuan Pasien Seluruh pasien Puskes HP Tenaga Meningkatkan BOK
kesehatan oleh tentang TBC dan dampak TBC TB di wilayah mas kesehatan cakupan
petuga kesehatan apabila tidak rutin minum kerja puskesmas dan staff penemuan dan
dengan media obat dan dapat menjadu Lima Ilir pengobatan
elektronik pengingat pasien dalam pasien TB
minum obat

39
4.8 Rencana Pelaksanaan Kegiatan
Penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan baik untuk upaya kesehatan wajib,
upaya kesehatan pengembangan, upaya kesehatan penunjang maupun upaya
kesehatan inovasi dilaksanakan secara bersamaan, terpadu dan terintegrasi. Hal ini
sesuai dengan azas penyelenggaraan puskesmas, yaitu keterpaduan. Langkah –
langkah dalam meyusun RPK adalah :
1. Mempelajari alokasi kegiatan dan biaya yang sudah disetujui.

2. Membandingkan alokasi kegiatan yang sudah disetujui antara Rencana Usulan


Kegiatan (RUK) yang diusulkan dan situasi pada saat penyusunan RPK
3. Menyusun rancangan awal, rincian dan volume kegiatan yang akan
dilaksanakan dan sumber daya pendukung menurut bulan dana lokasi
pelaksanaan.
4. Mengadakan lokakarya mini tahunan untuk membahas kesepakatan RPK
5. Membuat RPK yang telah disusun dalam bentuk matriks.

Tahapan dalam penyusunan Rencana Usulan Kegiatan dalam Perencanaan


Tingkat Puskesmas di Puskesmas Lima Ilir tersebut telah sesuai dengan
Permenkes nomor 44 Tahun 2016 tentang Pedoman Manajeman Puskesmas,
bahwa tahapan dalam penyusunan RUK terdiri dari:
1. Analisis masalah: identifikasi masalah prioritas masalah, merumuskan
masalah, mencari akar permasalahan, dan pemecahan masalah;
2. Penyusunan RUK

40
Tabel 4.7. Rencana Pelaksanaan Kegiatan

Upaya Kegiatan Sasaran Target Volume Rincian Lokasi Tenaga Jadwal


Kesehatan Kegiatan Pelaksanaan
Melakukan Edukasi Pasien 100% Setiap pagi Mengingatkan Puskes Petugas 09.00-
promosi mengenai TB pasien minum mas Kesehatan/ 10.00
kesehatan TB obat dan Lima Ilir bagian WIB
dengan edukasi tentang program
menggunak TB PM
an media melalui grup
elektronik WA/ SMS
oleh petugas
kesehatan

41
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Masalah-masalah terbanyak pada pelayanan kesehatan di Puskesmas Lima
Ilir Palembang tahun 2020 adalah belum tercapainya cakupan pasien TB
yang berobat secara teratur pada tahun 2020, belum tercapainya cakupan
balita ditimbang pada tahun 2020, dan belum jamban sehat pada tahun
2020.
2. Prioritas masalah yang diambil pada pelayanan kesehatan di Puskesmas
Lima Ilir Palembang tahun 2020 adalah belum tercapainya cakupan pasien
Tuberkulosis yang berobat secara teratur pada tahun 2020.
3. Akar penyebab masalah pada pelayanan kesehatan di Puskesmas Lima Ilir
Palembang tahun 2020 adalah kurangnya kesadaran masyarakat tentang
pentingnya pengobatan Tuberkulosis secara teratur.
4. Alternatif terpilih dari penyelesaian masalah yang terpilih adalah
melakukan promosi kesehatan dengan menggunakan media elektronik oleh
petugas kesehatan

5.2 Saran
1. Diharapkan rencana usulan kegiatan berupa melakukan promosi kesehatan
dengan menggunakan media elektronik dapat dijadikan sebuah masukan
dalam menyelesaikan masalah yang terjadi di Puskesmas Lima Ilir
Palembang.
2. Diharapkan pihak Puskesmas dapat memberikan bimbingan dalam proses
pengidentifikasian masalah-masalah kesehatan yang berkaitan dengan
unsurunsur pelayanan kesehatan di Puskesmas.

42
DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI.TBC Masalah Kesehatan Dunia. Jakarta: BPPSDMK; 2012


2. World Health Organization. The Stop Tuberculose Strategy. WHO. 24 : 10- 11;
2006.
3. Departemen Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; 2013.
4. Muchtar NH, Herman D, & Yulistini. Gambaran Faktor Risiko Timbulnya
Tuberkulosis Paru pada Pasien yang Berkunjung ke Unit DOTS RSUP Dr. M.
Djamil Padang Tahun 2015. Jurnal Kesehatan Andalas Vol7(1); 2018
5. Kemenkes RI. Hasil utama Riskesdas. Kemenkes RI. 2018.
6. Kharisma, E.S., 2010. Hubungan Jarak Rumah, Tingkat Pendidikan, dan Lama
Pengobatan Dengan Kepatuhan Berobat Penderita Tuberkulosis Paru Di RSUD
dr.Moewardi. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
7. Depkes RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta :
Gerdunas TB. Edisi 2 hal. 4-6; 2008
8. Departemen Kesehatan RI. (2007). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
9. Burhan E. Diagnosis dan Tatalaksana Tuberkulosis. Perdokki; 2012
10. Arifputera A, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Editor, Tanto C, dkk. Edisi 4.
Jakarta: Media Aesculapius. 2014; jilid 2;
11. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Editor, Setiati S, dkk. Edisi 6. Jakarta:
Interna Publishing. 2014; jilid 2
12. Kementrian Kesehatan RI. (2013). Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan pada Jaminan
Kesehatan Nasiona. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
13. Notoatmodjo, S. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineke Cipta. 2011
14. Peraturan Menteri Kesehatan. Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat. 2014.
15. Departemen Kesehatan RI. 2016. Buku Monitoring dan Evaluasi PIS-PK.
Diakses dari:http://www.depkes.go.id/resources/download/lain/Buku
%20Monit oring% 20dan%20Evaluasi%20PIS-PK.pdf
16. Hasmi, 2006. Hubungan Lingkungan Perumahan, Pengetahuan, dan Perilaku
Penderita TB Paru dengan Kasus Baru TB Paru dalam Rumah di Kabupaten
Kebumen. Tesis. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada
17. Profil Puskesmas Lima Ilir Palembang

43

Anda mungkin juga menyukai