Anda di halaman 1dari 38

Laporan Kasus

Trauma Okuli, Laserasi Konjungtiva,& Hifema


Oleh :
Muhammad Riza Qadafi R
Husyu Sufraini
Nurul Hakiki

Preseptor :
Dr. Yusni, Sp. M

Bagian / SMF Ilmu Kesehatan Mata


FK Unaya / RSUD Mauraxa
Pendahuluan

Trauma okuli adalah salah satu faktor yang dapat menyebabkan


morbiditas ocular dan gangguan penglihatan padan anak-anak
maupun orang dewasa. Trauma okuli dapat dibagi menjadi trauma
tajam, trauma tumpul, trauma kimia, trauma termal, trauma fisik,
extra ocular foreign body, dan trauma tembus berdasarkan mekanisme
trauma.1,2 Trauma okuli dapat terjadi diberbagai tempat, di rumah
tangga, di tempat kerja, maupun di jalan raya.
• Prevalensi trauma okuli di Amerika Serikat sebesar 2,4 juta
pertahun dan sedikitnya setengah juta di antaranya menyebabkan
kebutaan. Di dunia, kira-kira terdapat 1,6 juta orang yang
mengalami kebutaan, 2,3 juta mengalami penurunan fungsi
penglihatan bilateral, dan 19 juta mengalami penurunan fungsi
penglihatan unilateral akibat trauma okuli

• Wong , mendapatkan angka insiden trauma pada laki-laki sebesar


20 per 100.000 dibandingkan 5 per 100.000 pada wanita. Trauma
okuli terbanyak terjadi pada usia muda
Laporan kasus

Identitas pasien :

Nama :Andika Hudaya


Umur : 8 tahun
Jenis kelamin : pria
Alamat : Lam Seudaya
Pekerjaan : pelajar ( sekolah Dasar)
Agama : Islam
Status : Belum menikah
Tanggal pemeriksaan : 18-09-2019
Anamnesis
Keluhan Utama :
• Keluar darah dari mata kanan kurang lebih sekitar satu jam sebelum
pasien datang ke rumah sakit akibat terkena lemparan kayu

Keluhan Tambahan :
• Mata merah, berair, perih,

Riwayat penyakit sekarang :


• Pasien datang dengan keluhan keluar darah dari mata kanan kurang
lebih sekitar satu jam sebelum pasien di bawa ke rumah sakit karena
terkena lemparan kayu. Pasien juga mengeluhkan mata terasa perih
dan terus berair tanpa disertai adanya gangguan visus atau
penglihatan
Riwayat Penyakit dahulu :
• Alergi : Disangkal, Riwayat kencing manis : Disangkal, Riwayat
memakai kaca mata : disangkal

Riwayat Penyakit keluarga :


• Disangkal

Riwayat pengobatan :
• Disangkal
• Pemeriksaan fisik
• Keadaan umum : Tampak kesakitan
• Kesadaran : compos mentis
• Vital sign :
• Tekanan darah : tidak dilakukan pemeriksaan
• Nadi : 89 x/menit
• Pernafasan : 20x/ menit
• Suhu : 36,7 C
• Pemeriksaan Oftalmologi
Pemeriksaan Oculi Dextra Oculi Sinistra

Visus - 1

Koreksi Tidak dilakukan koreksi Tidak dilakukan koreksi

Sensus Koloris Tidak dilakukan Pemeriksaan Tidak dilakukan Pemeriksaan

Parase/ Paralysis Gerakan bola mata bebas ke Gerakan bola mata ke segala
segala arah arah
Ortophoria ortophria

Cilia Trikiasis (-)krusta (-) Trikiasis (-) Krusta (-)

Palpebra Superior Edema (-) Edema (-)


Hematoma ( -) Hematoma (-)
Palpebra Inferior Edema (-) Edema (-)
Hematoma (-) Hematoma (-)
Konjungtiva tarsalis Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Papil (-) Papil (-)
Folikel (-) Folikel (-)

Konjungtiva forniks Hiperemis (-) Hiperemis (-)


Conjungtiva Bulbi Injeksi siliar (+) Injeksi siliar (-)
Injeksi Konjungtiva (+) Injeksi Konjungtiva (-)
Perdarahan subkonjungtiva Perdarahan subkonjungtiva (-
(+) )

Sklera Ikterik (-) (-)


Cornea Kejernihan (+) Kejernihan (+)
Infiltrat (-) Infiltrat (-)
Ulkus (-) Ulkus (-)
Sikatrik (-) Sikatrik (-)
Neovaskular (-) Neovaskular (-)
Fibrovaskular (-) Fibrovaskular (-)
Sensibilitas (-) Sensibilitas (-)
Arcus Senilis (-) Arcus Senilis (-)
Edema (-) Edema (-)

Camera Oculi Anterior Kedalaman : Dalam Kedalaman ; Dalam


Hipopion (-) Hipopion (-)
Hifema (+) Hifema (-)
Iris Warna : coklat Warna : coklat
Neovaskularisasi (-) Neovaskularisasi (-)
Sinekia (-) Sinekia (-)
Atropi (-) Atropi (-)
Kripta (-) Kripta (-)
Pupil Anisokor isokor
RAPD (-) RAPD (-)
RCL (-) RCL (+)
RCTL (-) RCTL (-)
Lensa Jernih Jernih
Tonometri Tidak dilakukan pemeriksaan Tidak dilakukan pemeriksaan
Funduscopy (-) (-)
Konfrontasi test Tidak dilakukan Tidak dilakukan
pemeriksaan pemeriksaan

Anal Test Tidak dilakukan Tidak dilakukan


pemeriksaan pemeriksaan
Tes fluorescent (-) (-)
• Resume
Pasien datang ke IGD RSUD Meuraxa dengan keluhan keluar darah dari
mata kanan kurang lebih sekitar satu jam sebelum pasien di bawa ke
rumah sakit karena terkena lemparan kayu. Pasien juga mengeluhkan
mata terasa perih dan terus berair tanpa disertai adanya gangguan visus
atau penglihatan, Dari hasil Pemeriksaan oftalmologi didapatkan,
konjungtiva tarsalis hiperemis (-/-), konjungtiva forniks hiperemis (+/-),
injeksi siliar (+/-), injeksi konjugtiva (+/-), kornea jernih (+/+), kripta
iris (+/-), pupil isokor, RAPD (-/-), RCL (-/-), RCTL (-/-), lensa keruh (-/-
), shadow test (-/-).
• Pemeriksaan penunjang
▫ Hemoglobin : 11,7
▫ Eritrosit : 5,20
▫ Hematokrit : 36,5
▫ Leukosit : 11,6
▫ Trombosit : 402
▫ MCV : 70, 2
▫ MCH : 22,5
▫ MCHC : 32,1
Diagnosa Banding :
• Laserasi konjungtiva oculi dextra
• Konjungtivitis oculi dextra
• Uveitis oculi dextra
• Hifema oculi dextra

Diagnosa kerja
Ocular dextra ; 1. Laserasi konjungtiva okuli dextra
2. Hifema okuli Dextra
Penatalaksanaan ;
1. Laserasi Konjungtiva oculi dextra
1. Observasi luka
2. Pemberian antibiotik
3. Repair Laserasi Konjungtiva dengan benang vicryl 8-0
2. Hifema oculi dextra
1. Perawatan dirumah sakit, tidur dengan posisi 30 derajat pada
kepala,
2. Pemberian steroid sebagai anti inflamasi, dan sikoplegik untuk
mencegah sinekia anterior
Prognosis
Apabila dalam seminggu tidak terdapat komplikasi maka prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad sanationum ( sembuh) : bonam
Quo ad fungsionium : bonam
Laserasi konjungtiva yang sudah di jahit
• Hifema derajat 1
Tinjauan Pustaka
Anatomi mata
• Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola
mata di bagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang
lebih tajam sehingga terdapat bentuk dengan 2 kelengkungan yang
berbeda.
Trauma okuli
• Trauma okuli atau trauma bola mata dan jaringan sekitarnya adalah
mortilitas, moriditas dan keterbatasan fisik pada seseorang. trauma okuli
menjadi kasus tertinggi penyebab kehilangan penglihatan unilateral yang
sering terjadi pada anak usia dewasa muda
• Klasifikasi trauma berdasarkan mekanisme trauma
▫ Trauma mekanikal
▫ Trauma Radiasi
▫ Trauma Kimia
• Klasifikasi trauma berdasarkan Birminghamm Eye Trauma
Terminology (BETT)
▫ Close globe injury
▫ Open globe injury

Pada kasus diatas pasien mengalami trauma mekanikal, karena adanya


trauma dengan kayu,sedangkan berdasarkan birminghamm eye trauma
terminology masuk kedalam close globe injury karena hanya terjadi laserasi
di dinding tidak sampai penetrasi ke bagian dalam
Laserasi Konjungtifa
• Laserasi konjungtiva adalah robekan pada konjungtiva yang dapat
terjadi setelah trauma tumpul atau penetrasi. Ditandai dengan
adanya kemosis dan perdarahan subkonjungtiva, rasa benda asing
pada mata. Dalam kasus ini perlu, penting untuk menilai adanya
perforasi sclera, kelainan pada badan uvea, robekan retina, dan
benda asing intra okuli.
• Pemeriksaan yang dilakukan :
▫ Sidel test
▫ USG
▫ CT scan
• Manajemen pada pasien dapat dilakukan
▫ Observasi
▫ Antibiotik tipikal profilaktik
▫ Pada laserasi , perlu dilakukan penjahitan
dengan menggunakan benang vicryl 8- 0

Pada pasien diatas dilakukan penjahitan konjungtiva untuk


memperbaiki struktur jaringan, memperbaiki pendarahan, dan
mencegah terpaparnya dengan dunia luar
Hifema
• Hifema merupakan keadaan di mana terdapat darah di dalam bilik
mata depan, yaitu daerah di antara kornea dan iris, yang dapat
terjadi akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris
atau badan siliar dan bercampur dengan aquous humor (cairan
mata) yang jernih
• Berdasarkan waktu terjadinya, hifema dibagi atas 2 yaitu :
▫ Hifema primer, timbul segera setelah trauma hingga hari ke 2.
▫ Hifema sekunder, timbul pada hari ke 2-5 setelah terjadi trauma.
• Berdarkan penyebab
▫ Hifema traumatika adalah perdarahan pada bilik mata depan yang
disebabkan pecahnya pembuluh darah iris dan badan siliar akibat
trauma pada segmen anterior bola mata.
▫ Hifema akibat tindakan medis (misalnya kesalahan prosedur operasi
mata).
▫ Hifema akibat inflamasi yang parah pada iris dan badan silier,
sehingga pembuluh darah pecah.
▫ Hifema akibat kelainan sel darah atau pembuluh darah (contohnya
juvenile xanthogranuloma).
▫ Hifema akibat neoplasma (contohnya retinoblastoma).
Pada pasien diatas :
Berdasarkan penyebab : Hifema Traumatika
Beradasarkan waktu terjadinya : Hifema Primer
Berdasarkan derajatnya : Derajat 1 <33%
Patofisiologi

Benturan ataupun trauma tumpul dapan menyebabkan kompresi pada bola


mata , disertai peregangan limbus, dan perubahan posisi dari iris atau lensa.
Hal ini dapat meningkatkan tekanan intraokuler secara akut dan berhubungan
dengan kerusakan jaringan pada sudut mata, dan robekan pada pembuluh
darah.
Robekan Plasmin memecah Bekuan darah
pembuluh darah fibrin menjadi disolusi

Aktivator
kaskade
koagulasi
Darah bergerak ke Hasil degradasi bekuan
arah BMD dan Plasminogen diubah
darah keluar dengan sisa
mengotori permukaan menjadi plasmin
debris peradangan da n
dalam kornea kelar mealui trabecular
dan jalur uveoskleral

Pembekuan darah
Aktivasi mekanisme (4-7 hari)
homeostasis dan Sebagian darah di
fibrinolisis absorbsi oleh
permukaan iris
Gejala klinis
• Gejala
▫ Pandangan kabur karena adanya hifema ataupun karena adanya kerusakan
struktur intraokuli,
▫ Merasakan nyeri di sekitar mata ketika terjadi peningktan IOP
▫ Diplopia apabila terjadi fraktur orbital
• Tanda
▫ Sel darah merah bersirkulasi dalam aqueous humor yang disebut microhifemia
▫ Tampak sel darah merah di bagian bawah, yang dapat diukur tingginya
▫ Tanda iritasi dari konjungtiva dan pericorneal, pupil dilatasi, dan terjadi
pewarnaan darah pada pupil
▫ Tanda- tanda kerusakan intraoculi lainnya (edema kornea, kerusakan iris,
resesi sudut, dehiscence zonular yang dapat menyebabkan sublukasi atau
dislokasi, dialysis retina, ablasi vitreous, rupture choroid, dll)
Diagnosa Banding
• Rubeosis Iridis
• Neoplasma maligna
• Xanthogranuloma juvenil
• Lensa intraokular (terutama bila bilik mata depan atau iris
terfiksasi)
• Apabila terdapat perdarahan spontan, kecurigaan kedaerah
abnormalitas factor pembekuan darah dan trauma terbuka
tersembunyi harus difikirkan.
DIAGNOSA

Pemeriksaan
Anamnesa penunjang

Pemeriksaan fisik
(pemeriksaan mata
anterior dan posterior)
• Anamnesis, yang perlu ditanyakan saat anamesis adalah :
▫ Mekanisme trauma ( arah dan kekuatan)
▫ Apakah terdapat pelindung ketika terjadi trauma
▫ Tanyakan pada pasien apakan terdapat obat antikoagulan yang
dikonsumsi pasien sebelumnya, seperti aspirin, NSAID,
warfarin
▫ Riwayat keluarga dengen penyakit sickle cell
Refleks cahaya (-)
Perdarahan subkonjungtiva
Injeksi siliar
Injeksi konjungtiva
Adanya hifema
• Pemeriksaan, pemeriksaan mata yang lengkap harus dilakukan
pada setiap kasus. Harus dicurigai adanya kerusakan mata bagian
anterior ataupun posterior . setiap kontrol, visus, kerusakan
jaringan, luas hifema dan TIO harus dicatat.
• Indikasi pembedahan
▫ Dibutuhkan pada 5% kasus. Indikasi tradisionalnya berupa:
peningkatan TIO >50mmHg selama 5 hari atau >35 mmHg
selama 7 hari untuk menghindari kerusakan saraf optik,
peningkatan TIO >25 mmHg selama 5 hari pada kasus hifema
total/hampir total untuk mencegah pewarnaan kornea oleh
darah, atau bekuan stagnan yang besar dan bertahan ≥10 hari
untuk mencegah sinekia anterior perifer.
Komplikasi
• Perdarahan berulang
• Glaukoma sekunder
• Corneal blood staining
Prognosis
• Bonam: Hifema dengan darah sedikit dan tanpa glaukoma
• Dubia : Hifema dengan glaukoma

Prognosis pada pasien ;


1. Ad vitam : bonam
2. Ad sanationum : bonam
3. Fungsionum : bonam

Anda mungkin juga menyukai