T
UVEITIS
ANTERIOR
Preseptor: dr. Ika Rahmawati, Sp.M
Presentan : Nadilla Meilenia (12100122575)
Aida Fitriyane Hamdani (12100122582)
Aditya Pradipta Lantik (12100122559)
IDENTITAS
PASIEN
Nama : Ny. YR
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Bandung
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal pemeriksaan : 18 September 2023
KELUHAN
UTAMA
OD OS
PH tetap PH 0,4
Normal ke 6
Duksi Normal ke 6 arah
arah
PEMERIKSAAN
EKSTERNAL
Okular Dekstra Okular Sinistra
Hiperemis (-) Nyeri (-) Edema Hiperemis (-) Nyeri (-) Edema (-) Massa
(-) Massa (-)Xanthalesma (-)Ptosis (-)Xanthalesma (-)Ptosis (-) Ektropion
Palpebra superior
(-) Ektropion (-) Entropion (-) Entropion (-) Lagoftalmus
(-) Lagoftalmus (-) Blefarospasme (-) (-) Blefarospasme (-)
Hiperemis (-) Nyeri (-) Edema Hiperemis (-) Nyeri (-) Edema
(-) Massa (-)Xanthalesma (-)Ptosis (-) Massa (-)Xanthalesma (-)Ptosis
Palpebra inferior
(-) Ektropion (-) Entropion (-) Ektropion (-) Entropion
(-) Lagoftalmus (-) Blefarospasme (-) (-) Lagoftalmus (-) Blefarospasme (-)
PEMERIKSAAN
EKSTERNAL
Okular Dekstra Okular Sinistra
Trikhiasis (-) Distikhiasis (-) Madarosis Trikhiasis (-) Distikhiasis (-) Madarosis
Cilia
(-) Poliosis (-) (-) Poliosis (-)
Lakrimasi (+) Epifora (-) Mukokel (-) Lakrimasi (-) Epifora (-) Mukokel (-)
Aparatus Lakrimal
Fistula (-) Fistula (-)
Hiperemis (-) Anemis (-) Papil (-) Hiperemis (-) Anemis (-) Papil (-)
Conjunctiva tarsal
Folikel (-) Corpus alienum (-) Folikel (-) Corpus alienum (-)
superior
Pseudomembran (-) Pseudomembran (-)
Hiperemis (-) Anemis (-) Papil (-) Hiperemis (-) Anemis (-) Papil (-)
Conjunctiva tarsal Folikel (-) Corpus alienum (-) Folikel (-) Corpus alienum (-)
inferior Pseudomembran (-) Pseudomembran (-)
PEMERIKSAAN
EKSTERNAL
Okular Dekstra Okular Sinistra
Injeksi konjungtiva (+) Injeksi siliar (+) Injeksi konjungtiva (-) Injeksi siliar (-)
Conjunctiva Bulbi
Corpus Alienum (-) Corpus Alienum (-)
Jernih, infiltrate (+) sikatrik (+) keratic Jernih, infiltrate (-) sikatrik (-) keratic
Kornea
precipitat (+) abrasi (-) ulkus (-) precipitat (-) abrasi (-) ulkus (-)
Anterior chamber Jernih, hipopion (-) hifema (-) Jernih, hipopion (-) hifema (-)
Reflex Cahaya
• Direct - +
• Konsensuil - +
Lain-lain - -
PEMERIKSAAN SLIT
LAMP DAN
BIOMICROSCOPY
Okular Dekstra Okular Sinistra
Conjunctiva Injeksi silier (+) Injeksi conjungtiva (+) Injeksi silier (-) Injeksi conjungtiva (-)
VISUAL
FIELD
- OD : Tidak dilakukan
- OS : lapang pandang pasien sama dengan
pemeriksa
FUNDUSKOPI
Papil Bulat, batas tegas, warna kekuningan Bulat, batas tegas, warna kekuningan
Flat, perdarahan (-), eksudat (-), Flat, perdarahan (-), eksudat (-),
Retina
neovaskularisasi (-) neovaskularisasi (-)
Macula Fovea reflex (+), edema (-) Fovea reflex (+), edema (-)
Resume
Pasien perempuan berusia 50 Tahun datang dengan keluhan utama mata merah disebelah
kanan sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan mata merah tersebut disertai dengan penurunan
penglihatan sejak 2 minggu yang lalu, keluhan semakin lama semakin memburuk sehingga
mengganggu aktivitas. Penurunan penglihatan diawali dengan adanya titik hitam yang terlihat
pada mata kanan, keluhan disertai nyeri yang menjalar ke pelipis kanan, sensasi mata yang
berair, mata terasa mengganjal, dan rasa tidak nyaman ketika melihat cahaya terang. Pasien
belum pernah mengobati keluhan yang dirasakan
Resume
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah yang tinggi, namun pemeriksaan
fisik lain dalam batas normal. Pemeriksaan visus OD 1/300 PH tetap dan OS 0,3 PH
0,4. Pemeriksaan eksternal OD terdapat injeksi silier (+), Injeksi konjungtiva (+) pada
conjunctiva bulbar OD, pada kornea OD terdapat infiltrate (+) sikatrik (+) Keratic
precipitate (+), pada iris OD terdapat sinekia (+). Pemeriksaan slit lamp conjunctiva
OD terdapat injeksi silier (+), Injeksi konjungtiva (+), kornea OD terdapat inflitrat
pungtata (+), sikatrik nebula (+), keratic precipitate (+), Kamar depan OD terdapat
flare (+) dan sel (+), iris OD terdapat sinekia posterior (+).
Diagnosis
KeratoUveitis Anterior
OD
Differential
Diagnosis
fluorescein
test
RENCANA
Non- Medikamentosa TERAPI
• Edukasi terkait kondisi.
• Edukasi pengobatan yang efettif
• Menerapkan cuci tangan 6langkah
• Menggunakan kacamata dengan lensa gelap atau penutup mata untuk
menghindari fotofobia dan menghindari bend asing
RENCANA
Medikamentosa TERAPI
RENCANA
OPERASI
Tidak
ada
PROGNOSIS
• Ad Vitam : Ad Bonam
• Ad Functionam : Dubia Ad
malam
• Ad Sanationam : Dubia Ad
malam
Basic
Scienc
e
Anatomi : Uvea
Vascular tunic atau uvea adalah lapisan tengah bola mata, yang terdiri dari
tiga bagian: choroid, ciliary body, dan iris.
IRIS
• Iris merupakan diagfragma melingkar berwarna,
tengah pupil berukuran sekitar 4 mm
• Fungsi : mengatur jumlah sinar cahaya yang masuk
mencapai retina
• Bagian : permukaan anterior iris dapat membagi dua
zona oleh garis collarette (zigzag)
1.Cilliary zone
• Terdapat garis radial (radial blood vessels) dan crypts.
2.Pupillary zone
• Terletak diantara collarete dan pigmented pupillary
frill
• halus dan flat
IRIS
Intermediate Uveitis
•Peradangan pars plana dari badan siliaris
•Tanda : Ringan, Mata tenang, Tidak nyeri, dan Menurunkan tajam
penglihatan
KLASIFIKA
(Berdasarkan Anatomi)
Posterior Uveitis
SI
• Peradangan koroid, yaitu koroiditis
• Tanda : Menurunkan tajam penglihatan, dan Tidak disertai nyeri,
mata merah, dan fotopobia. Sering asimptomatik.
Panuveitis
•Uveitis anterior, intermedia dan posterior yang terjadi bersamaan
•Tanda : peradangan seluruh uvea yang menimbulkan koroiditis,
vitritis, dan uveitis anterior.
KLASIFIKA
SI
(Berdasarkan Clinical))
1.Uveitis akut
timbulnya gejala secara tiba-tiba dan penyakit ini berlangsung selama 3 bulan atau kurang.
2.Uveitis kronis
sering memiliki onset yang berbahaya dan asimtomatik. Uveitis kronis bertahan lebih dari 3 bulan
dan biasanya didiagnosis ketika menyebabkan penglihatan yang rusak.
3.Uveitis berulang
ditandai dengan episode berulang yang dipisahkan oleh periode tidak aktif >3 bulan tanpa
pengobatan.
KLASIFIKA
(Berdasarkan Pathological)
SI
• Uveitis supuratif atau purulen.
• Uveitis nonsupuratif. Terbagi menjadi dua
kelompok
(klasifikasi Wood).
• Uveitis nongranulomatosa,
• Uveitis granulomatosa.
KLASIFIKA
SI
(Berdasarkan Etiological “Duke Elder’s Classification”)
• Infective uveitis
• Immune-related uveitis
• Toxic uveitis
• Traumatic uveitis
• Uveitis associated with noninfective systemic
diseases
• Idiopathic uveitis.
UVEITI
S
DEFINISI
• Peradangan pada uveal dari iris sampai pars plicata badan siliar
biasanya unilateral.
Ini dapat dibagi menjadi:
• Iritis, yang didominasi oleh peradangan mempengaruhi iris.
• Iridosiklitis dimana iris dan badan siliaris sama-sama terlibat, dan
• Siklitis anterior, dimana pars plicata merupakan bagian badan siliaris
paling terpengaruh.
EPIDEMIOL
OGI
• Uveitis anterior adalah bentuk uveitis yang paling umum (terjadi setiap 12 per
100.000 kasus).
• Di negara-negara barat, 50% hingga 70% dari semua kasus uveitis diklasifikasikan
sebagai uveitis anterior.
• Uveitis bertanggung jawab atas 10% kebutaan di AS, dan menyumbang sekitar
30.000 pasien baru dengan kebutaan setiap tahun.
• Insiden dan prevalensi maksimum terlihat pada pasien usia lanjut di atas 65 tahun
dan terendah pada kelompok usia anak.
ETIOLOGI
PE
• Tanda-tanda vital
• Pemeriksaan ekternal mata
DIAGNOSIS
• Hitung Darah Lengkap: - Dasar, Leukositosis pada etiologi menular
• Laju sedimentasi eritrosit (ESR): Indikasi penyakit sistemik yang
tidak spesifik.
• Human leukocyte antigen (HLA) B27: Dilakukan pada pasien
dengan serangan uveitis anterior berulang, kepositifan HLA B27
membantu dokter dalam memberikan konseling kepada pasien
mengenai serangan uveitis berulang yang sifatnya lebih parah dan
sering.
Differential
Diagnosis
·Uveitis Intermediet
·Uveitis Posterior
·Panuveitis
Treatment
Tujuan pengobatan uveitis adalah:
1. Mencegah komplikasi yang mengancam penglihatan.
2. Untuk meredakan ketidaknyamanan dan nyeri pasien.
3. Untuk mengobati penyebab uveitis.
Prinsip treatment
• Istirahat untuk mata diberikan melalui dilatasi pupil dengan
atropin.
• Heat application meningkatkan sirkulasi darah dan mengurangi
rasa sakit.
• Kontrol peradangan fase akut dengan kortikosteroid.
• Analgesik dan antiradang meredakan nyeri dan ketidaknyamanan.
• Antibiotik spektrum luas modern yang melewati blood aquous
barrier diberikan pada kasus infeksi.
Atropine
o Umumnya menggunakan mydriatic dan cyloplegic
o Membuat iris dan tubuh siliaris rileks dengan
melumpuhkan otot siliaris.
oMengurangi hiperemia dengan menyebabkan vasodilatasi.
Ini meningkatkan suplai darah ke uvea anterior. Hasilnya,
lebih banyak antibodi mencapai jaringan target dan lebih
banyak toksin diserap.
oTetes atau salep atropin 1% dioleskan dua kali sehari.
oDalam kasus alergi atropin, mydriatics lain seperti
fenilefrin, siklopentolat atau tropikamida dapat digunakan.
2. Heat Application
oPenggunaan panas dalam bentuk fomentasi panas atau panas
kering lokal sangat menenangkan. Ini mengurangi rasa sakit,
mencegah stasis dan meningkatkan sirkulasi darah.
4. Antibiotik
Antibiotik modern berspektrum luas generasi ketiga mempunyai
manfaat yang sangat besar
Kortikosteroid
Ini adalah tindakan anti-inflamasi. Mereka sangat
berguna dalam mengendalikan peradangan pada
fase akut. Karena aktivitas anti-alergi dan anti-
fibrotiknya, obat ini mengurangi fibrosis dan
dengan demikian mencegah disorganisasi dan
kerusakan jaringan.
Komplikasi
Komplikasi
Prognosis
Prognosis uveitis baik jika dilakukan
deteksi dini dan pengobatan yang tepat.
Mengidentifikasi penyebab uveitis penting
karena morbiditas dan mortalitas yang
signifikan terkait dengan beberapa penyakit
sistemik tertentu yang dapat menyebabkan
uveitis.
Daftar
Pustaka
Referensi
1. Association AO. (2006). Anterior uveitis. Optometric Clinical Practice Guideline.
2. Bowling, B. (2015). Kanski’s clinical ophthalmology (8th ed.). W B Saunders.
3. Dick, A. D., Tundia, N., Sorg, R., Zhao, C., Chao, J., Joshi, A., & Skup, M. (2016). Risk of Ocular
Complications in Patients with Noninfectious Intermediate Uveitis, Posterior Uveitis, or Panuveitis.
Ophthalmology, 123(3), 655–662.
4. González, M. M., Solano, M. M., Porco, T. C., Oldenburg, C. E., Acharya, N. R., Lin, S. C., & Chan, M. F.
(2018). Epidemiology of uveitis in a US population-based study. Journal of ophthalmic inflammation and
infection, 8(1), 6.
5. Harman, L. E., Margo, C. E., & Roetzheim, R. G. (2014). Uveitis: the collaborative diagnostic evaluation.
American family physician, 90(10), 711–716.
6. Harthan, J. S., Opitz, D. L., Fromstein, S. R., & Morettin, C. E. (2016). Diagnosis and treatment of anterior
uveitis: optometric management. Clinical optometry, 8, 23–35.
7. Ilyas S, Yulianti SR. (2015) IlmuPenyakit Mata, Edisi 5. Badan Penerbit FKUI.
8. Jabs, D. A., Nussenblatt, R. B., Rosenbaum, J. T., & Standardization of Uveitis Nomenclature (SUN) Working
Group (2005). Standardization of uveitis nomenclature for reporting clinical data. Results of the First
International Workshop. American journal of ophthalmology, 140(3), 509–516
9. Jogi R. (2009). Basic Ophthalmology, 4th Edition.pdf. 2009.
10. Khan MM, Iqbal MS, Jafri AR, Rai P, Niazi JH.(2008) Management of Complications of Anterior Uveitis.
11. Michaudet C, Malaty J. (2018). Cerumen impaction: Diagnosis and management. Am Fam Physician.
12. Moore L. Keith. (2010). Clinically Orianted Anatomy. Ed 6th.
13. Myron; M.D. Yanoff . (2014). Opthalmic diagnosis & threatmentThrid edition.
14. Riordan-Eva, P., Cunningham, E. T., Vaughan, D., & Asbury, T. (2011). Vaughan & Asbury's general
ophthalmology (18th ed.). New York: McGraw-Hill Professional.
15. Sharma, P., & Majumder, P.D. (2016). Diagnosis and management of posterior uveitis.
16. Sidarta, Ilyas S., Yulianti, Sri Rahayu. (2015). IlmuPenyakit Mata. 5th ed. FakultasKedokteran Universitas
Indonesia
17. Sitompul, Ratna. (2016). Diagnosis dan Penatalaksanaan Uveitis dalamUpayaMencegahKebutaan.
eJournalKedokteran Indonesia.
18. Sudharshan, S., Ganesh, S. K., & Biswas, J. (2010). Current approach in the diagnosis and management of
posterior uveitis. Indian journal of ophthalmology, 58(1), 29–43.
19. Suhardjo P dr. (2017). Ilmu Kesehatan Mata. Bagian IlmuPenyakit Mata FK UGM.
20. Wetarini, K., Febyan, & Mahayani, N.M. (2020). Diagnosis dan Tatalaksana Uveitis Posterior. Cermin Dunia
Kedokteran.
Terima
Kasih