Anda di halaman 1dari 80

BS

T
UVEITIS
ANTERIOR
Preseptor: dr. Ika Rahmawati, Sp.M
Presentan : Nadilla Meilenia (12100122575)
Aida Fitriyane Hamdani (12100122582)
Aditya Pradipta Lantik (12100122559)
IDENTITAS
PASIEN
Nama : Ny. YR
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Bandung
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal pemeriksaan : 18 September 2023
KELUHAN
UTAMA

Mata merah disebelah kanan (OD)


Anamnesis Khusus
Pasien datang ke Poliklinik Mata RS Muhammadiyah Bandung dengan
keluhan mata merah disebelah kanan sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan
mata merah tersebut disertai dengan penurunan penglihatan sejak 2
minggu yang lalu, keluhan semakin lama semakin memburuk sehingga
mengganggu aktivitas. Pasien belum pernah mengobati keluhan yang
dirasakan.

Penurunan penglihatan diawali dengan adanya titik hitam yang terlihat


pada mata kanan. Keluhan disertai nyeri yang menjalar ke pelipis kanan,
sensasi mata yang berair, mata terasa mengganjal, dan rasa tidak nyaman
ketika melihat cahaya terang.
Anamnesis Khusus
Keluhan tidak disertai dengan mual, muntah, nyeri kepala hebat,
penglihatan seperti melihat pelangi, sering menabrak benda tanpa
disadari, gatal pada mata, keluar sekret, demam, dan sulit membuka
kelopak mata.

Pasien menyangkal memiliki kebiasaan kucek-kucek mata. Pasien


memiliki riwayat hipertensi. Pasien menyangkal memiliki riwayat
diabetes melitus, TB, trauma, dan riwayat operasi. Pasien tidak memiliki
alergi obat. Pasien menyangkal mengkonsumsi obat dalam waktu yang
lama.
Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien menyangkal memiliki keluhan yang sama pada mata dan


menyangkal memiliki penyakit pada mata.
PEMERIKSAAN VISUS &
REFRAKSI

OD OS

Visus 1/300 0,3 f

PH tetap PH 0,4

Hirschberg test Orthotropia

Cover uncover Orthoforia Orthoforia

Versi Normal ke 9 arah

Normal ke 6
Duksi Normal ke 6 arah
arah
PEMERIKSAAN
EKSTERNAL
Okular Dekstra Okular Sinistra

Hiperemis (-) Nyeri (-) Edema Hiperemis (-) Nyeri (-) Edema (-) Massa
(-) Massa (-)Xanthalesma (-)Ptosis (-)Xanthalesma (-)Ptosis (-) Ektropion
Palpebra superior
(-) Ektropion (-) Entropion (-) Entropion (-) Lagoftalmus
(-) Lagoftalmus (-) Blefarospasme (-) (-) Blefarospasme (-)

Hiperemis (-) Nyeri (-) Edema Hiperemis (-) Nyeri (-) Edema
(-) Massa (-)Xanthalesma (-)Ptosis (-) Massa (-)Xanthalesma (-)Ptosis
Palpebra inferior
(-) Ektropion (-) Entropion (-) Ektropion (-) Entropion
(-) Lagoftalmus (-) Blefarospasme (-) (-) Lagoftalmus (-) Blefarospasme (-)
PEMERIKSAAN
EKSTERNAL
Okular Dekstra Okular Sinistra

Trikhiasis (-) Distikhiasis (-) Madarosis Trikhiasis (-) Distikhiasis (-) Madarosis
Cilia
(-) Poliosis (-) (-) Poliosis (-)

Lakrimasi (+) Epifora (-) Mukokel (-) Lakrimasi (-) Epifora (-) Mukokel (-)
Aparatus Lakrimal
Fistula (-) Fistula (-)

Hiperemis (-) Anemis (-) Papil (-) Hiperemis (-) Anemis (-) Papil (-)
Conjunctiva tarsal
Folikel (-) Corpus alienum (-) Folikel (-) Corpus alienum (-)
superior
Pseudomembran (-) Pseudomembran (-)

Hiperemis (-) Anemis (-) Papil (-) Hiperemis (-) Anemis (-) Papil (-)
Conjunctiva tarsal Folikel (-) Corpus alienum (-) Folikel (-) Corpus alienum (-)
inferior Pseudomembran (-) Pseudomembran (-)
PEMERIKSAAN
EKSTERNAL
Okular Dekstra Okular Sinistra

Injeksi konjungtiva (+) Injeksi siliar (+) Injeksi konjungtiva (-) Injeksi siliar (-)
Conjunctiva Bulbi
Corpus Alienum (-) Corpus Alienum (-)

Jernih, infiltrate (+) sikatrik (+) keratic Jernih, infiltrate (-) sikatrik (-) keratic
Kornea
precipitat (+) abrasi (-) ulkus (-) precipitat (-) abrasi (-) ulkus (-)

Anterior chamber Jernih, hipopion (-) hifema (-) Jernih, hipopion (-) hifema (-)

Pupil Bulat, anisokor, diameter 5 mm Bulat, anisokor, diameter 3mm


PEMERIKSAAN
EKSTERNAL
Okular Dekstra Okular Sinistra

Reflex Cahaya
• Direct - +
• Konsensuil - +

Iris Coklat kehitaman, sinekia (+) Coklat kehitaman, sinekia (-)

Lensa Jernih Jernih

Lain-lain - -
PEMERIKSAAN SLIT
LAMP DAN
BIOMICROSCOPY
Okular Dekstra Okular Sinistra

Cilia Trikiasis (-), Distikiasis (-) Trikiasis (-), Distikiasis (-)

Conjunctiva Injeksi silier (+) Injeksi conjungtiva (+) Injeksi silier (-) Injeksi conjungtiva (-)

Infiltrat pungtata(+), sikatrik nebula(+) Jernih, infiltrat (-), sikatrik (-)


Cornea
keratic percipitat (+) abrasi (-) ulkus (-)
PEMERIKSAAN SLIT
LAMP DAN
BIOMICROSCOPY
Okular Dekstra Okular Sinistra

Jernih, Kedalaman dangkal, Jernih, Kedalaman sedang,


Kamar Depan
flare (+), cell (+) flare (-), cell (-)

Iris Coklat kehitaman, Sinekia posterior(+) Coklat kehitaman, Sinekia (-)

Lensa Jernih Jernih


TONOMETRI

Okular Dekstra Okular Sinistra

Palpasi Normal Normal

Schiotz 17,3 mmHg 17,3 mmHg


GONIOSCOPY
Tidak
dilakukan

VISUAL
FIELD
- OD : Tidak dilakukan
- OS : lapang pandang pasien sama dengan
pemeriksa
FUNDUSKOPI

Okular Dekstra Okular Sinistra

Media Jernih Jernih

Papil Bulat, batas tegas, warna kekuningan Bulat, batas tegas, warna kekuningan

A/V Ratio 2:3 2:3


FUNDUSKOPI

Okular Dekstra Okular Sinistra

C/D Ratio 0.4 0.4

Flat, perdarahan (-), eksudat (-), Flat, perdarahan (-), eksudat (-),
Retina
neovaskularisasi (-) neovaskularisasi (-)

Macula Fovea reflex (+), edema (-) Fovea reflex (+), edema (-)
Resume
Pasien perempuan berusia 50 Tahun datang dengan keluhan utama mata merah disebelah
kanan sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan mata merah tersebut disertai dengan penurunan
penglihatan sejak 2 minggu yang lalu, keluhan semakin lama semakin memburuk sehingga
mengganggu aktivitas. Penurunan penglihatan diawali dengan adanya titik hitam yang terlihat
pada mata kanan, keluhan disertai nyeri yang menjalar ke pelipis kanan, sensasi mata yang
berair, mata terasa mengganjal, dan rasa tidak nyaman ketika melihat cahaya terang. Pasien
belum pernah mengobati keluhan yang dirasakan
Resume
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah yang tinggi, namun pemeriksaan
fisik lain dalam batas normal. Pemeriksaan visus OD 1/300 PH tetap dan OS 0,3 PH
0,4. Pemeriksaan eksternal OD terdapat injeksi silier (+), Injeksi konjungtiva (+) pada
conjunctiva bulbar OD, pada kornea OD terdapat infiltrate (+) sikatrik (+) Keratic
precipitate (+), pada iris OD terdapat sinekia (+). Pemeriksaan slit lamp conjunctiva
OD terdapat injeksi silier (+), Injeksi konjungtiva (+), kornea OD terdapat inflitrat
pungtata (+), sikatrik nebula (+), keratic precipitate (+), Kamar depan OD terdapat
flare (+) dan sel (+), iris OD terdapat sinekia posterior (+).
Diagnosis
KeratoUveitis Anterior
OD
Differential
Diagnosis

Uveitis Glaukoma primer


Panuveitis OD
Intermediate OD Akut Sudut Tertutup
OD
RENCANA
PEMERIKSAAN

• Hitung Darah Lengkap


• ESR (Laju Sedimentasi Eritrosit)
• Schimmer Test
PEMERIKSAAN
LAIN - LAIN

fluorescein
test
RENCANA
Non- Medikamentosa TERAPI
• Edukasi terkait kondisi.
• Edukasi pengobatan yang efettif
• Menerapkan cuci tangan 6langkah
• Menggunakan kacamata dengan lensa gelap atau penutup mata untuk
menghindari fotofobia dan menghindari bend asing
RENCANA
Medikamentosa TERAPI
RENCANA
OPERASI
Tidak
ada

PROGNOSIS
• Ad Vitam : Ad Bonam
• Ad Functionam : Dubia Ad
malam
• Ad Sanationam : Dubia Ad
malam
Basic
Scienc
e
Anatomi : Uvea

Vascular tunic atau uvea adalah lapisan tengah bola mata, yang terdiri dari
tiga bagian: choroid, ciliary body, dan iris.
IRIS
• Iris merupakan diagfragma melingkar berwarna,
tengah pupil berukuran sekitar 4 mm
• Fungsi : mengatur jumlah sinar cahaya yang masuk
mencapai retina
• Bagian : permukaan anterior iris dapat membagi dua
zona oleh garis collarette (zigzag)
1.Cilliary zone
• Terdapat garis radial (radial blood vessels) dan crypts.
2.Pupillary zone
• Terletak diantara collarete dan pigmented pupillary
frill
• halus dan flat
IRIS

• Struktur : terdiri dari 3 layer


1. Endhotelium : terdapat crypts atau ruang jaringan yang berkomunikasi secara bebas dengan anterior
chamber
2. Stroma : terdiri dari jaringan ikat longgar, blood vessels, nerve, dan otot
• Sphincter pupillae : berkisar 1 mm, pita melingkar sempit yang mengelilingi pupil, dipersyarafi oleh
parasimpatis serviks melalui saraf cranial ketiga dan akan menyebabkan kontriksi pupil
• Dilator pupillae : memanjang dari cilliary body ke pupillary margin, dipersyarafi oleh cervical
symphathetic nerve yang menyebabkan dilatasi pupil
3. Pigmented epithelium : dua lapisan epitel terletak di permukaan posterior iris
CILIARY BODY

• Terdiri dari dua bagian :


1.Pars plicata : 1/3 bagian anterior badan siliar (2 mm).
2.Pars plana : 2/3 bagian posterior badan siliar (4 mm). Relatif avascular.
ILIARY BODY

Badan siliar terdiri dari empat lapisan :


1. Otot siliar : Terdiri dari flat buddle serat otot lurik yang membantu akomodasi lensa.
2. Stroma : Terdiri dari jaringan ikat longgar dari kolagen dan fibroblas, saraf, pigmen, dan pembuluh darah.
3.Prosesus siliaris : Terdapat sekitar 70 proses siliaris yang terlihat secara makroskopik. Tempat melekatnya ligament
suspensori. Dilapisi oleh 2 lapisan sel epitel dan prosesus siliaris terdiri dari pembuluh darah dan jaringan ikat longgar.
Dan merupakan tempat utama untuk produksi humour aqueous.
4.Epitel : Terdapat dua lapisan sel epitel berpigmen dan tidak berpigmen.
CHOROID
• Berwana coklat gelap (dark brown)
• Avaskular terletak diantara retina dan sclera -> memanjang
dari serrate ke the optic nerve aperture
• Struktur choroid
• Suprachoroidal lamina
Membran tipis (serat kolagen, melanosit, dan fibroblast).
Terdapat ruangan antara membaran ini dan sclera disebut ruang
suprachoroidal
2. Lapisan vascular dan stroma
Mengandung jaringan kolagen longgar, sel pigmen, makrofag,
sel mast, dan sel plasma. Dibentuk oleh blood vessels :
-Layer of large vessels (Haller’s layer)
-Layer of medium vessels (Sattler’s layer)
-Layer of choriocapillaris
3. Membran branch
Lapisan luar retina, terdapat adanya pigmen retina
CLINI
CAL
SCIEN
UVEI
TIS
DEFINISI
Proses peradangan pada bagian mata yang dikenal sebagai
uvea -->
iris, badan siliar, dan koroid. Namun, secara klinis selalu
ada beberapa peradangan terkait pada struktur yang
berdekatan seperti retina, vitreous, sklera, dan kornea
EPIDEMIOL
OGI
• Terjadi pada semua usia
• Prevalensi wanita > pria
• Jenis paling umum anterior uveitis, paling
jarang posterior uveitis
• Penyebab 10% kebutaan
ETIOLOG
• Uveitis infeksi
I • Trauma
-Eksogen (luka tembus, perforasi kornea, post op) -Efek mekanis langsung dari trauma,
-Sekunder (inflamasi dari cornea, sklera atau retina) -Efek iritatif produk darah setelah perdarahan intraocular
-Endogen (bakteri, virus, protozoa) (haemophthalmitis),
• Allergic inflammation • Invasi mikroba,
(reaksi antigen-antibodi) • Efek kimia dari benda asing intraokular yang tertahan
• Toxic uveitis • Hypersensitivity reaction
-Endotoxins It occurs due to hypersensitivity reaction to autologous tissue -->
-Endocular toxins rheumatoid arthritis, systemic lupus erythematosus, sarcoidosis,
-Exogenous toxins ankylosing spondylitis, Reiter’s disease, Behcet’s syndrome.
ETIOLOGI
FAKTOR
RISIKO
• faktor internal: usia, jenis kelamin perempuan, ras/etnis
tertentu
• merokok
• kadar vitamin D
• kehamilan
• penyakit tiroid
• diabetes
• stress psikologis
KLASIFIKA
SI
KLASIFIKA
(Berdasarkan Anatomi)
SI
KLASIFIKA
(Berdasarkan Anatomi)
Anterior Uveitis SI
•Disebut juga iritis jika inflamasi mengenai bagian iris dan
iridosiklitis jika inflamasi mengenai iris dan bagian anterior badan
silier.
•Tanda : Nyeri, Fotopobia, Penglihatan kabur, Injeksi siliar, dan
Hipopion : lapisan putih mengendap.

Intermediate Uveitis
•Peradangan pars plana dari badan siliaris
•Tanda : Ringan, Mata tenang, Tidak nyeri, dan Menurunkan tajam
penglihatan
KLASIFIKA
(Berdasarkan Anatomi)
Posterior Uveitis
SI
• Peradangan koroid, yaitu koroiditis
• Tanda : Menurunkan tajam penglihatan, dan Tidak disertai nyeri,
mata merah, dan fotopobia. Sering asimptomatik.

Panuveitis
•Uveitis anterior, intermedia dan posterior yang terjadi bersamaan
•Tanda : peradangan seluruh uvea yang menimbulkan koroiditis,
vitritis, dan uveitis anterior.
KLASIFIKA
SI
(Berdasarkan Clinical))
1.Uveitis akut
timbulnya gejala secara tiba-tiba dan penyakit ini berlangsung selama 3 bulan atau kurang.

2.Uveitis kronis
sering memiliki onset yang berbahaya dan asimtomatik. Uveitis kronis bertahan lebih dari 3 bulan
dan biasanya didiagnosis ketika menyebabkan penglihatan yang rusak.

3.Uveitis berulang
ditandai dengan episode berulang yang dipisahkan oleh periode tidak aktif >3 bulan tanpa
pengobatan.
KLASIFIKA
(Berdasarkan Pathological)
SI
• Uveitis supuratif atau purulen.
• Uveitis nonsupuratif. Terbagi menjadi dua
kelompok
(klasifikasi Wood).
• Uveitis nongranulomatosa,
• Uveitis granulomatosa.
KLASIFIKA
SI
(Berdasarkan Etiological “Duke Elder’s Classification”)

• Infective uveitis
• Immune-related uveitis
• Toxic uveitis
• Traumatic uveitis
• Uveitis associated with noninfective systemic
diseases
• Idiopathic uveitis.
UVEITI
S
DEFINISI
• Peradangan pada uveal dari iris sampai pars plicata badan siliar
biasanya unilateral.
Ini dapat dibagi menjadi:
• Iritis, yang didominasi oleh peradangan mempengaruhi iris.
• Iridosiklitis dimana iris dan badan siliaris sama-sama terlibat, dan
• Siklitis anterior, dimana pars plicata merupakan bagian badan siliaris
paling terpengaruh.
EPIDEMIOL
OGI
• Uveitis anterior adalah bentuk uveitis yang paling umum (terjadi setiap 12 per
100.000 kasus).
• Di negara-negara barat, 50% hingga 70% dari semua kasus uveitis diklasifikasikan
sebagai uveitis anterior.
• Uveitis bertanggung jawab atas 10% kebutaan di AS, dan menyumbang sekitar
30.000 pasien baru dengan kebutaan setiap tahun.
• Insiden dan prevalensi maksimum terlihat pada pasien usia lanjut di atas 65 tahun
dan terendah pada kelompok usia anak.
ETIOLOGI

DIBEDAKAN MENJADI DUA BENTUK YAITU NON-


GRANULOMATOSA dan GRANULOMATOSA
NON-
GRANULOMATOSA
Gejala :
• disertai dengan rasa nyeri, fotofobia, penglihatan buram, keratik
persipitat kecil, sering terjadi kekambuhan.
Penyebab :
• trauma, herpes simpleks, sindrom bechet, infeksi adenovirus,
influenza dan klamidia
GRANULOMATOSA
Gejala :
• tidak disertai nyeri, fotofobia ringan, buram, keratik persipitat besar (mutton fat)
benjolan koeppe (penimbunan sel pada tepi pupil) atau benjolan busacca (penimbunan
sel pada permukaan iris)
Penyebab :
• sarkoiditis, sifilis, TBC, virus, jamur (histoplasmosis) atau parasit (toksoplasmosis)
UVEITI
gejala S
SYMPTOMS
• Redness—It is due to circumciliary congestion.
• Pain—It is worse at night.
• Lacrimation and photophobia may be present (without any mucopurulent
discharge) due to associated keratitis.
• Impaired vision—Hal ini terutama disebabkan oleh plasmoid yang kabur dan
opasitas pada media.
• Fotofobia disebabkan oleh nyeri yang disebabkan oleh penyempitan pupil dan
spasme silia akibat peradangan.
SIGN
• Circumciliary congestion - hiperemia di sekitar limbus yang berwarna ungu-merah kusam.
Hal ini disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah siliaris anterior.
SIGN
Anterior
Chamber
• Ada plasmoid yang mengandung leukosit, serpihan kecil dari protein yang terkoagulasi,
dan jaringan fibrinosa.
Pemeriksaan slit-lamp menunjukkan adanya :
• Milky 'flare 'or 'aqueous flare'—Partikel seperti debu terlihat bergerak dalam slit lamp
mirip dengan efek Tyndall.
• Keraticprecipitates (kp)—Eksudat cenderung menempel pada endotelium yang rusak di
bagian bawah kornea.
Ada tiga jenis utama kps:
• Fresh Kp—Berbentuk banyak, melingkar, dan berwarna abu-abu putih. Mereka sebagian
besar terdiri dari limfosit. Biasanya terlihat pada uveitis anterior aktif dan siklitis.
• Old Kp—berpigmen, kecil dengan tepi berkerut. Mereka sebagian besar terdiri dari sel
plasma. Itu adalah bukti uveitis di masa lalu.
• Mutton Fat Kp—kps yang sedikit, besar, kuning, dan berminyak. Mereka merupakan
karakteristik uveitis granulomatosa dengan dominasi makrofag.
SIGN
Anterior Chamber
• Hipopyon—Pada kasus iritis yang parah, leukosit keluar dan
tenggelam ke dasar bilik mata depan membentuk hipopion.
• Hifema—Darah di bilik mata depan jarang terjadi akibat
perdarahan spontan.
SIGN
Pupil & Iris
• Pupil—Konstriksi akibat vasodilatasi. Bereaksi lamban terhadap cahaya karena iritasi pada ujung saraf ketiga di iris.
• Iris
• Hilangnya pola normal iris.
• Iris tampak keruh karena kumpulan eksudat.
• Ektropion pigmen uveal disebabkan oleh kontraksi eksudat pada iris sehingga permukaan posterior iris terlipat ke anterior.
• Bercak atrofi berwarna putih muncul.
• Nodul iris terlihat pada uveitis granulomatosa,
Nodul Koeppe berukuran kecil dan terletak di perbatasan pupil
Nodul Busacca berukuran lebih besar dan letaknya jauh dari pupil.
SIGN
Posterior Synechiae
2. Annular or ring synechiae (seclusio-pupillae)
• Seluruh tepi pupil terikat ke kapsul lensa oleh eksudat sehingga bilik mata
depan berbentuk corong.
• Pupil festooned terlihat pada dilatasi, yaitu pupil melebar tidak beraturan dan
tampak seperti hiasan kertas meriah.
• Iris bombe—Iris menjadi melengkung ke depan akibat pengumpulan cairan
di ruang posterior.
SIGN
Posterior Synechiae
• Occlusio-pupillae atau pupil yang tersumbat—
Eksudat berkumpul di seluruh area pupil sehingga
penglihatan terganggu dan terjadi peningkatan
ketegangan.
SIGN
Posterior Synechiae
• Sinekia posterior total—Pada siklitis parah, ruang
posterior dipenuhi dengan eksudat yang mengatur
pengikatan iris ke kapsul lensa.
SIGN
Posterior Synechiae
• Cyclitic membrane—In worst cases of
iridocyclitis, a cyclitic membrane may form
behind the lens.
SIGN
Lens & Vitreous
• Lens
• Complicated cataract—Terdapat katarak kortikal
posterior yang khas dengan gambaran “bread
crumb” dan kilau polikromatik.
• Pseudoglioma—It is seen in young children.
• Vitreous—Kekeruhan vitreous akibat leukosit,
fibrin yang terkoagulasi, dan eksudat dapat terjadi
pada kasus yang parah.
DIAGNOSIS
Anamnesis
• Keluhan: mata sakit, merah, fotofobia, penglihatan turun
ringan dengan mata air.
• Riwayat penyakit dahulu : menduga uveitis berulang
• Pengobatan sudah dilakukan?
• Riwayat penyakit sistemik
• Riwayat konsumsi obat

PE
• Tanda-tanda vital
• Pemeriksaan ekternal mata
DIAGNOSIS
• Hitung Darah Lengkap: - Dasar, Leukositosis pada etiologi menular
• Laju sedimentasi eritrosit (ESR): Indikasi penyakit sistemik yang
tidak spesifik.
• Human leukocyte antigen (HLA) B27: Dilakukan pada pasien
dengan serangan uveitis anterior berulang, kepositifan HLA B27
membantu dokter dalam memberikan konseling kepada pasien
mengenai serangan uveitis berulang yang sifatnya lebih parah dan
sering.
Differential
Diagnosis
·Uveitis Intermediet
·Uveitis Posterior
·Panuveitis
Treatment
Tujuan pengobatan uveitis adalah:
1. Mencegah komplikasi yang mengancam penglihatan.
2. Untuk meredakan ketidaknyamanan dan nyeri pasien.
3. Untuk mengobati penyebab uveitis.

Prinsip treatment
• Istirahat untuk mata diberikan melalui dilatasi pupil dengan
atropin.
• Heat application meningkatkan sirkulasi darah dan mengurangi
rasa sakit.
• Kontrol peradangan fase akut dengan kortikosteroid.
• Analgesik dan antiradang meredakan nyeri dan ketidaknyamanan.
• Antibiotik spektrum luas modern yang melewati blood aquous
barrier diberikan pada kasus infeksi.
Atropine
o Umumnya menggunakan mydriatic dan cyloplegic
o Membuat iris dan tubuh siliaris rileks dengan
melumpuhkan otot siliaris.
oMengurangi hiperemia dengan menyebabkan vasodilatasi.
Ini meningkatkan suplai darah ke uvea anterior. Hasilnya,
lebih banyak antibodi mencapai jaringan target dan lebih
banyak toksin diserap.
oTetes atau salep atropin 1% dioleskan dua kali sehari.
oDalam kasus alergi atropin, mydriatics lain seperti
fenilefrin, siklopentolat atau tropikamida dapat digunakan.
2. Heat Application
oPenggunaan panas dalam bentuk fomentasi panas atau panas
kering lokal sangat menenangkan. Ini mengurangi rasa sakit,
mencegah stasis dan meningkatkan sirkulasi darah.

3. Analgesics dan anti inflamasi


oUntukmeredakan nyeri dan rasa tidak nyaman.
oAspirin, ibuprofen, etc

4. Antibiotik
Antibiotik modern berspektrum luas generasi ketiga mempunyai
manfaat yang sangat besar
Kortikosteroid
Ini adalah tindakan anti-inflamasi. Mereka sangat
berguna dalam mengendalikan peradangan pada
fase akut. Karena aktivitas anti-alergi dan anti-
fibrotiknya, obat ini mengurangi fibrosis dan
dengan demikian mencegah disorganisasi dan
kerusakan jaringan.
Komplikasi
Komplikasi
Prognosis
Prognosis uveitis baik jika dilakukan
deteksi dini dan pengobatan yang tepat.
Mengidentifikasi penyebab uveitis penting
karena morbiditas dan mortalitas yang
signifikan terkait dengan beberapa penyakit
sistemik tertentu yang dapat menyebabkan
uveitis.
Daftar
Pustaka
Referensi
1. Association AO. (2006). Anterior uveitis. Optometric Clinical Practice Guideline.
2. Bowling, B. (2015). Kanski’s clinical ophthalmology (8th ed.). W B Saunders.
3. Dick, A. D., Tundia, N., Sorg, R., Zhao, C., Chao, J., Joshi, A., & Skup, M. (2016). Risk of Ocular
Complications in Patients with Noninfectious Intermediate Uveitis, Posterior Uveitis, or Panuveitis.
Ophthalmology, 123(3), 655–662.
4. González, M. M., Solano, M. M., Porco, T. C., Oldenburg, C. E., Acharya, N. R., Lin, S. C., & Chan, M. F.
(2018). Epidemiology of uveitis in a US population-based study. Journal of ophthalmic inflammation and
infection, 8(1), 6.
5. Harman, L. E., Margo, C. E., & Roetzheim, R. G. (2014). Uveitis: the collaborative diagnostic evaluation.
American family physician, 90(10), 711–716.
6. Harthan, J. S., Opitz, D. L., Fromstein, S. R., & Morettin, C. E. (2016). Diagnosis and treatment of anterior
uveitis: optometric management. Clinical optometry, 8, 23–35.
7. Ilyas S, Yulianti SR. (2015) IlmuPenyakit Mata, Edisi 5. Badan Penerbit FKUI.
8. Jabs, D. A., Nussenblatt, R. B., Rosenbaum, J. T., & Standardization of Uveitis Nomenclature (SUN) Working
Group (2005). Standardization of uveitis nomenclature for reporting clinical data. Results of the First
International Workshop. American journal of ophthalmology, 140(3), 509–516
9. Jogi R. (2009). Basic Ophthalmology, 4th Edition.pdf. 2009.
10. Khan MM, Iqbal MS, Jafri AR, Rai P, Niazi JH.(2008) Management of Complications of Anterior Uveitis.
11. Michaudet C, Malaty J. (2018). Cerumen impaction: Diagnosis and management. Am Fam Physician.
12. Moore L. Keith. (2010). Clinically Orianted Anatomy. Ed 6th.
13. Myron; M.D. Yanoff . (2014). Opthalmic diagnosis & threatmentThrid edition.
14. Riordan-Eva, P., Cunningham, E. T., Vaughan, D., & Asbury, T. (2011). Vaughan & Asbury's general
ophthalmology (18th ed.). New York: McGraw-Hill Professional.
15. Sharma, P., & Majumder, P.D. (2016). Diagnosis and management of posterior uveitis.
16. Sidarta, Ilyas S., Yulianti, Sri Rahayu. (2015). IlmuPenyakit Mata. 5th ed. FakultasKedokteran Universitas
Indonesia
17. Sitompul, Ratna. (2016). Diagnosis dan Penatalaksanaan Uveitis dalamUpayaMencegahKebutaan.
eJournalKedokteran Indonesia.
18. Sudharshan, S., Ganesh, S. K., & Biswas, J. (2010). Current approach in the diagnosis and management of
posterior uveitis. Indian journal of ophthalmology, 58(1), 29–43.
19. Suhardjo P dr. (2017). Ilmu Kesehatan Mata. Bagian IlmuPenyakit Mata FK UGM.
20. Wetarini, K., Febyan, & Mahayani, N.M. (2020). Diagnosis dan Tatalaksana Uveitis Posterior. Cermin Dunia
Kedokteran.
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai