Anda di halaman 1dari 44

REFKAS

OS KERATITIS e.c
LAGOFTALMUS
Oleh : Neva Wulandari
Pembimbing : dr. Kasihana Hismanita Sopha, sp.M
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. N
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 32 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Wates Rt 02/Rw 02 Undaan Kudus
Status perkawinan : Sudah Menikah
No. RM : 828xxx
Status Pembiayaan : BPJS PBI
Tanggal Pemeriksaan: 19 Agustus 2021
KELUHAN UTAMA
MATA MERAH DAN
BURAM PADA MATA
KIRI
ANAMNESIS

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien datang ke Poliklinik Mata RSUD dr. LOEKMONO HADI pada hari Senin 19 Agustus 2021
dengan keluhan mata kiri tidak bisa melihat 2 bulan terakhir, mata kiri terasa nyeri, mata kiri
menonjol, mata kiri merah dan keluar secret warna putih kehijauan, pasien juga merasakan mual,
muntah 4 hari 2x/hari, demam 3 hari .
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Riwayat DM dan hipertensi : disangkal


Riwayat penggunaan lensa mata dan kacamata : disangkal
Riwayat trauma pada mata : disangkal
Riwayat operasi pada mata : disangkal
Riwayat Alergi : disangkal

RIWAYAT PENYAKIT
KELUARGA
Riwayat DM dan hipertensi : disangkal

RIWAYAT SOSIAL EKONOMI

Pasien menggunakan BPJS


Kesan social ekonomi cukup
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS:

-Keadaan Umum : Baik


-Kesadaran : Composmentis
-Status gizi : Baik
-Vital Sign
Tekanan Darah : 140/100 mmhg
Nadi : 119 x/menit
RR : 24x/menit
Suhu : 37,8° C
Spo2 : 97
GDS : 142 mg/dl
GAMBARAN MATA PASIEN
OS

Konjungtiva : mixed injeksi (+)


Kornea : infiltrat (+) di inferior,
bentuk lesi bintik-bintik kecil
Pupil : Bulat, d= ±3mm,
Tes fluoresin (+)
PEMERIKSAAN VISUS

KETERANGAN OD OS
VISUS
Tajam penglihatan 6/15 1/300
TIO 11 13
PEMERIKSAAN LOKALIS
PEMERIKSAAN RUTIN UMUM MATA
DEKSTRA SINISTRA
Bulbus Gerak bola mata simetris, Gerak bola mata tidak simetris,
Okuli Enoftalmus (-), Enoftalmus (-),
Eksoftalmus (-), Eksoftalmus (-),
Strabismus (-) Strabismus (-)

Supercilia Rontok (-), Rontok (-),


Simetris (+) Simetris (+)

Palpebra Edema (-), Edema (-),


Hiperemis(-), Hiperemis(-),
Nyeri tekan (-), Nyeri tekan (-),
Blefarospasme (-), Blefarospasme (-),
Lagoftalmus(-), Lagoftalmus(-),
Ptosis (-) Ptosis (-)
Ektropion (-), Ektropion (-),
Entropion (-) Entropion (-)
PEMERIKSAAN LOKALIS
PEMERIKSAAN RUTIN UMUM MATA
DEKSTRA SINISTRA
Cilia Rontok (-), Rontok (-),
Sekret (-) Sekret (-)

Konjungtiva Mixed Injeksi (-) Mixed injeksi (+)


Sekret (-) Sekret (-)
Perdarahan konjungtiva (-) Perdarahan konjungtiva (-)
Bangunan Patologis (-) Bangunan Patologis (-)
Simblefaron (-) Simblefaron (-)
Jaringan fibrovaskuler (-) Jaringan fibrovaskuler (-)
PEMERIKSAAN LOKALIS
PEMERIKSAAN RUTIN UMUM MATA
DEKSTRA SINISTRA
Sklera Putih Putih
Kornea Keruh Jernih
Edema (-), Edema (-),
Keratik presipitat (-), Keratik presipitat (-),
Infiltrat (-), Infiltrat (+)
Sikatriks (-), Sikatriks (-),
Jaringan nekrotik (-) Jaringan nekrotik (-)

Camera Jernih, Dalam Jernih, Dalam


Oculi Flare (-), Flare (-),
Anterior Hipopion (-), Hipopion (-),
Hifema (-) Hifema (-)
Iris Warna : coklat tua Warna : coklat tua
Atrofi (-), Atrofi (-),
Massa (-) Massa (-)
Synekia (-) Synekia (-)
PEMERIKSAAN LOKALIS
PEMERIKSAAN RUTIN UMUM MATA
DEKSTRA SINISTRA
Pupil Bulat, d= ±3mm, Bulat, d= ±3mm,
letak : sentral letak : sentral
Refleks pupil direk (+), Refleks pupil direk (+),
Refleks pupil indirek (+) Refleks pupil indirek (+)
Lensa Jernih Jernih
Letak lensa: Sentral Letak lensa: Sentral
Shadow test : (-) Shadow test : (-)

Segmen Tidak dilakukan


posterior
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Tes fluoresin (+)
RESUME
Pasien datang ke Poliklinik Mata RSUD dr. LOEKMONO HADI pada hari Senin 19 Agustus 2021 dengan keluhan mata
kiri tidak bisa melihat 2 bulan terakhir, mata kiri terasa nyeri, mata kiri menonjol, mata kiri merah dan keluar secret
warna putih kehijauan, pasien juga merasakan mual, muntah 4 hari 2x/hari, demam 3 hari .

Visus :
OD  6/15
OS  1/300
Konjungtiva : mixed injeksi (+)
Kornea : infiltrat (+) di inferior
Pupil : Bulat, d= ±3mm,
Tes fluoresin (+)
Funduskopi : dbn
Gerak bola mata :
-2
Diagnosis
• OS Keratitis
Superfisial e.c
lagofltamus

Diagnosi
s Kerja

Diagnosis
Banding

• OS Ulkus
kornea
TATALAKSANA
Medikamentosa
• Timol 0,5% 2x1 tetes OS
• Optiflox 6x1 tetes OS
• Cloramphenicol OS
• Cindolyteers 4x1 tetes OS

Non-Medikamentosa

• Pasien dianjurkan menggunakan pelindung mata untuk melindungi diri dari exposure dari luar seperti debu dan sinar
ultraviolet.
• Mata yang sakit jangan dibebat
• Mata sering dibersihkan jika ada kotoran
EDUKASI
• Hindari trauma dan menggosok mata
• Minum obat hanya yang diresepkan dokter secara teratur dan habiskan
• Kontrol ke poli mata teratur evaluasi penyembuhan lesi kornea dan visus.
• Edukasi mengenai pemberian obat sehingga tidak diberikan pada OS yang sehat.
PROGNOSIS
  Oculi Dekstra Oculi Sinistra

Ad Vitam Ad Bonam Ad Bonam


Ad Fungsionam Ad Bonam Dubia Ad bonam

Ad Sanationam Ad Bonam Dubia Ad bonam

Ad Komestikan Ad Bonam Ad Bonam


TINJAUAN
PUSTAKA
Kornea

• Kornea (latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian
selaput mata yang tembus cahaya.

• Kornea transparan (jernih), bentuknya hampir sebagian lingkaran dengan


diameter vertikal 10-11mm dan horizontal 11-12mm, tebal 0,6-1mm terdiri
dari 5 lapis.

• Kornea terbebas dari pembuluh darah, nutrisi dan produk metabolisme


dikeluarkan melalui humor aquos dan air mata
Kornea merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah
depan dan terdiri dari beberapa lapisan :

• Epitel
• Membran Bowman
• Stroma
• Membran Descement
• Endotel
KERATITIS

Keratitis adalah suatu peradangan atau inflamasi pada kornea.

Beberapa faktor resiko yang dapat meningkatkan kejadian terjadinya keratitis antara lain perawatan lensa kontak
yang buruk, infeksi herpes zoster atau infeksi virus lain, bakteri, higienitas yang tidak baik.
Trias Keratitis :
• Fotofobia : silau karena iris ikut meradang
• Injeksi siliar
• Visus turun : mengganggu penglihatan apabila menutupi pupil.
Pemeriksaan pemeriksaan fisik pada keratitis :
• Adanya infiltrat
• Injeksi siliar
PRINSIP

● Zat warna fluoresin akan berubah hijau pada


media alkali. Zat warna fluoresin bila menempel
 pada epitel kornea yang defek akan memberikan
warna hijau karena jaringan epitel yang rusak
 bersifat lebih basa
PATOFISIOLOGI
Keratitis adalah peradangan pada kornea

Pengobatan inadekuat

Kronis

Infiltrat sembuh

Menjadi sikatrik ( nebula, makula, leukoma)


Infiltrat Sikatrik

 Warna abu-abu  Warna putih


 Batas tidak tegas karena masih  Batas tegas
berkembang  Tidak nyeri
 Nyeri (+)  Fluoresin test (-)
 Fluoresin test (+)  Tidak terdapat siliar injeksi
 Masih terdapat siliar injeksi yang
merupakan tanda aktif
Macam sikatrik
Nebula : tipis seperti awan
Makula : lebih tebal
Lekoma : jauh lebih tebal, trias keratitis hilang
GAMBARAN KLINIK KERATITIS
Letak Uji Fluoresin Uji Plasido

Keratitis superfisialis Epitelialis Mengenai kornea di atas + +


membrana Bowman

Subepitel Mengenai kornea di bawah - +


epitel kornea

Profunda/intersisialis Di dalam stroma kornea Di dalam stroma kornea - -


DIAGNOSIS MORFOLOGIK LESI KORNEA

 Keratitis superfisialis : mengenai lapisan epitel atau Bowman dan


 Keratitis profunda atau interstisialis (keratitis parenkimatosa) : mengenai lapisan stroma.
 Pada keratitis epitelial dan keratitis stromal, tes fluoresin (+), sedangkan pada keratitis
subepitelial dan keratitis profunda, tes fluoresin (-).
Klasifikasi

Lapisan yg terkena
Keratitis Pungtata
(Keratitis Pungtata
Superfisial dan
Keratitis Keratitis
Keratitis Pungtata
Subepitel) Marginal Interstisial
KERATITIS PUNGTATA
1. Keratitis Pungtata Superfisial
a. Penyebab adenovirus
 Bentuk infiltrat pungtata
 Letak superfisial
 Biasanya dimulai dari perifer karena merupakan lanjutan dari
konjungtivitis kataralis
 Injeksi silier positif
b. Tes fluoresin (+)
2. Keratitis Pungtata Subepitel
a. Di daerah membran Bowman
b. Biasanya terdapat bilateral dan berjalan kronis tanpa ada gejala
KERATITIS MARGINAL
 Infiltrat yang tertimbun pada tepi kornea sejajar dengan limbus
 Reaksi hipersensitifitas terhadap eksotoksin stafilokokus

KERATITIS INTERSTISIAL

1. - Ditemukan pada jaringan kornea lebih dalam

2. - Terjadi akibat alergi atau infeksi spiroket ke dalam stroma kornea dan
akibat tuberkulosis

3. - Disertai dengan neovaskularisasi


Klasifikasi

Penyebab (Etiologi)

Keratokonjungtivitis
Keratitis Bakteri Keratitis Jamur Keratitis Virus Keratitis Herpetik Keratitis Alerg
epidemi
PARAMETER Keratitis Bakteri
BAKTERI Keratitis
VIRUS Virus
ETIOLOGI • S. aureus, S. pneumonia, P aeruginosa, • Herpes Simplex Virus
Enterobacteriaceae (membutuhkan adanya • Varicella-Zoster Virus
kerusakan epitel kornea terlebih dahulu)
• N. gonorrhea, N. meningitidis, C. dyphteriae
(dapat menginvasi kornea intak)

FAKTOR RESIKO Pengguna lensa kontak, riwayat penyakit dan Kontak dengan penderita, transmisi vertical ibu
operasi pd kornea, trauma, benda asing kepada neonates, imunosupresan, riwayat
terinfeksi VZV sebelumnya (chickenpox)

KARAKTERISTIK S. aureus dan S. pneumonia  ulkus berbentuk oval, Herpes Simplex  tampak lesi vesicular di
warna putih kekuningan, batas tegas region periorbital, limfadenitis, punctate
• Pseudomonas  ulkus bentuk ireguler, eksudat epithelial keratitis, dendritic ulcer (ulkus
mukopurulen kehijauan, batas tidak tegas oleh karena berbentuk ireguler, zigzag, bercabang),
terjadi nekrosis liquefaksi dari kornea geographical ulcer (hasil fusi dari beberapa
• Enterobacteriacea  ulkus dangkal, warna ulkus dendritic membentuk suatu konfigurasi
keabu-abuan, opasitas stroma batas tidak amoeboid
tegas, infiltrate kornea bentuk cincin oleh • Herpes Zoster  lesi awal vesicular
karena endotoksin yang dihasilkan terdistrubusi dermatomal, punctate epithelial
keratitis, microdendritic epithelial ulcer,
nummular keratitis, disciform keratitis
PARAMETER JAMUR Keratitis Fungal Keratitis Alergi
PROTOZOA
ETIOLOGI • Filamentous fungi (Aspergillus, Fusarium) Etiologi
• Yeasts (Candida)
Reaksi hipersensitivitas tipe I yang mengenai
kedua mata.

Biasanya penderita sering menunjukkan gejala


alergi terhadap tepung sari rumput-rumputan

FAKTOR RESIKO Trauma dengan material tanaman, ekor hewan, Manifestasi klinis :
imunosupresan  Bentuk palpebra: cobble stone
(pertumbuhan papil yang besar), diliputi
sekret mukoid.
 Bentuk limbus: tantras dot (penonjolan
berwarna abu-abu, seperti lilin)
 Gatal
 Fotofobia
 Sensasi benda asing
 Mata berair dan blefarospasme

KARAKTERISTIK Ulkus putih keabu-abuan dengan tepi meninggi, feathery


finger-like extensions, lesi satelit kecil multiple di sekitar
lesi utama, dapat ditemui cincin kekuningan steril
(pertemuan antara antigen dengan antibody)
Bentuk Keratitis
 Pungtata : Infiltrat berbentuk bercak-bercak halus, terkumpul di daerah membran
bowman.
 Numularis : Didapatkan adanya infiltrat bundar berkelompok, tepi batas tegas sehingga
memberikan gambaran halo. Berjalan lambat dan sering unilateral
 Dendritik : Keratitis yang membentuk garis infiltrat pada permukaan kornea yang
kemudian membentuk cabang akibat virus herpes simpleks.
 Disiformis : Infiltrat berbentuk bulat atau lonjong. Terjadi akibat virus herpes simpleks
 Filamentosa : Disertai adanya filamen mukoid dan deskuamasi sel epitel pada
permukaan kornea. Didekat filamen terdapat defek epitel disertai kekeruhan epitel
berwarna abu-abu.
Penatalaksanaan
Pengobatan lokal
a. Antibiotik
 Antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum luas diberikan sebagai
salep, tetes atau injeksi subkonjungtiva. Pada pengobatan keratitis juga dapat diberikan salep
mata.
 Salep kloramfenikol 1% 3x1, salep eritromisin 0,5% 2-6 x1, salep ciprofloxacin 0.3% 3x1.
b. Anti jamur
■ Jenis jamur yang belum diidentifikasi penyebabnya : topikal amphotericin B 1,
2, 5 mg/ml, Thiomerosal 10 mg/ml, Natamycin > 10 mg/ml, golongan Imidazole
■ Jamur berfilamen : topikal amphotericin B, thiomerosal, Natamicin, Imidazol
■ Ragi (yeast) : amphotericin B, Natamicin, Imidazol
c. Anti Viral
■ Untuk herpes zoster pengobatan bersifat simptomatik diberikan streroid lokal
untuk mengurangi gejala, sikloplegik, anti biotik spektrum luas untuk infeksi
sekunder analgetik bila terdapat indikasi.
■ Acyclovir : 5x400 mg 7 hari (simplex), 5x800 7-10 hari (zoster).
Komplikasi
● Ulkus kornea
Ulkus kornea dapat terjadi bila keratitis yang tidak mendaptkan penanganan dengan baik akan terjadi
infeksi aktif yang terus menerus sehingga terjadi pelepasan lapisan epitel dari kornea sampai ke lapisan
stroma yang disertai jaringan nekrosis yang kemudian akan menjadi ulkus kornea.

● Sikatrik kornea
NEBULA MAKULA LEUKOMA

Peradangan kornea yang berlangsung lama dan tidak mendapat penangan dengan baik, akan terbentuk
suatu jaringan sikatriks pada kornea yang berupa nebula, makula, lekoma tergantung seberapa dalam
proses infeksi terjadi di kornea.
Sikatrik Kornea

Nebula

Nebula adalah sikatrik tipis yang tampak dengan pemeriksaan


slit lamp.

Makula

Makula adalah sikatrik yang lebih tebal dari nebula, dan tampak
pada pemeriksaan lampu senter.

Leukoma

Leukoma adalah sikatrik yang lebih tebal dari makula dan


terlihat tanpa menggunakan alat bantu periksa.
PROGNOSIS

Keratitis dapat •ditangani dengan tepat


•tidak diobati dengan baik dapat menimbulkan
sembuh dengan ulkus yang akan menjadi sikatriks dan dapat
baik mengakibatkan hilang penglihatan selamanya.

Prognosis visual •Virulensi organisme


tergantung pada •Luas dan lokasi keratitis
beberapa faktor, •Hasil vaskularisasi dan atau deposisi
kolagen
tergantung dari:
Daftar pustaka
● Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum, Edisi 17, Cetakan I, Widya Medika, Jakarta, 2010.
● Sidarta, I. Ilmu Penyakit Mata, Edisi III, Cetakan I, Balai Penerbit FK UI, Jakarta.
2004.
● SUSAN R. CARTER, M.D., Eyelid Disorders: Diagnosis and Management,
University of California, San Francisco, School of Medicine, San Francisco,
CaliforniaAm Fam Physician. 1998 Jun 1.
● J.oanne car Ff. Opthalmology Referral Guidelines. NHS oxfordshire. 2012:19-20
● James C. tsai ea. Oxford American Handbook of Opthalmology. first ed. New
York2011. 103-13 p.
● Ilyas Sidarta H: Ikhtisar penyakit mata. Balai Penerbit FKUI Jakarta.2009. Hal 28-29.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai