CORNEA
oleh:
Dhenok Satria Mulya,S.Ked
Preseptor:
dr. Syarifah Rohaya,Sp.M
Uveitis merupakan peradangan pada daerah uvea,
dimana jaringan uvea ini terdiri atas iris, badan
siliar dan koroid.
Kesadaran : komposmentis
Vital Sign :
TD : 110/70 mmHg
N : 88x/i
RR : 18x/i
S : 36,7
Jernih, abrasi (-), sikatrik (-), keratik Keruh (+), abrasi (-), sikatrik (-),
Kornea
presipitat (-), infiltrate (-), ulkus (-), keratik presipitat (+), infiltrate (+),
arkus senilis (-), pericorneal ulkus (-), arkus senilis (-),
vascular injeksi (-) pericorneal vascular injeksi (+)
Chamber Okuli Kedalaman (N), hifema (-), Kedalaman (N), hifema (-),
Anterior hipopion (-), flare (-) hipopion (-), flare (-)
Iris/pupil Bulat, diameter 3 mm, reflex Miosis, diameter 2 mm, ireguler
cahaya (+)
Lensa Jernih, dislokasi lensa (-), afakia (-), Jernih, dislokasi lensa (-), afakia (-),
pseudoafakia (-) pseudoafakia (-)
Visus 5/5 5/30 S-1.75→5/20→koreksi tetap
Gerakan bola mata Bebas ke segala arah, nyeri gerak (-) Bebas ke segala arah, nyeri gerak (-
)
Mutton fat
Pemeriksaan
Slit Lamp
2.8 STATUS OPTHALMOLOGI
OD OS
6/6 Visus tanpa Koreksi 1/300
Orthoporia Posisi Bola Mata Orthoporia
Baik ke segala arah Gerakan Bola Mata Baik ke segala arah
Gambar
– 2.10 Diagnosis Kerja: – 2.13 Prognosis
– Uveitis Anterior OS – Quo ad vitam : Bonam
– 2.11 Diagnosis Banding – Quo ad functionam : Bonam
– Konjungtivitis
– Quo ad kosmetikum : bonam
– Keratitis
– Glaukoma Akut
– 2.12 Terapi
– Cendo atropin tetes mata 3 x 1 tetes/hari OS
– Cendo Xitrol 6 x 1 tts/hari OS
– Ranitidin 2 x 1 tablet
– Metilprednisolon 3 x 8 mg/hari
BAB 3
TINJAUAN
PUSTAKA
ANATOMI UVEA:
Terdiri dr : Iris.korpus siliar.koroid.
-Lapisan tengah dinding bola mata,
pigmen + p. darah
-Iris : - pemisah BMD dg BMB
- pupil : mengatur cahaya
(diafragma)
midriasis → m. dilatator pupilae
(n.simpatis)
miosis → m. sfingter pupilae
( parasimpatis n.III)
Badan siliar (Korpus siliar) :
- m. siliar → akomodasi
- epitel (non pigmen)→ prod. HA
Koroid :
- antara retina & sklera
- mulai ora serata sampai n. optik
Pembagian Uveitis
International Uveitis Study Group:
- U. anterior = iridosiklitis
- U. posterior = koroiditis
- U. intermediat = pars planitis
- Pan uveitis
Klasifikasi :
Uveitis berdsrkn patologi :
- granulomatous
- non granulomatous
Kausa :
- infeksi - alergi
- trauma, - autoimun
- toksik - idiopatik
– Berdasarkan gejala klinik :
- Uveitis akut :onset tiba-tiba biasanya <
3 minggu.
- Uveitis kronik: onset durasi > 3 minggu
- Uveitis rekuren.
GAMBARAN DEMOGRAFI
1. Toksoplasmosis
- 7 – 15% dr semua uveitis
- Kausa: toksoplasma gondi (kucing)
- Klinis : retinokoroiditis exudatif fokal
- D/ : Gambaran fundus
Dye test Sabin-Feldman
ELISA
– Uveitis posterior (koroiditis )
Inflamasi koroid.bs lokasi fokal,multifokal
dan difuse.
Klinik :
- Koroiditis granulomatous berhub dgn
infeksi patogen.
- Koroiditis nongranulomatous berhub.
dgn reaksi alergi.
Symptoms :
- Floaters akbt kekeruhan vitreus.
- Fotopsia ,kilatan cahaya
- Metamorfopsia akbt edema retina
- Mikropsia akbt terpisahnya rod dan cone.
- Makropsia akbt overcrowding rod dan
cones.
– Terapi :
- Medis :kortikosteroid,sulfatriad.
pyrimetamine atau clyndamicin.
- Fotokoagulasi untuk proteksi terhadap
makula.
Toxoplasma
2. Toksokariasis- toxocara canis
(anjing)
5. Retinitis Citomegalovirus- pd
pdrt HIV
PANUVEITIS
1. Sarcoidosis
50% sarcoidosis disertai uveitis bentuk
iridosiklitis granulomatous
2. Tuberkulosis merupakan Uveitis kronis
3. VKH Syndrom
- >> org Asia
- Bilateral, kronik granulomatous mrp
oftalmia simpatika
- Koroiditis exudatif, vitreus keruh
- Ablasi retina exudatif
- R/ spesifik (-), steroid imunosupresi
Sarcoidosis, KP & iridocyclitis
Acut tuberculous uveitis with hypopion
VKH syndrome, vitiligo (skin &
perilimbal)
BAB 4
Pembahasan
– Diagnosis penderita ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
ophthalmologi, dan pemeriksaan penunjang.
– Uveitis merupakan peradangan pada daerah uvea, dimana jaringan uvea ini
terdiri atas iris, badan siliar dan koroid. Secara anatomis, uveitis dibagi menjadi
empat yaitu uveitis anterior, uveitis intermediet, uveitis posterior dan
panuveitis.
– Penyebab uveitis anterior diantaranya yaitu: idiopatik (idiopatik iridosiklitis),
penyakit yang berhubungan dengan vaskulitis/arthritis (HLA-B27 iridosiklitis,
juvenile rheumatoid arthitis, ankylosing spondilitis, reiter syndrome,
inflammatory bowel disease), penyakit infeksi (Herpes simpleks keratouveitis,
Herpes zoster keratouveitis), penyakit neoplasma (leukemia/lymphoma) dan
penyebab lain (Fuchs heterochromic iridocyclitis, traumatic iridocyclitis,
glaucomatocyclitis crisis).
– Peradangan uvea biasanya unilateral, dapat disebabkan oleh efek langsung
suatu infeksi atau merupakan fenomena alergi. Infeksi piogenik biasanya
mengikuti suatu trauma tembus okuli, walaupun kadang – kadang dapat juga
terjadi sebagai reaksi terhadap zat toksik yang diproduksi oleh mikroba yang
menginfeksi jaringan tubuh diluar mata.
– Uveitis yang berhubungan dengan mekanisme alergi merupakan reaksi
hipersensitivitas terhadap antigen dari luar (antigen eksogen) atau antigen dari
dalam (antigen endogen). Dalam banyak hal antigen luar berasal dari mikroba
yang infeksius. Sehubungan dengan hal ini peradangan uvea terjadi lama
setelah proses infeksinya yaitu setelah munculnya mekanisme hipersensitivitas.
– Radang iris dan badan siliar menyebabkan rusaknya Blood Aqueous Barrier
sehingga terjadi peningkatan protein, fibrin, dan sel-sel radang dalam humor
akuos. Pada pemeriksaan biomikroskop (slit lamp) hal ini tampak sebagai flare,
yaitu partikel-partikel kecil dengan gerak Brown (efek tyndall).
– Makrofag kemampuan aglutinasi tinggi tambahan lagi sifat fagositosis
membentuk kelompok lebih besar dikenal sebagai mutton fat dimana pada
pasien ini ditemukan mutton fat dari hasil pemeriksaan slit lamp.
– Pengobatan yang diberikan pada pasien ini adalah Cendo tropin tetes mata
mengandung atropine sulfat yang merupakan kelompok midriatik siklopegik.
Semua sikloplegik merupakan agen antagonis kolinergik yang bekerja dengan
menghambat neurotransmiter pada reseptor sfingter iris dan korpus silier. Pada
pengobatan uveitis anterior sikloplegik bekerja dengan 3 cara yaitu: mengurangi
nyeri karena imobilisasi iris, mencegah adesi iris ke kapsula lensa anterior
(sinekia posterior), yang dapat meningkatkan tekanan intraokular dan
menyebabkan glaukoma sekunder, menyetabilkan blood-aqueous barrier dan
mencegah terjadinya flare.
– Xitrol 6 x 1 tts/hari adalah obat tetes mata yang mengandung kombinasi
kortikosteroid dan antibiotic. Kortikosteroid topikal adalah terapi awal dan
secepatnya diberikan. Tujuan penggunaan kortikosteroid untuk pengobatan
uveitis anterior adalah mengurangi peradangan, yaitu mengurangi produksi
eksudat, menstabilkan membran sel, menghambat penglepasan lysozym oleh
granulosit, dan menekan sirkulasi limposit.
– Efek terapeutik kortikosteroid topikal pada mata dipengaruhi oleh sifat kornea
sebagai sawar terhadap penetrasi obat topikal ke dalam mata, sehingga daya
tembus obat topikal akan tergantung pada konsentrasi dan frekuensi
pemberian, jenis kortikosteroid, jenis pelarut yang dipakai, bentuk larutan.
– Sementara pemberian Ranitidin 2 x 1 tablet pada pasien ini adalah untuk
mencegah efek samping prednisone yaitu tukak lambung.
– Diagnosis banding pada kasus ini adalah konjungtivitis, dimana pada
konjungtivitis penglihatan tidak kabur, respon pupil normal, ada sekret mata
dan umumnya tidak ada sakit, fotofobia, atau injeksi siliaris. Keratitis atau
keratokunjungtivitis: penglihatan dapat kabur dan ada rasa sakit dan fotofobia.
Beberapa penyebab keratitis seperti herpes simpleks dan herpes zooster dapat
menyertai uveitis anterior sebenarnya. Glaukoma akut: pupil melebar, tidak ada
sinekia posterior, dan korneanya beruap.
- TERIMAKASIH
-