Anda di halaman 1dari 71

ULCUS

CORNEA

oleh:
Dhenok Satria Mulya,S.Ked

Preseptor:
dr. Syarifah Rohaya,Sp.M
Uveitis merupakan peradangan pada daerah uvea,
dimana jaringan uvea ini terdiri atas iris, badan
siliar dan koroid.

Secara anatomis, uveitis dibagi menjadi empat yaitu


– uveitis anterior,
– uveitis intermediet,
– uveitis posterior dan
– panuveitis.
– Uveitis merupakan penyebab 10-15% kebutaan di negara
berkembang. Di dunia diperkirakan terdapat 15 kasus
baru uveitis per 100.000 populasi per tahun, atau 38.000
kasus baru per tahun dengan perbandingan yang sama
antara laki-laki dan perempuan.
BAB 2
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN

Nama : Nn. PMB Pendidikan : SLTA


Umur : 17 tahun Status : belum
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Pasir Panjang MRS: 04-10-2019
Pekerjaan : Mahasiswa
2.2 Keluhan Utama :
Mata kiri merah dan kabur sejak kurang lebih 4 hari sebelum
masuk Rumah Sakit.
2.3 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poliklinik mata RSUD Prof DR W Z Johannes
Kupang dengan keluhan penglihatan tiba-tiba kabur pada mata
kiri pasien sejak ± 4 hari SMRS. Awalnya mata kiri pasien merah
± 4 hari lalu. Kemudian diikuti dengan penglihatan kabur.
– Pasien juga mengeluh pandangan menjadi silau saat terpapar sinar dan sering
berair. Lalu pasien memakai obat tetes mata (INSTO), merah pada mata kiri
pasien berkurang, tetapi penglihatan tetap kabur. Nyeri (-), gatal (-), sakit kepala
(-), mual (-), muntah (-), demam (-).
2.4 Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien tidak pernah mempunyai keluhan/sakit seperti ini sebelumnya.
Riwayat trauma pada mata (-)
Riwayat alergi (-)
Riwayat penyakit paru (-)
Riwayat penyakit persendian (-)
Riwayat penyakit THT (-)
Riwayat sakit gigi (-)
Riwayat operasi mata (-)
2.5 Riwayat Pengobatan:

Pasien belum pernah berobat untuk keluhan matanya.

2.6 Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada keluarga yang mengeluhkan hal yang sama.

2.7 PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : komposmentis

Vital Sign :

TD : 110/70 mmHg

N : 88x/i

RR : 18x/i

S : 36,7

Pembesaran KGB preauriculer : (-)


OD OS
Edema (-), hiperemi (-), benjolan (- Edema (-), hiperemi (-), benjolan (-
Palpebra
), ptosis (-), entropion (-), ektropion ), ptosis (-), entropion (-),
(-),pseudoptosis (-), trikiasis (-), ektropion (-),pseudoptosis (-),
xantelasma (-) trikiasis (-), xantelasma (-)

Perdarahan (-), injeksi konjungtiva Perdarahan (-), injeksi konjungtiva


Konjungtiva
(-), injeksi siliar (-), secret (-), (+), injeksi siliar (+), secret (-),
jaringan fibrovaskuler (-) jaringan fibrovaskuler (+)

Jernih, abrasi (-), sikatrik (-), keratik Keruh (+), abrasi (-), sikatrik (-),
Kornea
presipitat (-), infiltrate (-), ulkus (-), keratik presipitat (+), infiltrate (+),
arkus senilis (-), pericorneal ulkus (-), arkus senilis (-),
vascular injeksi (-) pericorneal vascular injeksi (+)

Chamber Okuli Kedalaman (N), hifema (-), Kedalaman (N), hifema (-),
Anterior hipopion (-), flare (-) hipopion (-), flare (-)
Iris/pupil Bulat, diameter 3 mm, reflex Miosis, diameter 2 mm, ireguler
cahaya (+)
Lensa Jernih, dislokasi lensa (-), afakia (-), Jernih, dislokasi lensa (-), afakia (-),
pseudoafakia (-) pseudoafakia (-)
Visus 5/5 5/30 S-1.75→5/20→koreksi tetap

Gerakan bola mata Bebas ke segala arah, nyeri gerak (-) Bebas ke segala arah, nyeri gerak (-
)
Mutton fat

Pemeriksaan
Slit Lamp
2.8 STATUS OPTHALMOLOGI
OD OS
6/6 Visus tanpa Koreksi 1/300
Orthoporia Posisi Bola Mata Orthoporia
Baik ke segala arah Gerakan Bola Mata Baik ke segala arah

Tekanan Bola Mata


17,3 mmHg Tidak dilakukan pemeriksaan
(Tonometri)

Edema (-), hematom (-) Palpebra Hiperemis (+), edema (+_


Normal Konjungtiva Injeksi konjungtiva(+), injeksi siliar (+)
Edema kornea(+),infiltrat(+),Ulkus
Jernih Kornea
2x3mm lokasi parasentral
Normal Sklera normal
Dalam COA Cukup dalam, Hipopion(+)

Bulat, sentral, reflex cahaya (+) lambat


Iris/Pupil Kripte(+), sinekia(-) Ø:3 mm
Ø:3 mm

Jernih Lensa Jernih

Gambar
– 2.10 Diagnosis Kerja: – 2.13 Prognosis
– Uveitis Anterior OS – Quo ad vitam : Bonam
– 2.11 Diagnosis Banding – Quo ad functionam : Bonam
– Konjungtivitis
– Quo ad kosmetikum : bonam
– Keratitis
– Glaukoma Akut
– 2.12 Terapi
– Cendo atropin tetes mata 3 x 1 tetes/hari OS
– Cendo Xitrol 6 x 1 tts/hari OS
– Ranitidin 2 x 1 tablet
– Metilprednisolon 3 x 8 mg/hari
BAB 3
TINJAUAN
PUSTAKA
ANATOMI UVEA:
Terdiri dr : Iris.korpus siliar.koroid.
-Lapisan tengah dinding bola mata,
pigmen + p. darah
-Iris : - pemisah BMD dg BMB
- pupil : mengatur cahaya
(diafragma)
midriasis → m. dilatator pupilae
(n.simpatis)
miosis → m. sfingter pupilae
( parasimpatis n.III)
Badan siliar (Korpus siliar) :
- m. siliar → akomodasi
- epitel (non pigmen)→ prod. HA

Koroid :
- antara retina & sklera
- mulai ora serata sampai n. optik
Pembagian Uveitis
International Uveitis Study Group:
- U. anterior = iridosiklitis
- U. posterior = koroiditis
- U. intermediat = pars planitis
- Pan uveitis
Klasifikasi :
Uveitis berdsrkn patologi :
- granulomatous
- non granulomatous
Kausa :
- infeksi - alergi
- trauma, - autoimun
- toksik - idiopatik
– Berdasarkan gejala klinik :
- Uveitis akut :onset tiba-tiba biasanya <
3 minggu.
- Uveitis kronik: onset durasi > 3 minggu
- Uveitis rekuren.
GAMBARAN DEMOGRAFI

Dlm1th tdp pdrt uveitis15per100.000 org


→ 75% U. anterior
17% U. posterior
8% U.intermediat
Kebanyakan umur 20 – 50 th
Wanita >> tu pd U. anterior
Faktor Resiko :
Sosial ekonomi rendah
Psikologis (depresi)
Imunologik (HLA), AIDS, Endokrin
(hipotiroid dg uveitis)
ETIOLOGI
1. Inf. Eksogen: inf. Luka perforasi, ulkus kornea → supuratif
2. Inf. Sekunder : sebaran infeksi dr jar. mata lainnya, mis; kornea, sklera, retina
3. Inf. Endogen : TBC, GO,sifilis, Virus, protozoa (Toksoplasmosis)
4. Inflamasi alergik: sumber primer berada dimana saja dlm tubuh mis; gigi, suatu
wkt lolos masuk aliran drh shg terbtk respon imun
5. Otoimun→berhub.dg ,RA,SLE,Bechet’s
UVEITIS ANTERIOR ( IRIDOSIKLITIS )
- Akut
- Kronis
Gejala :
- Mata merah: inj. perikornea
- Sakit ; ber(+) jk mata ditekan,rasa skt krn rdg akut disertai spasme iris
- Fotofobi & lakrimasi bila terkena sinar kuat.
Iridosiklitis terjadi apabila inflamasi melibatkan kornea, iris dan korpus siliar
- Visus ↓ : cairan BMD keruh & Keratik
Presipitat (KP)
Akomodasi terganggu : jk terjadi siklitis
- Kornea edem, di BMD tdpt penimbunan
protein, fibrin,sel rdg → memberikan gbr
“flare”,KP, hipopion.
- Iris: edem, kripte hilang, warna iris suram
- Pupil miosis, refleks pupil lemah
- Iris melekat pd permukaan depan
lensa → sinekia posterior, melekat
pd perm. dalam kornea→ sinekia
anterior
Eksudat tertimbun didataran pupil→
oklusi pupil
Ujung iris melekat pd permukaan
lensa, meliputi seluruh pupil→
seklusi pupil
- Iris bombe→ akbt seklusi pupil→
glaukoma sekunder
Iridocyclitis with & without hypopion
Acute iridocyclitis post topical steroid
Acute HLA-B27
Flare
KP
KP
Sinekia posterior
DD Iridosiklitis glaukoma
akut akut

Sakit (+) rasa tertkn sakit sekali


Visus ↓ ↓↓
Merah Inj. Pc + inj.pc,episkl+
Iris warna kabur warna kabur
Pupil miosis,ireguler midriasis,oval
refleks lmbt refleks (-)
TIO awal normal meninggi
Terapi
1. Atropin 1% 3x1 tts→ melebarkan pupil
melepaskan sinekia,
mengistirahatkan iris & badan siliar,
mengurangi sakit ok spasme iris
2. Steroid; tts mata,subkonj,oral (8-12 tab/hr)
atau intravena
3. Terapi spesifik→ kausa
4. Bebat mata
5. Imunosupresif, tu uveitis bilateral & bandel
Komplikasi
1.Katarak komplikata akbt eksudasi &
perlengketan lensa& iris
2.Glaukoma sekunder akbt sinekia ant,
sinekia post.
3.Radang berlanjut → Endoftalmitis,
panoftalmitis
4.Ablasi retina→ fibrosis CV
5.Pd keadaan kronik : edema makula,
degenerasi
Uveitis menurut klinis & patologi :
U. non granulomatosa
- merup. Rx hipersensitivitas
- tidak ditemukan kuman patogen & respon
thd pemberian steroid.
- Gambaran klinis inflamasi> sering uvea
ant iridosiklitis
U. granulomatosa
- gbr patologis pd uvea post (koroiditis)
- bersifat kronis
- terdpt nodul kecil pd iris, sel-sel di BMD
– Pem. Laboratorium
Pada iridosiklitis (uveitis ant ) non
granulomatous perlu diketahui kausa,
untuk itu perlu pemeriksaan thd :
- tuberkulosis
- histoplasmosis
- uji fiksasi, komplemen dan
- uji rx. hipersensitivitas
UVEITIS SPESIFIK
1. Ankylosing spondilitis
- Gej. Klinik bervariasi
- Berhub. dg HLA B 27 sekitar 10-60%
-pdrt ankylosing spondilitis terdpt
iridosiklitis non granulomatous
-Sering rekuren→ kerusakan permanen
- D/ : X-ray spina lumbosakral
Faktor reumatoid
Iridosiklitis akut/kronik
Ankylosing spondylitis, acute
unilateral iridocyclitis
Juvenile RA, chronic iridocyclitis
Ankylosing spondylitis
2. Iridosiklitis heterokromik
(Fuchs)
- Kausa tdk diketahui
- Depigmentasi lap. pigmen iris & Korp.Siliar (tanda
atrofi iris)
- Unilateral, jarang bilateral
- Iridosiklitis kronis tanpa gej. khas
merah (-)
- Jarang terjadi sinekia
Fuchs heterochromic iridocyclitis
3. Pars planitis= U. Intermediat
- Titik2 spt melayang2→ Muscae
Volitantes
- Bilateral, tanda inflam. tdk jelas
→ tdk disadari pdrt
- Gejala uveitis ant. yg ringan
- Katarak subkapsul post.
- Kausa ?
- R/ : Kortikosteroid
4. Lens induced uveitis

- Autoimun sek. thd Ag lensa


- Protein lensa keluar (katarak traumatik,
katarak hipermatur) →Ag→ inflamasi
- Mata merah, nyeri, pupil miosis, visus ↓
tanda-tanda iridosiklitis
- R/: Kortikosteroid topikal,sistemik
atropin ED
- Komplikasi: Glaukoma sekunder
- Inflamasi tenang → eksraksi lensa
5. Oftalmia simpatika
- Uveitis granulomatosa bilateral terjd
post trauma tembus di korpus siliar
- Inflamasi lbh dulu pd exciting eye
diikuti eye sympathizing)
- Terjadi 10 hr – 50 thn post trauma
→ >> pd 4 – 8 mgg
- Kronik eksaserbasi berulang
Sympathetic ophthalmia
6. Bechet’s syndrom
- Iridosiklitis berat, rekuren, hipopion
- Ulserasi mukosa konj., oral, genital
- Rekuren pd org dws → visus hilang
- Kausa ? Berhub. dg HLA – B5
- R/: Spesifik tdk ada
Steroid
Imunosupresan
Behcet syndrome,hypopion
UVEITIS POSTERIOR(KOROIDITIS)

1. Toksoplasmosis
- 7 – 15% dr semua uveitis
- Kausa: toksoplasma gondi (kucing)
- Klinis : retinokoroiditis exudatif fokal
- D/ : Gambaran fundus
Dye test Sabin-Feldman
ELISA
– Uveitis posterior (koroiditis )
Inflamasi koroid.bs lokasi fokal,multifokal
dan difuse.
Klinik :
- Koroiditis granulomatous berhub dgn
infeksi patogen.
- Koroiditis nongranulomatous berhub.
dgn reaksi alergi.
Symptoms :
- Floaters akbt kekeruhan vitreus.
- Fotopsia ,kilatan cahaya
- Metamorfopsia akbt edema retina
- Mikropsia akbt terpisahnya rod dan cone.
- Makropsia akbt overcrowding rod dan
cones.
– Terapi :
- Medis :kortikosteroid,sulfatriad.
pyrimetamine atau clyndamicin.
- Fotokoagulasi untuk proteksi terhadap
makula.
Toxoplasma
2. Toksokariasis- toxocara canis
(anjing)

3. Kandidiasis- Candida albicans

4. ARN (Acute Retinal Necrosis)

5. Retinitis Citomegalovirus- pd
pdrt HIV
PANUVEITIS
1. Sarcoidosis
50% sarcoidosis disertai uveitis bentuk
iridosiklitis granulomatous
2. Tuberkulosis merupakan Uveitis kronis
3. VKH Syndrom
- >> org Asia
- Bilateral, kronik granulomatous mrp
oftalmia simpatika
- Koroiditis exudatif, vitreus keruh
- Ablasi retina exudatif
- R/ spesifik (-), steroid imunosupresi
Sarcoidosis, KP & iridocyclitis
Acut tuberculous uveitis with hypopion
VKH syndrome, vitiligo (skin &
perilimbal)
BAB 4
Pembahasan
– Diagnosis penderita ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
ophthalmologi, dan pemeriksaan penunjang.
– Uveitis merupakan peradangan pada daerah uvea, dimana jaringan uvea ini
terdiri atas iris, badan siliar dan koroid. Secara anatomis, uveitis dibagi menjadi
empat yaitu uveitis anterior, uveitis intermediet, uveitis posterior dan
panuveitis.
– Penyebab uveitis anterior diantaranya yaitu: idiopatik (idiopatik iridosiklitis),
penyakit yang berhubungan dengan vaskulitis/arthritis (HLA-B27 iridosiklitis,
juvenile rheumatoid arthitis, ankylosing spondilitis, reiter syndrome,
inflammatory bowel disease), penyakit infeksi (Herpes simpleks keratouveitis,
Herpes zoster keratouveitis), penyakit neoplasma (leukemia/lymphoma) dan
penyebab lain (Fuchs heterochromic iridocyclitis, traumatic iridocyclitis,
glaucomatocyclitis crisis).
– Peradangan uvea biasanya unilateral, dapat disebabkan oleh efek langsung
suatu infeksi atau merupakan fenomena alergi. Infeksi piogenik biasanya
mengikuti suatu trauma tembus okuli, walaupun kadang – kadang dapat juga
terjadi sebagai reaksi terhadap zat toksik yang diproduksi oleh mikroba yang
menginfeksi jaringan tubuh diluar mata.
– Uveitis yang berhubungan dengan mekanisme alergi merupakan reaksi
hipersensitivitas terhadap antigen dari luar (antigen eksogen) atau antigen dari
dalam (antigen endogen). Dalam banyak hal antigen luar berasal dari mikroba
yang infeksius. Sehubungan dengan hal ini peradangan uvea terjadi lama
setelah proses infeksinya yaitu setelah munculnya mekanisme hipersensitivitas.
– Radang iris dan badan siliar menyebabkan rusaknya Blood Aqueous Barrier
sehingga terjadi peningkatan protein, fibrin, dan sel-sel radang dalam humor
akuos. Pada pemeriksaan biomikroskop (slit lamp) hal ini tampak sebagai flare,
yaitu partikel-partikel kecil dengan gerak Brown (efek tyndall).
– Makrofag kemampuan aglutinasi tinggi tambahan lagi sifat fagositosis
membentuk kelompok lebih besar dikenal sebagai mutton fat dimana pada
pasien ini ditemukan mutton fat dari hasil pemeriksaan slit lamp.
– Pengobatan yang diberikan pada pasien ini adalah Cendo tropin tetes mata
mengandung atropine sulfat yang merupakan kelompok midriatik siklopegik.
Semua sikloplegik merupakan agen antagonis kolinergik yang bekerja dengan
menghambat neurotransmiter pada reseptor sfingter iris dan korpus silier. Pada
pengobatan uveitis anterior sikloplegik bekerja dengan 3 cara yaitu: mengurangi
nyeri karena imobilisasi iris, mencegah adesi iris ke kapsula lensa anterior
(sinekia posterior), yang dapat meningkatkan tekanan intraokular dan
menyebabkan glaukoma sekunder, menyetabilkan blood-aqueous barrier dan
mencegah terjadinya flare.
– Xitrol 6 x 1 tts/hari adalah obat tetes mata yang mengandung kombinasi
kortikosteroid dan antibiotic. Kortikosteroid topikal adalah terapi awal dan
secepatnya diberikan. Tujuan penggunaan kortikosteroid untuk pengobatan
uveitis anterior adalah mengurangi peradangan, yaitu mengurangi produksi
eksudat, menstabilkan membran sel, menghambat penglepasan lysozym oleh
granulosit, dan menekan sirkulasi limposit.
– Efek terapeutik kortikosteroid topikal pada mata dipengaruhi oleh sifat kornea
sebagai sawar terhadap penetrasi obat topikal ke dalam mata, sehingga daya
tembus obat topikal akan tergantung pada konsentrasi dan frekuensi
pemberian, jenis kortikosteroid, jenis pelarut yang dipakai, bentuk larutan.
– Sementara pemberian Ranitidin 2 x 1 tablet pada pasien ini adalah untuk
mencegah efek samping prednisone yaitu tukak lambung.
– Diagnosis banding pada kasus ini adalah konjungtivitis, dimana pada
konjungtivitis penglihatan tidak kabur, respon pupil normal, ada sekret mata
dan umumnya tidak ada sakit, fotofobia, atau injeksi siliaris. Keratitis atau
keratokunjungtivitis: penglihatan dapat kabur dan ada rasa sakit dan fotofobia.
Beberapa penyebab keratitis seperti herpes simpleks dan herpes zooster dapat
menyertai uveitis anterior sebenarnya. Glaukoma akut: pupil melebar, tidak ada
sinekia posterior, dan korneanya beruap.
- TERIMAKASIH
-

Anda mungkin juga menyukai