Anda di halaman 1dari 12

i

1 BAB I
STATUS PASIEN

1.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : Tn. D
Umur : 82 Tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak bekerja
Status : Menikah
Alamat : Gebang, Cirebon
Tanggal Pemeriksaan : 12 februari 2020

1.2 ANAMNESIS
A. Keluhan utama : Mata berair
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli Mata RSUD Waled dengan keluhan mata
berair pada mata kiri, keluhan dirasakan sejak 1 bulan yang lalu yang
semakin lama semakin memberat, keluhan disertai dengan mata merah,
dan terasa perih,dan sedikit nyeri,pasien juga mengeluh penglihatannya
buram dan silau. Keluhan dirasakan tiba-tiba ketika pasien bangun
tidur,sebelum muncul keluhan pasien sering menggosok-gosok matanya
karena gatal. Penderita belum pernah memakai obat-obatan pada mata
kanan sebelumnya.
C. Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien mengaku baru pertamakali mengalami keluhan seperti ini,
riwayat penyakit diabetes mellitus disangkal, riwayat penyakit hipertensi
disangkal dan riwayat trauma tajam disangkal oleh pasien.
D. Riwayat penyakit keluarga :
Riwayat penyakit hipertensi dan diabetes mellitus di keluarga di
sangkal oleh pasien.

1
1.3 PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 88x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36,5℃
B. Status Oftalmology

Occuli Dextra Occuli Sinistra

Occuli Dextra Pemeriksaan Occuli Sinistra

0,2 PH (-) Visus 2/60 PH(-)

Hiperemis (-) Palpebra superior Hiperemis (-)


Edema (-) Edema (-)
Nodul (-) Nodul (-)
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Entropion (-),Ektropion (-) Entropion (-),Ektropion (-)
Ptosis (-) Ptosis (-)
Pseudoptosis (-) Pseudoptosis (-)
Hiperemis (-) Palpebra inferior Hiperemis (-)
Edema (-) Edema (-)
Nodul (-) Nodul (-)
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)

2
Entropion (-),Ektropion (-) Entropion (-),Ektropion (-)
Ptosis (-) Ptosis (-)
Pseudoptosis (-) Pseudoptosis (-)
Trichiasis (-) Sillia Trichiasis (-)
Districhiasis (-) Districhiasis (-)
Corpus alineum (-) Konjungtiva Corpus alineum (-)
Injeksi sillier (-) Injeksi sillier (-)
Injeksi konjungtiva (-) Injeksi konjungtiva (+)
Edema (-) Edema (-)
Sekret (-) Sekret (+)
Ikterik (-) Sklera Ikterik (-)

Jernih (+) Kornea Keruh (+)


Arcus Senilis (-) Arcus Senilis (-)
Infiltrat (-) Infiltrat (-)
Corpus Alienum (-) Corpus Alienum (-)
Edema kornea (+)
Ulkus (+)  diameter 4
mm lokasi sentral, bentuk
numuler, batas tidak tegas
Kedalaman sedang Camera Occuli anterior Kedalaman sedang
Hipopion (-) Hipopion (+)
Hifema (-) Hifema (-)

Warna coklat (+) Iris Warna coklat (+)


Edema (-) Edema (-)
Sinekia (-) Sinekia (-)

Bulat (+), Sentral (+), 3mm Pupil Bulat (+), Sentral (+), 3mm
(+), RCL(+), RTCL(+) (+), RCL(+), RTCL(+)
jernih Lensa keruh

Tidak dilakukan Funduskopi Tidak dilakukan

3
Gerak bola mata

Pasien dapat menggerakan Pasien dapat menggerakan


bola mata sesuai dengan bola mata sesuai dengan arah
arah yang ditentukan (0) yang ditentukan (0)

Kenyal (+) N- Palpasi TIO Kenyal (+) N

Lapang pandang Sama dengan pemeriksa

1.4 RESUME
A. Subjektif

4
Anamnesa :
Pasien datang ke Poli Mata RSUD Waled dengan keluhan mata
berair, keluhan dirasakan sejak 1 bulan yang lalu semakin lama semakin
memberat, keluhan disertai dengan mata merah, dan terasa perih dan nyeri,
pasien juga mengeluh penglihatanya buram. Keluhan dirasakan tiba-tiba
ketika bangun tidur. Sebelum muncul gejala mata kiri pasien gatal
kemudian digosok. Pasien mengaku baru pertama kali mengalami keluhan
seperti ini.
B. Objektif :
Pemeriksaan Opthalmologi :
Pemeriksaan didapatkan visus OD 0,2 dan OS 2/60, pada segmen
anterior mata kiri didapatkan adanya secret, ulkus sentral diameter 4 mm,
injeksi konjungtiva (+), edema kornea (+), hipopion (+),

1.5 DIAGNOSIS BANDING


Ulkus kornea ec suspec bacterial oculi sinistra
Ulkus kornea ec suspect jamur oculi sinistra
Ulkus kornea ec virus oculi sinistra

1.6 DIAGNOSIS KERJA


Ulkus kornea ec suspect bacterial oculi sinistra

1.7 PENATALAKSANAAN
A. Medicamentosa
a. Dapat diberikan Antibiotil Floroquinolon (Levofloxacin 0,3%)
b. Anti-jamur:

1) Natamycin 1 gtt/jam OS

c. Sodium Chloride, kalium kloride tetes 1-2 tetes ODS 3-4x/ hari
d. Sikoplegik

1) Sulfas Atropin 1% : 3x1 gtt OS

B. Non Medicamentosa
a. Melindungi mata dari segala benda yang dapat masuk ke dalam
mata

5
b. Tidak menggosok atau memegang mata yang meradang
c. Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering
mungkin dan mengeringkannya dengan handuk atau kain yang
bersih.

1.8 USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Kultur
2. Pemeriksaan lab darah rutin
3. Uji fluorescein, dapat memperjelas lesi epitel
4. Pemakaian biomikroskop (slit lamp)

1.9 PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad Bonam
Quo ad fungsionam : Dubia ad Malam
Quo ad sanationam : Dubia ad Malam

6
2 BAB II
ANALISIS KASUS
I. Anamnesis
Penglihatan mata kanan buram, keluhan dirasakan sejak 1 bulan yang
lalu, keluhan disertai dengan mata merah, dan terasa perih. Keluhan dirasakan
tiba-tiba ketika bangun tidur. Dua hari sebelum muncul gejala mata kanan
pasien terkena debu dan digosok.
Pasien mengaku baru pertama kali mengalami keluhan seperti ini
a. Penglihatan mata kanan terasa buram
Pasien mengeluh penglihatan mata kanan buram, dan penurunan
tajam penglihatan. Karena kornea berfungsi sebagai jendela bagi mata
dan membiaskan berkas cahaya, maka adanya ulkus pada kornea akan
mengaburkan penglihatan terutama jika letaknya di pusat.
b. Rasa perih pada mata kiri
Kornea mempunyai banyak serabut saraf (N. Trigeminus, N.
Nasosilliaris, N. Siliaris longus) maka lesi pada kornea baik superfisal
maupun profunda dapat menimbulkan rasa perih dan fotofobia. Rasa
perih ini diperberat oleh adanya gerakan palpebra terutama palpebra
superior diatas kornea.
c. Riwayat trauma
Biasanya infeksi jamur dimulai dengan suatu ruda paksa pada kornea
d. Riwayat penyakit dahulu
i. Riwayat diabetes mellitus disangkal oleh pasien, untuk
menyingkirkan keluhan mata buram akibat adanya kelainan pada
bagian retina atau segmen posterior.
ii. Riwayat hipertensi disangkal oleh pasien, untuk menyingkirkan
keluhan nyeri akibat hipertensi occuli.
iii. Riwayat sakit mata berulang disangkal, untuk menyingkirkan
diagnosis ke arah infeksi akibat herpes simpleks sering kambuh dan
berulang.

7
iv. Riwayat pengobatan topical pada mata, merupakan faktor resiko bagi
penyakit bakteri, virus, jamur.
II. Pemeriksaan fisik
Pada Occuli sinistra :
1) Visus 2/60
2) Konjungtiva : injeksi konjungtiva (+), secret (+)
3) Kornea : ulkus sentral diameter 4 mm, edema kornea (+),
hipopion (+).
A. Penurunan visus
Os memiliki visus 2/60 yang menunjukan adanya penurunan visus pada
pasien, karena kornea adalah suatu media refraksi, berfungsi sebagai
jendela bagi mata dan membiaskan berkas cahaya.
B. Injeksi konjungtiva
Pada konjungtiva terdapat injeksi konjungtiva, kornea adalah jaringan
avascular, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak segera datang
dan baru akan terjadi pada 48 jam kemudian, seperti pada jaringan lain
yang mengandung banyak vaskularisasi. Maka badan kornea, wandering
cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja
sebagai makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah
yang terdapat dilimbus. Dan tampak sebagai injeksi. (Vaughan 2016)
III. Diagnosis banding
a. Ulkus kornea bacterial
Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang dalam. Tepi ulkus akan
terlihat menyebar ke arah satu jurusan sehingga memberikan gambaran
karakteristik yang disebut Ulkus Serpen. Ulkus terlihat dengan infiltrasi
sel yang penuh dan berwarna kekuning-kuningan.Penyebaran ulkus
sangat cepat dan sering terlihat ulkus yang menggaung dan di daerah ini
terdapat banyak kuman.Ulkus ini selalu di temukan hipopion yang tidak
selamanya sebanding dengan beratnya ulkus yang terlihat.diagnosa lebih
pasti bila ditemukan dakriosistitis.

8
b. Keratitis Jamur
Didapatkan tanda klinis berupa ulkus kornea yang bercabang dengan
elevasi, batas luka yang iregular dan seperti kapas, permukaan yang
kering dan kasar, serta lesi satelit. Tampilan pigmentasi coklat dapat
mengindikasikan infeksi oleh jamur dematiaceous. Keratitis jamur juga
dapat memiliki tampilan epitel yang intak dengan infiltrat stroma yang
dalam.
IV. Usulan pemeriksaan
a. Lakukan pemeriksaan dengan meneteskan anestesi local. Pemulasan
fluorescein dapat memperjelas lesi epitel superfisisal yang tidak mungin
tidak terlihat bila tidak dipulas.
b. Pemakaian biomikroskop (slit lamp) penting untuk pemeriksaan kornea
dengan benar, perhatikan perjalanan pantulan cahaya saat menggerakan
cahaya di atas kornea. Daerah kasar yang menandakan defek pada epitel.
c. Kultur adalah cara mengidentifikasi organisme kausatif dan satu-satuny
cara untuk menentukan kepekaan terhadap antibiotic.
d. Pemeriksaan mikroskopis untuk indentifikasi hifa pada kerokan kornea.
e. Pewarnaan gram kornea untuk mendapatkan sampel dari daerah yang
terinfeksi pada kornea.
V. Diagnosis kerja
Ulkus Kornea bakterial
VI. Penatalaksanaan
Pasien juga mendapatkan antibiotik sistemik golongan quinolon yaitu
Ciprofloxacin tablet sebanyak 2x750mg, dan juga diberikan obat antibiotik
tetes golongan fluroquinolone Gatifloxacin 1gtt/jam. Selain itu juga diberikan
obat sikloplegik Tropin 3x1 tetes pada okulus sinistra. Penanganan yang
dilakukan kepada pasien saat ini adalah untuk meminimalisis penyebab ulkus
kornea agar tidak bertambah parah.
Pemberian obat antibiotik lainnya pada pasien ini adalah Ciprofloxacin
dan Gatifloxacin. Ciprofloxacin digunakan untuk berbagai infeksi bakteri,
dalam golongan quinolon dan bekerja untuk menghentikan pertumbuhan
bakteri.4 Sedangkan Gatifloxacin merupakan golongan Fluroquinolone

9
generasi keempat yang memiliki aktivitas antibakteri yang luas terhadap
mikroorganisme gram negatif maupun mikroorganisme gram positif dengan
jalan menghambat proses replikasi, transkripsi dan pembentukan DNA
bakteri. Pemberian anti jamur seperti Natamycin yang termasuk kelompok
polyene merupakan spectrum luas terhadap organisme filamentosa.
Natamycin berdaya anti fungi dengan mengikat pada dinding sel fungi dan
mengganggu permeabilitas membran jamur sehingga terjadi
ketidakseimbangan intraseluler. Polyene dengan molekul kecil seperti
Natamycin menyebabkan lisis permanen pada membrane. 2,3 Natamycin
merupakan pilihan terapi awal bagi kebanyakan ulkus kornea mikotik. 1 Dan
pemberian obat sikloplegik Sulfas Atropin 1% pada penderita berguna untuk
efek sikloplegik atau melemahkan otot siliaris pasien yang bekerja terlalu
keras sehingga mengakibatkan nyeri.
VII. Prognosis
Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan, cepat
lambatnya mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan
ada tidaknya komplikasi yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan
waktu penyembuhan yang lama, karena jaringan kornea bersifat avaskular. 1
Semakin tinggi tingkat keparahan dan lambatnya mendapat pertolongan
serta timbulnya komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk.5

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan & Asbury. Oftalmologi Umum. 17th ed. Jakarta: EGC; 2009.
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Gangguan Penglihatan
[Internet]. 2012. Available from: http://depkes.go.id/index.php/berita/press-
release/845-gangguan-penglihatan-masih-menjadi-masalah-kesehatan.html.
3. Prof. dr. H. Sidarta Ilyas Sp.M. Ilmu Penyakit Mata. 5th ed. Jakarta: Badan
Penerbit FK UI; 2015.
4. Bruce James. Lecture Notes Oftalmologi. 9th ed. Jakarta: Penerbit
Erlangga; 2009.
5. Jonathan. At A Glance : Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: 2005.

11

Anda mungkin juga menyukai