Anda di halaman 1dari 24

BAB I

STATUS PASIEN

1.1 Identitas Pasien


a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Ny.WS/ Laki-laki / 44 tahun
b. Pekerjaan/ Pendidikan : Kuli Bangunan
c. Alamat : RT 07 Tanjung Raden

1.2 Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga

d. Status Perkawinan : Menikah


e. Jumlah Anak : 2
f. Status ekonomi keluarga : Keadaan sosial ekonomi cukup
g. Kondisi Rumah : Rumah pasien merupakan rumah panggung
kayu , dinding kayu , beratap genteng. Rumah terdiri dari ruang tamu
langsung ruang keluarga , 2 kamar tidur , 1 kamar mandi wc jongkok , 1
dapur. Pada tiap kamar terdapat jendela , di halaman rumah dan samping
rumah pasien dikelilingi tanaman. Sumber air berasal dari PDAM dan
sumber listrik dari PLN.

1.3 Aspek Perilaku dan Psikologis dalam Keluarga :

Pasien tinggal bersama dengan anak dan istrinya. Hubungan pasien dengan
keluarganya baik. Tidak ada masalah psikologis dalam keluarga.

1.4 Keluhan Utama :


Mata kanan terasa mengganjal karena kemasukkan serangga sejak 2 hari yang lalu

1
1.5 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan mata kanan terasa gatal , merah, dan terasa kabur,
mata berair (-), nyeri pada mata (-) ,melihat silau (-) , penglihatan
berawan/berasap (-) . Sejak 2 hari yang lalu pasien mengatakan mata kanannya
kemasukkan serangga kecil , saat serangga masuk ke mata pasien langsung
mengambil dengan cara mengucek matanya dan didapati serangga kecil seperti
ulat berwarna hitam, saat dirasakan gatal pasien menggaruk mata sampai mata
terlihat merah , dan mata dirasakan sedikit perih. 1 hari setelahnya pasien
merasakan matanya gatal dan masih dirasakan perih. Pasien bekerja sebagai kuli
bangunan , pasien menyangkal kalua mata nya terkena benda asing seperti
sebukan kayu , atau pasir (-). Riwayat trauma pada mata (-) , riwayat alergi (-),
pemakaian obat-obatan pada mata (-)

1.6 Riwayat Penyakit Dahulu :


- Riwayat trauma pada mata (-)
- Riwayat keluhan yang sama (-)
- Riwayat alergi (-)
- Riwayat HT (-)
- Riwayat DM (-)

1.7 Riwayat Penyakit Keluarga :


- Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan serupa

1.8 Pemeriksaan Fisik :


Status Generalisata
1. Keadaan Umum : tampak sakit ringan
2. Kesadaran : compos mentis

2
3. Tekanan darah : 130/101 mmHg
4. Nadi : 69 x/ menit
5. Pernafasan : 22 x/ menit
6. Suhu : 36,7°C
7. Spo2 : 98 %
8. Berat Badan : 67 kg
9. Tinggi Badan : 165 cm
10. IMT : 24,6 kg/m2 (Overweight)

Pemeriksaan Organ

1. Kepala : Normocepal
2. Mata : CA(-), SI (-), Isokor, RC (+/+)
3. Telinga : Nyeri tekan (-), bengkak (-)
4. Hidung : Deformitas (-), napas cuping hidung (-)
5. Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-)
6. Tenggorok : Tonsil T1/T1, cavum oris hiperemis(- ),faring
hiperemis (-)
7. Leher : Pembesaran KGB (-)
8. Thorak : Bentuk dbn, otot bantu napas (-)

Pulmo

Pemeriksaan Kanan Kiri

Inspeksi Simetris, retraksi iga (-) Simetris, retraksi iga (-)

Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal

Perkusi Sonor Sonor

3
Auskultasi Vesikuler (+)Wheezing (-), Vesikuler (+)Wheezing (-),
Rhonki (-) Rhonki (-)

Jantung

Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat.

Palpasi Ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicula kiri, thrill (-)

Perkusi Batas Jantung

Atas : ICS II

Kanan : Linea parasternalis kanan

Kiri : ICS IV linea midklavikula kiri

Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen :

Inspeksi Datar, massa (-), jaringan parut (-), petekie (-)

Palpasi Nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-), nyeri


ketok costovertebra (-/-)

Perkusi Timpani

Auskultasi Bising usus (+) normal

4
Ekstremitas

Superior : Akral hangat, CRT<2s, sianosis (-), edem (-),

Inferior : Akral hangat, CRT<2s, sianosis (-), edem (-)

Status Oftalmolgi

Muscle Balance

Kedudukan bola mata Ortoforia Ortoforia

Pergerakan bola mata

Duksi : baik Duksi : baik

Versi : baik Versi : baik

5
Pemeriksaan Eksternal

OD OS

Tampak injeksi silier pada


konjungtiva bulbi

Palpebra Edema (-), hiperemis (-), Edema (-), hiperemis (-),


superior

6
sekret mukopurulen (-),laserasi (-) sekret mukopurulen(-),laserasi(-)

Palpebra Edema (-), hiperemis (-), Edema (-), hiperemis (-),


inferior
sekret mukopurulen (-),laserasi(-) sekret mukopurulen(-),laserasi(-)

Cilia Trikiasis (-), distikiasis (-) Trikiasis (-), distikiasis (-)

Ap. Pembengkakan kelj. dan sakus Pembengkakan kelj. dan sakus


lacrimalis lakrimal (-), hiperemis punktum lakrimal (-), hiperemis punktum
lakrimal sup et inf (-), pus (-) lakrimal sup et inf (-), pus (-)

Conjungtiva Hiperemis (-), anemis (-) Hiperemis (-), anemis (-)


tarsus
superior

Conjungtiva Hiperemis (-), anemis (-) Hiperemis (-), anemis (-)


tarsus
inferior

Conjungtiva Injeksi konjungtiva (-), injeksi Injeksi konjungtiva (-), injeksi


bulbi siliar (+), hiperemis (-) siliar (-), Hiperemis (-)

COA Kedalaman sedang, pus (-), darah Kedalaman sedang, pus (-),
(-) darah (-)

Pupil Bulat, isokor, diameter ± 3 mm, Bulat, isokor, diameter ±3 mm,


refleks pupil direct dan indirect refleks pupil direct dan indirect

7
(+) (+)

Iris Warna Coklat kehitaman, sinekia Warna Coklat kehitaman,


(-) sinekia (-)

Lensa Jernih Jernih

1.9 Anjuran Pemeriksaan


- Slit Lamp
- Tonometry
- Foto X-Ray Orbita

1.10 Diagnosis Kerja


Corpus Alienum Dextra ( H15.1)

1.11 Diagnosis Banding


- Konjungtivitis ( H10.0 )
- Keratitis ( H16.8 )

1.12 Manajemen
1. Promotif :
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya tentang penyakit dan
tatalaksananya
- Mengedukasikan kepada pasien pentingnya pada saat bekerja
menggunakan APD untuk menghindari paparan pada mata
- Memberi tahu faktor risiko yang berhubungan dengan penyakit pasien

2. Preventif :

8
- Menjaga kebersihan mata dengan tidak mengucek bagian mata
- Jangan menggaruk dan mengucek mata secara berlebihan menggunakan
kuku
- Menjaga hand hygiene
- Menggunakan helm saat berkendara
- Hindari pemberian obat mata sendiri

3. Kuratif :
Non Farmakologi

- Istirahat yang cukup


- Eye patching

Farmakologi

- Kloramfenikol eye drops 3 x 1


- Cetirizine caps 20 mg 1 x1

Pengobatan Tradisional :
Jambu mede yang dilarutkan di dalam air panas dan minum 2x perhari

Rehabilitatif
- Istirahatkan mata untuk sementara waktu
- Lakukan eye patching pada mata
- Ikuti saran dan intruksi dari dokter

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

9
2.1 Konjungtiva

Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian

belakang. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel goblet.

Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea. 2,3 Konjungtiva terdiri atas 3

bagian yaitu :

 Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus

 Konjungtiva bulbi yang menutupi sklera

 Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat

peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.

Konjungtiva selain konjungtiva tarsal, berhubungan longgar dengan jaringan

dibawahnya, oleh karenanya bola mata mudah digerakkan. 3 Lapisan epitel

konjungtiva tediri dari dua hingga lima lapisan sel epitel silinder

bertingkat,superfisial dan basal. Sel epitel superfisial mengandung sel goblet bulat

atau oval yang mensekresi mukus. Mukus yang mendorong inti sel goblet ke tepi dan

diperlukan untuk dispersi lapisan air mata secara merata diseluruh prekornea. Stroma

konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superfisial) dan satu lapisan fibrosa

(profundal). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan dibeberapa tempat

dapat mengandung struktur semacam folikel tanpa stratum germativum.2,3

Hipertropi papilar merupakan reaksi konjungtiva non-spesifik berupa eksudat

radang yang berkumpul di antara serabut-serabut konjungtiva yang membentuk

10
tonjolan pada konjungtiva. Kemosis yang hebat sangat mengarah pada konjungtivitis

alergika. Folikel tampak pada sebagian besar kasus konjungtivitis viral. Folikel

sendiri merupakan hiperplasi limfoid lokal di dalam lapisan limfoid konjungtiva dan

biasanya mempunyai pusat germinal. Pseudomembran dan membran merupakan hasil

dari proses eksudatif hanya berbeda derajat. Pada psedomembran epitel tetap utuh

sedangkan pada membran melibatkan koagulasi epitel juga.3

Gambar 1. Struktur konjungtiva

2.2 Corpus alienum pada mata

11
2.2.1 Definisi

Corpus alienum atau benda asing, merupakan salah satu penyebab terjadinya

cedera mata, sering mengenai sklera, kornea, dan konjungtiva. Meskipun kebanyakan

bersifat ringan, beberapa cedera bisa berakibat serius. Apabila suatu corpus alienum

masuk ke dalam bola mata maka akan terjadi reaksi infeksi yang hebat serta timbul

kerusakan dari isi bola mata. Oleh karena itu, perlu cepat mengenali benda tersebut

dan menentukan lokasinya di dalam bola mata untuk kemudian mengeluarkannya. 1

Benda asing dapat mengenai beberapa bagian mata, yaitu konjungtiva, kornea,

lensa, juga sklera. Dari masing-masing bagian mata tersebut dapat menyebabkan

komplikasi yang berbeda pula. Benda asing dapat merangsang timbulnya reaksi

inflamasi, mengakibatkan dilatasi pembuluh darah dan kemudian menyebabkan udem

pada kelopak mata, konjungtiva dan kornea. Sel darah putih juga dilepaskan,

mengakibatkan reaksi pada kamera okuli anterior dan terdapat infiltrat kornea. Jika

tidak dihilangkan, benda asing dapat menyebabkan infeksi dan menjadi ulkus.1

2.2.2 Epidemiologi

Corpus alienum adalah salah satu penyebab paling sering dilihat untuk

keadaan darurat mata. Kadang-kadang, benda asing mungkin tidak tampak pada saat

pemeriksaan, kecuali setelah meninggalkan abrasi kornea residual dengan rasa sakit

yang dihasilkan.1,3

12
Superficial Corpus alineum kornea jauh lebih umum daripada copus alineum

kornea yang profunda. Kemungkinan sebuah benda asing intraokular harus selalu

dipertimbangkan ketika pasien menyajikan dengan riwayat trauma.2

2.2.3 Etiologi

Etiologi cedera mata akibat benda yang masuk ke dalam bola mata dibagi

dalam beberapa kelompok, yaitu:3

a) Benda logam, seperti emas, perak, platina, timah, besi tembaga

b) Benda bukan logam, seperti batu, kaca, bahan pakaian, partikel udara

c) Benda inert, adalah benda yang terbuat dari bahan-bahan yang tidak

menimbulkan reaksi jaringan mata, jika terjadi reaksinya hanya ringan dan

tidak mengganggu fungsi mata. Contoh : emas, platina, batu, kaca, dan

porselin

d) Benda reaktif, terdiri dari benda-benda yang dapat menimbulkan reaksi

jaringan mata sehingga mengganggu fungsi mata. Contoh : timah hitam, seng,

nikel, alumunium, tembaga

2.2.5 Faktor Risiko

Pada corpus alienum pada mata mirip dengan cedera traumatis lainnya,

kejadian pada laki-laki jauh lebih tinggi dari pada wanita. Insiden puncak ditemukan

dalam dekade kedua dan umumnya terjadi pada orang yang lebih muda dari 40

tahun.2,4

13
2.2.6 Patogenesis

Benda asing pada mata dapat terjadi dimana saja, biasanya tanpa disengaja.

Mekanisme trauma dapat membantu membedakan trauma superfisial atau dalam

(intraokular). Beberapa benda yang dapat mengenai seperti serpihan kayu, logam,

plastik, serpihan daun, atau pasir. Trauma biasanya terjadi pada cuaca dengan angin

kencang atau bekerja dengan benda yang dapat menimbulkan angin. Benda asing

yang berasal dari serangga atau tumbuh-tumbuhan, memerlukan perhatian khusus

karena dapat meningkatkan risiko infeksi serta bersifat antigenik yang dapat

menimbulkan reaksi inflamasi kornea. Oleh sebab itu pada pasien seperti ini harus

dilakukan follow up ketat untuk komplikasi infeksi.5

Benda asing pada mata biasanya terdapat pada lapisan epiel atau stroma.

Keadaan ini dapat menyebabkan reaksi inflamasi sehingga terjadi dilatasi pembuluh

darah di sekitarnya, serta udem palpebra, konjungtiva, dan kornea. Jika tidak segera

dikeluarkan hal ini akan menyebabkan infeksi dan atau nekrosis jaringan.Defek pada

epitel kornea merupakan tempat masuknya mikroorganisme ke dalam lapisan stroma

kornea yang akan menyebabkan ulserasi. Selama fase inisial, sel epitel dan stroma

pada area defek akan terjadi udem dan nekrosis. Sel-sel neutrofil mengelilingi ulkus

dan menyebabkan nekrosis lamela stroma. Difusi sitokin ke posterior (camera okuli

anterior) menyebabkan terbentuknya hipopion. Toksin dan enzim yang dihasilkan

bakteri dapat merusak substansi kornea. Bakteri yang pada umumnya dijumpai adalah

Streptococcus, Pseudomonas, Enterobactericeae, dan Staphylococcus Sp.5

14
2.2.7 Manifestasi Klinis

Gejala yang ditimbulkan berupa nyeri, sensasi benda asing, fotofobia, mata

merah dan mata berair banyak. Dalam pemeriksaan oftalmologi, ditemukan visus

normal atau menurun, adanya injeksi konjungtiva atau injeksi silar, terdapat benda

asing pada bola mata, fluorescein (+).4

2.2.8 Diagnosis

1. Anamnesis

Aktivitas pasien sewaktu trauma penting diketahui untuk menduga jenis benda

asing yangmasuk ke dalam kornea. Gejala klinis yang dikeluhkan pasien

seperti adanya sensasi mengganjal di mata, nyeri, fotofobia, mata merah

dengan air mata yang mengalir terus.5,6

2. Pemeriksaan fisik

 Pemeriksaan Visus

Tajam penglihatan yang di dapatkan adalah normal atau menurun terutama

bila benda asing berlokasi di sentral kornea.

 Slit lamp

Dengan menggunakan slit lamp dapat melihat benda dengan ukuran lebih

besar daripada ukuran aslinya. Untuk hasil yang sempurna, saat pemeriksaan

slitlamp dianjurkan di dalam ruangan yang digelapkan. Pada slit lamp akan

15
tampak benda asing pada kornea, injeksi konjungtiva, injekasi silier dan rush

ting (terutama jika logam yang sudah tertanam beberapa hari).5,6

 Uji Fluoresens

Uji fluoresens bertujuan untuk melihat adanya defek pada kornea. Caranya

dengan kertas fluoresens yang sebelumnya dibasahi terlebih dahulu dengan

garam fisiologis kemudian diletakan pada sakus konjungtiva inferior. Pasien

diminta untuk menurup matanya selama 20 detik, beberapa saat kemudian

kertas tersebut diangkat. Dilakukan irigasi konjungtiva dengan garam

fisiologis. Kemudian dilihat pada permukaan kornea, apabila terdapat warna

hijau dengan sinar biru menandakan adanya kerusakan epitel kornea. Defek

kornea akan selalu terlihat berwarna hijau karena pada setiap defek kornea

bagian tersebut akan bersifat basa dan memberikan warna hijau. Pada keadaan

seperti ini disebut uji fluoresens positif.5,6

3. Pemeriksaan laboratorium

Diperlukan jika ada infeksi/ulkus kornea atau curiga adaya benda asing

intraokular. Kultur dan sensitivitas tes digunakan pada kasus infeksi atau

ulkus.5

4. Pemeriksaan Pencitraan

Untuk mengeluarkan benda asing yang terdapat pada intraokular atau intra

orbital dapat dipertimbangkan pemeriksaan USG B-Scan, CT-Scan orbital dan

atau USG biomikroskop (UBM). Apabila benda asing berupa logam, untuk

16
pemeriksaan awal dapat dilakukan foto x-ray orbital, apabila hasil foto negatif

maka kecurigaan masih tinggi untuk benda asing intra orbita. Dan hindari

pemeriksaan MRI apabila benda asing yang dicurigai berupa logam. UBM

dengan frekuensi gelombang suara yang tinggi dapat berguna untuk

menyingkirkan benda asing yang terdapat pada sklera anterior. Benda asing

ini mungkin tidak terlihat karena sifatnya (misalnya: kaca) atau opasitas benda

diatasnya (misalnya : perdarahan konjungtiva).5

2.2.9 Penatalaksanaan

Tujuan dari penatalaksanaan adalah mengurangi nyeri, mencegah infeksi, dan

mencegah kerusakan fungsi yang permanen. Benda asing yang terletak di permukaan

mata dapat dihilangkan dengan berbagai cara seperti usapan cotton bud secara halus,

menggunakan jarum spuit 1 cc atau menggunakan magnet. Setiap pasien dengan

benda asing di kornea dilakukan dengan langkah-langkah penatalaksanaan awal

sebagai berikut:3,7,8,9

a. Periksa tajam penglihatan sebelum dan sesudah pengangkatan.

b. Berikan anestesi topikal pada mata yang terkena.

c. Cobalah mengeluarkan benda asing dengan irigasi NaCl 0,9% steril.

d. Cobalah menggunakan cotton bud secara halus.

e. Cobalah menggunakan jarum halus.

f. Pengangkatan benda asing harus dilakukan dengan bantuan slit lamp.

g. Jika tidak berhasil segera rujuk ke dokter mata.

17
h. Berikan antibiotik topikal untuk profilaksis 4x1 hari sampai regenerasi epitel.

i. Berikan analgetik topikal.

j. Reevaluasi dalam 24 jam untuk melihat tanda-tanda infeksi dan ulkus kornea.

2.2.10 Komplikasi

1. Rust ring :

Biasanya terjadi jika benda asing tersebut adalah besi, onsetnya 2-4 jam pertama

dan komplit dalam 8 jam. Dapat dibuang dengan bantuan slit lamp menggunakan

jarum halus ataupun burr.3,10

2. Infeksi kornea

Terjadi jika dibiarkan lebih 2-4 hari, menyebabkan terbentuk ulkus dan jaringan

parut. Hal ini memerlukan terapi antibiotik topikal yang agresif dan penanganan

dokter mata lebih lanjut.3,10

3. Perforasi bola mata pada trauma yang disebabkan logam atau kecepatan tinggi

bisa juga telah terjadi ulkus yang tidak ditangani, hal ini memerlukan terapi

pembedahan.2,3

18
BAB III
ANALISIS KASUS

3.1 Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar:

Rumah pasien merupakan rumah panggung kayu , dinding kayu , beratap genteng.
Rumah terdiri dari ruang tamu lansung ruang keluarga , 2 kamar tidur , 1 kamar
mandi wc jongkok , 1 dapur. Pada tiap kamar terdapat jendela , di halaman rumah
dan samping rumah pasien dikelilingi tanaman. Sumber air berasal dari PDAM
dan sumber listrik dari PLN. Terdapat hubungan antara diagnosis dengan
lingkungan rumah , dimana lingkungan rumah pasien dikelilingi tanaman.
Kemungkinan serangga yang masuk ke mata bisa berasal dari tanaman dirumah
pasien.

3.2 Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga:


Pasien tinggal bersama anak dan istrinya dimana untuk hubungan dengan
keluarga, tidak ada masalah. Di dalam hubungan diagnosis dan aspek psikologis
disini tidak ada hubungan yang memperberat penyakit akibat dari faktor psikologi
pasien.

3.3 Hubungan kausal antara beberapa masalah dengan diagnosis


Pasien bekerja sebagai kuli bangunan , hal ini dapat memperberat ke mata apabila
pasien bekerja tidak menggunakan pelindung mata. Hubungan dengan penyebab
masuknya serangga dengan keadaan rumah yang dikelilingi tanaman mungkin
dapat menyebabkan bersarang nya serangga yang dapat saja sewaktu waktu
dengan jendela rumah yang sering terbuka masuk ke dalam rumah pasien.

3.4 Analisis untuk menghindari faktor memperberat penyakit


Untuk menghindari faktor memperberat seperti infeksi pada mata yaitu :
1. Hindari untuk mengucek dan menggaruk mata

19
2. Menjaga eye hygiene
3. Menjaga hand hygiene
4. Meningkatkan kebersihan rumah dan lingkungan

20
DAFTAR PUSTAKA

1. PERDAMI, Panduan Menejemen Klinis PERDAMI, Jakarta : PP PERDAMI,

2006.

2. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke 3. Jakarta: Balai penerbit FK UI; 2009.

3. Vaughan DG, Taylor A, Paul R. Vaughan & Asbury: Oftalmologi Umum

edisi 17. Jakarta : EGC, 2009.

4. Reddy PS, Nirmala K, Radhika S, Ravi S, Pau CM. Incidence of Ocular

Surface Foreign Body and its Correlation with Specific Occupation and

Preventive Measures. GJRA. 2016;(12):57-8.

5. Bushhour, mounir. 2018. Corneal Foreign Body . McGill University Faculty

of Medicine Canada : Medscape.

6. Wijana, Nana S.D, Ilmu Penyakit Mata, Cetakan ke-6, Penerbit Abadi Tegal,

Jakarta, 1993 pp : 190-196.

7. Galloway NR, Amoaku WMK, Galloway PH, Browning AC. Common Eye

Diseases and their Management. Switzeland: Springer, Cham. 2016.

8. Aslam, S.A., Sheth, H.G., Vaughan, A.J. Emergency management of corneal

injuries. Injury. 2007;38:594–597.

9. Fraenke A, Lee LR, Lee GA. Managing corneal foreign bodies in office-based

general practice. Aus Fam Physician. 2017;46(3):89-93.

21
10. Ahmed F, House RJ, Feldman BH. Corneal Abrasions and Corneal Foreign

Bodies. Elsevier Inc. 2015;42(30):363-75.

22
Lampiran

Rekam Medis

23
Home Visit

24

Anda mungkin juga menyukai