Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS

Keratitis Pungtata Superfisial

Pembimbing : dr. Masitah Wilya, Sp.M.

Oleh :
Nama : Fania Liahsani
NIM : 2013730142

SMF ILMU MATA


KEPANITERAAN KLINIK RSIJ PONDOK KOPI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kornea merupakan jaringan yang jernih dan transparan, terdapat di depan mata yang
menutupi pupil dan iris. Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan merupakan jaringan
transparan yang dilalui oleh berkas cahaya saat menuju retina. Kelainan yang bisa merusak
bentuk dan kejernihan kornea dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat, terutama
bila letaknya di sentral (daerah pupil), bila kelainan ini tidak diobati maka dapat terjadi
kebutaan.

Kelainan kornea yang paling sering ditemukan adalah keratitis. Keratitis adalah
peradangan pada kornea. Keratitis dapat terjadi karena infeksi maupun bukan karena infeksi. Penyakit
ini dapat disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, paparan sinar ultraviolet, iritasi dari
penggunaan lensa kontak, mata kering, trauma kornea, adanya benda asing di kornea. Jika tidak
diobati, atau jika infeksi semakin parah, keratitis dapat mengakibatkan komplikasi serius yang
secara permanen dapat merusak penglihatan.(1)
BAB II

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

Nama : Ny. A
Umur : 36 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Pondok Bambu
Tanggal Datang ke Poli Mata : 19/7/2017

B. Anamnesis

1. Keluhan Utama :
Pasien datang dengan mata kanan berair dan mengeluh mata pegal dan dengan
penglihatan buram
2. Keluhan Tambahan :
Pasien merasa mata kanan berair keluar banyak dan pada awal timbulnya gejala susah
membuka mata kanan dan mata merah
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Poli Mata RSIJPK. Pasien mengatakan bahwa mata kanan berair terus
keluar banyak, berwarna bening, jernih dan encer semakin lama mata pasien yang berair
keluar semakin banyak. Mengeluh matanya menjadi pegal dan mata kananpun merah tetapi
tidak terdapat kotoran pada mata, pasien tidak mengeluh silau jika melihat sinar matahari
dan susah membuka mata pada saat awalnya timbul gejala, tidak ada rasa kelilipan dan
mengeluh penglihatan kanan nya buram. Pasien sudah merasakan gejala tersebut sejak 1
minggu yang lalu.
4. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien belum pernah mengalami penyakit ini sebelumnya.
Riwayat penyakit DM (-), Hipertensi (-), penyakit Jantung (-)
5. Riwayat penyakit keluarga :
Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami sakit seperti ini
Dikeluarga juga tidak ada yang mempunyai Riwayat penyakit DM (-), Hipertensi (-),
penyakit Jantung (-)
6. Riwayat alergi : debu (-), makanan (-), obat (-)
7. Riwayat Psikososial : pasien sering naik motor
8. Riwayat pengobatan : pada saat timbulnya gejala belum diberi obat, dan tidak sedang
mengkonsumsi obat apapun
9. Riwayat operasi : Disangkal

C. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum : Baik


2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Tanda Vital : Nadi : 80x/menit
Respirasi : 16x/menit
Tekanan Darah : Tidak dilakukan
Suhu : Tidak Dilakukan
4. Kepala : Nomrocephali
5. Telinga, Hidung,Tenggorokan : Deviasi septum (-), sekret (-)
6. Thoraks : Tidak dilakukan
7. Abdomen : Tidak dilakukan
8. Ekstremitas : Akral Hangat, edema (-)
9. KGB : Tidak didapatkan pembesaran
Status Oftalmologikus

Oculi Dextra PEMERIKSAAN Oculi Sinistra

6/20 Visus 6//6


Ortoforia Kedudukan Bola Mata Ortoforia
Baik ke segala arah Baik ke segala arah

Gerakan Bola Mata

Dalam batas normal

Palpebra Superior Dalam batas normal


Trikiasis(-), radang (-)
entropion (-)
Dalam batas normal

Palpebral Inferior Dalam batas normal


Trikiasis(-), radang (-)
entropion (-)
- Hiperemis (+) : Injeksi
konjungtiva (-), injeksi
- Hiperemis (-)
Siliar (+), injeksi
Conjungtiva tarsalis - Papil (-)
episklera (-)
posterior - Folikel (-)
- Papil (-)
- Membrane (-)
- Folikel (-)
- Membrane (-)
- Hiperemis (+) : Injeksi
konjungtiva (-), injeksi
- Hiperemis (-)
Siliar (+), injeksi
Conjungtiva tarsalis - Papil (-)
episklera (-)
inferior - Folikel (-)
- Papil (-)
- Membrane (-)
- Folikel (-)
- Membrane (-)
- Injeksi siliar (+) Conjungtiva bulbi - Injeksi siliar (+)
- Injeksi konjungtiva (-) - Injeksi konjungtiva (-)
Anikterik Sclera Anikterik
- Jernih (+)
- Infiltrate (+) : seperti - Jernih (+)
bercak-bercak halus di - Infiltrate (-)
permukaan Kornea - Edema (-)
- Edema (-) - Ulkus (-)
- Ulkus (-)

- Sedang (+) CoA - Sedang (+)


- Hifema (-) - Hifema (-)
- Hipopion (-) (Camera Oculi Anterior) - Hipopion (-)

Coklat, gambaran kripta Coklat, gambaran kripta


Iris
baik, sinekia (-) baik, sinekia (-)
- Sentral
- Sentral
- Bulat, ukuran 3mm
- Bulat, ukuran 3mm
- Isokor
- Isokor
- Refleks cahaya Pupil
- Refleks cahaya
langsung/tdk
langsung/ tdk
langsung (+)
langsung (+)

Jernih, Normal , Afakia (-) Lensa Jernih, Afakia (-)


N TIO (Palpasi) N
Resume

Seorang pasien perempuan berusia 36 tahun datang ke poli mata RSIJPK dengan
keluhan utama mata kanan berair (lakrimasi) sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan tersebut
disertai dengan pegal, susah membuka mata (blefarospasme) dan mengeluh penglihatan
buram. Pasien sering mengendarai motor .belum pernah diberi obat selama gejalanya
timbul.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dalam batas normal, Visus OD 6/20;
visus OS 6/6. Conjungtiva bulbi Okuli dextra didapatkan injeksi siliar, dan kornea
didapatkan adanya infiltrate.

Rencana Pemeriksaan Penunjang : Tes Fluoresein pada Okuli dextra

Diagnosis : Keratitis pungtata superfisial Oculi Dextra

Planning

Terapi : Pelumas mata atau Air mata buatan (dextran, hydroxypropyl methylcellulose,
glycerine, polyethylene glycol dan propylene glycol), Siklopegik (tropin), terapi yang
diberikan tergantung pada gejala dan etiologinya.

Edukasi. Penting diberitahukan kepada pasien bahwa penyakitnya merupakan manifestasi


dari adanya factor yang mendasari. Pemantauan yang teratur untuk mengetahui
perkembangan penyakit perlu untuk mencegah perburukan.
seperti sekarang perlu untuk menjaga kesehatan mata seperti menggunakan pelindung
mata, istirahat cukup, serta nutrisi yang baik. Beritahukan kepada pasien jangan menggosok
mata. Karena dapat memperberat iritasi.

Prognosa
 Quo ad Vitam : ad bonam
 Quo ad Funftionam : ad bonam
 Quo ad Sanationam : dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI KORNEA

Gambar 1. Anatomi Mata

Kornea atau dalam bahasa Latin disebut “cornum” yang berarti seperti tanduk,
adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis
jaringan yang menutup bola mata sebelah depan, kornea memiliki ketebalan 0,5 mm dan
terdiri atas lapis: (1)

Gambar 2. Lapisan Kornea


1. Epitel

 Tebalnya 550 μm, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang
tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng.
 Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan
menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal
berkaitan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel polygonal di depannya
melalui desmosome dan macula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air,
elektrolit, dan glukosa yang merupakan barrier.
 Sel basal menghasilkan membrane basal yang melakat erat kepadanya. Bila terjadi
gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.
2. Membrane Bowman
 Terletak di bawah membrane basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang
tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma..
 Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi
3. Stroma
 Menyusun 90% ketebalan kornea
 Terdiri atas lamel yang merupakan susunak kolagen yang sejajar satu dengan
lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian perifer
serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu
lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea
yang merupakan fibroblast terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit
membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau
sesudah trauma.
4. Membrane Descement
 Merupakan membrane aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea
dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalnya
 Bersifat sangat elastic dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40
μm.
5. Endotel
 Berasal dari mesoteliu, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20 – 40 μm. Endotel
melekat pada membrane descement melalui hemidesmosom dan zonula okluden.

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar
longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoroid, masuk ke dalam
stroma kornea, menembus membrane bowman melepaskan selubung Schwannya. Daya
regenerasi saraf sesudah dipotong didaerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan. Trauma
atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem pompa endotel terganggu
sehingga terjadi dekompensasi endotel dan terjadi edema kornea. (1)

Fungsi kornea adalah: (2)


1. Merefraksikan cahaya dan bersama lensa memfokuskan cahaya ke retina
2. Melindungi struktur mata internal
B. KERATITIS
1. Definisi
Keratitis adalah peradangan pada kornea. Radang kornea biasanya
diklasifikasikan dalam lapis kornea yang terkena, seperti keratitis superfisial dan
interstisial atau profunda.(1)
2. Etiologi
Keratitis dapat diakibatkan oleh beberapa faktor seperti infeksi, mata yang
kering, alergi ataupun konjungtivitis kronis.(1)
Penyebab keratitis antara lain:
a. Cedera. Jika goresan benda mengenai permukaan salah satu kornea mata atau
menembus kornea, keratitis tanpa infeksi bisa terjadi. Tetepi, jika bakteri atau jamur
dapat mengakses permukaan yang rusak tersebut, akan menyebabkan infeksi.
b. Terkontaminasi lensa kontak. Bakteri, jamur atau parasit, khususnya parasit
mikroskopis acanthamoeba kadang menghuni permukaan lensa kontak dan
mencemari kornea, sehingga menghasilkan keratitis menular.
c. Virus. Virus seperti virus herpes dan virus yang menyebabkan klamidia dapat
menyebabkan keratitis.
d. Terkontaminasi air. Bakteri dan jamur dalam air, terutama di lautan, sungai, danau
dan kolam air panas, bisa masuk ke mata ketika sedang berenang atau mandi dan
akan mengakibatkan keratitis.

Keratitis pada umumnya didahului:


- Defisiensi vitamin A
- Reaksi konjungtivitis menahun
- Trauma dan kerusakan epitel
- Lensa kontak dapat mengakibatkan infeksi sekunder dan non infeksi keratitis
- Daya imunitas yang berkurang
- Musim panas dan daerah yang lembab
- Pemakai kortikosteroid
- Herpes genital
3. Epidemiologi
Insidensi tahunan dari keratitis di negara maju telah meningkat karena angka
penggunaan lensa kontak yang tinggi yaitu 2 sampai 11 per 100.000 orang per tahun.
Penelitian dari Hongkong mendapatkan insidensi 0,63 per 10.000 orang pada orang
yang tidak menggunakan lensa kontak dan 3,4 per 10.000 orang pada pengguna lensa
kontak. Menurut Lam (2002), penggunaan lensa kontak merupakan penyebab keratitis
Acanthamoeba yang dikenal pada tahun 1973, sekarang diketahui berjumlah kira-kira
1% dari semua kasus.
Insidensi dari keratitis di negara berkembang lebih tinggi dibandingkan negara
maju. Di Nepal diperkirakan mencapai 799 per 100.000 orang per tahun (Upadhyay,
2001). Keratitis yang disebabkan oleh jamur terjadi sekitar 6% dari pasien yang berada
di iklim tropis.

Menurut Moriyama (2008) dalam Winda (2010), agen-agen mikroba yang


paling sering menyebabkan keratitis dari bakteri gram positif adalah coagulase negative
staphylococcus (67,27%), Corynebacterium sp (18,18%), Staphylococcus aureus
(9,09%), Streptococcus sp (3,6%), dll (1,8%). Bakteri gram negatif yang tersering
adalah Pseudomonas sp (55,17%), Pseudomonas aeruginosa (22,4%), Pseudomonas
fluorescens (7%), Serratia sp (25,86%), Enterobacter aerogenes (8,62%), Klebsiella sp
(1,72%), Proteus mirabilis (1,72%), Citrobacter freundii (1,72%), Achromobacter
xyloxidans (1,72%), Alcaligenes sp (1,72%), Moraxella sp (1,72%), sedangkan
penyebab jamur yang tersering adalah Candida sp (75%), dan Aureobasidium pullulans
(25%).

Insidensi keratitis non-infeksi bergantung pada etiologi yang menyertainya.


Pada penelitian yang dilakukan Aravind Eye Hospital di India terdapat sekitar 56%
trauma mata disebabkan padi dan debu. Selanjutnya pada penelitian yang berbeda
ditemukannya kultur yang positif pada ulkus kornea dengan specimen yang ditemukan
berupa golongan bakteri dan jamur pada 297 orang penderita yang mengalami trauma
mata (Aldy, 2010).
4. Patofisiologi
Epitel adalah sawar yang efisien terhadap masuknya mikroorganisme kedalam
kornea. Namun sekali kornea mengalami cedera, stroma yang avaskuler dan membrane
Bowman mudah terinfeksi oleh berbagai macam mikroorganisme seperti amoeba,
bakteri dan jamur. Streptococcus pneumonia (pneumokokus) adalah bakteri pathogen
kornea sejati; pathogen lain memerlukan inokulum yang berat atau hospes yang lemah
(misalnya pada pasien yang mengalami defisiensi imun) agar dapat menimbulkan
infeksi.

Kornea adalah struktur yang avaskuler oleh sebab itu pertahanan pada waktu
peradangan, tidak dapat segera ditangani seperti pada jaringan lainnya yang banyak
mengandung vaskularisasi. Sel-sel di stroma kornea pertama-tama akan bekerja sebagai
makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang ada di limbus
dan tampak sebagai injeksi pada kornea. Sesudah itu terjadilah infiltrasi dari sel-sel
lekosit, sel-sel polimorfonuklear, sel plasma yang mengakibatkan timbulnya infiltrat,
yang tampak sebagai bercak kelabu, keruh dan permukaan kornea menjadi tidak licin.

Epitel kornea dapat rusak sampai timbul ulkus. Adanya ulkus ini dapat
dibuktikan dengan pemeriksaan fluoresin sebagai daerah yang berwarna kehijauan pada
kornea. Bila tukak pada kornea tidak dalam dengan pengobatan yang baik dapat sembuh
tanpa meninggakan jaringan parut, namun apabila tukak dalam apalagi sampai terjadi
perforasi penyembuhan akan disertai dengan terbentuknya jaringan parut. Mediator
inflamasi yang dilepaskan pada peradangan kornea juga dapat sampai ke iris dan badan
siliar menimbulkan peradangan pada iris. Peradangan pada iris dapat dilihat berupa
kekeruhan di bilik mata depan. Kadang-kadang dapat terbentuk hipopion.

5. Manifestasi Klinis
Gejala keratitis sakit ringan sampai berat, silau, mata berair dan kotor, lesi
kornea disertai penglihatan berkurang.
Gambaran klinik keratitis dibedakan :
Keratitis Epitelialis Mengenai Uji fluorescein (+) Uji plasido (+)
superfisialis kornea didepan
membrane
bowman
Subepitel Mengenai Uji fluorescein (-) Uji plasido (+)
kornea dibawah
epitel kornea
Profunda/ Didalam Didalam stroma Uji fluorescein (-) Uji plasido (-)
Interstisialis stroma kornea
kornea

Gambaran klinik masing-masing keratitis berbeda-beda tergantung dari jenis


penyebab dan tingkat kedalaman yang terjadi di kornea.

Gejala keratitis antara lain:


a. Mata kemerahan
b. Sakit mata
c. Keluar air mata
d. Kesulitan membuka kelopak mata Anda karena sakit atau iritasi
e. Penglihatan kabur
f. Sensitivitas terhadap cahaya (fotofobia)
g. Perasaan terbakar atau gatal berpasir di mata Anda
h. Pembengkakan di sekitar mata
i. Perasaan bahwa ada sesuatu yang di mata Anda

1) Keratitis Pungtata
Keratitis yang terkumpul di daerah membrane Bowman, dengan infiltrate
berbentuk bercak-bercak halus.
KP ini disebabkan oleh hal yang tidak spesifik dan dapat terjadi pada
moluskum kontagiosum, akne rosasea, herpes simpleks, herpes zoster, blefaritis
neuroparalitik, infeksi virus, vaksinia, trakoma dan trauma radiasi, dry eyes, trauma,
lagoftalmos, keracunan obat seperti neomisin, tobramisin dan bahan pengawet
lainnya.
Keratitis pungtata biaasanya terdapat bilateral dan berjalan kronis tanpa
terlihatnya gejala kelainan konjungtiva, ataupun tanda akut, yang biasanya terjadi
pada dewasa muda.

a) Keratitis pungtata superfisial


Radang pada kornea berupa multiple, kecil, dipermukaan kornea akibat infeksi
bakteri (chlamydial, staphylococcal), devisien vitamin B2, infeksi virus
(herpes), trauma kimia dan sinar ultra violet dan akan memberikan warna hijau
bila diwarnai fluorescein. Pasien akan mengeluh sakit, silau, mata merah dan
rasa kelilipan. Pasien diberi air mata buatan, tobramisin tetes mata, dan
siklopegik. Pengobatan tergantung pada penyebabnya.
b) Keratitis pungtata superfisial Thygeson
Merupakan bentuk yang jarang terjadi, bentuk kelainan bulat atau lonjong
berwarna putih abu-abu yang biasanya merupakan kelompok butir-butir yang
terletak menonjol ditengah kornea. Penyebabnya tidak diketahui dan diduga
disebabkan oleh virus. Keluhan ringan dengan fotofobia dan gangguan
penglihatan. Pengobatan berupa air mata buatan, kortikosteroid. Bersifat dapat
kambuh dalam waktu yang lama.

c) Keratitis pungtata subepitel


Keratitis yang terkumpul di daerah membrane bowman.

2) Keratitis Marginal
Merupakan infiltrate yang tertimbun pada tepi kornea sejajar dengan limbus.
Penderita akan mengeluh sakit, seperti kelilipan, lakrimasi, disertai fotofobia berat.
Pada mata akan terlihat bleforospasme pada satu mata, injeksi konjungtiva,
infiltrate atau ulkus yang memanjang, dangkal unilateral dapat tunggal atau
multiple, sering disertai neovaskularisasi dari arah limbus.
Bila tidak diobati dengan baik maka akan mengakibatkan tukak kornea.
Pengobatan yang diberikan adalah antibiotika yang sesuai dengan penyebab infeksi
lokalnya dan steroid dosis ringan. Pada pasien dapat diberikan vitamin B dan C
dosis tinggi.

3) Keratitis Interstisial
Keratitis yang ditemukan pada jaringan kornea yang lebih dalam pada kedua
mata. Keratitis interstisial dapat terjadi akibat alergi atau infeksi spiroket ke dalam
stroma kornea dan akibat tuberculosis. Keratitis interstisial merupakan keratitis
nonsupuratif profunda disertai dengan neovaskularisasi. Keratitis ini juga disebut
sebagai keratitis parenkimatosa.
Biasanya memberikan keluhan fotofobia, lakrimasi, kelopak meradang,
sakit dan menurunnya visus. Penyebab dapat bakteri, virus dan jamur. Keratitis
profunda juga dapat terjadi akibat trauma, dan mata terpajan pada kornea dengan
daya tahan rendah. Seluruh kornea keruh sehingga iris sukar dilihat. Permukaan
kornea seperti permukaan kaca. Terdapat injeksi siliar disertai dengan serbukan
pembuluh ke dalam sehingga memberikan gambaran merah kusam atau apa yang
disebut “salmon patch” dari Hutchinson. Seluruh kornea dapat berwarna merah
cerah.
Pengobatan keratitis profunda tergantung pada penyebabnya berupa
antibiotika, antijamur, dan antivirus. Pada keratitis diberikan sulfas atropine tetes
untuk mencegah sinekia akibat terjadinya uveitis dan kortikosteroid tetes mata.

4) Keratitis Bakterial
Setiap bakteri seperti Staphylococcus, Pseudomonas, Hemophilus,
Streptococci dan Enterobakteriacea dapat meengakibatkan keratitis bakteri.
Pada keratitis bakteri akan terdapat keluhan kelopak mata lengket setiap
bangun pagi. Mata sakit silau, merah, berair dan penglihatan yang berkurang.
Pengobatan antibiotika dapat diberikan pada keratitis bacterial berdasarkan
:
Gram (-) rods Gram (+) rods
Tobramisin Cefazoline
Ceftazidime Vancomysin
Fluoroquinolone Moxifloxacin/gatofloxacin

Gram (-) coccus


Ceftriaxone
Ceftazidime
Moxifloxacin/gatifloxacin
Pengobatan diberikan setiap 1 jam, pemberian siklopegik untuk mengistirahatkan mata.
*Amarica Academy of Ophtalmology staff. External disease and cornea. Section 8. San Francisco.
LEO: 2011.p. 162.
Keratitis yang dibangkitkan oleh pemakaian lensa kontak
Keratitis ini biasanya disebabkan bakteri (Pseudomonas aeruginosa),
amoeba (Acanthamoeba), dan kadang-kadang virus atau jamur. Gejalanya sakit,
infiltrate, mata merah, lakrimasi, fotofobia, edema kornea, mata kortor, kelopak
bengkak dan flare di bilik mata depan. Pengobatan dengan melepas lensa kontak
dan antibiotika.

5) Keratitis Jamur
Keratitis jamur lebih jarang dibandingkan keratitis bakteri. Dimulai dengan
suatu trauma pada kornea oleh ranting pohon, daun dan bagian tumbuh-tumbuhan.
Kebanyakan jamur disebabkan oleh Fusarium, Filamentous, yeast, Candida,
Aspergillus. Keluhan baru timbul setelah 5 hari atau 3 minggu kemudian. Pasien
akan mengeluh sakit mata yang hebat, berair, penglihatan menurun dan silau. Mata
akan terlihat infiltrate kelabu, disertai hipopion, peradangan, ulserasi superfisial dan
satelit bila terletak didalam stroma. Biasanya disertai dengan cincin endotel dengan
plaque tampak bercabang-cabang, gambaran satelit pada kornea, dan lipatan
Descement.
Diagnosis pasti dibuat dengan pemeriksaan mikroskopis dengan KOH 10%
terhadap kerokan kornea yang menunjukkan adanya hifa. Disarankan pasien dengan
infeksi jamur dirawat dan diberi pengobatan natamisin 5% (keratitis jamur
filamentosa, fusarium species) amphoterisin B 0,15% - 0.30% (keratitis yeast,
aspergillus species).
Diberikan pengobatan sistemik ketoconazole (200-600 mg/hari) dan
siklopegik. Bila disertai peningkatan tekanan intraocular diberikan obat oral anti
glaucoma. Keratoplasti dilakukan jika tidak ada perbaikan.
Pengobatan keratitis jamur dengan anti jamur Polines (amfoterisin B,
Natamisin, Nystamin), Azole (imidazole, Ketoconazole, myconazole), Triazoles
(Fluconazole, Voriconazole) dan Fluorinated pyrimidin (flucyitocine).

6) Keratitis Acanthamoeba
Memberiakan rasa sakit berat dan sering terdapat pada pemakaian lensa
kontak.
7) Fotokeratitis
Disebabkan mata terpajan sinar ultra violet, terjadi pada tempat yang
terpajan sinar matahari dan pekerjaan las. Memberikan rasa sakit selama 2 hari.
8) Keratitis Virus
Kelainan pada kornea didapatkan sebagai keratitis pungtata superfisial
memberikan gambaran seperti infiltrate halus berbintik-bintik pada dataran depan
kornea yang dapat terjadi pada penyakit seperti herpes simpleks, herpes zoster,
infeksi virus, vaksinia, dan trakoma.
Keratitis yang terkumpul di daerah membrane bowman. Pada keratitis ini
biasanya terdapat bilateral dan berjalan kronis tanpa terlihatnya gejala kelainan
konjungtiva, ataupun tanda akut.
a) Keratitis herpetic
b) Keratitis herpes simpleks
c) Keratitis dendritic
d) Keratitis disiformis

9) Keratokonjungtivitis Epidemi
Akibat reaksi peradangan kornea dan konjungtiva yang disebabkan oleh
reaksi alergi terhadap adenovirus tipe 8,19, atau 37. Keluhan umum demam,
gangguan saluran napas, penglihatan menurun, merasa seperti ada benda asing,
berair, kadang disertai nyeri.

10) Keratitis Dimmer (Keratitis Numularis)


Bentuk keratitis dengan infiltrate yang bundar berkelompok dan tepinya
berbatas tegas sehingga memberikan gambaran halo.

11) Keratitis Filamentosa


Keratitis yang disertai adanya filament mukoid dan deskuamasi sel epitel
pada permukaan kornea. Gambaran khususnya berupa filament epitel halus.
Gejalanya berupa rasa kelilipan, sakit, silau, blefarospasme, dan epifora.
Dapat berjalan menahun ataupun akut. Mata merah dan terdapat defek epitel kornea.
Pengobatan dengan larutan hipertonik NaCl 5%, air mata hipertonik. Mengangkat
filament dan bila mungkin memasang lensa kontak lembek.
12) Keratitis Alergi
a) Keratokonjungtivitis flikten
b) Tukak atau ulkus fliktenular
c) Keratitis fasikularis
d) Keratokonjungtivitis vernal

13) Keratitis Lagoftalmus


14) Keratitis Neuroparalitik
15) Keratokonjungtivitas Sika
16) Keratitis Sklerotikan

Berikut ini adalah jenis keratitis dan bentuknya:


No. Jenis keratitis Bentuk keratitis
Erosi kecil-kecil terputus fluorescin;
1. Keratitis stafilokok
terutama sepertiga bawah kornea
Khas dendritik (kadang-kadang bulat atau
2. Keratitis herpetik
lonjong) dengan edema dan degenerasi
Lebih difus dari lesi HSK; kadang-kadang
3. Keratitis varicella-zoster
linear (pseudosendrit)
Erosi kecil-kecil terpulas fluorecein; difus
4. Keratitis adenovirus
namun paling mencolok di daerah pupil
Epitel rusak dan erosi kecil-kecil,
pleomorfik, terpulas fluorescein; filament
5. Keratitis sindrom Sjorgen
epithelial dan mukosa khas; terutama
belahan bawah kornea
Erosi kecil-kecil tidak teratur, terpulas
Keratitis terpapar akibat
6. fluorescein; terutama di belahan bawah
lagoftalmus atau eksoftalmus
kornea
Lesi mirip-sinsisium, yang keruh dan
berbercak-bercak kelabu, paling mencolok
7. Keratokonjungtuvitis vernal
di daerah pupil atas. Kadang-kadang
membentuk bercak epithelium opak
Edema epitel berbercak-bercak; difus
Keratitis trofik-sekuele HS, HZ
8. namun terutama di fissure palpebrae, pukul
dan destruksi ganglion gaseri
9-3
Erosi kecil-kecil terpulas fluorescein
Keratitis karena obat-terutama
9. dengan edema seluler berbintik-bintik;
antibiotika spectrum luas
lingkaran epitel
Keratitis superficial punctata Focus sel-sel epithelial sembab, bulat atau
10.
(SPK) lonjong; menimbul bila penyakit aktif
Erosi kecil-kecil terpulas fluorescein di
Keratokonjungtivitis limbic sepertiga atas kornea; filament selama
11.
superior eksaserbasi; hiperemi bulbar, limbus
berkeratin menebal, mikropanus
Keratitis rubeola, rubella dan Lesi tipe virus seperti pada SPK; di daerah
12.
parotitis epidemika pupil
Erosi epitel kecil-kecil terpulas fluorescein
13. Trachoma
pada sepertiga atas kornea
Kekeruhan berbintik kelabu sel-sel epitel
14. Keratitis defisiensi vitamin A akibat keratinisasi partial; berhubungan
dengan bintik-bintik bitot
Ringkasan gejala objektif pada glaucoma, uveitis, dan keratitis.
Gejala subyektif Glaucoma akut Uveitis akut Keratitis akut

+ ++ +++

++ ++ ++
1. Injeksi silier
2. Injeksi konjungtiva +++ - + / +++
3. Kekeruhan kornea
Midriasis non-reaktif Miosis ireguler Normal /miosis
4. Kelainan pupil
5. Kedalaman BMD Dangkal Normal N
6. Tekanan intra ocular
Tinggi Rendah Norm
7. Secret
8. Kelenjar pre-uri kular - - -

- - -

6. Komplikasi
- Chronic corneal inflammation
- Chronic or recurrent viral infections of your cornea
- Open sores on your cornea (corneal ulcers)
- Corneal swelling and scarring
- Temporary or permanent reduction in your vision
- Blindness

7. Pengobatan
Jika Anda melihat gejala keratitis, segera periksakan kondisi Anda ke dokter.
Keterlambatan diagnosis dan pengobatan keratitis dapat mengakibatkan komplikasi
serius, termasuk kebutaan. Pengobatan keratitis tidak menular bervariasi tergantung
pada penyebabnya. Namun, untuk kasus tanpa komplikasi, misalnya keratitis yang
disebabkan oleh goresan atau pemakaian lensa kontak terlalu lama, sebuah penutup
mata yang dikenakan 24 jam dan obat mata topikal mungkin diperlukan. Pengobatan
infeksi keratitis bervariasi, tergantung pada penyebab infeksi. Untuk keratitis yang
disebabkan bakteri yang ringan, obat tetes mata antibakteri efektif mengobati infeksi.
Jika infeksi sedang sampai berat, Anda mungkin harus minum antibiotik oral untuk
menyingkirkan infeksi. Anda mungkin juga perlu untuk menggunakan obat tetes mata
kortikosteroid untuk mengurangi peradangan keratitis bakteri. Keratitis yang
disebabkan oleh jamur biasanya memerlukan obat tetes mata antijamur dan obat
antijamur oral. Dan jika virus yang menyebabkan infeksi, obat tetes mata antivirus dan
obat antivirus oral mungkin efektif. Tapi obat-obat ini mungkin tidak dapat untuk
menghilangkan virus sepenuhnya, dan keratitis virus bisa kambuh lagi. Keratitis yang
disebabkan oleh parasit acanthamoeba kecil bisa sulit untuk diobati. Tetes mata
antibiotik mungkin membantu, tetapi beberapa infeksi acanthamoeba tahan terhadap
obat. Kasus yang parah keratitis acanthamoeba sering membutuhkan transplantasi
kornea (keratoplasty).

B.8. Penegakan Diagnosis

B.8.a. Anamnesis

Dari langkah anamnesis harus bisa mendapatkan sebanyak-banyaknya gejala sebagai alat
bantu awal bagi kita untuk menentukan kemungkinan penyakit dan langkah pemeriksaan apa
yang akan kita lakukan selanjutnya. Biasanya pasien akan mengeluh matanya merah dan sakit;
sangat silau terhadap cahaya, blefarospasme, penglihatan menurun, terasa mengganjal,
terkadang ada secret kotor, dan keluar air mata berlebihan.8,9

B.8.b. Pemeriksaan Oftalmologi

Ada beberapa pemeriksaan oftalmologi yang dianjurkan untuk mendiagnosa penyakit


Keratitis ini. Berikut beberapa pemeriksaan oftamoskopi antara lain11 :
a. Tes Plasido
pada tes ini, hal yang perlu diperhatikan adalah gambaran sirkuler yang direfleksi pada
permukaan kornea penderita. Bila bayangan di kornea gambaran sirkulernya teratur,
disebut Placido (-), pertanda permukaan kornea baik. Kalau gambaran sirkulernya tidak
teratur, Placido (+) berarti permukaan kornea tidak baik, mungkin ada infiltrat.
b. Tes Fluoresin
Untuk melihat lebar dan dalamnya ulkus pada kornea, yaitu dengan memasukkan
kertas yang mengandung fluoresin steril ke dalam sakus konjungtiva inferior setelah
terlebih dahulu diberi anestesi lokal, kemudian penderita disuruh mengedip beberapa waktu
dan kertas fluoresinnya dicabut. Pemeriksaan ini dapat juga menggunakan fluoresin tetes.
Pada tempat ulkus tampak berwarna hijau.
c. Pemeriksaan visus
d. Pemeriksaan Bakteriologik

B.9. Penatalaksanaan

Pengobatan diberikan tergantung organisme penyebab. Obat tetes mata atau salep mata
antiradang, antibiotik, anti jamur dan antivirus biasanya diberikan untuk menyembuhkan
keratitis, tapi obat-obat ini hanya boleh diberikan dengan resep dokter.
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pembahasan

Setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan yang dilakukan pada pasien Ny. A yang
datang ke Poli Mata RSIJPK dengan keluhan utama mata kanan berair (lakrimasi) sejak 1
minggu yang lalu. Keluhan tersebut disertai dengan pegal, susah membuka mata
(blefarospasme) dan mengeluh penglihatan buram. Pasien sering mengendarai motor .belum
pernah diberi obat selama gejalanya timbul. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital
dalam batas normal, Visus OD 6/20; visus OS 6/6. Conjungtiva bulbi Okuli dextra didapatkan
injeksi siliar, dan kornea didapatkan adanya infiltrate di permukaan kornea dengan
pemeriksaan menggunakan Loop dan senter .
Mengacu kepada teori sebelumnya yang menyatakan bahwa gejala keratitis diantaranya
adalah mata terasa sakit, gangguan penglihatan, dan trias keratitis (lakrimasi, fotofobia dan
blefarospasme). Terdapat tanda keratitis pada pasien tersebut salah satunya ialah adanya
infiltrat (berisi infiltrat sel radang, kejernihan kornea berkurang dan ulkus di epitel) di kornea.
Namun dalam kasus ini pasien tidak mengatakan adanya silau pada mata yang dikeluhkan,
kemungkinan diakibatkan karena derajat keparahan penyakit yang masih ringan.
Penglihatan buram pada pasien disebabkan oleh adanya gangguan di salah satu media
refraksi mata yaitu kornea yang pada kasus ini kornea mengalami kekeruhan akibat proses
radang, sehingga cahaya tidak dapat menembus kornea dengan sempurna. Kemudian rasa pegal
yang dialami pasien erat hubungannya dengan gangguan pada proses masuk cahaya melalui
kornea yang keruh sehingga menyebabkan kelelahan pada mata.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan yang dilakukan pasien ini didiagnosis Keratitis
Pungtata Superfisialis OD. Penatalaksaan pada kasus ini yaitu dengan pemberian tetes mata
antiradang, dan vitamin oral. Hal ini sesusai dengan teori penatalaksanaan keratitis, yaitu obat-
obatan hanya diberikan sesuai etiologinya. Untuk terapi lokal diberikan Cendo Xytrol 1% 4
kali sehari satu tetes, disertai vitamin Kapset 1 kali sehari.
Pemberian edukasi kepada pasien agar selalu menjaga kebersihan mata dan sekitarnya,
diusahakan untuk menggunakan kacamata terlebih dahulu jika ingin bepergian dengan
menggunakan motor untuk mencegah kekambuhannya. Selain itu konsumsi vitamin alami
yang baik untuk mata seperti vitamin B, vitamin A, ataupun vitamin C.
BAB V
KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Pasien didiagnosisi mengalami Keratitis Pungtata Superfisial Okuli dextra setelah dilakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Terdapat gambaran infiltrat bintik-bintik pada pemulasan
dengan fluorosein, terutama di daerah sentral kornea dan diketahui dalam uji fluoreseins
positif. Kekeruhan ini dapat dilihat dengan bantuan pen-light. Penatalaksanaan dilakukan
berdasarkan etiologi penyakit, yaitu diberikan antiradang Cendo Xytrol 1% 4 kali sehari satu
tetes dan vitamin Kapset per oral 1 kali sehari.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S. 2008. Ilmu Penyakit Mata. Edisi kelima. Jakarta : FKUI.


2. James, Bruce, dkk. 2006. Lecture Notes on Ophthalmology, Edisi 9. Surabaya : EMS
3. http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/keratitis/basics/tests- diagnosis/ con-
20035288. Diakses 31 maret 2015
4. D, Vaughan. 2000. Opthalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta : Widya Medika
5. Nana SD, Wijana. 1993. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Abadi Tegal
6. Thygeson, Phillips. 1950. "Superficial Punctate Keratitis". Journal of the American
Medical Association; 144:1544-1549. Available at :http://webeye. ophth.uiowa.edu/
dept/service/cornea/cornea.htm
7. Singh D. Keratitis fungal. Available from:URL:http:///www.eMedicine.com
/oph/topic99.htm.

Anda mungkin juga menyukai