Oleh :
Nama : Fania Liahsani
NIM : 2013730142
A. Latar Belakang
Kornea merupakan jaringan yang jernih dan transparan, terdapat di depan mata yang
menutupi pupil dan iris. Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan merupakan jaringan
transparan yang dilalui oleh berkas cahaya saat menuju retina. Kelainan yang bisa merusak
bentuk dan kejernihan kornea dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat, terutama
bila letaknya di sentral (daerah pupil), bila kelainan ini tidak diobati maka dapat terjadi
kebutaan.
Kelainan kornea yang paling sering ditemukan adalah keratitis. Keratitis adalah
peradangan pada kornea. Keratitis dapat terjadi karena infeksi maupun bukan karena infeksi. Penyakit
ini dapat disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, paparan sinar ultraviolet, iritasi dari
penggunaan lensa kontak, mata kering, trauma kornea, adanya benda asing di kornea. Jika tidak
diobati, atau jika infeksi semakin parah, keratitis dapat mengakibatkan komplikasi serius yang
secara permanen dapat merusak penglihatan.(1)
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Umur : 36 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Pondok Bambu
Tanggal Datang ke Poli Mata : 19/7/2017
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama :
Pasien datang dengan mata kanan berair dan mengeluh mata pegal dan dengan
penglihatan buram
2. Keluhan Tambahan :
Pasien merasa mata kanan berair keluar banyak dan pada awal timbulnya gejala susah
membuka mata kanan dan mata merah
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Poli Mata RSIJPK. Pasien mengatakan bahwa mata kanan berair terus
keluar banyak, berwarna bening, jernih dan encer semakin lama mata pasien yang berair
keluar semakin banyak. Mengeluh matanya menjadi pegal dan mata kananpun merah tetapi
tidak terdapat kotoran pada mata, pasien tidak mengeluh silau jika melihat sinar matahari
dan susah membuka mata pada saat awalnya timbul gejala, tidak ada rasa kelilipan dan
mengeluh penglihatan kanan nya buram. Pasien sudah merasakan gejala tersebut sejak 1
minggu yang lalu.
4. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien belum pernah mengalami penyakit ini sebelumnya.
Riwayat penyakit DM (-), Hipertensi (-), penyakit Jantung (-)
5. Riwayat penyakit keluarga :
Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami sakit seperti ini
Dikeluarga juga tidak ada yang mempunyai Riwayat penyakit DM (-), Hipertensi (-),
penyakit Jantung (-)
6. Riwayat alergi : debu (-), makanan (-), obat (-)
7. Riwayat Psikososial : pasien sering naik motor
8. Riwayat pengobatan : pada saat timbulnya gejala belum diberi obat, dan tidak sedang
mengkonsumsi obat apapun
9. Riwayat operasi : Disangkal
C. Pemeriksaan Fisik
Seorang pasien perempuan berusia 36 tahun datang ke poli mata RSIJPK dengan
keluhan utama mata kanan berair (lakrimasi) sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan tersebut
disertai dengan pegal, susah membuka mata (blefarospasme) dan mengeluh penglihatan
buram. Pasien sering mengendarai motor .belum pernah diberi obat selama gejalanya
timbul.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dalam batas normal, Visus OD 6/20;
visus OS 6/6. Conjungtiva bulbi Okuli dextra didapatkan injeksi siliar, dan kornea
didapatkan adanya infiltrate.
Planning
Terapi : Pelumas mata atau Air mata buatan (dextran, hydroxypropyl methylcellulose,
glycerine, polyethylene glycol dan propylene glycol), Siklopegik (tropin), terapi yang
diberikan tergantung pada gejala dan etiologinya.
Prognosa
Quo ad Vitam : ad bonam
Quo ad Funftionam : ad bonam
Quo ad Sanationam : dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Kornea atau dalam bahasa Latin disebut “cornum” yang berarti seperti tanduk,
adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis
jaringan yang menutup bola mata sebelah depan, kornea memiliki ketebalan 0,5 mm dan
terdiri atas lapis: (1)
Tebalnya 550 μm, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang
tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng.
Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan
menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal
berkaitan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel polygonal di depannya
melalui desmosome dan macula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air,
elektrolit, dan glukosa yang merupakan barrier.
Sel basal menghasilkan membrane basal yang melakat erat kepadanya. Bila terjadi
gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.
2. Membrane Bowman
Terletak di bawah membrane basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang
tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma..
Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi
3. Stroma
Menyusun 90% ketebalan kornea
Terdiri atas lamel yang merupakan susunak kolagen yang sejajar satu dengan
lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian perifer
serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu
lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea
yang merupakan fibroblast terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit
membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau
sesudah trauma.
4. Membrane Descement
Merupakan membrane aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea
dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalnya
Bersifat sangat elastic dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40
μm.
5. Endotel
Berasal dari mesoteliu, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20 – 40 μm. Endotel
melekat pada membrane descement melalui hemidesmosom dan zonula okluden.
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar
longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoroid, masuk ke dalam
stroma kornea, menembus membrane bowman melepaskan selubung Schwannya. Daya
regenerasi saraf sesudah dipotong didaerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan. Trauma
atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem pompa endotel terganggu
sehingga terjadi dekompensasi endotel dan terjadi edema kornea. (1)
Kornea adalah struktur yang avaskuler oleh sebab itu pertahanan pada waktu
peradangan, tidak dapat segera ditangani seperti pada jaringan lainnya yang banyak
mengandung vaskularisasi. Sel-sel di stroma kornea pertama-tama akan bekerja sebagai
makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang ada di limbus
dan tampak sebagai injeksi pada kornea. Sesudah itu terjadilah infiltrasi dari sel-sel
lekosit, sel-sel polimorfonuklear, sel plasma yang mengakibatkan timbulnya infiltrat,
yang tampak sebagai bercak kelabu, keruh dan permukaan kornea menjadi tidak licin.
Epitel kornea dapat rusak sampai timbul ulkus. Adanya ulkus ini dapat
dibuktikan dengan pemeriksaan fluoresin sebagai daerah yang berwarna kehijauan pada
kornea. Bila tukak pada kornea tidak dalam dengan pengobatan yang baik dapat sembuh
tanpa meninggakan jaringan parut, namun apabila tukak dalam apalagi sampai terjadi
perforasi penyembuhan akan disertai dengan terbentuknya jaringan parut. Mediator
inflamasi yang dilepaskan pada peradangan kornea juga dapat sampai ke iris dan badan
siliar menimbulkan peradangan pada iris. Peradangan pada iris dapat dilihat berupa
kekeruhan di bilik mata depan. Kadang-kadang dapat terbentuk hipopion.
5. Manifestasi Klinis
Gejala keratitis sakit ringan sampai berat, silau, mata berair dan kotor, lesi
kornea disertai penglihatan berkurang.
Gambaran klinik keratitis dibedakan :
Keratitis Epitelialis Mengenai Uji fluorescein (+) Uji plasido (+)
superfisialis kornea didepan
membrane
bowman
Subepitel Mengenai Uji fluorescein (-) Uji plasido (+)
kornea dibawah
epitel kornea
Profunda/ Didalam Didalam stroma Uji fluorescein (-) Uji plasido (-)
Interstisialis stroma kornea
kornea
1) Keratitis Pungtata
Keratitis yang terkumpul di daerah membrane Bowman, dengan infiltrate
berbentuk bercak-bercak halus.
KP ini disebabkan oleh hal yang tidak spesifik dan dapat terjadi pada
moluskum kontagiosum, akne rosasea, herpes simpleks, herpes zoster, blefaritis
neuroparalitik, infeksi virus, vaksinia, trakoma dan trauma radiasi, dry eyes, trauma,
lagoftalmos, keracunan obat seperti neomisin, tobramisin dan bahan pengawet
lainnya.
Keratitis pungtata biaasanya terdapat bilateral dan berjalan kronis tanpa
terlihatnya gejala kelainan konjungtiva, ataupun tanda akut, yang biasanya terjadi
pada dewasa muda.
2) Keratitis Marginal
Merupakan infiltrate yang tertimbun pada tepi kornea sejajar dengan limbus.
Penderita akan mengeluh sakit, seperti kelilipan, lakrimasi, disertai fotofobia berat.
Pada mata akan terlihat bleforospasme pada satu mata, injeksi konjungtiva,
infiltrate atau ulkus yang memanjang, dangkal unilateral dapat tunggal atau
multiple, sering disertai neovaskularisasi dari arah limbus.
Bila tidak diobati dengan baik maka akan mengakibatkan tukak kornea.
Pengobatan yang diberikan adalah antibiotika yang sesuai dengan penyebab infeksi
lokalnya dan steroid dosis ringan. Pada pasien dapat diberikan vitamin B dan C
dosis tinggi.
3) Keratitis Interstisial
Keratitis yang ditemukan pada jaringan kornea yang lebih dalam pada kedua
mata. Keratitis interstisial dapat terjadi akibat alergi atau infeksi spiroket ke dalam
stroma kornea dan akibat tuberculosis. Keratitis interstisial merupakan keratitis
nonsupuratif profunda disertai dengan neovaskularisasi. Keratitis ini juga disebut
sebagai keratitis parenkimatosa.
Biasanya memberikan keluhan fotofobia, lakrimasi, kelopak meradang,
sakit dan menurunnya visus. Penyebab dapat bakteri, virus dan jamur. Keratitis
profunda juga dapat terjadi akibat trauma, dan mata terpajan pada kornea dengan
daya tahan rendah. Seluruh kornea keruh sehingga iris sukar dilihat. Permukaan
kornea seperti permukaan kaca. Terdapat injeksi siliar disertai dengan serbukan
pembuluh ke dalam sehingga memberikan gambaran merah kusam atau apa yang
disebut “salmon patch” dari Hutchinson. Seluruh kornea dapat berwarna merah
cerah.
Pengobatan keratitis profunda tergantung pada penyebabnya berupa
antibiotika, antijamur, dan antivirus. Pada keratitis diberikan sulfas atropine tetes
untuk mencegah sinekia akibat terjadinya uveitis dan kortikosteroid tetes mata.
4) Keratitis Bakterial
Setiap bakteri seperti Staphylococcus, Pseudomonas, Hemophilus,
Streptococci dan Enterobakteriacea dapat meengakibatkan keratitis bakteri.
Pada keratitis bakteri akan terdapat keluhan kelopak mata lengket setiap
bangun pagi. Mata sakit silau, merah, berair dan penglihatan yang berkurang.
Pengobatan antibiotika dapat diberikan pada keratitis bacterial berdasarkan
:
Gram (-) rods Gram (+) rods
Tobramisin Cefazoline
Ceftazidime Vancomysin
Fluoroquinolone Moxifloxacin/gatofloxacin
5) Keratitis Jamur
Keratitis jamur lebih jarang dibandingkan keratitis bakteri. Dimulai dengan
suatu trauma pada kornea oleh ranting pohon, daun dan bagian tumbuh-tumbuhan.
Kebanyakan jamur disebabkan oleh Fusarium, Filamentous, yeast, Candida,
Aspergillus. Keluhan baru timbul setelah 5 hari atau 3 minggu kemudian. Pasien
akan mengeluh sakit mata yang hebat, berair, penglihatan menurun dan silau. Mata
akan terlihat infiltrate kelabu, disertai hipopion, peradangan, ulserasi superfisial dan
satelit bila terletak didalam stroma. Biasanya disertai dengan cincin endotel dengan
plaque tampak bercabang-cabang, gambaran satelit pada kornea, dan lipatan
Descement.
Diagnosis pasti dibuat dengan pemeriksaan mikroskopis dengan KOH 10%
terhadap kerokan kornea yang menunjukkan adanya hifa. Disarankan pasien dengan
infeksi jamur dirawat dan diberi pengobatan natamisin 5% (keratitis jamur
filamentosa, fusarium species) amphoterisin B 0,15% - 0.30% (keratitis yeast,
aspergillus species).
Diberikan pengobatan sistemik ketoconazole (200-600 mg/hari) dan
siklopegik. Bila disertai peningkatan tekanan intraocular diberikan obat oral anti
glaucoma. Keratoplasti dilakukan jika tidak ada perbaikan.
Pengobatan keratitis jamur dengan anti jamur Polines (amfoterisin B,
Natamisin, Nystamin), Azole (imidazole, Ketoconazole, myconazole), Triazoles
(Fluconazole, Voriconazole) dan Fluorinated pyrimidin (flucyitocine).
6) Keratitis Acanthamoeba
Memberiakan rasa sakit berat dan sering terdapat pada pemakaian lensa
kontak.
7) Fotokeratitis
Disebabkan mata terpajan sinar ultra violet, terjadi pada tempat yang
terpajan sinar matahari dan pekerjaan las. Memberikan rasa sakit selama 2 hari.
8) Keratitis Virus
Kelainan pada kornea didapatkan sebagai keratitis pungtata superfisial
memberikan gambaran seperti infiltrate halus berbintik-bintik pada dataran depan
kornea yang dapat terjadi pada penyakit seperti herpes simpleks, herpes zoster,
infeksi virus, vaksinia, dan trakoma.
Keratitis yang terkumpul di daerah membrane bowman. Pada keratitis ini
biasanya terdapat bilateral dan berjalan kronis tanpa terlihatnya gejala kelainan
konjungtiva, ataupun tanda akut.
a) Keratitis herpetic
b) Keratitis herpes simpleks
c) Keratitis dendritic
d) Keratitis disiformis
9) Keratokonjungtivitis Epidemi
Akibat reaksi peradangan kornea dan konjungtiva yang disebabkan oleh
reaksi alergi terhadap adenovirus tipe 8,19, atau 37. Keluhan umum demam,
gangguan saluran napas, penglihatan menurun, merasa seperti ada benda asing,
berair, kadang disertai nyeri.
+ ++ +++
++ ++ ++
1. Injeksi silier
2. Injeksi konjungtiva +++ - + / +++
3. Kekeruhan kornea
Midriasis non-reaktif Miosis ireguler Normal /miosis
4. Kelainan pupil
5. Kedalaman BMD Dangkal Normal N
6. Tekanan intra ocular
Tinggi Rendah Norm
7. Secret
8. Kelenjar pre-uri kular - - -
- - -
6. Komplikasi
- Chronic corneal inflammation
- Chronic or recurrent viral infections of your cornea
- Open sores on your cornea (corneal ulcers)
- Corneal swelling and scarring
- Temporary or permanent reduction in your vision
- Blindness
7. Pengobatan
Jika Anda melihat gejala keratitis, segera periksakan kondisi Anda ke dokter.
Keterlambatan diagnosis dan pengobatan keratitis dapat mengakibatkan komplikasi
serius, termasuk kebutaan. Pengobatan keratitis tidak menular bervariasi tergantung
pada penyebabnya. Namun, untuk kasus tanpa komplikasi, misalnya keratitis yang
disebabkan oleh goresan atau pemakaian lensa kontak terlalu lama, sebuah penutup
mata yang dikenakan 24 jam dan obat mata topikal mungkin diperlukan. Pengobatan
infeksi keratitis bervariasi, tergantung pada penyebab infeksi. Untuk keratitis yang
disebabkan bakteri yang ringan, obat tetes mata antibakteri efektif mengobati infeksi.
Jika infeksi sedang sampai berat, Anda mungkin harus minum antibiotik oral untuk
menyingkirkan infeksi. Anda mungkin juga perlu untuk menggunakan obat tetes mata
kortikosteroid untuk mengurangi peradangan keratitis bakteri. Keratitis yang
disebabkan oleh jamur biasanya memerlukan obat tetes mata antijamur dan obat
antijamur oral. Dan jika virus yang menyebabkan infeksi, obat tetes mata antivirus dan
obat antivirus oral mungkin efektif. Tapi obat-obat ini mungkin tidak dapat untuk
menghilangkan virus sepenuhnya, dan keratitis virus bisa kambuh lagi. Keratitis yang
disebabkan oleh parasit acanthamoeba kecil bisa sulit untuk diobati. Tetes mata
antibiotik mungkin membantu, tetapi beberapa infeksi acanthamoeba tahan terhadap
obat. Kasus yang parah keratitis acanthamoeba sering membutuhkan transplantasi
kornea (keratoplasty).
B.8.a. Anamnesis
Dari langkah anamnesis harus bisa mendapatkan sebanyak-banyaknya gejala sebagai alat
bantu awal bagi kita untuk menentukan kemungkinan penyakit dan langkah pemeriksaan apa
yang akan kita lakukan selanjutnya. Biasanya pasien akan mengeluh matanya merah dan sakit;
sangat silau terhadap cahaya, blefarospasme, penglihatan menurun, terasa mengganjal,
terkadang ada secret kotor, dan keluar air mata berlebihan.8,9
B.9. Penatalaksanaan
Pengobatan diberikan tergantung organisme penyebab. Obat tetes mata atau salep mata
antiradang, antibiotik, anti jamur dan antivirus biasanya diberikan untuk menyembuhkan
keratitis, tapi obat-obat ini hanya boleh diberikan dengan resep dokter.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
Setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan yang dilakukan pada pasien Ny. A yang
datang ke Poli Mata RSIJPK dengan keluhan utama mata kanan berair (lakrimasi) sejak 1
minggu yang lalu. Keluhan tersebut disertai dengan pegal, susah membuka mata
(blefarospasme) dan mengeluh penglihatan buram. Pasien sering mengendarai motor .belum
pernah diberi obat selama gejalanya timbul. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital
dalam batas normal, Visus OD 6/20; visus OS 6/6. Conjungtiva bulbi Okuli dextra didapatkan
injeksi siliar, dan kornea didapatkan adanya infiltrate di permukaan kornea dengan
pemeriksaan menggunakan Loop dan senter .
Mengacu kepada teori sebelumnya yang menyatakan bahwa gejala keratitis diantaranya
adalah mata terasa sakit, gangguan penglihatan, dan trias keratitis (lakrimasi, fotofobia dan
blefarospasme). Terdapat tanda keratitis pada pasien tersebut salah satunya ialah adanya
infiltrat (berisi infiltrat sel radang, kejernihan kornea berkurang dan ulkus di epitel) di kornea.
Namun dalam kasus ini pasien tidak mengatakan adanya silau pada mata yang dikeluhkan,
kemungkinan diakibatkan karena derajat keparahan penyakit yang masih ringan.
Penglihatan buram pada pasien disebabkan oleh adanya gangguan di salah satu media
refraksi mata yaitu kornea yang pada kasus ini kornea mengalami kekeruhan akibat proses
radang, sehingga cahaya tidak dapat menembus kornea dengan sempurna. Kemudian rasa pegal
yang dialami pasien erat hubungannya dengan gangguan pada proses masuk cahaya melalui
kornea yang keruh sehingga menyebabkan kelelahan pada mata.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan yang dilakukan pasien ini didiagnosis Keratitis
Pungtata Superfisialis OD. Penatalaksaan pada kasus ini yaitu dengan pemberian tetes mata
antiradang, dan vitamin oral. Hal ini sesusai dengan teori penatalaksanaan keratitis, yaitu obat-
obatan hanya diberikan sesuai etiologinya. Untuk terapi lokal diberikan Cendo Xytrol 1% 4
kali sehari satu tetes, disertai vitamin Kapset 1 kali sehari.
Pemberian edukasi kepada pasien agar selalu menjaga kebersihan mata dan sekitarnya,
diusahakan untuk menggunakan kacamata terlebih dahulu jika ingin bepergian dengan
menggunakan motor untuk mencegah kekambuhannya. Selain itu konsumsi vitamin alami
yang baik untuk mata seperti vitamin B, vitamin A, ataupun vitamin C.
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Pasien didiagnosisi mengalami Keratitis Pungtata Superfisial Okuli dextra setelah dilakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Terdapat gambaran infiltrat bintik-bintik pada pemulasan
dengan fluorosein, terutama di daerah sentral kornea dan diketahui dalam uji fluoreseins
positif. Kekeruhan ini dapat dilihat dengan bantuan pen-light. Penatalaksanaan dilakukan
berdasarkan etiologi penyakit, yaitu diberikan antiradang Cendo Xytrol 1% 4 kali sehari satu
tetes dan vitamin Kapset per oral 1 kali sehari.
DAFTAR PUSTAKA