Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

HORDEOLUM

Pembimbing:

Dr. Tri Agus, Sp.M

Disusun oleh:

Tiara Meutia Putri 1102012295

Ahmad Sibli 1102014007

Iqbal Muhammad 1102014132

Abiyyu Ghiyats Mahardika 1102015002

Azmi Nadia Farah Iffah 1102015043

Luthfi Mubarak 1102015121

KEPANITRAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI


I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. E

Umur : 26 Tahun

Jenis Kelamin : Laki - laki

Agama : Kristen Protestan

Suku/Bangsa : Batak/Indonesia

Status : Belum Menikah

Pendidikan : S1

Pekerjaan : Polri

Alamat : Kabupaten Bogor

II. ANAMNESA (Autoanamnesis)

Keluhan Utama

Benjolan di kelopak mata kanan atas bagian luar sejak 3 minggu yang
lalu.

Keluhan Tambahan

Mata seperti ada yang mengganjal.

Riwayat Penyakit Sekarang :

Tn. E datang ke Poliklinik Mata RS dengan keluhan ada benjolan di


mata kanan atas bagian luar sejak 3 minggu sebelum masuk rumah sakit.
Pada awalnya, benjolan terasa nyeri, berwarna kemerahan dan semakin
membesar, namun semakin lama nyeri tidak dirasakan lagi, tidak
kemerahan dan tidak semakin membesar. Pasien juga merasa seperti ada
yang mengganjal di kelopak mata kanan atas.
Keluar kotoran, mata merah, mata berair dan penglihatan berkabur
disangkal oleh pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu :

• Pasien sebelumnya tidak pernah mengalami penyakit dengan keluhan


serupa pada kedua mata pasien

• Riwayat menggunakan kacamata disangkal

• Riwayat mengalami benturan atau trauma benda lain pada mata


disangkal

• Riwayat penyakit diabetes melitus disangkal

• Riwayat hipertensi disangkal

• Riwayat alergi makanan disangkal

• Riwayat alergi obat disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

• Riwayat keluarga dengan penyakit yang sama disangkal

• Riwayat hipertensi dan diabetes melitus dalam keluarga disangkal

III. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis:

• Keadaan Umum : Baik

• Kesadaran : Compos Mentis

• Tanda Vital

o TD : 120/80mmHg

o Nadi : 80x/menit
o RR : 20x/menit

o Suhu : 36,5º C

IV. STATUS OFTALMOLOGI

INSPEKSI

OD OS
Visus 5/5 E 5/5 E
Gerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah
Kedudukan bola Ortoforia
mata
Lapangan pandang Dalam batas normal Dalam batas normal
Super cilia Madarosis (-) Madarosis (-)
Sikatrik (-) Sikatrik (-)
Palpebra Edema (-) Edema (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Superior edema (-) edema (-)
nyeri tekan (-) nyeri tekan (-)
benjolan (+) : konsistensi benjolan (-)
kenyal, permukaan rata, tidak
terfiksir, berukuran 0,8 x 0,8 cm

Edema (-)
Inferior Edema (-)
Nyeri tekan (-)
Nyeri tekan (-)
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Benjolan (-)
Benjolan (-)

Konjungtiva Tarsal Hiperemis (-), Papil (-) Hiperemis (-), Papil (-)
Superior
Folikel (-), Membran (-), Folikel (-), Membran (-),
Sikatriks (-), Sekret (-) Sikatriks (-), Sekret (-)

Tenang Tenang
Inferior
KonjungtivaBulbi injeksikonjungtiva (-), injeksikonjungtiva (-),
injeksisiliar (-), perdarahan injeksisiliar (-),
(-) perdarahan (-)
Kornea Jernih, Infiltrat (-), Ulkus (-), Jernih, Infiltrat (-), Ulkus (-),
Sikatriks (-) Sikatriks (-)
Bilik Mata Depan Dalam Dalam
Pupil Bentuk bulat, sentral, Bentuk bulat, sentral,
reguler reguler
Refleks cahaya Refleks cahaya
langsung / tidak langsung / tidak
langsung (+) / (+) langsung (+) / (+)
Diameter 3mm Diameter 3mm
Iris Kripti (+) Kripti (+)
Sinekia anterior dan Sinekia anterior dan
posterior (-) / (-) posterior (-) / (-)

Lensa Jernih Jernih


Shadow test (-) Shadow test (-)

Funduskopi Refleks fundus (+) Refleks fundus (+)

Tekanan intra ocular Tidakdilakukan Tidakdilakukan


(tonometri schiotz)

V. RESUME
• Pasien laki-laki berusia 26 tahun datang dengan keluhan benjolan di
kelopak mata kanan atas bagian luar sejak 3 minggu yang lalu. Pada
awalnya, benjolan terasa nyeri, berwarna kemerahan dan semakin
membesar, namun semakin lama nyeri tidak dirasakan lagi, tidak
kemerahan dan tidak semakin membesar. Pasien juga merasa seperti
ada yang mengganjal di kelopak mata kanan atas. Benjolan teraba
lunak dan tidak terfiksasi.

Pada pemeriksaan fisik :

• Visus OD : 5/5 E

• Visus OS : 5/5 E

• Palpebra superior OD :

o Benjolan (+)

VI. DIAGNOSIS KERJA

Hordeolum eksternum palpebra superior OD fase supuratif

VII. PENATALAKSANAAN

Rencana terapi :

• Insisi hordeolum eksternum

Setelah tindakan pembedahan :

 Antibiotik sistemik : Amoxicilin 3x500 mg

 Antibiotik topikal : Cloramfenicol zalf 5xq.s

Edukasi :
• Hindari menggosok dan memecahkan benjolan kelopak mata kanan
bagian luar.
• Control ke klinik tiga hari mendatang.

VIII. PROGNOSIS
- Quo Ad Vitam : Ad Bonam
- Quo Ad Fungsionam : Dubia Ad Bonam
- Quo Ad Sanactionam : Dubia Ad bonam
- Quo Ad Cosmetican : Ad Bonam
TINJAUAN PUSTAKA

Kelopak mata adalah bagian mata yang sangat penting. Kelopak mata
melindungi kornea dan berfungsi dalam pendistribusian dan eliminasi air
mata. Penutupan kelopak mata berguna untuk menyalurkan air mata ke
seluruh permukaan mata dan memompa air mata melalui punctum
lakrimalis.

Kelainan yang didapat pada kelopak mata bermacam-macam, mulai


dari yang jinak sampai keganasan, proses inflamasi, infeksi maupun masalah
struktur seperti ektropion, entropion dan blepharoptosis. Kebanyakan
kelainan kelopak mata tidak mengancam jiwa ataupun mengancam
penglihatan.

Hordeolom adalah salah satu penyakit yang cukup sering terjadi pada
kelopak mata. Secara klinis kelainan ini sering sulit dibedakan dengan
kalazion akut. Hordeolum merupakan infeksi lokal atau proses peradangan
pada kelopak mata. Bila kelenjar Meibom yang terkena disebut hordeolum
internum, sedangkan bila kelenjar Zeiss atau Moll yang terkena maka
disebut hordeolum eksternum.

Hordeolum biasanya menyerang pada dewasa muda, namun dapat


juga terjadi pada semua umur, terutama orang-orang dengan taraf
kesehatan yang kurang. Mudah timbul pada individu yang menderita
blefaritis dan konjungtivitis menahun.

A. ANATOMI PALPEBRA

Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang


dapat menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip
melindungi kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir
pada alis mata; palpebra inferior menyatu dengan pipi.

Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke


dalam terdapat lapisan kulit, lapisan otot rangka (orbikularis okuli), jaringan
areolar, jaringan fibrosa (tarsus), dan lapisan membran mukosa (konjungtiva
palpebrae).

1. Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena
tipis, longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa
lemak subkutan.
2. Muskulus Orbikularis Okuli
Fungsi otot ini adalah untuk menutup palpebra. Serat ototnya
mengelilingi fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit
melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi.
Bagian otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagian
bagian pratarsal; bagian diatas septum orbita adalah bagian
praseptal. Segmen luar palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis
okuli dipersarafi oleh nervus facialis.
3. Jaringan Aerolar
Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan dengan
l;apisan subaponeurotik dari kulit kepala.

4. Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapisan jaringan
fibrosa padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus
terdiri atas jaringan penyokong kelopak mata dengan kelenjar
Meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 buah di kelopak bawah).
5. Konjungtiva Palpebra
Bagian posterior palpebra dilapisi oleh selapis membran mukosa,
konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada tarsus.

Tepian palpebra dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan)


menjadi tepian
anterior dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss
dan Moll. Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang
bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata. Glandula Moll adalah
modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu
mata. Tepian posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian
ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasea yang telah dimodifikasi
(glandula Meibom dan tarsal).
Punctum lakrimasi terletak pada ujung medial dari tepian posterior
palpebra. Punktum ini berfungsi untuk menghantarkan air mata ke bawah
melalui kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis.
Fisura palpebra adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang
dibuka. Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus lateralis
kira-kira 0,5 cm dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut tajam.
Septum orbita adalah fascia di belakang bagian muskularis
orbikularis yang terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi
sebagai sawar antara palpebra orbita. Septum orbita superior menyatu
dengan tendon dari levator palpebra superior dan tarsus superior; septum
orbita inferior menyatu dengan tarsus inferior.
Retraktor palpebra berfungsi membuka palpebra. Di palpebra
superior, bagian otot rangka adalah levator palpebra superior, yang berasal
dari apeks orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah
aponeurosis dan bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot
polos dari muskulus Muller (tarsalis superior). Di palpebra inferior, retraktor
utama adalah muskulus rektus inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa
untuk membungkus muskulus obliqus inferior dan berinsersio ke dalam
batas bawah tarsus inferior dan obrikularis okuli. Otot polos dari retraktor
palpebra disarafi oleh nervus simpatis. Levator dan muskulus rektus inferior
dipasok oleh nervus okulomotorius.
Pembuluh darah yang memperdarahi palpebra adalah a. Palpebra.
Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus
V, sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V.
A. DEFINISI

Hordeolum adalah infeksi atau peradangan pada kelenjar di tepi


kelopak mata bagian atas maupun bagian bawah yang disebabkan oleh
bakteri, biasanya oleh kuman Stafilokokus (Staphylococcus aureus).
Hordeolum dapat timbul pada 1 kelenjar kelopak mata atau lebih. Kelenjar
kelopak mata tersebut meliputi kelenjar Meibom, kelenjar Zeiss dan Moll.

Hordeolum adalah infeksi kelenjar pada palpebra. Bila kelenjar Meibom


yang terkena, timbul pembengkakan besar yang disebut hordeolum interna.
Sedangkan hordeolum eksterna yang lebih kecil dan lebih superfisial adalah
infeksi kelenjar Zeiss atau Moll.

Hordeolum eksternum adalah infeksi kelenjar sebaceous dari Zeiss di


dasar bulu mata, atau infeksi pada kelenjar keringat apokrin dari Moll.
Hordeolum eksternum terbentuk pada bagian luar palpebra dan dapat dilihat
sebagai benjolan merah kecil.
Gambar Hordeolum Eksternum & internum

Hordeolum internum adalah infeksi kelenjar sebaceous Meibom yang


melapisi bagian dalam kelopak mata. Penyakit ini juga menyebabkan
benjolan merah di bawah palpebra (pada konjungtiva tarsalis) dan tampak
dari luar sebagai bengkak dan kemerahan. Hordeolum internum mirip
dengan kalazion, tetapi cenderung lebih kecil dan lebih menyakitkan dan
biasanya tidak menghasilkan kerusakan permanen. Hordeolum internum
ditandai dengan onset akut dan biasanya pendek durasinya (7-10 hari tanpa
pengobatan) dibandingkan dengan kalazion yang kronis dan biasanya tidak
sembuh tanpa intervensi.

Pada hordeolum eksternum benjolan ikut bergerak dengan pergerakan


kulit, benjolan menonjol ke arah kulit, dan bila mengalami supurasi benjolan
pecah dengan sendirinya ke arah kulit. Sedangkan pada hordeolum internum
benjolan tidak ikut bergerak dengan pergerakan kulit, benjolan menonjol ke
arah konjungtiva dan karena letaknya dalam tarsus jarang pecah dengan
sendirinya.

B. EPIDEMIOLOGI
Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum
merupakan penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering ditemukan.
Insidensinya tidak bergantung pada ras dan jenis kelamin. Dapat mengenai
semua usia, tapi lebih sering menyerang pada dewasa muda.

C. ETIOLOGI
Hordeolum merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Staphylococcus dan Streptococcus pada kelenjar sebasea kelopak mata.
Staphylococcus aureus merupakan agent infeksi pada 90-95% kasus
hordeolum.

D. PATOFISIOLOGI
Hordeolum eksternum timbul dari blokade dan infeksi dari kelenjar Zeiss
atau Moll. Hordeolum internum timbul dari infeksi pada kelenjar Meibom
yang terletak di dalam tarsus. Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini
memberikan reaksi pada tarsus dan jaringan sekitarnya. Kedua tipe
hordeolum dapat timbul dari komplikasi blefaritis.

E. GAMBARAN KLINIS
Gejala
- Pembengkakan
- Rasa nyeri pada kelopak mata
- Perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak mata
- Riwayat penyakit yang sama
Tanda
- Eritema
- Edema
- Nyeri bila ditekan di dekat pangkal bulu mata
- Seperti gambaran abses kecil

Keluhan utama dapat berupa bengkak dan kemerahan pada kelopak


mata yang terasa nyeri untuk hordeolum internum, dan bisul atau benjolan
kemerahan dapat disertai nanah atau tidak pada hordeolum eksternum.

Gejala tambahan
Selain keluhan utama diatas, hordeolum juga dapat disertai dengan
beberapa gejala tambahan seperti:
- Benjolan pada kelopak mata atas atau bawah
- Pembengkakan lokal kelopak mata
- Nyeri lokal kelopak mata
- Kemerahan pada kelopak mata
- Nyeri sentuh
- Pengerasan kulit dari margo kelopak mata
- Sensasi terbakar di mata
- Terasa berat pada kelopak mata
- Gatal pada bola mata
- Penglihat kabur
- Sekret purulen di mata
- Iritasi pada mata
- Sensitivitas terhadap cahaya
- Tearing
- Ketidaknyamanan selama berkedip
- Sensasi benda asing di mata

Ada 2 stadium pada hordeolum, yaitu:

1. stadium infiltrat yang


Ditandai dengan kelopak mata bengkak, kemerahan, nyeri tekan dan keluar sedikit
kotoran.
2. Stadium supuratif
Ditandai dengan adanya benjolan yang berisi pus (core).

F. DIAGNOSIS
Diagnosis hordeolum ditegakkan berdasarkan gejala dan tanda klinis
yang muncul pada pasien dan dengan melakukan pemeriksaan mata yang
sederhana. Karena kekhasan dari manifestasi klinis penyakit ini,
pemeriksaan penunjang tidak diperlukan dalam mendiagnosis hordeolum.

G. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding dari hordeolum, yaitu: kalazion, tumor palpebra,
dan selulitis preseptal. Kalazion merupakan suatu peradangan
granulomatosa kelenjar Meiobom yang tersumbat. Kalazion memberikan
gejala benjolan pada kelopak mata, tidak hiperemis, dan tidak nyeri tekan,
serta adanya pseudoptosis. Hal yang membedakan antara kalazion dan
hordeolum adalah pada hordeolum terdapat hiperemis palpebra dan nyeri
tekan.
Tumor palpebra merupakan suatu pertumbuhan sel yang abnormal
pada kelopak mata. Adapun gejala yang membedakan antara tumor
palpebra dengan hordeolum adalah tidak adanya tanda-tanda peradangan
seperti hiperemis dan hangat. Tumor palpebra harus ditegakan diagnosisnya
dengan pemeriksaan biopsy.
Selulitis preseptal merupakan infeksi umum pada kelopak mata dan
jaringan lunak periorbital yang dikarakteristikkan dengan adanya eritema
pada kelopak mata yang akut dan edema. Yang membedakan selulitis
preseptal dengan hordeolum adalah perjalanan penyakitnya, yang ditandai
dengan adanya demam yang diikuti oleh pembengkakan.
H. PENATALAKSAAN

Biasanya hordeolum dapat sembuh dengan sendirinya dalam waktu 5-


7 hari.

Stadium infiltrate : dikompres dengan air hangat, diberikan salep


antibiotika (polimiksin, kloramfenikol, dangentamisin), diberikan
antibiotic oral ; amoksisilin, cephalosporin, eritomisin, dananalgetika
(asammefenamat, paracetamol).

Stadium Supuratif : dilakukan insisi jika sudah ada fluktuasi atau


sudah 2 minggu tidak membaik.

Umum
1. Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit tiap kalinya untuk
membantu drainase. Lakukan dengan mata tertutup.
2. Bersikan kelopak mata dengan air bersih ataupun dengan sabun
atau sampo yang tidak menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi. Hal
ini dapat mempercepat proses penyembuhan. Lakukan dengan
mata tertutup.
3. Jangan menekan atau menusuk hordeolum, karena kemungkinan
hal itu menjadi lebih serius.
4. Hindari pemakaian makeup pada mata, karena kemungkinan hal itu
menjadi penyebab infeksi.
5. Jangan memakai lensa kontak karena dapat menyebabkan infeksi
ke kornea.

Terapi Farmako
Antibiotik diindikasikan bila dengan kompres hangat selama 24 jam
tidak ada perbaikan, dan bila proses peradangan menyebar ke sekitar
daerah hordeolum.

1. Antibiotik topikal
Bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan setiap 4 jam
selama 7-10 hari. Dapat juga diberikan eritromicin salep mata untuk
kasus hordeolum eksterna dan hordeolum interna ringan.
2. Antibiotik sistemik
Diberikan bila terdapat tanda-tanda bakterimia atau terdapat tanda
pembesaran kelenjar limfe di preauricular. Pada kasus hordeolum
internum dengan kasus yang sedang sampai berat, dapat diberikan
cephalexin atau dicloxacilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 7
hari. Bila alergi penisilin atau cephalosporin dapat diberikan
clindamicin 300 mg oral 4 kali sehari selama 7 hari atau
klaritromycin 500 mg 2 kali sehari selama 7 hari.

Pembedahan
Bila dengan pengobatan tidak berespon dengan baik, maka prosedur
pembedahan mungkin diperlukan untuk membuat drainase pada
hordeolum.

Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anastesi topikal


dengan pantokain tetes mata. Dilakukan anastesi filtrasi dengan
prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan insisi bila:

- Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak


lurus padamargo palpebra.
- Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo
palpebra.

Setelah dilakukan insisi, dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh


isi jaringan meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberikan
salep antibiotik.
I. KOMPLIKASI
Komplikasi hordeolum dapat berupa mata kering, simblefaron, abses,
atau selulitis palpebra yang merupakan radang jaringan ikat jarang
palpebra di depan septum orbita dan abses palpebra.

J. PROGNOSIS
Walaupun hordeolum tidak berbahaya dan komplikasinya sangat
jarang, tetapi hordeolum sangat mudah kambuh. Hordeolum biasanya
sembuh sendiri atau pecah dalam beberapa hari sampai minggu.
Dengan pengobatan yang baik hordeolum cenderung sembuh dengan
cepat dan tanpa komplikasi. Prognosis baik apabila hordeolum tidak
ditekan atau ditusuk karena infeksi dapat menyebar ke jaringan
sekitar.

K. PENCEGAHAN

- Jaga kebersihan wajah dan membiasakan mencuci tangan


sebelum menyentuh wajah agar hordeolum tidak mudah berulang.
- Usap kelopak mata dengan lembut menggunakan washlap hangat
untuk membersihkan ekskresi kelenjar lemak.
- Jaga kebersihan paralatan makeup mata agar tidak terkontaminasi
oleh kuman.

-Gunakan kacamata pelindung jika bepergian di daerah berdebu.

PEMBAHASAN

Mengapa diagnosis pasien hordeolum eksternum OD?


Berdasarkan anamnesa :
Keluhan OD :
 Benjolan di kelopak mata kanan atas bagian luar
 Rasa mengganjal pada mata

Pada awalnya :
 benjolan terasa nyeri
 Nyeri tekan
 Kelopak mata merah

Rencana terapi :

Apakah penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat?

 Insisi hordeolum eksterna

Prognosis pasien ini adalah :


- Quo Ad Vitam : Ad Bonam
- Quo Ad Fungsionam : Dubia Ad Bonam
- Quo Ad Sanactionam : Dubia Ad bonam
- Quo Ad Cosmetican : Ad Bonam

DAFTAR PUSTAKA
1. IlyasSidarta H. Hordeolum. Dalam :IlmuPenyakiy Mata. Edisikeempat.
BalaiPenerbit FKUI. Jakarta, 2004
2. Wijan N. Palpebra. Dalam :IlmuPenyakit Mata. Cetakankelima. Jakarta,
1989 3.
3. The Merck Manual Of Diagnosis And Therapy. McKinley Healt Center.
University OfIllionis. 17th Edition, 1999
4. Sahta RV. Hordeolum. 2010. Available
from : http://drshafa.wordpress.com/2010/03/09/jordeolum/.  
5. Michael JB. Hordeolum. 2010. Available
from :http://translate.google.co.id/translate?
hl=id&langpair=enIid&u=http://emedicine.medscape.com/article/7989
40-overview. 
6. Vaughen DG. 2000. OftalmologiUmum, Edisi 14, Cetakan I,
WidyaMedika, Jakarta. Hal 17-20
7. Yanoff M, Ducker J. 2010. Textbook Of Ophtalmology
8. Kanski JJ. Clinical Ophthalmologi A Synopsis. Butterworth-Heinemann,
Boston, 2009. Bessette M. Hordeolum and stye. Taken
from : www.emedicine.com. 2010. Gryson CE. What Is a Stye. Taken
from : www.webmd.com. 2010. 11.
9. Raftery AT, Lim, Eric. 2010Churchill’s Pocketbook of Differential
Diagnosis.
10. Ehrenhaus M.P. MD. Hordeolum Treatment, Managemen& Clinical
presentation. 2012
11. Ilyas HS. Hordeolum. Dalam :PenuntunIlmuPenyakit Mata.
Edisiketiga. BalaiPenerbit FKUI. Jakarta, 2005 :hal. 45-46
12. Sidarta I. 2004. Ilmu Penyakit Mata, Edisi III, Cetakan I, Balai
Penerbit FK UI, Jakarta. Hal 92-94
13. Sidarta I, dkk. 2003. Sari Ilmu Penyakit Mata, Cetakan III, Balai
Penerbit FK UI, Jakarta. Hal 15-16

Anda mungkin juga menyukai