Anda di halaman 1dari 12

BAB I

STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama : Tn. K
Umur : 51 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Karang Junti, Brebes
Pekerjaan : Petani
Tanggal pemeriksaan : 03 Januari 2017
Rumah Sakit : RSUD Waled
II. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : Mata kiri terasa buram.
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Poliklinik Mata RSUD WALED dengan keluhan mata
kiri buram sejak ± 6 tahun yang lalu. Penurunan penglihatan terjadi
pelan-pelan hingga melihat objek penglihatan menjadi seperti kabut.
Selain keluhan tersebut pasien juga mengeluhkan mata kirinya melihat
kabur seperti berawan dan silau bila melihat cahaya. Keluhan tidak
disertai dengan mata merah (-), nyeri pada mata (-), mata perih (-),
gatal (-), mual (-), muntah (-), sekret (-), keluhan mengganjal disangkal.
3. Riwayat Penyakit dahulu :
Riwayat Keluhan serupa sebelumnya : Ya
Riwayat Dibetes Melitus : di sangkal
Riwayat Hipertensi : Ya
Riwayat Trauma pada daerah mata : di sangkal
Riwayat Penyakit mata lainnya : di sangkal
Riwayat Mata Merah : di sangkal
Riwayat pemakaian kacamata : di sangkal
Riwayat Operasi sebelumnya : Ya pada mata kanan

1
Riwayat Penggunaan obat tetes mata : Ya
dari warung sudah 1 tahun
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat mata buram dalam keluarga : Ya (Ibu)
Riwayat hipertensi : Ya
Riwayat diabetes melitus : di sangkal
5. Riwayat Pribadi Sosial :
 Pasien saat bekerja diluar rumah sering terkena paparan debu dan
sinar matahari.
 Pasien tinggal di daerah pemukiman yang panas dan berdebu.
 Pasien tidak merokok
III. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
 Keadaan umum : Tampak Baik
 Kesadaran : Composmentis, E4M6V5
 Tanda-tanda vital :
- Tekanan darah : 160/90 mmHg
- Suhu : 36,0°C
- Nadi : 84 x / menit
- Respirasi : 20 x / menit
2. Status Oftalmologi

OD OS

1 2

2
Keterangan :

1. Pseudofakia IOL Jernih pada OD


2. Lensa Keruh pada OS

OD Pemeriksaan OS

(20/50) Visus (1/60)


PH (+) PH (-)
Gerak Bola Mata

Duksi : Baik Duksi : Baik


Versi : Baik Versi : Baik
Hiperemis (-) Palpebra Superior Hiperemis (-)
Edema (-) Edema (-)
Vulnus laserasi (-) Vulnus laserasi (-)
Nyeri Tekan (-) Nyeri Tekan (-)
Blefarospasme (-) Blefarospasme (-)
Ektropion (-) Ektropion (-)
Entropion (-) Entropion (-)
Lagoftalmus (-) Lagoftalmus (-)
Ptosis (-) Ptosis (-)
Nistagmus (-) Nistagmus (-)
Madarosis (-) Supersilia (Alis) Madarosis (-)
Trikriasis (-) Eye Lids Trikriasis (-)
Distrikiasis (-) Distrikiasis (-)

Endoftalmus (-) Bulbus Okuli Endoftalmus (-)


Eksoftalmus (-) Eksoftamus (-)
Strabismus(-) Strabismus (-)
Injeksi Konjungtiva (-) Konjungtiva Injeksi Konjungtiva (-)
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (-)
Injeksi episklera (-) Injeksi episklera (-)
Edema (-) Edema (-)

Warna putih (+) Sklera Warna putih (+)


Ikterik (-) Ikterik (-)
Jernih (+) Kornea Jernih (+)
Sikatrik (-) Sikatrik (-)
Infiltrat (-) Infiltrat (-)
Ulkus (-) Ulkus (-)
Edema (-) Edema (-)

3
Kedalaman sedang Camera Okuli Anterior Kedalaman sedang
Hipopion (-) Hipopion (-)
Hifema(-) Hifema(-)
Reguler, warna coklat Iris Reguler, warna coklat
Bentuk Bulat Pupil Bentuk Bulat
Reguler Reguler
Diameter 3 mm Diameter 3 mm
Direct (+) Refleks cahaya Direct (+)
Indirect (+) Indirect (+)
Jernih, IOL (+), letak Lensa Keruh (+)
sentral Shadow test (+)

Pembengkakan (-) Sistem Lakrimal Pembengkakan (-)


Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Sama dengan pemeriksa Lapang pandang Sama dengan pemeriksa

Normal, Tidak Mengeras Palpasi TIO Normal, Tidak Mengeras


Fundus Reflex (+), Funduskopi Fundus Reflex (+),
media jernih, papil media keruh, yang
(bulat, tegas, terang), CD lainnya tidak dapa dilihat
ratio 0,3 - 0,4, vena ratio karena media keruh.
2:3, retina bersih.
Tidak Dilakukan Tonometri Schiotz Tidak Dilakukan

Tidak Dilakukan Refraktometer Tidak Dilakukan


Tidak Dilakukan Koreksi Tidak Dilakukan
IV. RESUME
Pasien laki-laki usia 51 tahun datang dengan keluhan penglihatan
buram sejak ± 1 tahun yang lalu. Penurunan penglihatan terjadi pelan-
pelan hingga melihat objek penglihatan menjadi berkabut. Selain keluhan
tersebut pasien juga mengeluhkan mata kiri melihat kabur seperti berawan
dan silau bila melihat cahaya. Dahulu pasien sering membeli obat tetes
mata di warung terdekat untuk mengobati matanya.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital pasien dalam
batas normal kecuali TD 160/90. Pada status pemeriksaan oftalmologis,
didapatkan visus occuli dextra (OD) 20/50 dan sinistra (OS) 1/60. Lensa
pada OD terlihat IOL jernih sedangkan pada OS didapatkan lensa keruh

4
shadow test (+). Pada pemeriksaan tekanan bola mata didapatkan TIO
mata kanan N/palpasi dan mata kiri N/palpasi.

V. DIAGNOSIS BANDING
 Katarak Senilis Stadium Imatur OS + Pseudofakia OD
 Katarak Drug induced Steroid OS + Pseudofakia OD
VI. DIAGNOSIS KERJA
 Katarak Senilis Stadium Imatur OS + Pseudofakia OD

VII. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


Funduskopi Indirect
VIII. PENATALAKSANAAN
 Medikamentosa :
1. Catarlent 3 x 1 OS
2. Air mata buatan 6 x 1 tetes OS
 Non Medikamentosa :
Tindakan operasi :

1. OS: Operasi ECCE (Extracapsular Cataract Extraction),


penanaman intra okuler lensa (IOL)

2. Memberikan Kaca Mata untuk memperbaiki visus OD


IX. PROGNOSIS
OD OS
Quo Ad Vitam ad bonam ad bonam
Quo Ad Fungsionam Dubia ad bonam Dubia ad bonam
Quo Ad Sanationam Dubia ad bonam Dubia ad bonam
X. EDUKASI
1. Hindari mengucek mata
2. Gunakan kacamata untuk melindungi dari paparan sinar matahari dan
debu
3. Edukasi penyakit katarak kepada pasien

5
4. Modifikasi gaya hidup dengan mengurangi faktor risiko, diet dan
olahraga secara teratur.

BAB II
ANALISIS KASUS

I. Identitas Pasien
Nama tuan K usia 51 tahun jenis kelamin laki-laki alamat Karang
Junti brebes pekerjaan sebagai petani. Berdasarkan identitas pasien faktor
memiliki beberapa faktor risiko di antaranya usia dan pekerjaan pasien.
Bertambahnya usia terjadi perubahan kimia dalam protein lensa yang dapat
menyebabkan koagulasi protein sehingga hal ini mengakibatkan pengaburan
penglihatan, hali ini karena terhambat jalannya cahaya ke retina. Selain
perubahan kimia juga terdapat perubahan pada pertambahannya usia terjadi
pemadatan serabut kolagen yang akan mengakibatkan sklerosis nukleus
yang menyebabkan lensa tebal, padat dan kurang elastis sehingga di sertai
penurunan daya akomondasi dan pada usia tersebut kemungkinan terjadi
kelainan refraksi juga besar pada mata kanan.(Ilyas, 2005)
Berdasarkan identitas pasien berusia 51 tahun pasien tersebut
memiliki faktor risiko yang terjadi pada saat perubahan usia. Penunjang dari
hasil anamnesis pasien mengeluh penglihatan buram dan pemeriksaan fisik
pada lensa di dapatkan lensa OD pseudofakia anterior chamber IOL (+),
sedangkan pada lensa OS keruh dan shadow test (+) sehingga hasil tersebut
mengarah pada diagnosis katarak senilis imatur OS. (Ilyas, 2005)
Pekerjaan seperti nelayan, petani, dan tukang ojeg memiliki resiko
banyak terkena paparan sinar matahari (sinar UV). Sinar UV menyebabkan
kerusakan oksidatif dan proses radikal yang mempercepat degenartif
pertumbuhan fibrovaskular dan invasif, selain itu mengakibatkan denaturasi

6
protein lensa yang menghamburkan berkas dan transparansi cahaya yang
menimbulkan kekekeruhan pada lensa. (Ilyas, 2005)
Pada pasien bekerja sebagai petani yang berisiko lebih sering terpapar
sinar UV. Hal ini ditunjang dari hasil pemeriksaan lensa OS kekeruhan (+)
dan mengalami maturasi katarak yang lebih cepat.
Pasien bertempat tinggal di daerah yang cenderung memilliki iklim
tropis dengan paparan matahari yang berlebih. Dalam beberapa tahun
terakhir semakin banyak bukti bahwa radiasi UV merupakan factor
segnifikan dalam timbulnya katarak senilis. Penelitian epidemiologis telah
membuktikan bahwa terjadi insidensi katarak subkapsul posterior dan
kortikal di tempat yang mendapatkan banyak paparan matahari. (Ilyas,
2005)
II. Anamnesis
Keluhan utama pasien penglihatan buram kemungkinan ini dari
beberapa faktor diantaranya faktor usia pasien yang mengalami
pertambahan ketebalan dan penurunan elastisitas lensa sehingga terjadi
kemampuan penurunan akomodasi. Ditunjang dari pemeriksaan visus di
dapatkan berupa kelainan refraksi pada pasien dengan hasil OD 20/50 (0,3)
pinhole (+) dan OS 1/60 pinhole (-). Selain itu dapat karena pengaruh
kekeruhan pada lensa yang menimbulkan penghamburan cahaya pada media
refraksi sehingga menimbulkan penglihatan buram. Pada pasien dengan
katarak penyebab penurunan visual adalah karena lensa yang tidak
berakomodasi secara normal akibat elastisitas yang berkurang karena
endapan protein.
Keluhan silau timbul pada gangguan refraksi yang tidak dikoreksi,
guratan pada lensa kacamata, dilatasi pupil berlebih dan pada media refraksi
yang keruh seperti katarak. (Sidarta, 2005)
III. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan menggunakan snellen Chart pada pasien
menunjukan hasil OD 0,3 (20/50) pinhole (+) dan OS (1/60) pinhole (-).
Setelah dilakukan uji pinhole hasil menunjukan OS (-) atau tidak adanya

7
kemajuan visus artinya terdapat kelainan organic pada mata kiri. Hal ini
terjadi bisa karena kekeruhan media penglihatan.
Pada pasien di dapatkan hasil kekeruhan lensa (+) pada mata kiri (OS)
artinya adanya katarak pada pasien tersebut yang menimbulkan penglihatan
buram karena media refraksi keruh sehingga mengganggu proses pembiasan
cahaya. Pada mata kanan (OD) di dapatakan peseudofakia ac IOL (+)
artinya pasien telah melakukan operasi katarak dan dari hasil anamnesis
pasien mengatakan telah melakukan operasi katarak sekitar 4 bulan yang
lalu pada bulan Agustus 2016 di RSUD Waled.
IV. Resume
Pasien laki-laki usia 51 tahun datang dengan keluhan penglihatan
buram sejak ± 1 tahun yang lalu. Penurunan penglihatan terjadi pelan-pelan
hingga melihat objek penglihatan menjadi ganda. Selain keluhan tersebut
pasien juga mengeluhkan mata kanan melihat kabur seperti berawan dan
silau bila melihat cahaya Pasien juga mengeluhkan mata berair semenjak
operasi katarak pada mata kanan tetapi penglihatannya mulai jelas. Dahulu
pasien sering membeli obat tetes mata di warung terdekat untuk mengobati
matanya dan berangsur membaik hingga akhirnya keluhan yang dirasakan
tidak kunjung sembuh.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital pasien dalam
batas normal. Pada status pemeriksaan oftalmologis, didapatkan visus occuli
dextra (OD) 20/50 dan sinistra (OS) 1/60. Kornea pada OD terlihat sedikit
keruh sedangkan kornea pada OS didapatkan IOL jernih. Pada pemeriksaan
tekanan bola mata didapatkan TIO mata kanan N/palpasi dan mata kiri
N/palpasi.
V. Diagnosis Banding
Pasien usia 51 tahun dengan keluhan mata buram pada mata kiri sejak
± 1 tahun yang lalu dan pasien bekerja sebagai petani di daerah brebes.
Pasien mengaku sering menggunakan obat tetes mata ± 1 tahun bila
mengalami mata merah, gatal dan buram yang di beli di warung.

8
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan yang didapatkan ada beberapa
dugaan penyakit yang di derita pasien. Pertama dilihat dari riwayat
pemakaian obat tetes mata yang dibeli sendiri di warung tanpa resep dokter
dan dari faktor usia serta pekerjaannya. Pada pemeriksaan di dapatkan mata
kiri lensa keruh shadow test (+). Diagnosis banding yang mendekati dengan
anamnesis dan pemeriksaan yang di dapat adalah pseudofakia IOL OD +
katarak senilis imatur OS dan pseudofakia IOL OS + katarak drug induced
steroid OS.

VI. Diagnosis Kerja


Katarak senilis imatur terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi belum
mengenai seluruh lapisan lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang
jernih pada lensa. Pada pemeriksaan uji banyangan iris atau shadow test
maka akan terlihat bayangan iris pada lensa sehingga hasil uji shadow test
(+).
VII.Terapi
Tidak ada terapi medis untuk katarak. Dengan demikian
penatalaksanaan yang paling tepat untuk katarak adalah tindakan operatif.
Adapun indikasinya adalah penurunan penglihatan yang benar- benar
mengganggu aktivitas normal pasien serta apabila dicurigai akan
menimbulkan komplikasi yang lebih lanjut.
VIII. Usulan Pemeriksaan
Untuk pemeriksaan penunjang nya sediri agar dapat memperkuat
diagnosa maka harus dilakukan Funduskopi Indirek pada matanya. Tujuan
dari pemeriksaan tersebut adalah untuk mengevaluasi segmen posterior pada
keadaan menyeluruh atau sebagian dari segmen anterior ataupun posterior
pada mata pasien.
XI. Penatalaksanaan Anjuran
1. Phacoemulsification

9
Pembedahan menggunakan vibrator ultrasonik untuk
menghancurkan nukleus yang kemudian diaspirasi melalui insisi 2.5-3
mm, dan kemudian dimasukan lensa intraokular yang dapat dilipat.
Keuntungan yang didapat ialah pemulihan visus lebih cepat, induksi
astigmatis akibat operasi minimal, komplikasi dan inflamasi pasca bedah
minimal.

Teknik Fakoemulsifikasi pada operasi katarak

X. Prognosa
Prognosis pasien ini baik, dimana ad vitam secara keseluruhan pasien
adalah bonam, karena gangguan yang dialami pasien tidak mengancam jiwa.
Prognosis ad functionam kedua mata adalah dubia ad bonam, karena
bila dilakukan operasi pada kataraknya serta ditanam lensa sehingga dapat
mengurangi keluhan buram yang dirasakan pasien.
Prognosis sanationam pada kedua mata adalah dubia ad bonam
karena penglihatan pasien lebih jernih dan mengembalikan penglihatan
pasien.
XI. Edukasi
Pada pasien harus diberikan edukasi tentang pengetahuan tentang
hindari paparan langsung dari sinar matahari dengan menggunakan kaca

10
mata hitam, kemudian juga modifikai gaya hidup sehat dengan mengurangi
faktor risiko.

DAFTAR PUSTAKA

1. AAO. Cataract surgery in special situation. In Basic and clinical science


course : lens and cataract. United State of America. Lifelong Education for
The Opthalmology (LEO). 2003. p- 72-80, 187-213
2. Budiono, Sjamsu et al. 2013. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata. Surabaya.
Airlangga University Press (AUP)
3. Global Online Information. 2009. Pengertian dan Definisi Katarak.
Diakses dari http://info.g-
excess.com/id/info/PengertiandanDefinisiKatarak.info, tanggal 9 Januari
2017.
4. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Opthalmology : A Systemic Approach 7th
ed. China: Elsevier 2011
5. Ilyas, Shidarta. 2005. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Empat. Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta
6. Riordion-Eva, Paul., Whitcher, John P. 2009. Vaughan & Asbury :
Ofthalmology Umum. Edisi ke 17. Jakarta : EGC
7. James, B. Chew, C. Bron, A. 2005. Lecture Notes Oftalmologi. Edisi 9.
Penerbit Erlangga. Jakarta

11
8. Shock JP, Harper RA. Lensa. Dalam: Oftalmologi Umum Ed 14. Alih
Bahasa: Tambajong J, Pendit BU. General Ophthalmology 14th Ed.
Jakarta: Widya Medika; 2000.176-177.
9. Secondary Cataract. http://www.atlasofophthalmology.com. Diunduh
tanggal 8 Januari 2017
10. Voughan, D.G. Asbury, T. 2000. Oftalmology Umum. Edisi 14. Penerbit
Widya Medika. Jakarta.
11. Wijana Nana Dr,SD. Ilmu Penyakit Mata. 2006. Jakarta : Tegal Abadi

12

Anda mungkin juga menyukai