Anda di halaman 1dari 39

L APORAN K ASUS

KONJUNGTIVITIS
VERNAL
IDENTITAS PASIEN
• Nama : An. W
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Usia : 10 tahun
• Pekerjaan : Pelajar
• Pendidikan : SD
• Alamat : Jakarta Selatan
• Agama : Islam
• Suku Bangsa : Jawa
• Status Pernikahan : Belum menikah
• Tanggal Pemeriksaan : 20 Desember
2019
KELUHAN UTAMA : MATA KANAN DAN KIRI MERAH
DAN TANPA PANDANGAN BURAM SEJAK ±1 BULAN
YANG LALU
• Diferensial Diagnosis:
• Pterigium
• Konjungtivitis bakteri
• Konjungtivitis viral
• Konjungtivitis vernal
• Konjungtivitis flikten
• Subconjungtiva Hemorrhage
• Dry eyes
• Sindrom steven johnson
• Episkleritis
• Skleritis
• Riwayat Penyakit Sekarang:
• Pasien datang dengan keluhan kedua mata merah ± sejak 1 bulan terakhir. Menurut ibu pasien
keluhan ini dirasakan sudah 1 tahun namun hilang timbul. Keluhan ini mulai dirasakan bila pasien
terpapar debu dan juga bulu kucing. Ibu pasien mengatakan keluar cairan kental dan lengket
dipagi hari berwarna putih sehingga sulit untuk membuka mata setelah bangun tidur. Pasien
mengatakan rasa yang sangat gatal pada matanya sehingga pasien sering menggosok-gosok
matanya. Adanya penglihatan ganda disangkal, keluhan sakit kepala disertai rasa sakit pada
daerah mata juga disangkal, terasa ada yang mengganjal (-), bengkak (-), sulit membuka mata (-),
demam (-), sakit tenggorokan (-), batuk (-), pilek (-). Silau (-). Pasien memiliki riwayat alergi
terhadap debu dan bulu kucing, serta alergi terhadap makanan seafood.
• Riwayat Penyakit Dahulu: • Riwayat Penyakit Keluarga:
– Pernah mengalami keluhan yang – Tidak ada keluarga pasien yang
sama sebelumnya satu tahun mengalami keluhan yang sama dengan
terakhir pasien. Namun ibu pasien memiliki
– Riwayat operasi disangkal alergi terhadap debu juga. Jika terkena
debu, maka ibu pasien akan mengeluh
– Riwayat trauma (-)
gatal dan merah pada hidungnya
– Riwayat sering terpapar dengan disertai bersin-bersin. Ayah pasien
matahari pada kedua mata (+) memiliki riwayat alergi makanan
– Riwayat Asma (-), alergi obat (-) seafood. Riwayat memiliki penyakit
asma, dan alergi obat di keluarga
disangkal.
Analisis:

Konjungtivitis viral adanya keluhan


Diferensial Diagnosis: mata merah yang bersifat akut, mata
• Pterigium
terasa menganjal, mata berair, mata
• Konjungtivitis bakteri
tampak bengkak, ada secret bening
• Konjungtivitis viral
• Konjungtivitis vernal dan gangguan penglihatan disangkal
• Konjungtivitis flikten
• Subconjungtiva Hemorrhage Konjungtivitis viral dapat disingkirkan
• Dry eyes karena keluhan mata merah karena
• Sindrom steven johnson infeksi virus jarang menjadi proses
• Episkleritis yang kronis seperti yang dialami
• Skleritis pasien. Tidak didapatkan gejala
sistemik seperti demam, sakit
tenggorokan.
OD OS
Visus 6/6 6/15

Gerakan Bola Mata PEMERIKSAAN


FISIK

Kedudukan bola Ortoforia Pemeriksaan Fisik


mata
Lapang pandang Dalam Batas Normal Dalam Batas Normal
Generalisata
Madarosis (-) Madarosis (-)
Supercillia
Sikatrik (-) Sikatrik (-)
Palpebra Keadaan umum: Baik
 Superior Edema (-) Edema (-)

Kesadaran : Compos
Benjolan (-) Benjolan (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Enteropion (-) Enteropion (-) Mentis
Ektropion(-) Ektropion(-)
Ptosis (-) Ptosis (-)

 Inferior Edema (-) Edema (-)


Benjolan (-) Benjolan (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Enteropion (-) Enteropion (-)
Ektropion(-) Ektropion(-)
Konjungtiva Tarsal Bilik Mata Depan
Sedang, jernih Sedang, jernih
 Superior Hiperemis (+) Hiperemis (+) / COA
Coble stone (+) Coble stone (+) Bentuk bulat Bentuk bulat
Folikel (-) Folikel (-) Berada di sentral Berada di sentral
Edema (-) Edema (-) Pupil regular regular
Membran (-) Membran (-) RCL +/+, RCTL +/+ RCL +/+, RCTL +/+
Sikatrik (-) Sikatrik (-) Diameter 3mm Diameter 3mm
Sekret (-) Sekret (-) Berwarna coklat Berwarna coklat
 Inferior Kripti (+) Kripti (+)
Iris
Hiperemis (+) Hiperemis (+) Sinekia Anterior dan Sinekia Anterior dan
Papil (-) Papil (-) posterior (-) / (-) posterior (-) / (-)
Folikel (-) Folikel (-) Lensa Jernih Jernih
Edema (-) Edema (-) Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Membran (-) Membran (-)
Sikatrik (-) Sikatrik (-)
Sekret (-) Sekret (-)

Injeksi konjungtiva (+) Injeksi konjungtiva (+)


Konjungtiva Bulbi
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (-)
Perdarahan (-) Perdarahan (-)
Jernih Jernih
Infiltrat (-) Infiltrat (-)
Kornea
Ulkus (-) Ulkus (-)
Sikatrik (-) Sikatrik (-)
TIO palpasi Normal Normal
RESUME

• Pasien anak laki-laki berusia 10 tahun, datang ke Poliklinik mata RS Polri dengan keluhan
hiperemia pada mata sejak 1 bulan SMRS. Keluhan tambahan berupa rasa sangat gatal pada mata
sehingga pasien menjadi sering mengucek matanya, disertai sekret berwarna putih
• Adanya penglihatan ganda, keluhan sakit kepala disertai rasa sakit pada daerah mata juga
disangkal, terasa ada yang mengganjal (-), bengkak (-), sulit membuka mata (-), demam (-).
• Silau (-). Pasien memiliki riwayat alergi terhadap debu dan bulu kucing, serta alergi terhadap
makanan seafood.
Oculi Dextra PEMERIKSAAN Oculi Sinistra
Edema (-), Hiperemis (-) Palpebra Superior Edema (-), Hiperemis (-)
Edema (-), Hiperemis (-) Palpebral Inferior Edema (-), Hiperemis (-)
- Cobble stone (+) - Cobble stone (+)
- Injeksi siliar (-) - Injeksi siliar (-)
- Injeksi konjungtiva (+) Conjungtiva Tarsal Superior - Injeksi konjungtiva (+)
- Injeksi episklera (-) - Injeksi episklera (-)
- Bleeding (-) - Bleeding (-)
- Hiperemis (+) - Hiperemis (+)
- Papil (-) - Papil (-)
- Folikel (-) - Folikel (-)
- Edema (-) Conjungtiva Tarsal Inferior - Edema (-)
- Membran (-) - Membran (-)
- Sikatrik (-) - Sikatrik (-)
- Sekret (-) - Sekret (-)
- Injeksi konjungtiva (+) - Injeksi konjungtiva (+)
- Injeksi siliar (-) Conjungtiva Bulbi - Injeksi siliar (-)
- Perdarahan (-) - Perdarahan (-)
- Jernih (+) Kornea - Jernih (+)
- Kedalaman sedang - Kedalaman sedang
CoA (Camera Oculi Anterior)
- Jernih (+) - Jernih (+)
- Coklat - Coklat
- Kripta (+) Iris - Kripta (+)
- Sinekia (-) - Sinekia (-)
- Bulat - Bulat
- Isokor - Isokor
Pupil
- Refleks cahaya (+) - Refleks cahaya (+)
- Diameter ± 3mm - Diameter ± 3mm
Jernih Lensa Jernih
• Pterigium adanya keluhan mata iritatif dan merah. Diagnosis banding pterigium disingkirkan
karena pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya pertumbuhan jaringan fibrovaskuler
berbentuk segitiga pada konjungtiva.
• Konjungtivitis bakteri adanya keluhan mata merah, mata terasa mengganjal, mata tampak
bengkak tanpa ada gangguan penglihatan. Diagnosis banding konjungtivitis bakteri disingkirkan
tidak ditemukan adanya sekret purulen atau mukopurulen.
• Diagnosis banding konjungtivitis flikten disingkirkan karena pada anamnesis tidak didapatkan
gejala iritasi dengan rasa sakit dan fotofobia, serta pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan lesi
kecil yang dikelilingi zona hiperemis.
• Diagnosis perdarahan subkonjungtiva dapat disingkirkan, gejalanya meliputi tidak terdapat rasa
nyeri dan tanda peradangan, tidak terdapat trauma ataupun penyakit vaskular sistemik seperti
hipertensi dan batuk ataupun pemakaian obat anti koagulan. Pada pemeriksaan fisik tidak
ditemukan adanya tanda perdarahan subkonjungtiva.
• Diagnosis banding dry eyes didapatkan gejala mata gatal, merah, pedih dan berair, disingkirkan
karena keluhan iritasi dan lakrimasi yang kurang dominan serta hasil pemeriksaan fisik yang
kurang menunjang tear film yang normal. Pemeriksaan schirmer test dan tear break up time
dapat dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis banding dry eyes secara pasti.
• Diagnosis banding sindrom steven johnson dapat disingkirkan karena biasanya disebabkan oleh
alergi terhadap obat-obatan dan gejala ditandai dengan adanya lesi pada kulit dan mukosa yang
timbul mendadak serta tersebar secara simetris (vesikel, bula, stomatitis ulseratif). Pada pasien
ini tidak didapatkan adanya alergi terhadap obat dan keluhan pada kulit dan mukosa tidak
didapatkan.
• Diagnosis banding episkleritis memiliki gejala mata merah, rasa nyeri, peka terhadap cahaya dan
tidak mengalami penurunan visus, hal ini dapat disingkirkan pada pemeriksaan fisik tidak
didapatkan adanya benjolan setempat dengan batas tegas dan warna merah ungu dibawah
kongjungtiva.
• Diagnosis banding skleritis memiliki gejala biasanya hiperemi terjadi bilateral diseluruh
permukaan sklera, terdapat nyeri yang hebat, dengan fotofobia. Diagnosis ini disingkirkan karena
terdapat penurunan visus, pada pemeriksaan fisik didapatkan daylight atau sklera terlihat
kebiruan atau keunguan yang difus, serta adanya edema sklera. Pada skleritis dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang untuk memastikan atau menyingkirkan penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan skleritis
DIAGNOSIS KERJA : KONJUNGTIVITIS
VERNAL TIPE PALPEBRAL ODS
TATALAKSANA
• Medikamentosa
– Anti hitamin topical ED (Cendo conver)
– Kortikosteroid topikal ED (Cendo P-Pred)
– Anti histamin sistemik: Cetirizin 1 x 1 tab
• Edukasi pasien:
– Kompres dingin.
– Usahakan untuk menjaga higiene mata dengan mencuci tangan setelah kontak dengan mata.
– Menghindari menggosok-gosok mata dengan jari tangan atau tangan.
– Memberikan informasi mengenai penyakitnya kemungkinan merupakan reaksi alergi dan akan sembuh
dengan sendirinya, dan usahakan untuk menghindari faktor alergen atau faktor pencetus dari
alerginya.
PROGNOSIS

• Quo ad vitam : ad bonam


• Quo ad fungsionam : ad bonam
• Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
• Quo ad cosmetican : Dubia ad bonam
TINJAUAN
PUSTAK A
DEFINISI

• Konjungtivitis adalah peradangan pada selaput bening yang menutupi bagian putih mata dan
bagian dalam kelopak mata.
• Konjungtivitis alergi adalah peradangan konjungtiva yang disebabkan oleh reaksi alergi atau
hipersensitivitas tipe humoral ataupun sellular.
ANATOMI
• Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan
posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva
bulbaris). Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak (persambungan
mukokutan) dan dengan epitel kornea limbus.
• Konjungtiva terdiri atas tiga bagian,
yaitu :
– Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus,
konjungtiva tarsal sukar digerakkan dari
tarsus.
– Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan
mudah digerakkan dari sklera di
bawahnya.
– Konjungtiva fornises atau forniks
konjungtiva yang merupakan tempat
peralihan konjungtiva tarsal dengan
konjungtiva bulbi.
E P I D E M I O LO G I
• Konjungtivitis alergi dijumpai paling sering di daerah dengan
alergen musiman yang tinggi.
• Keratokonjungtivitis vernal paling sering di daerah tropis dan
panas seperti daerah mediteranian, Timur Tengah, dan Afrika.
• Lebih sering dijumpai pada laki-laki dibandingkan perempuan,
terutamanya usia muda (4-20 tahun).
• Biasanya onset pada dekade pertama dan menetap selama 2
dekade. Gejala paling jelas dijumpai sebelum onset pubertas dan
kemudian berkurang.
E Konjungtivitis alergi dapat disebabkan oleh berbagai hal
T seperti :
I a. reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang
O b. iritasi oleh angin, debu, asap, dan polusi udara
L
O
c. pemakaian lensa kontak terutama dalam jangka

G panjang.

I
REAKSI HIPERSENTSITIVITAS
Tipe II : reaksi sitotoksik
Tipe I : Reaksi Anafilaksi Di sini antigen terikat pada sel sasaran. Antibodi dalam hal
ini IgE dan IgM dengan adanya komplemen akan diberikan
Di sini antigen atau alergen bebas akan bereaksi dengan dengan antigen, sehingga dapat mengakibatkan hancurnya
antibodi, dalam hal ini IgE yang terikat pada sel mast atau sel tersebut

sel basofil dengan akibat terlepasnya histamin. Keadaan ini


Tipe IV : Reaksi tipe lambat
menimbulkan reaksi tipe cepat.
Pada reaksi hipersensitivitas tipe I, II dan III yang
berperan adalah antibodi (imunitas humoral), sedangkan
Tipe III : reaksi imun kompleks
pada tipe IV yang berperan adalah limfosit T atau
Di sini antibodi berikatan dengan antigen dan komplemen
dikenal sebagai imunitas seluler. Limfosit T peka
membentuk kompleks imun. Keadaan ini menimbulkan
(sensitized T lymphocyte) bereaksi dengan antigen, dan
neurotrophichemotactic factor yang dapat menyebabkan
menyebabkan terlepasnya mediator (limfokin) yang
terjadinya peradangan atau kerusakan lokal. Pada umumnya
jumpai pada reaksi penolakan pasca keratoplasti,
terjadi pada pembuluh darah kecil
keraton- jungtivitis flikten, keratitis Herpes simpleks dan
keratitis diskiformis.
PATOFISIOLOGI
• Pada konjungtivitis alergi dapat berupa reaksi hipersensitivitas tipe 1 (tipe cepat)  terjadi bila
individu yang sudah tersentisisasi sebelumnya berkontak dengan antigen yang spesifik.
• Respon alergi pada mata dikoordinasi oleh sel mast.
• Beta chemokins seperti eotaxin dan MIP-alpha diduga memulai aktifasi sel mast pada
permukaan mata.
• Ketika terdapat suatu allergen  terjadi sensitisasi  Sel T yang berdiferensisasi menjadi sel
TH2  melepaskan sitokin  merangsang produksi antigen spesifik imunoglobulin E (IgE) 
berikatan dengan IgE reseptor pada permukaan sel mast  memicu pelepasan sitokin,
prostaglandin dan platelet activating factor.
PATOFISIOLOGI
• Sel mast menyebabkan peradangan dan gejala-gejala alergi yang diaktivasi oleh sel inflamasi.
• Ketika histamin dilepaskan oleh sel mast  Histamin akan berikatan dengan reseptor H1 pada
ujung saraf dan menyebabkan gejala pada mata berupa gatal  Histamin juga akan akan
berikatan dengan reseptor H1 dan H2 pada pembuluh darah konjungtiva dan menyebabkan
vasodilatasi.
• Sitokin yang dipicu oleh sel mast seperti chemokin, interleukin IL-8 terlibat dalam memicu
netrofil.
• Sitokin TH2 seperti IL-5 akan memicu eosinofil dan IL-4, IL-6,IL-13 yang akan memicu
peningkatan sensitivitas.
KONJUNGTIVITIS HAY FEVER
• Konjungtiva adalah permukaan mukosa yang sama dengan mukosa nasal. Oleh karena itu,
allergen yang bisa mencetuskan rhinitis allergi juga dapat menyebabkan konjuntivitis alergi.
Alergen airborne seperti serbuk sari, rumput, bulu hewan dan lain-lain dapat memprovokasi
terjadinya gejala pada serangan akut konjuntivitis alergi.
• Gambaran patologi pada konjunktivitis hay fever berupa:
– respon vascular di mana terjadi vasodilatasi dan meningkatnya permeabilitas pembuluh darah yang
menyebabkan terjadinya eksudasi.
– respon seluler berupa infiltrasi konjungtiva dan eksudasi eosinofil, sel plasma dan mediator lain.
– respon konjungtiva berupa pembengkakan konjungtiva, diikuti dengan meningkatnya pembentukan
jaringan ikat.
KONJUNGTIVITIS VERNAL
• akibat reaksi hipersensitivitas tipe I yang mengenai kedua mata, sering terjadi pada orang
dengan riwayat keluarga yang kuat alergi
• usia muda 3-25 tahun dan kedua jenis kelamin sama. Biasanya pada laki-laki mulai pada usia
dibawah 10 tahun
• Gejala yang mendasar adalah rasa gatal, manifestasi lain yang menyertai meliputi mata berair,
sensitif pada cahaya, rasa pedih terbakar, dan perasaan seolah ada benda asing yang masuk.
Penyakit ini cukup menyusahkan, muncul berulang, dan sangat membebani aktivitas penderita
sehingga menyebabkan ia tidak dapat beraktivitas normal
KONJUNGTIVITIS VERNAL
• Bentuk palpebra, terutama mengenai • Bentuk limbal, hipertrofi papil pada limbus
konjungtiva tarsal superior  superior yang dapat membentuk jaringan
pertumbuhan papil yang besar (cobble hiperplastik gelatin (nodul mukoid), dengan
stone) + sekret yang mukoid. Trantas dot yang merupakan degenerasi epitel
• Konjungtiva tarsal bawah hiperemi dan kornea atau eosinofil di bagian epitel limbus
edema, dengan kelainan kornea lebih berat kornea, terbentuknya pannus, dengan sedikit
dibanding bentuk limbal. eosinofil.
• Papil  tampak sebagai tonjolan bersegi
banyak (polygonal) dengan permukaan
yang rata dan dengan kapiler ditengahnya.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pada eksudat konjungtiva yang dipulas dengan Giemsa terdapat banyak eosinofil dan
granula eosinofilik bebas. Pada pemeriksaan darah ditemukan eosinofilia dan peningkatan
kadar serum IgE.
• Konjungtivitis atopi
– Konjungtivitis atopi sering diderita
oleh pasien dermatitis atopi. Tanda dan
gejalanya berupa sensasi terbakar,
kotoran mata berlendir, merah dan
fotofobia. Terdapat papil halus tetapi
papil raksasa tidak ditemukan seperti
pada konjungtivitis vernal. Kerokan
konjungtiva menampakan eosinofil
meski tidak sebanyak terlihat pada
keratokonjungtivitis vernal
KONJUNGTIVITIS FLIKTEN
• Konjungtivitis flikten disebabkan oleh karena alergi (hipersensitivitas tipe IV) terhadap bakteri
atau antigen tertentu, seperti tuberkuloprotein pada penyakit tuberkolosis, infeksi bakteri
(stafilokok, pneumokok, streptokok, dan Koch Weeks), virus (herpes simplek), toksin dari
moluskum kontagiosum yang terdapat pada margo palpebra, jamur (kandida albikan), cacing
(askaris, tripanosomiasis), limfogranuloma venereal, leismaniasis, infeksi parasit dan infeksi di
tempat lain dalam tubuh.
• Konjungtivitis flikten biassanya dimulai dengan munculnya lesi kecil berdiameter 1-3 mm yang
keras, merah, menimbul dan dikelilingi zona hiperemis. Di limbus sering berbentuk segitiga
dengan apeks mengarah kornea.
PENATALAKSANAAN
• Terapi lokalis
– Steroid topical – penggunaannya efektif pada keratokonjungtivitis vernal, tetapi harus hati-hati
kerana dapat menyebabkan glaucoma. Pemberian steroid dimulai dengan pemakaian sering (setiap 4
jam) selama 2 hari dan dilanjutkan dengan terapi maintainance 3-4 kali sehari selama 2 minggu.
Steroid yang sering dipakai adalah fluorometholon, medrysone, betamethasone, dan dexamethasone.
Fluorometholon dan medrysone adalah paling aman antara semua steroid tersebut.1,2,7
– Mast cell stabilizer seperti sodium cromoglycate 2%
– Antihistamin topical
– Acetyl cysteine 0,5%
– Siklosporin topical 1%
• Terapi lain dan pencegahan
• Terapi sistemik;
– Apabila terdapat papil yang besar, dapat diberikan
– Anti histamine oral untuk
injeksi steroid supratarsal atau dieksisi. Eksisi
mengurangi gatal
sering dianjurkan untuk papil yang sangat besar.
– Steroid oral untuk kasus berat
– Menghindari tindakan menggosok-gosok mata
dan non responsive
dengan tangan atau jari tangan,
– Menghindari daerah berangin kencang yang
membawa serbuk sari dan hindari penyebab dari
alergi itu sendiri.
– Kaca mata gelap untuk fotofobia dan untuk
mengurangi kontak dengan alergen di udara
terbuka.
– Kompres dingin dapat meringankan gejala.
– Pengganti air mata (artifisial).
– Pasien dianjurkan pindah ke daerah yang lebih
dingin yang sering juga disebut sebagai climato-
therapy.
• Komplikasi • Prognosis
• Komplikasi pada penyakit ini yang paling • Prognosis penderita konjungtivitis baik
sering adalah ulkus pada kornea dan karena sebagian besar kasus dapat sembuh
infeksi sekunder. Sedangkan, komplikasi spontan (self-limited disease), namun
konjungtivitis vernal adalah pembentukan komplikasi juga dapat terjadi apabila tidak
jaringan sikratik dapat mengganggu ditangani dengan baik.
penglihatan.
ANALISA K ASUS
Teori Kasus
Definisi
Peradangan jaringan konjungtiva Pada pasien didapatkan adanya peradangan pada
konjungtiva yang ditandai dengan injeksi konjungtiva
Manifestasi Klinis
Rasa gatal yang terus menerus, mata sering Pada pasien didapatkan mata merah dengan keluhan
berair, fotofobia, sekret mata mukus, memiliki sangat gatal sejak 1 bulan dan sering hilang timbul,
riwayat atopi sehingga pasien sering menggosok-gosok matanya,
disertai dengan sekret berwarna putih pada pagi hari,
tanpa disertai gangguan penglihatan. Memiliki riwayat
alergi terhadap debu dan bulu kucing, serta keluarga
dengan riwayat alergi.
Klasifikasi
1. Bentuk palpebral: konjungtiva tarsal superior terdapat Pada pasien didapatkan pada pemeriksaan fisik didapatkan
pertumbuhan papil yang besar (cobble stone) yang cobble stone pada konjungtiva tarsal superior kanan dan kiri,
diliputi sekret mukoid. Konjungtiva tarsal inferior
serta adanya hiperemi pada konjungtiva tarsal inferior
hiperemi dan edema, dengan kelainan korna lebuh berat
dibandingkan bentuk limbal.
2. Bentuk limbal: hipertofi papil pada limbus superior yang
dapat membentuk jaringan hiperplastik gelatin, dengan
trantas dot yang merupakan degenerasi epitel korna
atau eosinofi di bagian epitel limbus kornea,
terbentuknya pannus dengan sedikit eosinofil.
Tatalaksana
a. Terapi lokalis a. Medikamentosa
- Steroid topical - Anti hitamin topical ED (Cendo conver)
- Mast cell stabilizer seperti sodium cromoglycate 2% - Kortikosteroid topikal ED (Cendo P-Pred)
- Antihistamin topical - Anti histamin sistemik: Cetirizin 1 x 1 tab
- Acetyl cysteine 0,5%
- Siklosporin topical 1% a. Edukasi pasien:
b.Terapi sistemik - Kompres dingin.
- Anti histamine oral untuk mengurangi gatal - Usahakan untuk menjaga higiene mata dengan mencuci
- Steroid oral untuk kasus berat dan non responsive tangan setelah kontak dengan mata.
c. Terapi lain dan pencegahan - Menghindari menggosok-gosok mata dengan jari tangan atau
a. Apabila terdapat papil yang besar, dapat diberikan injeksi tangan.
steroid supratarsal atau dieksisi. Eksisi sering dianjurkan - Memberikan informasi mengenai penyakitnya kemungkinan
untuk papil yang sangat besar. merupakan reaksi alergi dan akan sembuh dengan sendirinya,
b. Menghindari tindakan menggosok-gosok mata dan usahakan untuk menghindari faktor alergen atau faktor
dengan tangan atau jari tangan pencetus dari alerginya.
c. Kompres dingin
d. climato-therapy
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai