Pembimbing:
dr. Henry Albar Wibowo, SpM (K)
dr. Susan Sri Anggraeni Purwohusodo, SpM
dr. H. Hermansyah, SpM
dr. Mustafa Kamil Shahab, SpM
Disusun Oleh:
Rizkia Ima Ardanti (1820221076)
A. Identitas Pasien
6. Nama : Tn. MR
7. Tanggal Lahir : 09 Januari 1997
8. Umur : 23 tahun
9. Jenis Kelamin : Laki-laki
10. Agama : Islam
11. Status : Belum menikah
12. Pendidikan : SMP
13. Pekerjaan : Pengamen
14. Alamat : Kp Asem RT 09/01 Cijantung, Pasar Rebo
15. Tanggal pemeriksaan : 8 Juli 2020
B. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis di Poli Mata RS
Bhayangkara Tk I R.S Sukanto Kramat Jati pada tanggal 8 Juli
2020.
1. Keluhan Utama
Penglihatan mata kanan buram sejak 6 hari SMRS.
2. Keluhan Tambahan
Mata kanan merah, tampak ada cairan keputihan, nyeri, berair dan terasa
mengganjal.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
TN. MR datang ke IGD RS Bhayangkara Tk I R.S Sukanto dengan
keluhan penglihatan mata kanan buram sejak 6 hari sebelum masuk
rumah sakit. Keluhan dirasakan setelah mata kanan kelilipan oleh daun
kering saat mengendarai motor, namun kaca helm terbuka. Setelah
kelilipan daun kering tersebut, mata terasa gatal dan merah. Pasien hanya
mencuci mata menggunakan air dan mengaku sering mengucek mata
1
karena gatal. Keesokan harinya, pasien mengeluh kelopak mata kanan
bengkak, mata kanan terasa lengket saat bangun tidur, mata kanan
menjadi sering berair, terasa seperti ada yang mengganjal dan nyeri, mata
kanan silau saat melihat cahaya, serta mengeluh penglihatan menjadi
kabur. Pasien merasa ada cairan putih pada bola mata kanan nya, seiring
dengan keluhan penglihatan yang semakin kabur. Pasien juga mengeluh
sakit kepala terutama kepala sebelah kanan, dan sulit tidur. Keluhan
seperti melihat benda gelap melayang-layang, kilatan cahaya dan
penglihatan ganda disangkal.
Saat ini, pasien masih mengeluh hal yang sama karena belum merasakan
adanya perbaikan. Namun, untuk keluhan sakit kepala sudah hilang.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan serupa disangkal.
Riwayat menggunakan kacamata disangkal.
Riwayat penyakit hipertensi, diabetes, asma, alergi obat, alergi makanan
disangkal.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluarga mengalami keluhan serupa disangkal.
Riwayat hipertensi, diabetes, asma di keluarga disangkal.
6. Riwayat Pengobatan
Pasien sempat berobat ke Puskesmas 3 hari SMRS, pasien diberikan obat
tetes mata, namun pasien tidak tau apa nama obat tersebut, setelah
berobat dari Puskesmas, keluhan tidak membaik sehingga pasien berobat
ke IGD RS Bhayangkara TK I R.S Sukanto.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum: Baik
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tanda Vital : TD : 120/90 mmHg
Nadi : 88x/menit
RR : 22x/menit
Suhu : 36.5 C
2
D. Status Oftalmologi
Pemeriksaan di Poli Mata tanggal 08 Juli 2020.
OD OS
Visus 1/~ 6/6 E
Pergerakan bola mata Bebas segala arah Bebas segala arah
F. Resume
Pasien laki-laki berusia 23 tahun datang ke Poli Mata RS Bhayangkara Tk I
R.S Sukanto dengan keluhan penglihatan mata kanan buram sejak 6 hari
SMRS. Keluhan dirasakan setelah mata kanan kelilipan oleh daun kering saat
mengendarai motor, namun kaca helm terbuka. Setelah kelilipan daun kering
tersebut, mata terasa gatal dan merah. Pasien hanya mencuci mata
menggunakan air dan mengaku sering mengucek mata karena gatal.
Keesokan harinya, pasien mengeluh kelopak mata kanan bengkak, mata
kanan terasa lengket saat bangun tidur, mata kanan menjadi sering berair,
terasa seperti ada yang mengganjal dan nyeri, mata kanan silau saat melihat
cahaya, serta mengeluh penglihatan menjadi kabur. Pasien merasa ada cairan
putih pada bola mata kanan nya, seiring dengan keluhan penglihatan yang
semakin kabur. Pasien juga mengeluh sakit kepala terutama kepala sebelah
kanan, dan sulit tidur. Keluhan seperti melihat benda gelap melayang-layang,
kilatan cahaya dan penglihatan ganda disangkal. Pada pemeriksaan
oftalmologi okuli dekstra didapatkan visus 1/~, palpebral superior dan
inferior hiperemis (+), oedem (+) dan nyeri teka (+), konjungtiva tarsal
superior dan inferior hiperemis (+), injeksi siliar (+), injeksi konjungtiva (+),
didapatkan secret (+), kornea keruh ulkus (+) dan oedem, COA keruh dan
terdapat hipopion, iris dan lensa sulit dinilai. Pada hasil pemeriksaan
laboratorium didapatkan leukosit diatas batas normal.
G. Diagnosis Kerja
Ulkus kornea + hipopion
H. Penatalaksanaan
1. Non-Medikamentosa
Bedrest total, diusahakan tidak banyak berposisi miring saat tiduran.
Evaluasi kornea dan visus.
Spoeling Betadine 5% setiap hari di Poli.
Edukasi pasien terkait penyakit yang dialami, rencana pengobatan dan
perawatan yang akan dilakukan dan mengenai pentingnya menjaga
higienitas mata.
2. Medikamentosa
Topikal
Cendo Timol 0,5% tetes 2x/hari
Cendo Tropin1% tetes 4x/hari
Cendo Giflox tetes tiap jam
Natasen tetes tiap jam
Diflucan tetes tiap jam
Sistemik
Ceftriaxone 1x2 gr iv
Ranitidine 2x50 mg iv
Gentamisin 2x100 mg iv
Mentronidazol 2x500 mg PO
Ketoconazole 2x200 mg PO
Glauseta 2x250 mg PO
Aspar K 3x4 mg PO
I. Prognosis
Okuli dekstra
Quo Ad Vitam : Ad
Bonam Quo Ad Fungsionam :
Dubia Quo Ad Sanationam :
Dubia
J. Lembar Follow-up
Pemeriksaan di Poli Mata tanggal 13 Juli 2020.
OD OS
Visus 1/~ 6/6 E
Pergerakan bola mata Bebas segala arah Bebas segala arah
7
Nyeri tekan (+) Nyeri tekan (-)
8
Entropion (-) Entropion (-)
Ektropion (-) Ektropion (-)
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Ulkus Kornea
1. Definisi
Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat
kematian jaringan kornea, ditandai dengan adanya infiltrate supuratif
disertai defek kornea bergaung yang melibatkan lapisan epitel kornea
hingga stroma.4,5
2. Epidemiologi
Prevalensi ulkus kornea lebih sering terjadi pada pria dibandingkan
wanita, ditemukan pada semua kelompok usia dan lebih banyak
ditemukan kasusnya pada kelompok social ekonomi rendah. Pada negara
berkembang, penyebab tersering ulkus kornea adalah akibat trauma,
sedangkan pada negara maju paling sering terjadi karena penggunaan
kontak lensa.6
3. Etiologi
1) Infeksi
Infeksi Bakteri
Ulkus kornea akibat infeksi bakteri sekitar 38,85%. P.
aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies Moraxella
merupakan penyebab paling sering.7
Infeksi Virus
Ulkus kornea akibat infeksi virus paling sering akibat virus
Herpes Simplex. Bentuk khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel
kecil dilapisan epitel yang bila pecah akan menimbulkan ulkus.
Infeksi virus lainnya sangat jarang.7
Infeksi Jamur
Ulkus kornea akibat infeksi jamur terjadi sebesar 40,65%. Paling
sering disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus,
Cephalosporium dan spesies mikosis fungoides.7
Acanthamoeba
Acanthamoeba adalah protozoa yang terdapat didalam air yang
tercemar yang mengandung bakteri dan materi organic. Infeksi
kornea oleh Acanthamoeba seringkali pada pengguna lensa
kontak lunak.7
2) Non-Infeksi7
Bahan kimia bersifat asam atau basa tergantung pH
Radiasi atau suhu
Sindrom Sjorgen
Defisiensi vitamin A
Obat-obatan (kortikosteroid, anestesi topical, immunosupresif)
Kelainan dari membrane basal, misalnya karena trauma
Neurotropik
3) Sistem imun (reaksi hipersensitivitas)
4. Klasifikasi
Berdasarkan lokasi, ulkus kornea di klasifikasikan menjadi dua yaitu:
1) Ulkus Kornea Sentral
Ulkus kornea sentral biasanya adalah ulkus infeksius yang
disebabkan oleh kerusakan epitel kornea, lesi terletak di pusat dan
jauh dari vaskularisasi limbus, serta seringkali disertai hipopion.1
Ulkus Kornea Bakterialis
Ulkus Streptococcus
Ulkus ini khas sebagai ulkus yang menjalar dari tepi kea rah
tengah kornea (serpiginous). Ulkus berwarna kuning keabu-
abuan berbentuk cakram dengan tepi ulkus yang menggaung.7
Ulkus Staphylococcus
Pada awalnya berupa ulkus yang berwarna putih kekuningan
disertai infiltrate berbatas tegas tepat dibawah defek epitel.
Apabila tidak diobati secara adekuat, akan terjadi abses kornea
yang disertai edema stroma dan infiltrasi sel leukosit.7
Ulkus Pseudomonas
Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral kornea, dan
dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea. Gambaran
berupa ulkus berwarna abu-abu dengan kotoran yang
dikeluarkan berwarna kehijauan, kadang berbentuk seperti
cincin, dan pada bilik mata depan terlihat hipopion yang
banyak.7
Ulkus Pneumococcus
Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang dalam, tepi
ulkus terlihat menyebar kearah satu jurusan sehingga
memberikan gambaran karakteristik yang disebut ulkus serpen.
Ulkus terlihat dengan infiltrasi sel yang penuh dan berwarna
kekuningan, penyebarannya sangat cepat dan sering terlihat
ulkus menggaung dan didaerah ini terdapat banyak kuman.7
A B
C D
Gambar 3. Ulkus kornea herpes Zoster (kiri) dan ulkus kornea herpes
simpleks (kanan)
Ulkus Kornea Fungi
Mata dapat tidak memberikan gejala selama beberapa hari sampai
beberapa minggu sesudah trauma yang dapat menimbulkan
infeksi jamur ini. Pada permukaan lesi terlihat bercak putih
dengan warna keabu-abuan yang agak kering. Tepi lesi berbatas
tegas irregular dan terlihat penyebaran seperti bulu pada bagian
epitel yang baik. Terlihat suatu daerah tempat asal penyebaran di
bagian sentral sehingga terdapat satelit-satelit disekitarnya. Tukak
kadang-kadang dalam, seperti tukak yang disebabkan bakteri.
Pada infeksi kandida bentuk tukak lonjong dengan permukaan
naik, dapat terjadi neovaskularisasi akibat rangsangan radang.
Terdapat injeksi siliar disertai hipopion.7
9. Komplikasi
Komplikasi yang paling sering timbul berupa:
1) Kebutaan parsial atau komplit karena endophtalmitis
Ulkus kornea dapat berujung perforasi sehingga terjadi
endophtalmitis serta menimbulkan jaringan parut yang parah dan
gangguan vaskularisasi, yang akibatkan kebutaan. Secara global,
ulkus kornea dengan trauma ocular menghasilkan 1,5-2 juta kasus
kebutaan setiap tahunnya.6,7,8
2) Prolaps iris
Prolaps iris yang berkembang akibat perforasi ulkus kornea infeksi
sebesar 46,9%.9
3) Sikatriks kornea
4) Katarak
5) Glaukoma sekunder
10. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan ulkus kornea adalah eradikasi penyebab dari
ulkus kornea, menekan reaksi peradangan sehingga tidak memperberat
destruksi pada kornea, mempercepat penyembuhan defek epitel,
mengatasi komplikasi, serta memperbaiki tajam penglihatan.7
1) Non-Medikamentosa7
Jika memakai lensa kontak, secepatnya dilepas.
Jangan memegang atau menggosok-gosok yang meradang.
Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering
ungkin dan mengeringkannya dengan handuk atau kain bersih.
Menghindari asap rokok, karena dapat perpanjang proses
penyembuhan luka.
2) Medikamentosa
Antibiotic dan antivirus merupakan obat-obatan pilihan untuk ulkus
kornea. Namun, antijamur dan terapi Acanthamoeba, dalam banyak
kasus hanya dilakukan ketika ada bukti mikrobiologis. Pengobatan
ulkus kornea diputuskan berdasarkan kedalaman, ukuran dan lokasi
infiltrate. Ilfiltrat sentral akan membutuhkan perawatan yang lebih
agresif, dibandingkan ulkus <2mm atau dangkal.6
Antibiotic
Antibiotic topical monoterapi dapat diberikan pada ulkus perifer
dangkal <2mm. untuk infiltrate yang >2mm dan melibatkan
stroma, membutuhkan dosis lebih tinggi seperti dosis pemberian
tiap jam cukup direkomendasikan.6 Antibiotik dapat sesuai
dengan kuman penyebabnya atau berspektrum luas, dapat
diberikan sebagai salep, tetes, atau injeksi konjungtiva, walaupun
pada ulkus kornea sebaiknya tidak diberikan salep karena dapat
memperlambat penyembuhan dan dapat menyebabkan erosi
kembali. Berikut ini contoh antibiotik: Sulfonamide 10-30%,
Basitrasin 500 unit, Tetrasiklin 10 mg, Gentamisin 3 mg,
Neomisin 3,5-5 mg, Tobramisin 3 mg, Eritromisin 0,5%,
Kloramfenikol 10 mg, Ciprofloksasin 3 mg, Ofloksasin 3 mg,
Polimisin B 10.000 unit. Untuk Acanthamoeba, dapat diberikan
poliheksametilen biguanid + propamidin isetionat atau salep
klorheksidin glukonat 0,02%.7
Antivirus
Biasanya, sekitar 50% epitel aktif akan sembuh spontan tanpa
pengobatan. Tingkat penyembuhan terapi antivirus mencapai
95%. Untuk herpes zoster pengobatan bersifat simptomatik
diberikan steroid local untuk mengurangi gejala, siklopegik,
antibiotic spectrum luas untuk infeksi sekunder, analgetik bila
terdapat indikasi serta antivirus topical salep asiklovir 3% tiap 4
jam. 6,7
Antijamur
Terapi medikamentosa di Indonesia terhambat oleh terbatasnya
preparat komersial yang tersedia berdasarkan jenis keratomitosis
yang dihadapi bisa dibagi:7
Jenis jamur yang belum diidentifikasi penyebabnya: topikal
amphotericin B 1, 2, 5 mg/ml, Thiomerosal 10 mg/ml,
Natamycin > 10 mg/ml, golongan Imidazole.
Jamur berfilamen: topikal amphotericin B, thiomerosal,
Natamicin, Imidazol.
Ragi (yeast): amphotericin B, Natamicin, Imidazol.
Actinomyces yang bukan jamur sejati: golongan sulfa,
berbagai jenis antibiotic.
Anti Acanthamoeba
Dapat diberikan poliheksametilen biguanid + propamidin isetionat
atau salep klorheksidin glukonat 0,02%.7
Sikloplegik
Dapat diberikan Sulfas Atropine 1% / Cyclopentolate 1% /
Homatropine 1%, dapat diresepkan 3x/hari untuk mengurangi
spasme siliaris dan menimbulkan midriasis, serta membantu
mengurangi nyeri dan mencegah terbentuknya sinekia.6 Sulfas
atropine sebagai salap atau larutan, banyak dipakai karena bekerja
lama 1-2 minggu. Dengan lumpuhnya M. siliaris mata tidak
mempunyai daya akomodsi sehingga mata dalan keadaan
istirahat. Dengan lumpuhnya M. konstriktor pupil, terjadi
midriasis sehinggga sinekia posterior yang telah ada dapat dilepas
dan mencegah pembentukan sinekia posterior yang baru.7
Skopolamine sebagai agen midriasik
Analgetik: pemberian pantokain/tetrakain, namun tidak boleh
sering.7
3) Pembedahan
Flap Konjungtiva
Flap konjungtiva dilakukan dengan indikasi dimana terapi medis
atau bedah mungkin gagal, kerusakan epitel berulang dan stroma
ulserasi. Dalam situasi tertentu, flap konjungtiva adalah
pengobatan yang efektif dan definitive. Tujuannya adalah untuk
mengembalikan integritas permukaan kornea yang terganggu dan
memberikan metabolism serta dukungan mekanik untuk
penyembuhan kornea, flap ini bertindak sebagai patch biologis,
memberikan pasokan nutrisi dan imunologi oleh jaringan ikat
vaskularnya.7
Keratoplasti
Keratoplasti dilakukan dengan indikasi jika dengan pengobatan
tidak sembuh, terjadinya jaringan parut yang mengganggu
penglihatan dan kedalaman ulkus telah mengancam terjadinya
perforasi. Terdapat du acara keratoplasti:7
Keratoplasti penetrans, berarti penggantian kornea seutuhnya.
Keratoplasti lamellar, berarti penggantian kornea sebagian.
C. Hipopion
Hipopion merupakan penimbunan sel radang di bagian bawah bilik mata
depan. Hipopion terdapat pada ulkus kornea, iritis berat, endoftalmitis dan
tumor intraocular. Pada ulkus kornea bakteri, hipopion termasuk steril kecuali
jika telah ada pecah membrane Descement, namun pada ulkus kornea jamur
kemungkinan besar hipopion mengandung elemen-elemen jamur. 1,4
BAB III
ANALISA KASUS
th
1. Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P. 2018. General Ophthalmology.1 9 edition.
USA: McGraw-Hill.
2. Baccoti, J. 2017. Anatomy, Physiology and Pathology. New York:
http://www.opticiansallianceofnewyork.org/wp-content/uploads/2017/07/Contact-
Lens-CE-Course.pdf
3. James B, Chew C, Bron A. 2003. Lecture Notes Opthalmology. Ninth Ed. Australia:
Blackwell Publishing.
4. Ilyas S. 2011. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
5. Saratha. 2017. Predisposing Factors & Microbiological Profile of Corneal Ulcer.
SJAMS; 5(5B) http://saspublisher.com/wp-content/uploads/2017/06/SJAMS-
55B1794-1800.pdf
6. Kenia VP, Kenia RV, Pirdankar OH. 2020. Diagnosis and Management Protocol of
Acute Corneal Ulcer. International Journal of Health Science and Research; Vol.10(3)
https://www.ijhsr.org/IJHSR_Vol.10_Issue.3_March2020/10.pdf
7. Farida Y. 2015. Corneal Ulcers Treatment. J Majority; Vol.4(1)
https://pdfs.semanticscholar.org/fc48/6779c6e2a55e7222c45e011bbe63756fdf1a.pdf
8. Mehta S, Mehta M. 2017. Clinical and Microbiological Profile nd Treatment Outcome
of Infectice Corneal Ulcers: A Study in Central India. International Journal of
Scientific Study; Vol.4(12)
9. Gellat KN, Brooks DE. 2011. Surgery of the Cornea and Sclera. Veterinary
Ophthalmic Surgery
10.Abbott RL, Halfpenny CP, Zegans M, Kremer PA. Bacterial Corneal Ulcers.
https://entokey.com/bacterial-corneal-ulcers/
11. Chan RVP. 2016. Fungal Keratitis. American Academy of Ophthalmology.
https://www.aao.org/topic-detail/fungal-keratitis-europe
12. Stiff HA, Ricca AM, Bozung A, Goins KM. 2017. Corneal Marginal Ulcer: Marginal
Keratitis with Ulceration in 45 year-old male. Ophthalmology and Visual Sciences