Anda di halaman 1dari 31

PRESENTASI KASUS

ULKUS KORNEA + HIPOPION

Pembimbing:
dr. Henry Albar Wibowo, SpM (K)
dr. Susan Sri Anggraeni Purwohusodo, SpM
dr. H. Hermansyah, SpM
dr. Mustafa Kamil Shahab, SpM

Disusun Oleh:
Rizkia Ima Ardanti (1820221076)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “VETERAN” JAKARTA
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK. I R. SAID SUKANTO
PERIODE 6 JULI 2020 – 30 JULI 2020
BAB I
LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
6. Nama : Tn. MR
7. Tanggal Lahir : 09 Januari 1997
8. Umur : 23 tahun
9. Jenis Kelamin : Laki-laki
10. Agama : Islam
11. Status : Belum menikah
12. Pendidikan : SMP
13. Pekerjaan : Pengamen
14. Alamat : Kp Asem RT 09/01 Cijantung, Pasar Rebo
15. Tanggal pemeriksaan : 8 Juli 2020

B. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis di Poli Mata RS
Bhayangkara Tk I R.S Sukanto Kramat Jati pada tanggal 8 Juli
2020.
1. Keluhan Utama
Penglihatan mata kanan buram sejak 6 hari SMRS.
2. Keluhan Tambahan
Mata kanan merah, tampak ada cairan keputihan, nyeri, berair dan terasa
mengganjal.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
TN. MR datang ke IGD RS Bhayangkara Tk I R.S Sukanto dengan
keluhan penglihatan mata kanan buram sejak 6 hari sebelum masuk
rumah sakit. Keluhan dirasakan setelah mata kanan kelilipan oleh daun
kering saat mengendarai motor, namun kaca helm terbuka. Setelah
kelilipan daun kering tersebut, mata terasa gatal dan merah. Pasien hanya
mencuci mata menggunakan air dan mengaku sering mengucek mata

1
karena gatal. Keesokan harinya, pasien mengeluh kelopak mata kanan
bengkak, mata kanan terasa lengket saat bangun tidur, mata kanan
menjadi sering berair, terasa seperti ada yang mengganjal dan nyeri, mata
kanan silau saat melihat cahaya, serta mengeluh penglihatan menjadi
kabur. Pasien merasa ada cairan putih pada bola mata kanan nya, seiring
dengan keluhan penglihatan yang semakin kabur. Pasien juga mengeluh
sakit kepala terutama kepala sebelah kanan, dan sulit tidur. Keluhan
seperti melihat benda gelap melayang-layang, kilatan cahaya dan
penglihatan ganda disangkal.
Saat ini, pasien masih mengeluh hal yang sama karena belum merasakan
adanya perbaikan. Namun, untuk keluhan sakit kepala sudah hilang.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan serupa disangkal.
Riwayat menggunakan kacamata disangkal.
Riwayat penyakit hipertensi, diabetes, asma, alergi obat, alergi makanan
disangkal.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluarga mengalami keluhan serupa disangkal.
Riwayat hipertensi, diabetes, asma di keluarga disangkal.
6. Riwayat Pengobatan
Pasien sempat berobat ke Puskesmas 3 hari SMRS, pasien diberikan obat
tetes mata, namun pasien tidak tau apa nama obat tersebut, setelah
berobat dari Puskesmas, keluhan tidak membaik sehingga pasien berobat
ke IGD RS Bhayangkara TK I R.S Sukanto.

C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum: Baik
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tanda Vital : TD : 120/90 mmHg
Nadi : 88x/menit
RR : 22x/menit
Suhu : 36.5 C

2
D. Status Oftalmologi
Pemeriksaan di Poli Mata tanggal 08 Juli 2020.

OD OS
Visus 1/~ 6/6 E
Pergerakan bola mata Bebas segala arah Bebas segala arah

Kedudukan bola mata Ortoforia Ortoforia


Lapang Pandang Sulit dinilai Dalam batas normal
Suprasilia Madarosis (-) Madarosis (-)
Tumbuh penuh normal Tumbuh penuh normal
Sikatrik (-) Sikatrik (-)
Silia Trikiasis (-) Trikiasis (-)
Distrikiasis (-) Distrikiasis (-)
Palpebra superior Hiperemis (+) Hiperemis (-)
Udem (+) Udem (-)
Spasme (-) Spasme (-)
Massa (-) Massa (-)
Nyeri tekan (+) Nyeri tekan (-)
Entropion (-) Entropion (-)
Ektropion (-) Ektropion (-)

Palpebra inferior Hiperemis (+) Hiperemis (-)


Udem (+) minimal Udem (-)
Spasme (-) Spasme (-)
Massa (-) Massa (-)
Nyeri tekan (+) Nyeri tekan (-)
Entropion (-) Entropion (-)
Ektropion (-) Ektropion (-)
Konjungtiva Tarsal Hiperemis (+) Hiperemis (-)
Superior Papil (-) Papil (-)
Folikel (-) Folikel (-)
Edema (-) Edema (-)
Membran (-) Membran (-)
Sikatrik (-) Sikatrik (-)
Sekret (-) Sekret (-)

Inferior Hiperemis (+) Hiperemis (-)


Papil (-) Papil (-)
Folikel (-) Folikel (-)
Edema (-) Edema (-)
Membran (-) Membran (-)
Sikatrik (-) Sikatrik (-)
Sekret (-) Sekret (-)

Konjungtiva Bulbi Injeksi konjungtiva (+) Injeksi konjungtiva (-)


Injeksi silliar (+) Injeksi silliar (-)
Sekret (+) Sekret (-)
Sklera Ikterik (-) Ikterik (-)
Sklerektasis (-) Sklerektasis (-)
Kornea Keruh Jernih, infiltrat (-)
Sensibilitas kornea (+) Sensibilitas kornea (-)
Oedem (+) Oedem (-)
Neovaskularisasi (-) Neovaskularisasi (-)
Ulkus (+) Ulkus (-)
Sikatriks (-) Sikatriks (-)
Bilik mata depan/ COA Keruh Jernih
Kedalaman cukup Hifema (-)
Fibrin (-) Kedalaman cukup
Hifema (-) Fibrin (+)
Hipopion (+) Hipopion (-)
Pupil Bulat, Sentral Bulat, Sentral, Reguler
D: 3 mm D: 3 mm
Refleks direk/indirek Refleks direk/indirek (+/+)
sulit dinilai
Iris Sulit dinilai Coklat, Kripte normal
Neovaskularisasi (-)
Sinekia anterior dan posterior (-)
Udem (-)
Lensa Bagian sentral keruh, Bagian sentral jernih
tertutup ulkus kornea
Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tekanan bolamata Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Fluorescein Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Slit Lamp Konjungtiva hiperemis Konjungtiva hiperemis (-). Kornea
(+). Kornea oedem (+), jernih, infiltrat (-). Iris coklat, kripte
keruh, ulkus (+). COA (+). Pupil bulat, sentral, RC (+).
keruh, hipopion (+). Lensa jernih.
Iris sulit dinilai. Pupil
bulat, sentral. Lensa
keruh, tertutup ulkus
kornea.

Klinis Tn.MR (kiri), hasil pemeriksaan slit lamp OD (kanan)


E. Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan pemeriksaan Laboratorium tanggal 06/07/2020.
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Hb 16,3 g/dl 13-16
Leukosit 11.650 /ul 5.000 – 10.000
Hematokrit 52 % 40-60
trombosit 255.000 150.000-400.000
Basophil 0% 0-1
Eosinophil 1% 1-3
Batang 0% 2-6
Segmen 6% 50-70
Limfosit 25 10-40
monosit 6 2-8
Protein total 6,3 g/dl 6,0-8,7
Albumin 3,8 g/dl 3,5-5,2
Globulin 2,5 g/dl 2,5-3,1
Bilirubin total 0,28 mg/d Dewasa <1,5
Bilirubin direk 0,12 mg/d <0,5
Bilirubin indirek 0,16 mg/d <1,0
SGOT 10,7 U/L <37
SGPT 25,0 U/L <40
Ureum 20 mg/dl 10-50
Kreatinin 0,9mg/dl 0,5-1,5
GDS 116 mg/dl <200
Na 140 mmol/L 135-145
K 4,5 mmol/L 3,5-5,0
Cl 103 mmol/L 98-108
HBsAg Non reaktif Non reaktif
Anti HCV Non reaktif Non reaktif
IgG/IgM rapid covid-19 Non reaktif Non reaktif

F. Resume
Pasien laki-laki berusia 23 tahun datang ke Poli Mata RS Bhayangkara Tk I
R.S Sukanto dengan keluhan penglihatan mata kanan buram sejak 6 hari
SMRS. Keluhan dirasakan setelah mata kanan kelilipan oleh daun kering saat
mengendarai motor, namun kaca helm terbuka. Setelah kelilipan daun kering
tersebut, mata terasa gatal dan merah. Pasien hanya mencuci mata
menggunakan air dan mengaku sering mengucek mata karena gatal.
Keesokan harinya, pasien mengeluh kelopak mata kanan bengkak, mata
kanan terasa lengket saat bangun tidur, mata kanan menjadi sering berair,
terasa seperti ada yang mengganjal dan nyeri, mata kanan silau saat melihat
cahaya, serta mengeluh penglihatan menjadi kabur. Pasien merasa ada cairan
putih pada bola mata kanan nya, seiring dengan keluhan penglihatan yang
semakin kabur. Pasien juga mengeluh sakit kepala terutama kepala sebelah
kanan, dan sulit tidur. Keluhan seperti melihat benda gelap melayang-layang,
kilatan cahaya dan penglihatan ganda disangkal. Pada pemeriksaan
oftalmologi okuli dekstra didapatkan visus 1/~, palpebral superior dan
inferior hiperemis (+), oedem (+) dan nyeri teka (+), konjungtiva tarsal
superior dan inferior hiperemis (+), injeksi siliar (+), injeksi konjungtiva (+),
didapatkan secret (+), kornea keruh ulkus (+) dan oedem, COA keruh dan
terdapat hipopion, iris dan lensa sulit dinilai. Pada hasil pemeriksaan
laboratorium didapatkan leukosit diatas batas normal.

G. Diagnosis Kerja
Ulkus kornea + hipopion

H. Penatalaksanaan
1. Non-Medikamentosa
 Bedrest total, diusahakan tidak banyak berposisi miring saat tiduran.
 Evaluasi kornea dan visus.
 Spoeling Betadine 5% setiap hari di Poli.
 Edukasi pasien terkait penyakit yang dialami, rencana pengobatan dan
perawatan yang akan dilakukan dan mengenai pentingnya menjaga
higienitas mata.
2. Medikamentosa
 Topikal
 Cendo Timol 0,5% tetes 2x/hari
 Cendo Tropin1% tetes 4x/hari
 Cendo Giflox tetes tiap jam
 Natasen tetes tiap jam
 Diflucan tetes tiap jam
 Sistemik
 Ceftriaxone 1x2 gr iv
 Ranitidine 2x50 mg iv
 Gentamisin 2x100 mg iv
 Mentronidazol 2x500 mg PO
 Ketoconazole 2x200 mg PO
 Glauseta 2x250 mg PO
 Aspar K 3x4 mg PO

I. Prognosis
Okuli dekstra
Quo Ad Vitam : Ad
Bonam Quo Ad Fungsionam :
Dubia Quo Ad Sanationam :
Dubia

J. Lembar Follow-up
Pemeriksaan di Poli Mata tanggal 13 Juli 2020.
OD OS
Visus 1/~ 6/6 E
Pergerakan bola mata Bebas segala arah Bebas segala arah

Kedudukan bola mata Ortoforia Ortoforia


Lapang Pandang Sulit dinilai Dalam batas normal
Suprasilia Madarosis (-) Madarosis (-)
Tumbuh penuh normal Tumbuh penuh normal
Sikatrik (-) Sikatrik (-)
Silia Trikiasis (-) Trikiasis (-)
Distrikiasis (-) Distrikiasis (-)
Palpebra superior Hiperemis (+) Hiperemis (-)
Udem (+) Udem (-)
Spasme (-) Spasme (-)
Massa (-) Massa (-)

7
Nyeri tekan (+) Nyeri tekan (-)

8
Entropion (-) Entropion (-)
Ektropion (-) Ektropion (-)

Palpebra inferior Hiperemis (+) Hiperemis (-)


Udem (+) minimal Udem (-)
Spasme (-) Spasme (-)
Massa (-) Massa (-)
Nyeri tekan (+) Nyeri tekan (-)
Entropion (-) Entropion (-)
Ektropion (-) Ektropion (-)

Konjungtiva Tarsal Hiperemis (+) Hiperemis (-)


Superior Papil (-) Papil (-)
Folikel (-) Folikel (-)
Edema (-) Edema (-)
Membran (-) Membran (-)
Sikatrik (-) Sikatrik (-)
Sekret (-) Sekret (-)

Inferior Hiperemis (+) Hiperemis (-)


Papil (-) Papil (-)
Folikel (-) Folikel (-)
Edema (-) Edema (-)
Membran (-) Membran (-)
Sikatrik (-) Sikatrik (-)
Sekret (-) Sekret (-)

Konjungtiva Bulbi Injeksi konjungtiva (+) Injeksi konjungtiva (-)


Injeksi silliar (+) Injeksi silliar (-)
Sekret (+) Sekret (-)

Sklera Ikterik (-) Ikterik (-)


Sklerektasis (-) Sklerektasis (-)
Kornea Keruh Jernih, infiltrat (-)
Sensibilitas kornea (+) Sensibilitas kornea (-)
Oedem (+) Oedem (-)
Neovaskularisasi (-) Neovaskularisasi (-)
Ulkus (+) Ulkus (-)
Sikatriks (-) Sikatriks (-)
Bilik mata depan/ COA Keruh Jernih
Kedalaman cukup Hifema (-)
Fibrin (-) Kedalaman cukup
Hifema (-) Fibrin (+)
Hipopion (+) Hipopion (-)
Pupil Bulat, Sentral Bulat, Sentral, Reguler
D: 3 mm D: 3 mm
Refleks direk/indirek Refleks direk/indirek (+/+)
sulit dinilai
Iris Sulit dinilai Coklat, Kripte normal
Neovaskularisasi (-)
Sinekia anterior dan posterior (-)
Udem (-)
Lensa Bagian sentral keruh, Bagian sentral jernih
tertutup ulkus kornea
Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tekanan bolamata Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Fluorescein Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Slit Lamp Konjungtiva hiperemis Konjungtiva hiperemis (-). Kornea
(+). Kornea oedem (+), jernih, infiltrat (-). Iris coklat, kripte
keruh, ulkus (+). COA (+). Pupil bulat, sentral, RC (+).
keruh, hipopion (+). Lensa jernih.
Iris sulit dinilai. Pupil
bulat, sentral. Lensa
keruh, tertutup ulkus
kornea.

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Kornea


Kornea merupakan jaringan transparan pada mata, yang ukurannya
sebanding dengan kristal sebuah jam tangan berukuran kecil. Kornea
merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata disebelah
depan. Rata – rata ketebalan kornea pada orang dewasa adalah 0.52 mm di
sentral dan 0.65 mm di perifer. Diameter horizontal kornea rata – rata pada
orang dewasa adalah 11,75 mm dan diameter ventrikelnya rata-rata 10.66 mm.
Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus kornea, lengkung melingkar pada
persambungan ini disebut sulkus skelaris.1
Dari anterior ke posterior, kornea memiliki 5 lapisan yang saling
berhubungan yaitu epitel (yang merupakan kelanjutan dari epitel di
konjungtiva bulbi), membran Bowman, stroma, membran descement dan
endotel.1

Gambar 1. Anatomi Kornea1,3


1. Epitel
Permukaan anterior kornea tersusu dari 5-6 lapis sel epitel skuamosa
bertingkat yang tidak berkeratin yang saling tumpang tindih (lapis sel
basal, lapis sel polygonal dan sel gepeng) dan kontinu dari konjungtiva,
namun tidak memiliki sel goblet. Epitel kornea merupakan sel skuamosa
bertingkat yang tidak berkeratin dengan ketebalan sekitar 50 m. Sel
basal akan mengalami regenerasi saat kornea terluka. Penyembuhan luka
terjadi secara mitosis dan migrasi, mitosis adalah pembelahan sel yang
berada di dekat limbus dan akan bergerak ke tengah.2
2. Membran Bowman
Membran Bowman terletak dibawah membran basal epitel kornea, dan
lapisan ini tidak memiliki kemampuan regenerasi.2
3. Stroma
Stroma merupakan lapisan paling tebal pada kornea yaitu menyumbang
90% dari ketebalan kornea. Terdiri dari  200 lamela yang merupakan
susunan kolagen yang sejajar, pada permukaan terlihat anyaman yang
teratur sedangkan pada bagian perifer terlihat bercabang. Pada stroma
terdapat sel keratosit yang berada diantara lamela, keratosit/fibroblas
cenderung dorman, dan akan aktif ketika terjadi cedera dan akan
membantu dalam perbaikan jaringan.1,2
4. Membran Descement
Membran Descement adalah lapisan yang tersusun atas lapis halus
filamen kolagen, berada paling posterior dari stroma serta menjadi
membran basal dari stroma. Membran ini bersifat sangat elastis dan
memiliki ketebalan sekitar 40 m.1,2
5. Endotel
Lapisan endotel kornea terdiri dari 1 lapis, dengan bentuk sel heksagonal
dengan ukuran  20-40 m. Endotel kornea memisahkan stroma dan
membran Descement dari aquos humor. Endotel kornea cukup rentan
terhadap cedera serta mengalami kehilangan sel sesuai dengan
peningkatan usia.1,2

Sumber nutrisi kornea berasal dari pembuluh-pembuluh darah di limbus,


konjungtiva episklera dan sklera, selain itu juga berasal dari aquos humor dan
air mata. Bagian superfisial dari kornea juga mendapatkan oksigen dari
atmosfer. Saraf sensoris kornea disuplai oleh nervus ophtalmika dan nervus
trigeminal saraf kranial. Transparansi kornea berasal dari strukturnya yang
seragam dan avaskular.1
Kornea merupakan sistem optik, berfungsi untuk pembiasan cahaya,
kornea harus jelas dan transparan untuk mendapat penglihatan yang tajam.
Tidak ada bekas luka (skar), transparansi yang baik, avaskular dan
mempertahankan hidrasi deturgesensi korena, akan menghasilkan daya refraksi
yang tinggi. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40 dioptri
dan 50 dioptri pembiasaan sinar masuk dilakukan oleh kornea. Selain itu, epitel
kornea juga berfungsi untuk melindungi kornea dan struktur mata lainnya
terhadap masuknya mikroorganisme.1,2

B. Ulkus Kornea
1. Definisi
Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat
kematian jaringan kornea, ditandai dengan adanya infiltrate supuratif
disertai defek kornea bergaung yang melibatkan lapisan epitel kornea
hingga stroma.4,5
2. Epidemiologi
Prevalensi ulkus kornea lebih sering terjadi pada pria dibandingkan
wanita, ditemukan pada semua kelompok usia dan lebih banyak
ditemukan kasusnya pada kelompok social ekonomi rendah. Pada negara
berkembang, penyebab tersering ulkus kornea adalah akibat trauma,
sedangkan pada negara maju paling sering terjadi karena penggunaan
kontak lensa.6
3. Etiologi
1) Infeksi
 Infeksi Bakteri
Ulkus kornea akibat infeksi bakteri sekitar 38,85%. P.
aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies Moraxella
merupakan penyebab paling sering.7
 Infeksi Virus
Ulkus kornea akibat infeksi virus paling sering akibat virus
Herpes Simplex. Bentuk khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel
kecil dilapisan epitel yang bila pecah akan menimbulkan ulkus.
Infeksi virus lainnya sangat jarang.7
 Infeksi Jamur
Ulkus kornea akibat infeksi jamur terjadi sebesar 40,65%. Paling
sering disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus,
Cephalosporium dan spesies mikosis fungoides.7
 Acanthamoeba
Acanthamoeba adalah protozoa yang terdapat didalam air yang
tercemar yang mengandung bakteri dan materi organic. Infeksi
kornea oleh Acanthamoeba seringkali pada pengguna lensa
kontak lunak.7
2) Non-Infeksi7
 Bahan kimia bersifat asam atau basa tergantung pH
 Radiasi atau suhu
 Sindrom Sjorgen
 Defisiensi vitamin A
 Obat-obatan (kortikosteroid, anestesi topical, immunosupresif)
 Kelainan dari membrane basal, misalnya karena trauma
 Neurotropik
3) Sistem imun (reaksi hipersensitivitas)
4. Klasifikasi
Berdasarkan lokasi, ulkus kornea di klasifikasikan menjadi dua yaitu:
1) Ulkus Kornea Sentral
Ulkus kornea sentral biasanya adalah ulkus infeksius yang
disebabkan oleh kerusakan epitel kornea, lesi terletak di pusat dan
jauh dari vaskularisasi limbus, serta seringkali disertai hipopion.1
 Ulkus Kornea Bakterialis
 Ulkus Streptococcus
Ulkus ini khas sebagai ulkus yang menjalar dari tepi kea rah
tengah kornea (serpiginous). Ulkus berwarna kuning keabu-
abuan berbentuk cakram dengan tepi ulkus yang menggaung.7
 Ulkus Staphylococcus
Pada awalnya berupa ulkus yang berwarna putih kekuningan
disertai infiltrate berbatas tegas tepat dibawah defek epitel.
Apabila tidak diobati secara adekuat, akan terjadi abses kornea
yang disertai edema stroma dan infiltrasi sel leukosit.7
 Ulkus Pseudomonas
Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral kornea, dan
dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea. Gambaran
berupa ulkus berwarna abu-abu dengan kotoran yang
dikeluarkan berwarna kehijauan, kadang berbentuk seperti
cincin, dan pada bilik mata depan terlihat hipopion yang
banyak.7
 Ulkus Pneumococcus
Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang dalam, tepi
ulkus terlihat menyebar kearah satu jurusan sehingga
memberikan gambaran karakteristik yang disebut ulkus serpen.
Ulkus terlihat dengan infiltrasi sel yang penuh dan berwarna
kekuningan, penyebarannya sangat cepat dan sering terlihat
ulkus menggaung dan didaerah ini terdapat banyak kuman.7

A B

C D

Gambar 2. Ulkus kornea bakterialis (A) Strepcoccus (B) Staphylococcus


(C) Pseudomonas (D) Pneumococcus 10
 Ulkus Kornea Virus
 Ulkus Kornea Herpes Zoster
Biasanya diawali rasa sakit pada kulit yang timbul satu 1-3 hari
sebelum timbulnya gejala kulit. Pada mata ditemukan vesikel
kulit dan edem palpebra, konjungtiva hiperemis, kornea keruh
akibat terdapatnya infiltrat subepitel dan stroma. Infiltrat dapat
berbentuk dendrit yang bentuknya berbeda dengan dendrit
herpes simplex. Dendrit herpes zoster berwarna abu-abu kotor.
Kornea hipestesi tetapi dengan rasa sakit. Keadaan yang berat
pada kornea biasanya disertai dengan infeksi sekunder.1,7
 Ulkus Kornea Herpes Simpleks
Biasanya gejala dini dimulai dengan tanda injeksi siliar yang
kuat disertai terdapatnya suatu dataran sel di permukaan epitel
kornea disusul dengan bentuk dendrit atau bintang infiltrasi.
Terdapat hiperestesi pada kornea secara lokal kemudian
menyeluruh. Bentuk dendrit herpes simplex kecil, ulseratif,
jelas diwarnai dengan fluoresin dengan benjolan diujungnya.1,7

Gambar 3. Ulkus kornea herpes Zoster (kiri) dan ulkus kornea herpes
simpleks (kanan)
 Ulkus Kornea Fungi
Mata dapat tidak memberikan gejala selama beberapa hari sampai
beberapa minggu sesudah trauma yang dapat menimbulkan
infeksi jamur ini. Pada permukaan lesi terlihat bercak putih
dengan warna keabu-abuan yang agak kering. Tepi lesi berbatas
tegas irregular dan terlihat penyebaran seperti bulu pada bagian
epitel yang baik. Terlihat suatu daerah tempat asal penyebaran di
bagian sentral sehingga terdapat satelit-satelit disekitarnya. Tukak
kadang-kadang dalam, seperti tukak yang disebabkan bakteri.
Pada infeksi kandida bentuk tukak lonjong dengan permukaan
naik, dapat terjadi neovaskularisasi akibat rangsangan radang.
Terdapat injeksi siliar disertai hipopion.7

Gambar 4. Ulkus kornea jamur11


 Ulkus Kornea Acanthamoeba
Awal dirasakan sakit yang tidak sebanding dengan temuan
kliniknya, kemerahan dan fotofobia. Tanda klinik khas adalah
ulkus kornea indolen, cincin stroma, dan infiltrat perineural.7

Gambar 5. Ulkus kornea Acanthamoeba7,11


2) Ulkus Kornea Perifer
 Ulkus Marginal
Ulkus marginal merupakan peradangan kornea bagian perifer
berbentuk khas yang biasanya terdapat daerah jernih antara
limbus kornea dengan tempat kelainannya. Diduga 50% dasar
kelainannya ialah suatu reaksi hipersensitivitas terhadap
eksotoksin staphylococcus. Ulkus yang terdapat terutama
dibagian perifer kornea ini biasanya terjadi akibat alergi, toksik,
infeksi dan penyakit kolagen vascular. Ulkus marginal ini sering
didapatkan pada orang tua yang sering dihubungkan dengan
reumatik, dapat pula terjadi bersama dengan konjungtivitis akibat
infeksi Moraxella dan Proteus vulgaris. Penglihatan pasien
dengan ulkus marginal akan menurun disertai rasa sakit,
fotofobia, lakrimasi, terdapat pada satu mata blefarospasme,
injeksi konjungtiva, infiltrate atau ulkus yang memanjang dan
dangkal. Ulkus marginal timbul akibat sensitisasi terhadap
bakteri, antibodi dari pembuluh limbus akan bereaki dengan
antigen yang telah berdifusi melalui epitel kornea, hingga
akhirnya menjadi ulkus dan mengalami vaskularisasi, biasanya
dapat sembuh sendiri (self limited), selama 7-10 hari, namun yang
berhubungan dengan blefarokonjungtivitis staphylococcus
seringkali kambuh. Terapi antibiotic dan steroid local dapat
diberikan setelah kemungkinan infeksi virus herpes simpleks
disingkirkan, sebaiknya pemberian steroid dalam waktu singkat
dan disertai pemberian vitamin B dan C dosis tinggi. 1,4,7

Gambar 6. Ulkus Kornea Marginal 1,12


 Ulkus Mooren
Ulkus Mooren adalah suatu ulkus menahun superfisial yang
dimulai dari tepi kornea dengan bagian tepinya bergaung dan
berjalan progresif tanpa kecenderungan perforasi ataupun
hipopion, lambat laun ulkus ini akan mengenai seluruh kornea.
Ulkus ini akan menghancurkan membrane Bowman dan stroma
kornea, tidak terdapat neovaskularisasi pada bagian yang aktif,
dan bila sudah kronik akan terlihat jaringan parut dan
vaskularisasi. Penyebab ulkus Mooren sampai saat ini belum
diketahui, banyak teori yang diajukan dan diduga penyebabnya
adalah hipersensitivitas terhadap protein tuberculosis, virus,
autoimun, dan alergi terhadap toksin ankilostoma. Pasien dengan
ulkus Mooren seringkali merasa nyeri pada mata, dan 25% terjadi
bilateral. Ulkus Mooren sering ditemukan pada usia lanjut, namun
tampaknya tidak terkait dengan penyakit sistemik yang biasa
terjadi pada usia lanjut. Ulkus ini tidak responsive terhadap
antibiotic dan kortikosteroid.1,4

Gambar 7. Ulkus Kornea Mooren 1,13


5. Faktor Risiko
1) Luka pada kornea (erosi) akibat trauma
2) Penggunaan lensa kontak
3) Luka bakar pada wajah
6. Patofisiologi
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya
dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina. Perubahan dalam
bentuk dan kejernihan kornea mengganggu pembentukan bayangan yang
baik di retina. Oleh karenanya, kelainan sekecil apapun di kornea, dapat
menimbulkan gangguan penglihatan.4,7
Perjalanan ulkus kornea dibagi 4 stadium yaitu:
1) Stadium Infiltrasi Progresif
Dalam waktu 2 jam setelah kerusakan kornea timbul reaksi radang
yang diawali pelepasan faktor kemotaktif akan merangsang migrasi
sel polimorphonuclear (PMN) ke stroma kornea yang berasal dari
lapisan air mata dan pembuluh darah limbus. Apabila tidak terjadi
infeksi maka sel PMN akan menghilang dalam waktu 48 jam dan
epitel pulih dengan cepat. Ciri khas stadium ini adalah terdapatnya
infiltrat dari leukosit PMN dan limfosit ke dalam epitel dan
stroma. Ciri klinis pada epitel terdapat kekeruhan yang berwarna
putih atau kekuning-kuningan, edema dan akhirnya terjadi nekrosis.
Keadaan tersebut tergantung pada virulensi kuman, mekanisme
pertahanan tubuh dan pengobatan antibiotika.
2) Stadium Ulserasi Aktif
Pada epitel dan stroma akan terjadi nekrosis, pengelupasan, dan
timbul suatu cekungan (defek). Jaringan sekitarnya terdapat infiltrasi
sel radang, dan edema. Pada pemeriksaan klinis terdapat kornea
berwarna putih keabuan dengan dasar ulkus yang nekrosis. Pada
bilik mata depan timbul reaksi radang ringan atau sampai terjadi
hipopion, dan blefarospasme pada kelopak mata. Penderita mengeluh
rasa nyeri, fotofobia, lakrimasi, dan penurunan tajam penglihatan.
Ulkus dapat meluas ke lateral atau ke lapisan yang lebih dalam
sehingga menimbulkan descemetokel, atau bahkan sampai perforasi.
3) Stadium Regresif
Pada stadium ini terjadi regresi dari perjalanan penyakit di atas,
karena adanya mekanisme pertahanan tubuh atau pengobatan. Ciri
regresi tersebut antara lain, berkurangnya keluhan rasa nyeri,
fotofobia, lakrimasi dan keluhan–keluhan lainnya. Secara klinis
tampak infiltrat mengecil, batas ulkus lebih tegas, daerah nekrotik
mendangkal, tanda–tanda radang berkurang.
4) Stadium Penyembuhan/sikatriks
Pada stadium ini terjadi penyembuhan berupa timbulnya epitelisasi
dari semua sisi ulkus, fibroblast membentuk stroma baru dan
dilanjutkan dengan pengeluaran debris. Stroma baru terbentuk
dibawah epitel dan menebal, sehingga epitel terdorong ke depan.
Stroma tersebut mengisi seluruh defek, sehingga permukaan kornea
yang terinfeksi menjadi rata atau meninggalkan sedikit cekungan.
Pada stadium ini keluhan semakin berkurang, tajam penglihatan
mulai membaik. Jaringan nekrotik mulai diganti dengan jaringan
fibrosa, pembuluh darah mulai timbul dan menutup ulkus dengan
membawa fibrosa. Bila penyembuhan sudah selesai, pembuluh darah
mengalami regresi. Jaringan sikatrik yang terjadi tidak transparan,
tetapi lama kelamaan kepadatannya akan berkurang terutama pada
dewasa muda dan anak–anak. Derajat sikatrisasi setelah ulkus
bermacam–macam mulai dari nebula (kabut halus pada kornea yang
sukar terlihat), makula (kekeruhan kornea yang berbatas tegas), dan
leukoma (kekruhan berwarna putih padat).
7. Manifestasi Klinis
Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa gejala
subjektif dan objektif.
1) Gejala Subjektif 4,7
 Mata merah ringan hingga berat
 Fotofobia
 Penglihatan menurun dan pandangan kabur
 Secret mukopurulen
 Eritema pada kelopak mata
 Mata berair
 Merasa ada benda asing di mata
 Bintik putih pada kornea sesuai lokasi ulkus
 Nyeri
2) Gejala Objektif 4
 Injeksi silier
 Edem kornea
 Hilangnya sebagian kornea (penipisan kornea, lipatan Descement,
adanya jaringan nekrotik)
 Adanya infiltrat
 Reaksi jaringan uvea (akibat gangguan vaskularisasi iris), dapat
berupa hipopion, hifema dan sinekia posterior
8. Diagnosa
1) Anamnesa
Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat
diungkapkan adanya riwayat trauma, benda asing, abrasi, adanya
riwayat penyakit kornea yang bermanfaat, misalnya keratitis akibat
infeksi virus herpes simplek yang sering kambuh. Hendaknya
ditanyakan pula riwayat pemakaian obat topikal oleh pasien seperti
kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri,
fungi, virus terutama keratitis herpes simplek. Menggali keluhan dan
gejala subjektif yang dirasakan pasien serta mencari adanya faktor
risiko, seperti adanya riwayat pemakaian ensa kontak, dan lain
lain.6,7
2) Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan oftalmologis akan didapatkan manifestasi seperti
pada gejala objektif seperti (injeksi silier, edem kornea, hilangnya
sebagian kornea, adanya infiltrate dan reaksi jaringan uvea).4,7
3) Pemeriksaan Penunjang
 Uji Fluoresein
Uji ini dilakukan untuk melihat adanya defek epitel kornea.
Kertas fluorescein dibasahi terlebih dahulu dengan garam
fisiologis diletakkan pada sakus konjungtiva inferior. Penderita
diminta menutup matanya selama 20 detik, lalu kertas diangkat.
Dilakukan irigasi konjungtiva dengan garam fisiologik, dilihat
permukaan kornea bila terlihat warna hijau dengan sinar biru
berarti ada kerusakan epitel kornea misalnya terdapat oada
keratitis superfisialis, ulkus kornea dan erosi kornea. Defek
kornea akan terlihat berwarna hijau, dan disebut sebagai uji
fluorescein positif.4
 Kultur Ulkus Kornea
Sebelum diberikan pengobatan empirik dengan antibiotika, perlu
dilakukan pemeriksaan mikrobiologik untu membuat diagnostic
etiologic. Pengambilan spesimen harus dari tempat ulkusnya,
dengan membersihkan jaringan nekrotik terlebih dahulu;
dilakukan secara aseptik menggunakan spatula Kimura, lidi kapas
steril, kertas saring atau Kalsium alginate swab. Pemakaian media
penyubur BHI (Brain Heart Infusion Broth) akan memberikan
hasil positif yang lebih baik daripada penanaman langsung pada
medium isolasi. Medium yang digunakan adalah medium pelat
agar darah, media coklat, medium Sabaraud untuk jamur dan
Thioglycolat. Selain itu dapat dibuat preparat untuk pengecatan
gram.7
Bagan 1. Alur Diagnostik Ulkus Kornea6

9. Komplikasi
Komplikasi yang paling sering timbul berupa:
1) Kebutaan parsial atau komplit karena endophtalmitis
Ulkus kornea dapat berujung perforasi sehingga terjadi
endophtalmitis serta menimbulkan jaringan parut yang parah dan
gangguan vaskularisasi, yang akibatkan kebutaan. Secara global,
ulkus kornea dengan trauma ocular menghasilkan 1,5-2 juta kasus
kebutaan setiap tahunnya.6,7,8
2) Prolaps iris
Prolaps iris yang berkembang akibat perforasi ulkus kornea infeksi
sebesar  46,9%.9
3) Sikatriks kornea
4) Katarak
5) Glaukoma sekunder

10. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan ulkus kornea adalah eradikasi penyebab dari
ulkus kornea, menekan reaksi peradangan sehingga tidak memperberat
destruksi pada kornea, mempercepat penyembuhan defek epitel,
mengatasi komplikasi, serta memperbaiki tajam penglihatan.7
1) Non-Medikamentosa7
 Jika memakai lensa kontak, secepatnya dilepas.
 Jangan memegang atau menggosok-gosok yang meradang.
 Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering
ungkin dan mengeringkannya dengan handuk atau kain bersih.
 Menghindari asap rokok, karena dapat perpanjang proses
penyembuhan luka.
2) Medikamentosa
Antibiotic dan antivirus merupakan obat-obatan pilihan untuk ulkus
kornea. Namun, antijamur dan terapi Acanthamoeba, dalam banyak
kasus hanya dilakukan ketika ada bukti mikrobiologis. Pengobatan
ulkus kornea diputuskan berdasarkan kedalaman, ukuran dan lokasi
infiltrate. Ilfiltrat sentral akan membutuhkan perawatan yang lebih
agresif, dibandingkan ulkus <2mm atau dangkal.6
 Antibiotic
Antibiotic topical monoterapi dapat diberikan pada ulkus perifer
dangkal <2mm. untuk infiltrate yang >2mm dan melibatkan
stroma, membutuhkan dosis lebih tinggi seperti dosis pemberian
tiap jam cukup direkomendasikan.6 Antibiotik dapat sesuai
dengan kuman penyebabnya atau berspektrum luas, dapat
diberikan sebagai salep, tetes, atau injeksi konjungtiva, walaupun
pada ulkus kornea sebaiknya tidak diberikan salep karena dapat
memperlambat penyembuhan dan dapat menyebabkan erosi
kembali. Berikut ini contoh antibiotik: Sulfonamide 10-30%,
Basitrasin 500 unit, Tetrasiklin 10 mg, Gentamisin 3 mg,
Neomisin 3,5-5 mg, Tobramisin 3 mg, Eritromisin 0,5%,
Kloramfenikol 10 mg, Ciprofloksasin 3 mg, Ofloksasin 3 mg,
Polimisin B 10.000 unit. Untuk Acanthamoeba, dapat diberikan
poliheksametilen biguanid + propamidin isetionat atau salep
klorheksidin glukonat 0,02%.7
 Antivirus
Biasanya, sekitar 50% epitel aktif akan sembuh spontan tanpa
pengobatan. Tingkat penyembuhan terapi antivirus mencapai
95%. Untuk herpes zoster pengobatan bersifat simptomatik
diberikan steroid local untuk mengurangi gejala, siklopegik,
antibiotic spectrum luas untuk infeksi sekunder, analgetik bila
terdapat indikasi serta antivirus topical salep asiklovir 3% tiap 4
jam. 6,7
 Antijamur
Terapi medikamentosa di Indonesia terhambat oleh terbatasnya
preparat komersial yang tersedia berdasarkan jenis keratomitosis
yang dihadapi bisa dibagi:7
 Jenis jamur yang belum diidentifikasi penyebabnya: topikal
amphotericin B 1, 2, 5 mg/ml, Thiomerosal 10 mg/ml,
Natamycin > 10 mg/ml, golongan Imidazole.
 Jamur berfilamen: topikal amphotericin B, thiomerosal,
Natamicin, Imidazol.
 Ragi (yeast): amphotericin B, Natamicin, Imidazol.
 Actinomyces yang bukan jamur sejati: golongan sulfa,
berbagai jenis antibiotic.
 Anti Acanthamoeba
Dapat diberikan poliheksametilen biguanid + propamidin isetionat
atau salep klorheksidin glukonat 0,02%.7
 Sikloplegik
Dapat diberikan Sulfas Atropine 1% / Cyclopentolate 1% /
Homatropine 1%, dapat diresepkan 3x/hari untuk mengurangi
spasme siliaris dan menimbulkan midriasis, serta membantu
mengurangi nyeri dan mencegah terbentuknya sinekia.6 Sulfas
atropine sebagai salap atau larutan, banyak dipakai karena bekerja
lama 1-2 minggu. Dengan lumpuhnya M. siliaris mata tidak
mempunyai daya akomodsi sehingga mata dalan keadaan
istirahat. Dengan lumpuhnya M. konstriktor pupil, terjadi
midriasis sehinggga sinekia posterior yang telah ada dapat dilepas
dan mencegah pembentukan sinekia posterior yang baru.7
 Skopolamine sebagai agen midriasik
 Analgetik: pemberian pantokain/tetrakain, namun tidak boleh
sering.7
3) Pembedahan
 Flap Konjungtiva
Flap konjungtiva dilakukan dengan indikasi dimana terapi medis
atau bedah mungkin gagal, kerusakan epitel berulang dan stroma
ulserasi. Dalam situasi tertentu, flap konjungtiva adalah
pengobatan yang efektif dan definitive. Tujuannya adalah untuk
mengembalikan integritas permukaan kornea yang terganggu dan
memberikan metabolism serta dukungan mekanik untuk
penyembuhan kornea, flap ini bertindak sebagai patch biologis,
memberikan pasokan nutrisi dan imunologi oleh jaringan ikat
vaskularnya.7
 Keratoplasti
Keratoplasti dilakukan dengan indikasi jika dengan pengobatan
tidak sembuh, terjadinya jaringan parut yang mengganggu
penglihatan dan kedalaman ulkus telah mengancam terjadinya
perforasi. Terdapat du acara keratoplasti:7
 Keratoplasti penetrans, berarti penggantian kornea seutuhnya.
 Keratoplasti lamellar, berarti penggantian kornea sebagian.

C. Hipopion
Hipopion merupakan penimbunan sel radang di bagian bawah bilik mata
depan. Hipopion terdapat pada ulkus kornea, iritis berat, endoftalmitis dan
tumor intraocular. Pada ulkus kornea bakteri, hipopion termasuk steril kecuali
jika telah ada pecah membrane Descement, namun pada ulkus kornea jamur
kemungkinan besar hipopion mengandung elemen-elemen jamur. 1,4
BAB III
ANALISA KASUS

Berdasarkan teori Berdasarkan kasus

Etiologi 1. Infeksi Mata kanan kelilipan daun kering 


2. Non Infeksi trauma dan kemungkinan infeksi.
3. Sistem imun
Gejala 1. Mata merah ringan hingga berat 1. Mata merah sejak 6 hari SMRS
2. Fotofobia 2. Mata silau saat lihat cahaya
3. Penglihatan menurun dan pandangan 3. Penglihatan mata kanan buram
kabur 4. Pasien merasa mata kanan lengket
4. Secret mukopurulen saat bangun tidur
5. Eritema pada kelopak mata 5. Pasien merasa mata kanan bengkak
6. Mata berair 6. Mata berair
7. Merasa ada benda asing di mata 7. Mata kanan terasa seperti ada yang
8. Bintik putih pada kornea sesuai lokasi mengganjal dan nyeri
ulkus
9. Nyeri
Pemeriksaan Gejala objektif: Injeksi silier, edem kornea, Konjungtiva hiperemis (+). Kornea
Fisik hilangnya sebagian kornea (penipisan kornea, oedem (+), keruh, ulkus (+). COA
lipatan Descement, adanya jaringan nekrotik), keruh, hipopion (+). Iris sulit dinilai.
adanya infiltrate dan reaksi jaringan uvea Pupil bulat, sentral. Lensa keruh,
(akibat gangguan vaskularisasi iris), dapat tertutup ulkus kornea.
berupa hipopion, hifema dan sinekia
posterior.
1. Ulkus bakteri: nekrotik stroma,
infiltrate purulent, hipopion.
2. Ulkus Jamur: infiltrate stroma dengan
tepi menyerupai bulu.
3. Ulkus virus: dendritic pattern.
4. Ulkus acanthamoeba: infiltrate stroma
berbentuk menyerupai cincin, hipopion.
Pemeriksaan 1. Uji fluoresens positif (berwarna hijau) Belum dilakukan pemeriksaan
Penunjang 2. Kultur kornea penunjang pada pasien ini.
Terapi 1. Non-medikamentosa 1. Non-Medikamentosa
2. Medikamentosa (antibiotic, antivirus, Bedrest total, diusahakan tidak
antijamur, anti acanthamoeba, siklopegik, banyak berposisi miring saat
scopolamine, analgetik) tiduran. Evaluasi kornea dan visus.
3. Pembedahan (flap konjungtiva, Spoeling Betadine 5% setiap hari
keratoplasti) di Poli (untuk menjaga higienitas
mata dan mencegah infeksi
sekunder). Edukasi pasien terkait
penyakit yang dialami, rencana
pengobatan dan perawatan yang
akan dilakukan dan mengenai
pentingnya menjaga higienitas
mata.
2. Medikamentosa
 Topikal
 Cendo Timol 0,5% tetes 2x/hari
 Cendo Tropin1% tetes 4x/hari
 Cendo Giflox tetes tiap jam
 Natasen tetes tiap jam
 Diflucan tetes tiap jam
 Sistemik
 Ceftriaxone 1x2 gr iv
 Ranitidine 2x50 mg iv
 Gentamisin 2x100 mg iv
 Mentronidazol 2x500 mg PO
 Ketoconazole 2x200 mg PO
 Glauseta 2x250 mg PO
 Aspar K 3x4 mg PO
DAFTAR PUSTAKA

th
1. Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P. 2018. General Ophthalmology.1 9 edition.
USA: McGraw-Hill.
2. Baccoti, J. 2017. Anatomy, Physiology and Pathology. New York:
http://www.opticiansallianceofnewyork.org/wp-content/uploads/2017/07/Contact-
Lens-CE-Course.pdf
3. James B, Chew C, Bron A. 2003. Lecture Notes Opthalmology. Ninth Ed. Australia:
Blackwell Publishing.
4. Ilyas S. 2011. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
5. Saratha. 2017. Predisposing Factors & Microbiological Profile of Corneal Ulcer.
SJAMS; 5(5B) http://saspublisher.com/wp-content/uploads/2017/06/SJAMS-
55B1794-1800.pdf
6. Kenia VP, Kenia RV, Pirdankar OH. 2020. Diagnosis and Management Protocol of
Acute Corneal Ulcer. International Journal of Health Science and Research; Vol.10(3)
https://www.ijhsr.org/IJHSR_Vol.10_Issue.3_March2020/10.pdf
7. Farida Y. 2015. Corneal Ulcers Treatment. J Majority; Vol.4(1)
https://pdfs.semanticscholar.org/fc48/6779c6e2a55e7222c45e011bbe63756fdf1a.pdf
8. Mehta S, Mehta M. 2017. Clinical and Microbiological Profile nd Treatment Outcome
of Infectice Corneal Ulcers: A Study in Central India. International Journal of
Scientific Study; Vol.4(12)
9. Gellat KN, Brooks DE. 2011. Surgery of the Cornea and Sclera. Veterinary
Ophthalmic Surgery
10.Abbott RL, Halfpenny CP, Zegans M, Kremer PA. Bacterial Corneal Ulcers.
https://entokey.com/bacterial-corneal-ulcers/
11. Chan RVP. 2016. Fungal Keratitis. American Academy of Ophthalmology.
https://www.aao.org/topic-detail/fungal-keratitis-europe
12. Stiff HA, Ricca AM, Bozung A, Goins KM. 2017. Corneal Marginal Ulcer: Marginal
Keratitis with Ulceration in 45 year-old male. Ophthalmology and Visual Sciences

Anda mungkin juga menyukai