Anda di halaman 1dari 68

Preseptor:

BED SITE TEACHING


Desie Warsoedoedi, dr., Sp.M
Di Susun Oleh :
Firdiana Ardhianti Dewi (12100118523)
Ilmu Kesehatan Mata
(PTERIGIUM GRADE II OD+ KSI OD) Program Pendidikan Profesi
FK UNISBA – RS Muhammadiyyah
Bandung
IDENTITAS PASIEN
 Nama : Ny. M
 Usia : 59 tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 No.RM : 796120
 Tanggal Pemeriksaa : 25 Juli 2019
ANAMNESIS
Keluhan utama : Selaput putih pada mata kanan
Anamnesis khusus :
Pasien datang ke poli Mata RS Muhammadiyyah Bandung dengan keluhan
timbul selaput putih pada mata makan. Keluhan ini dirasakan pasien 8 bulan
SMRS. Pasien mengatakan bahwa semakin hari selaputnya semakin melebar,
dan keluhan hanya terjadi pada mata kanan, terjadi secara terus menerus
namun tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.
keluhannya ini disertai dengan sensai mengganjal di mata, gatal dan
mengeluarkan air mata terus menerus bila terpapar debu maupun angin.
Keluhan lain dirasakan pasien adalah pandangan terasa berkabut dan silau
jika melihat cahaya.
keluhan tidak disertai dengan adanya penurunan ketajaman penglihatan,
keluhan juga tidak disertai dengan mata merah, mengeluarkan secret, nyeri
saat menggerakan mata, penurunan lapang pandang, sakit kepala dan mual
muntah.
ANAMNESIS
Pasien mengatakan bahwa dirinya memiliki riwayat hipertensi yang tidak rutin
control atau meminum obat penurun tekanan darah. Pasien mengatakan bahwa
setiap hari dari tempat kerja pasien menggunakan kendaraan umum dan terpapar
sinar matahari, angina dan debu. Pasien menyangkal memiliki riwayat trauma pada
mata, tindakan operasi atau sering mengalami mata merah yang berulang
sebelumnya. Pasien juga menyangkal mengkonsumsi obat-obatan steroid.
Riwayat penyakit sebelumnya :
Pasien tidak pernah mengalami gejala seperti ini sebelummya
Pasien memiliki riwayat Hipertensi
Riwayat penyakit di Keluarga :
dikeluarga pasien tidak memiliki keluhan yang sama.
Riwayat Gizi :
gizi baik
ANAMNESIS
Riwayat Sosial dan Ekonomi :
pasien bekerja sebagai pedangan perabotan di pasar. Keadaan social ekonomi
cukup baik
Penyakit sistemik :
riwayat allergi makanan
Hipertensi
vertigo
PEMERIKSAAN VISUS DAN REFRAKSI
Ocular Dekstra Okular sinistra
Visus
SC (CCKS) : 1/60 PH: 6/6 6/15 PH: 6/6
CC: (-) (-)
STEN:

Koreksi S: C: as: S: C: as :
Add: S Add: S

Muscle Balance Hischberg test: ortotropia ortotropia


Cover uncover test: orthophoria orthophoria

Pergerakan Bola mata Duksi:normal ke 6 arah Duksi: normal ke 6 arah


Versi: normal ke 9 arah Versi: normal ke 9 arah
PEMERIKSAAN EKSTERNAL
Ocular Dekstra Okular sinistra
Palpebra superior Kolaboma (-) Epikantus (-) Kolaboma (-) Epikantus (-)
Ptosis (-) Ektropion (-) entropion (-) lagoftalmus Ptosis (-) Ektropion (-) entropion (-)
(-) Edema (-) massa (-) lagoftalmus (-) Edema (-) massa (-)
Palpebra inferior Kolaboma (-) Epikantus (-) Kolaboma (-) Epikantus (-)
Ptosis (-) Ektropion (-) entropion (-) lagoftalmus Ptosis (-) Ektropion (-) entropion (-)
(-) Edema (-) massa (-) lagoftalmus (-) Edema (-) massa (-)
Cilia Trikhiasis (-) distikhiasis (-) Madarosis (-), Trikhiasis (-) distikhiasis (-) Madarosis (-),
poliosis (-) poliosis (-)
Aparatus Lakrimal lakrimasi (-) Inversi (-) Eversi (-) Epifora (-) lakrimasi (-) Inversi (-) Eversi (-) Epifora (-)

Conjunctiva tarsal superior Anemi (-) papil (-) cobble stone apperance (-) Anemi (-) papil (-) cobble stone apperance (-)
folikel (-) nodul (-) folikel (-) nodul (-)
Massa (-) Flikten (-) Massa (-) Flikten (-)
Conjunctiva tarsal inferior Anemi (-) papil (-) cobble stone apperance (-) Anemi (-) papil (-) cobble stone apperance (-)
folikel (-) nodul (-) folikel (-) nodul (-)
Massa (-) Massa (-)
Conjunctiva bulbar kemosis (-) injeksi konjungtiva (-) injeksi siliar (-) kemosis (-) injeksi konjungtiva (-) injeksi siliar
selaput pterigium (+) membran(-) (-) selaput pterigium (-) membran(-)
pseudomembran (-) pseudomembran (-)
Corpus alineum (-) Corpus alineum (-)
PEMERIKSAAN EKSTERNAL
Okular Dekstra Okular Sinistra

Kornea Jernih, mikrokornea (-) megalokornea (-) Jernih, mikrokornea (-) megalokornea (-)
buftamous (-) keratoglobus (-) infiltrat(-) sikatrik (- buftamous (-) keratoglobus (-) infiltrat(-) sikatrik (-)
) abrasi (-) ulkus(-) perforasi (-) abrasi (-) ulkus(-) perforasi (-)
Anterior chamber Dangkal, kedalaman sedang, hipopion (-) hifema Dangkal, kedalaman sedang, hipopion (-) hifema
(-) koagulan (-) Flare (-) sel (-) (-) koagulan (-) Flare (-) sel (-)
Pupil Bulat, isokor Bulat, isokor
Diameter Pupil ± 3 mm ± 4 mm
Reflex cahaya (+) (+)
Direct (+) (+)
Konsensuil

Iris Jernih, warna coklat kehitaman, sinekia (-) Jernih, warna coklat kehitaman, sinekia (-) nodul (-)
nodul (-)
Lensa Sedikit keruh jernih

Lain-lain shadow test (+) shadow test (-)


PEMERIKSAAN SLIT LAMP
Ocular Dekstra Okular sinistra
Cilia Trikhiasis (-) distikhiasis (-) Madarosis (-) Trikhiasis (-) distikhiasis (-) Madarosis (-)
poliosis (-) poliosis (-)
Conjunctiva Anemi (-) Injeksi silier (-) injeksi Anemi (-) Injeksi silier (-)injeksi
konjungtiva (-) selaput pterigium (+) konjungtiva (-) selaput (-)

Kornea Jernih,mikrokornea (-) megalokornea (-) Jernih,mikrokornea (-) megalokornea (-)


buftamous (-) keratoglobus (-) infiltrat buftamous (-) keratoglobus (-) infiltrat
(-) sikatrik (-) abrasi (-) ulkus(-) (-) sikatrik (-) abrasi (-) ulkus(-)
perforasi (-) keratic precipitat (-) perforasi (-) keratic precipitat (-)

Anterior chamber Dangkal, kedalaman sedang, hiponion Dangkal, kedalaman sedang, hiponion
(-) hifema (-) koagulan (-) Flare (-) sel (-) hifema (-) koagulan (-) Flare (-) sel
(-) (-)

Iris Jernih, warna coklat kehitaman, sinekia Jernih, warna coklat kehitaman, sinekia
(-) nodul (-) (-) nodul (-)
Lensa Sedikit keruh Keruh, kapsul anterior ruptur
PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
4. Tonometri
Ocular Dekstra Okular sinistra

Palpasi Normal Normal

Schiotz Tidak dilakukan pemeriksaan Tidak dilakukan pemeriksaan

5. Gonioscopy : Tidak Dilakukan pemeriksaan


6. Visual Field : ODS  Tidak ada kelainan
PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
7. FUNDUSKOPI
(OD) (OS)
Media : jernih jernih
Papil : bulat, kuning ,batas tegas bulat, kuning ,batas tegas
 A/V ratio : 2/3 2/3
C/D ratio : 0,3 – 0,4 0,3 – 0,4
Retina : flat, Edema (-) perdarahan (-) flat, Edema (-) perdarahan (-)
exudate (-) exudate (-)
Macula : fovea refleks (+) fovea refleks (+)
RESUME
RESUME

Pasien Ny M usia 59 tahun datang ke poli mata RS


Muhammadiyah Bandung dengan keluhan terdapat selaput putih di mata
kanan, keluhan ini muncul 8 bulan MSRS, pasien mengatakan bahwa
semakin hari selaputnya membesar, dan keluhan dirasakan terus menerus.
Keluhan juga disertai dengan sensasi yang mengganjal, gatal , mata yang
berair ketika sedang terpapar debu maupun angin. Selain itu juga
keluhannya disertai dengan penglihatan yang berkabut dan silau ketika
melihat cahaya. Setiap hari pasien terpapar sinar matahari dan debu.
Pada pemeriksaan oftalmologi ditemukan pada conjungtiva bulbi terdapat
selaput pterigium putih di mata kananya. Dan setelah dilakukan
pemeriksaan shadow test (+)
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS KERJA

Pterygium Grade II OD dengan KSI OD


DIAGNOSIS BANDING
•Pterygium grade II OD + KSI OD
•Pseudopterygium OD + KSI OD
•Pinguekulitis OD + KSI OD
RENCANA PEMERIKSAAN
Test slit lamp
Test Sondase
 funduscopy
RENCANA TERAPI
Terapi medikamentosa pterygium terapi pencegahan
Terapi rekuren
pencegahan
1. artificial tears : ly-teers ED 1-2
gtt/4jam 1. menggunakan pelindung mata
2. NSAID : ED 1 gtt 4x/hari 2. menggunakan topi atau payung untuk
menghindari sinar uv
3. Antibiotik + steroid : 2 – 3 gtt,
3x/hari
4. Mitomisin C diberikan saat
pembedahan berguna untuk menurunka
angka kekambuhan pterigium
Rencana Operasi :
Eksisi pterigium + conjungtia autograft
RENCANA TERAPI
Terapi medikamentosa KSI terapi pencegahan
Terapi rekuren
pencegahan
- vit E dan vit C
1. menggunakan pelindung mata
- Obat tetes mata yang mengandung
2. menggunakan topi atau payung untuk
N-asetylcarnosine menghindari sinar uv
- tindakan bedah :
 ECCE + IOL
(extracapsular cataract extraction) +
implant intraocular lens
PROGNOSIS
 Quo ad Vitam: ad bonam
 Quo ad Functionam: ad bonam
 Quo ad Sanationam: dubia ad bonam
ANATOMI KONJUNGTIVA
Secara anatomis konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan
tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis)
dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris
ANATOMI •Kongjungtiva palpebralis melekat erat dengan
KONJUNGTIVA tarsus. permukaannya licin dan tertutup oleh epitel
silindris. Stromanya merupakan lapisan adenoid,
yaitu mengandung sejumlah korpuskel limie, yang
kadang-kadang tampak sebagai masa yang bulat
kecil-kecil.
•Konjungtiva di daerah forniks, mempunyai struktur
yang sama dengan konjungtiva palpebralis. Forniks
berlipat-lipat dan secara longgar melekat pada
septum orbital.
•Konjungtiva bulbi menutupi permukaan interior
dari bola mata. Menempel pada skelera melalui
jaringan ikat longgar (jaringan episklera), kecuali
di daerah limbus (batas antara kornea dan sklera),
konjungtiva menempel amat erat. Strukturnya sama
seperti bagian konjungtiva lainnya, tapi disini tidak
mengandung glandula.
FISIOLOGI KONJUNGTIVA
Konjungtiva mensekresikan Na+, Cl-, dan air. Konjungtiva juga memiliki sel goblet
yang berfungsi untuk mengeluarkan musin.
Fungsi musin :
1.Musin berperan penting dalam menjaga integritas permukaan okular
2.Musin berperan dalam mempertahankan imunitas lokal dengan menjadi medium
tempat immunoglobulin (IgA) dan lisosim mikrobisidal melekat.
3. Musin berperan dalam mekanisme pembersihan mata dengan jalan mengikat debris
sel, benda asing, dan bakteri. Saat mata berkedip, ikatan ini akan bergerak untuk
kemudian dikeluarkan ke kulit.
4. Musin juga berperan saat terjadi respon inflamasi
PTERIGIUM
Pterygium adalah pertumbuhan jaringan fibrovaskular yang bersifat degeneratif
dan invasif. Pertumbuhan ini biasanya terletak pada celah kelopak bagian nasal
atau temporal konjungtiva yang meluas ke daerah kornea berbentuk segitiga.
Epidemiologi: -banyak terjadi di daerah iklim panas,kering, dan berdebu
-insidensi tinggi umur 20−49
- laki-laki lebih berisiko dari perempuan
Etiologinya belum diketahui dengan jelas
Faktor risiko:
-paparan ultraviolet
-paparan debu, angin, dan iritan lain yang memicu iritasi kronis
-infeksi mikroba atau virus
PATOGENESIS
Sinar UV memiliki FR menjadi mutagen bagi P53 yang terdapat pada stem sel basal
limbus
Mengeluarkan TGF dan VEGF yang berlebihan

Angiogenesis dan terganggunya regulasi kolagen

Perubahan degenerasi kolagen

Terbentuknya jaringan fibrovaskulas di epitel


MANIFESTASI KLINIK

fase awal tanpa gejala


Mata merah,rasa tidak nyaman ( gatal, perih atau berpasir) dan sensasi benda
asing
Nampak selaput pada konungtiva
Pelebaran pembuluh darah yang membuat mata tampak lebih merah
Astigatisme
Diplopia
Keterbatasan pergerakan mata
KLASIFIKASI (GRADING)
Berdasarkan stadium pterigium dibagi menjadi 4 derajat yaitu:
1) Derajat I : jika pterigium hanya terbatas pada limbus kornea
2) Derajat II : jika pterigium sudah melewati limbus dan belum mencapai pupil,
tidak lebih dari 2 mm melewati kornea.
3) Derajat III : jika pterigium sudah melebihi derajat II tetapi tidak melebihi
pinggiran pupil mata
4) Derajat IV : jika pertumbuhan pterigium sudah melewati pupil sehingga
mengganggu penglihatan.
KLASIFIKASI
Berdasarkan perjalanan penyakitnya:
1. Pterigium progresif : pertumbuhan cepat dengan selaput tebal dan vaskular
2. Pterigium regresif : proliferasi minimal berupa selaput tipis, atrofi, sedikit
vaskular dengan pertumbuhan lambat.
Berdasarkan terlihatnya pembuluh darah episklera di pterigium pada
pemeriksaan dengan slit lamp :
1) T1 (atrofi) : pembuluh darah episkleral jelas terlihat
2) T2 (intermediet) : pembuluh darah episkleral sebagian terlihat
3) T3 (fleshy, opaque) : pembuluh darah tidak jelas.
DIAGNOSIS
(ANAMNESIS)
1. Identitas pasien sangat diperlukan untuk ditanyakan
2. Riwayat pekerjaan juga sangat perlu ditanyakan
3. Pada anamnesis didapatkan adanya keluhan penderita seperti mata merah, gatal, mata
sering berarir, gangguan penglihatan. Selain itu perlu juga ditanyakan adanya riwayat mata
merah berulang, serta dapat pula ditanyakan riwayat trauma sebelumnya.
(PE)
Pemeriksaan Fisikam penglihatan dapat normal atau menurun
Pada inspeksi pterigium terlihat sebagai jaringan fibrovaskular pada permukaan konjungtiva.
Pterigium dapat memberikan gambaran yang vaskular dan tebal tetapi ada juga pterigium
yang avaskular dan flat.
Pterigium paling sering ditemukan pada konjungtiva nasal dan berekstensi ke kornea nasal,
tetapi dapat pula ditemukan pterigium pada daerah temporal.
TERAPI
1. Konservatif
Penanganan pterigium pada tahap awal adalah berupa tindakan konservatif seperti
penyuluhan pada pasien untuk mengurangi iritasi maupun paparan sinar ultraviolet
pterigium derajat 1-2 yang mengalami inflamasi, pasien dapat diberikan obat tetes mata
kombinasi antibiotik dan steroid 3 kali sehari selama 5-7 hari.
2. Operatif
Pada pterigium derajat 3-4 dilakukan tindakan bedah dengan eksisi jaringan fibrovaskular
tersebut.
Indikasi Operasi pterigium :
•Pterigium yang menjalar ke kornea sampai lebih 3 mm dari limbus
•Pterigium mencapai jarak lebih dari separuh antara limbus dan tepi pupil
•Pterigium yang sering memberikan keluhan mata merah, berair dan silau karena
astigmatismus
•Kosmetik, terutama untuk penderita wanita.
TEKNIK
OPERASI
PTERIGIUM
TERAPI
• Iritasi Setelah operasi, mata ditutup semalam, dan diberi antibiotik topikal dan tetes mata
anti inflamasi
• Untuk mencegah terjadi kekambuhan setelah operasi, dikombinasikan dengan pemberian:
• Mitomycin C 0,02% tetes mata (sitostatika) 2x1 tetes/hari selama 5 hari, bersamaan
dengan pemberian dexamethasone 0,1% : 4x1 tetes/hari kemudian tappering off sampai
6 minggu.
• Mitomycin C 0,04% (0,4mg/ml) : 4x1 tetes/hari selama 14 hari, diberikan bersamaan
dengan salep mata dexamethasone
• Sinar Beta
• Topikal Thiotepa (triethylene thiophospasmide) tetes mata : 1 tetes/3 jam selama 6
minggu, diberikan bersamaan dengan salep antibiotik Chlorampenicol, dan steroid selama
1 minggu.
DIAGNOSIS BANDING
Pinguekula Pseudopterigium
Merupakan suatu benjolan pada merupakan perlekatan konjungtiva dengan
konjungtiva bulbi yang ditemukan pada kornea yang cacat
orangtua, terutama yang matanya sering
mendapatkan rangsangan sinar matahari, Sering terjadi pada proses penyembuhan
debu, dan angin panas. ulkus kornea, sehingga konjungtiva menutupi
kornea.
Perbedaan dengan pterigium adalah
bentuk nodul, terdiri atas jaringan hyaline Perbedaan dengan pterigium:
dan jaringan elastic kuning, jarang -pseudopterigium dapat ditemukan dibagian
bertumbuh besar, tetapi sering meradang apapun pada kornea dan biasanya berbentuk
oblieq. Sedangkan pterigium ditemukan secara
horizontal pada posisi jam 3 atau jam 9.
-Pada anamnesis pseudopterigium terdapat
riwayat ulkus korne sebelumnya
-Pterigium umumnya pada usia lanjut,
pseudopterigium bisa terkena semua umur
DIAGNOSIS BANDING
Pembedaan Pterigium Pinguekula Pseudopterigium

Definisi Jaringan fibrovaskular Benjolan pada konjungtiva Perlengketan konjungtiba bulbi dengan kornea
konjungtiva bulbi berbentuk bulbi yang cacat
segitiga
Warna Putih kekuningan Putih-kuning keabu-abuan Putih kekuningan

Letak Celah kelopak bagian nasal atau Celah kelopak mata Pada daerah konjungtiva yang terdekat
temporal yang meluas ke arah terutama bagian nasal dengan proses kornea sebelumnya
kornea
♂:♀ ♂>♀ ♂=♀ ♂=♀

Progresif Sedang Tidak Tidak

Reaksi kerusakan Tidak ada Tidak ada ada


permukaan kornea
sebelumnya
Pembuluh darah konjungtiva Lebih menonjol menonjol Normal

Sonde Tidak dapat diselipkan Tidak dapat diselipkan Dapat diselipkan di bawah lesi karena tidak
melekat pada limbus
Puncak Ada pulau-pulau Funchs (bercak Tidak ada Tidak ada (tidak ada head, cap, body)
kelabu)
Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada pterygium, adalah :
Distorsi dan penglihatan berkurang
Mata merah
Iritasi
Scar (jaringan parut) kronis pada konjungtiva dan kornea
Pada pasien yang belum eksisi, scar pada otot rectus medial dapat menyebabkan
terjadinya diplopia.
Komplikasi post eksisi pterygium, adalah:
•Infeksi, reaksi bahan jahitan (benang), diplopia, scar cornea, conjungtiva graft
longgar dan komplikasi yang jarang termasuk perforasi bola mata, vitreous
hemorrhage atau retinal detachment.
•Penggunaan mytomicin C post operasi dapat menyebabkan ectasia atau melting
pada sclera dan kornea.
•Komplikasi yang terbanyak pada eksisi pterygium adalah rekuren pterygium post
operasi.
PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad funtionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam

Penglihatan dan kosmetik pasien setelah dieksisi baik, rasa tidak nyaman pada
hari pertama postoperasi dapat ditoleransi, kebanyakan pasien setelah 48 jam post
operasi dapat beraktivitas kembali
Anatomi lensa
Lensa merupakan struktur liar dan ekuator
lensa
Komposisi dari lensa terdiri atas 64% air,
35% protein, dan 1% lipid, karbohidrat, dan
elemen lain. Memiliki indeks refraktif 1,39.
Diameter = 8,8 – 9,2 mm. Ketebalan = 4
mm. Berat = 250 mg. Lensa memiliki dua
permukaan, yaitu permukaan anterior dan
posterior. Permukaan posterior lebih
cembung dibandingan anterior yang memiliki
radius kurvatura anterior 10mm dan radius
kurvatur posterior 6mm.
Bagian – bagian lensa
1. Capsul lens
Tipis, membrane transparan yang lebih tebal di anterior (14 mikrometer) dan
lebih tipis pada bagian posteriornya (4 micrometer
2. Korteks
Terdapat diantara kapsul lensa dan nukleus. Yang mengandung serat – serat
lensa.
3. Nucleus
Lensa memiliki 4 nuclei yang terbentuk pada 4 tahap yang berbeda, yaitu:
embryonic nucleus (1-3 bulan gestasi), fetal nucleus (dari 3 bulan masa gestasi
sampai lahir), infantile nucleus (dari lahir sampai pubertas), dan adult nucleus
(masa dewasa awal).
Histologi
1. Kapsul lensa
Lensa di bungkus oleh simpai tebal (10-20 μm), homogen, refraktil, dan kaya
akan kolagen tipe IV dan proteoglikan.

2. Epitel subkapsular
Epitel subkapsular terdiri atas sel epitel kuboid yang hanya terdapat pada
permukaan anterior lensa.
Epitel subkapsular yang berbentuk kuboid akan berubah menjadi kolumnar di
bagian ekuator dan akan terus memanjang dan membentuk serat lensa.
Histologi
3. Serat lensa
Serat lensa tersusun memanjang dan tampak sebagai
struktur tipis dan gepeng. Serat lensa yang
berdiferensiasi masih memiliki intinya, sangat
memanjang dan mengisi sitoplasma dengan protein
yang disebut kristalin. Serat lensa yang matur telah
kehilangan inti dan terkemas rapat membentuk struktur
transparan yang khas.
Serat lensa matur biasanya memiliki panjang 7 – 10
mm, lebar 8 – 10 mikrometer, dan tebal 2 mikrometer.
Serat tersebut terkemas rapat yang membentuk jaringan
transparan yang sangat terkhususkan untuk pembiasan
cahaya.
Lensa ditahan pada tempatnya oleh sekelompok serat
yang tersusun radial, yakni zonula ciliaris elastis, yang
terinsersi pada kapsul lensa dan pada badan siliar.
Sistem ini penting untuk proses yang dikenal sebagai
akomodasi, yang dapat memfokuskan objek dekat dan
jauh dengan mengubah kecembungan lensa.
Fungsi lensa
FUNGSI LENSA
•Untuk mentransmisikan cahaya
•Berperan dalam media refraksi cahaya ke retina
•Berguna sebagai akomodasi untuk penglihatan jarak
dekat
•Absorpsi sinar UV yang berbahaya
•Lensa mendapatkan nutrisi dari aqueous humor.
KATARAK
Katarak
 Definisi : kekeruhan lensa (lens opacity) biasanya berkaitan dengan usia, kongenital, dan
trauma sehingga menimbulkan gejala penurunan kualitias fungsi penglihatan, berupa penurunan
sensitivitas kontras dan tajam penglihatan
Epidemiologi :
 Katarak merupakan salah satu penyebab utama kebutaan setelah galukoma (WHO).
 penyebab kebutaan no.1 di Indonesia dan negara negara berkembang
 kebutaan di IND 1,5% dan 0,78% diantaranya penyebabnya adalah katarak
Klasifikasi katarak
Klasifikasi Katarak Berdasarkan 3. Metabolik
Etiologi:  Diabetes (Snow Storm Cataract).
 Hipoglikemi
1. Katarak Senil  Galaktosemi (Oil drop Cataract)
2. Traumatik  Defisiensi galaktokinase
 Mannosidosis
•Penetrasi  Penyakit Fabry
•Konkusi (Rosette cataract)  Sindrom Lowe
 Penyakit Wilson (Sunflower Cataract)
•Iradiasi sinar infra merah  Hipokalsemia

•Electrocution
•Radiasi ionisasi
Klasifikasi katarak
6. Infeksi maternal
4. Toksik  Rubella
 Kortikosteroid
 Toksoplasmosis
 Klorpromazin  Sitomegalovirus
 Miotik
 Busulfan 7. Obat yang dimakan pada kehamilan
 Preparat emas  Kortikosteroid
 Amiodaron  Talidomid

5. Komplikasi 8. Sindrom dengan katarak


 Uveitis anterior  Sindrom Down
 Sindrom Werner
 Kelainan vitreoretinal dan retinal herediter
 Sindrom Rothmund
 Miopia tinggi
 Sindrom Lowe
 Flaukomflecken
 Neoplasia intraokuler 9.Herediter
10. Katarak Sekunder
Klasifikasi katarak (etiologic)
Klasifikasi Katarak Berdasarkan 3. Metabolik
Etiologi:  Diabetes (Snow Storm Cataract).
 Hipoglikemi
1. Katarak Senil  Galaktosemi (Oil drop Cataract)
2. Traumatik  Defisiensi galaktokinase
 Mannosidosis
•Penetrasi  Penyakit Fabry
•Konkusi (Rosette cataract)  Sindrom Lowe
 Penyakit Wilson (Sunflower Cataract)
•Iradiasi sinar infra merah  Hipokalsemia

•Electrocution
•Radiasi ionisasi
Klasifikasi katarak (morfologi)

KAPSULA ANTERIOR
Kapsular Anterior
Gangguan terjadi pada saat kornea belum
seluruhnya melepaskan lensa dalam
perkembangan embrional. Hal ini juga
mengakibatkan terlambatnya pembentukan bilik
mata depan pada perkembangan embrional,
pada kelainan ini kadang didapatkan suatu bentuk
kekeruhan yang terdapat di dalam bilik mata
depan yang menuju kornea sehingga
memperlihatkan bentuk kekeruhan seperti piramid.
Tidak progresif.
Klasifikasi katarak

KAPSULA POSTERIOR
Kapsular Posterior
Katarak disebabkan menetapnya selubung
vaskuler lensa. Kadang-kadang terdapat
arteri hialoid yang menetap sehingga
mengakibatkan kekeruhan pada lensa.
Pengobatannya dengan melakukan
pembedahan iridektomi optik.
Klasifikasi katarak
SUBKAPSULAR DAN LAMELLAR
• Subkapsular
• Zonular atau lamelar
Biasanya segera terlihat setelah bayi lahir dan
bilateral. Kekeruhan berbatas tegas dengan
bagian perifer tetap bening. Kekeruhan dapat
menutupi seluruh celah pupil, bila tidak dilakukan
dilatasi pupil akan mengganggu penglihatan.
Tergantung kepada derajat kekeruhan lensa, bila
kekeruhan sangat tebal sehingga fundus tidak
dapat melihat maka perlu dilakukan insisi lensa.
Klasifikasi katarak

KORTIKAL DAN PUNCTATA


• Kortikal
• Punctata
Merupakan manifestasi yang paling
banyak. Apabila terdapat bintik opak
kecil multipel dan tersebar di seluruh
lensa, disebut cataracta coerulea atau
blue-dot cataract; bila berkumpul di sutura
Y disebut sutural cataract dan anterior
axial embryonic cataract.
Klasifikasi katarak

NUKLEAR
• Nuklear
Jarang dan termasuk di dalamnya adalah katarak
ujung tombak dan katarak bunga karang.
Kekeruhan terletak di daerah nukleus lensa.
Gangguan terjadi waktu 3 bulan pertama.
Biasanya bilateral dan tidak progresif, herediter
dan bersifat dominan. Sering hanya
merupakan kekeruhan berbentuk titik-titik. Tidak
mengganggu tajam penglihatan.
Klasifikasi katarak (derajat kematangan)

KATARAK INSIPIENS
• Kekeruhan yang tidak teratur seperti bercak-
bercak yang membentuk gerigi dengan dasar
di perifer dan daerah jernih di antaranya.
Kekeruhan biasanya terletak di korteks anterior
atau posterior. Hanya tampak bila pupil
dilebarkan.
• Pada stadium ini terdapat keluhan poliopia
oleh karena indeks refraksi yang tidak sama
pada semua bagian lensa. Shadow test (-).
Klasifikasi katarak

KAPSULA IMMATURE
Kekeruhan lebih tebal tetapi tidak atau belum
mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat
bagian yang jernih pada lensa. Terjadi hidrasi
korteks yang mengakibatkan lensa menjadi
bertambah cembung. Pencembungan lensa ini akan
memberikan perubahan indeks refraksi dimana
mata menjadi miopia. Kecembungan ini akan
mengakibatkan pendorongan iris ke depan
sehingga bilik mata depan dan sudut bilik mata
depan akan menjadi lebih sempit sehingga mudah
terjadi glaukoma sebagai penyulit. Shadow test (+).
Klasifikasi katarak

KAPSULA MATURE
• Bila proses degenerasi berjalan terus maka
akan terjadi pengeluaran air bersama-sama
hasil desintegritas melalui kapsul. Lensa
berukuran normal kembali sehingga iris tidak
terdorong ke depan dan bilik mata depan akan
mempunyai kedalaman yang normal kembali.
Kadang terlihat lensa berwarna sangat putih
akibat perkapuran menyeluruh karena deposit
kalsium.
Klasifikasi katarak

KATARAK HIPERMATURE
• Merupakan proses degenerasi lanjut lensa
sehingga korteks lensa mencair dan dapat
keluar melalui kapsul lensa. Lensa mengeriput
dan berwarna kuning. Akibat pengeriputan
lensa dan mencairnya korteks nukleus lensa
tenggelam ke arah bawah (katarak Morgagni).
Lensa yang mengecil akan mengakibatkan bilik
mata menjadi dalam. Shadow test pseudopositif.
Akbiat masa lensa yang keluar melalui kapsul
lensa dapat timbul penyulit berupa uveitis
fakotoksik atau glaukoma fakolitik.
Klasifikasi katarak (usia)
1. katarak kongenital
Katarak kongenital adalah katarak yang terlihat pada usia di bawah satu tahun. (6) Kekeruhan
sebagian pada lensa yang sudah didapatkan pada waktu lahir umumnya tidak meluas dan jarang
sekali mengakibatkan keruhnya seluruh lensa
2, Katarak juvenil
Katarak juvenil adalah katarak yang terlihat pada usia di atas satu tahun dan di bawah empat
belas tahun.
3. Katarak presenil
Katarak presenil adalah katarak yang terjadi pada usia 13 – 35 tahun
4. Katarak senil
Terjadi pada orang tua berusia di atas 50 tahun. Wanita dan pria sama, biasanya bilateral, tapi
seringkali timbul pada satu mata terlebih dahulu dan diikuti oleh mata yang lain. Terdapat
pengaruh genetik dalam insidensinya.
Katarak senilis
Tipe katarak yang paling sering terjadi. Diketahui sebagai katarak yang berhubungan dengan
peningkatan usia.
Faktor risiko
•Genetik
•Usia
•Sinar matahari (terutama komponen UV-A dan UV-B)
•Malnutrisi
•Trauma
•Merokok
•Alkohol
•Penyakit Sistemik (Diabetes, Galaktosemia)
•Penggunaan Obat Steroid
•Penyakit mata sebelumnya
Klasifikasi katarak (usia)
Katarak disebabkan karena (etiologi) :
1.Degenerasi dan opasifikasi serat lensa yang terbentuk
2.Formasi dari serat lensa yang abnormal
3.Metaplasia fibrous pada serat-serat lensa
4.Produk metabolisme yang abnormal, obat-obatan dan metal dapat terdeposit
Klasifikasi
Secara morfologi, katarak senilis dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Katarak Senilis Kortikal
 Katarak Cuneiform (70%)
 Katarak Cupuliform (5%)
2. Katarak Senilis Nuklear (25%)
Sering kali katarak senilis kortikal dan nuklear ditemukan bersamaan dalam satu mata.
Klasifikasi katarak (usia)
Manifestasi klinis
Adanya penurunan ketajam penglihatan, tergantung dari keadaan dan derajat
kekeruhan.
Penurunan sensitivitas kontras, pasien mengeluhkan seulitnya meliha benda di cahaya
terang atau adanya sensasi silau
Uniocular polyopia (penglihatan ganda), merupakan salah satu gejala awal yang
diakibatkan oleh refraksi yang irreguler dari lensa.
Titik hitam di depan mata
Gambar buram
Kehilangan penglihatan
Diagnosis
Diagnosis
Anamnesis:
 Adanya penurunan penglihatan secara perlahan
 Penglihatan seperti berkabut atau berasap
 Sering merasa silau saat di luar ruangan, lebih nyaman di dalam ruangan

Pemeriksaan Mata
 Visual acuity bervariasi mulai dari 6/9 hingga persepsi cahaya, tergantung dari beratnya katarak.
 Pemeriksaan segmen anterior dengan senter atau slit lamp: warna lensa bervariasi dari putih hingga abu-
abu (keruh).
 Shadow test (+) pada katarak senile imature dan (-) pada katarak senile mature
 Pemeriksaan refleks pupil langsung dan tidak langsung (+)
Komplikasi
1. lens – induced glaucoma
2. lens – induced uveitis
3. sublukasi dan dislokasi lensa
Terapi
Terapi pembedahan :
 Indikasi medik
Katarak hipermatur
Lens-Induced Glaucoma
Lens-Induced Uveitis
Dislokasi atau subluksasi lensa
Benda asing intra-lentikuler
Diabetik retinopati untuk dilakukannya fotokoagulasi laser
Ablasio retina
 Indikasi kosmetik
Terapi pembedahan
Beberapa cara pembedahan katarak yang dikenal antara lain:
•Ekstraksi Katarak Ekstrakapsular (ECCE) dengan implantasi Posterior Chamber Lens
(PCL)
Dilakukan dengan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior
sehingga masa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut. Termasuk ke
dalam golongan ini ekstraksi linear, aspirasi, dan irigasi
•Ekstrasi katarak Intrakapsular
Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul.
•Pars plana lansectomy
Suatu teknik khusus yang digunakan pada anak-anak yang masih sangat muda. Lensa dan
bagian anterior viterus dikeluarkan dengan menggunakan Vitrectomy Probe atau Vitreous
Irrigation Suction Cutting (VISC).
Terapi pembedahan
Fakoemulsifikasi
Nukleus diemulsifikasi dengan menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi (40.000 MHz) dan
kemudian diisap keluar mata lewat insisi kecil. Setelah itu dimasukkan IOL yang dapat
dilipat.Merupakan operasi pilihan untuk katarak.

Perawatan Post Operasi:


•Mata dibersihkan secara rutin
•Mata diperiksa visus, penyembuhan luka, kejernihan kornea, kedalaman COA, pupil, IOL, kapsula
posterior, dan tekanan intraokuler.
•Antibiotika steroid topikal setiap 4 – 6 minggu.
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai