Anda di halaman 1dari 34

BAB I

LAPORAN KASUS

ANAMNESIS Nama : Ny. O Ruang : Ibnu Rasyd


Autoanamnesis dan Alloanamnesis Umur : 49 tahun Kelas : 3B4

Nama Lengkap : Ny. OA


Tanggal Lahir : 15-07-1966
Umur : 49 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : dusun Sri Gading rt/rw 24/02 MUBA
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMP

Dokter yang Merawat : dr. Ibrahim Sp, M


Dokter Muda : Fivin Chazna Putri Utami S.Ked

Tanggal Pemeriksaan : 17 November 2015

Keluhan Utama :
Benda asing pada mata kanan dan kiri

Keluhan Tambahan :
Mata berair (+/+), gatal (+/+), kabur (+/+),

1. Riwayat Penyakit Sekarang

1
2

Hasil autoanamnesis, pada 17 November 2015 pasien datang ke Poli Mata RS


Muhammadiyah Palembang dengan keluhan utama pasien merasa ada benda asing
pada mata kanan dan kiri, seperti ditusuk, keluhan ini dirasakan sudah 1 bulan.
Pasien juga merasa bulu mata mengarah kedalam sehingga mengganjal, tidak
nyaman, mata berair (+/+), gatal (+/+), mata kabur (+/+), mata merah (-/-)
Keluhan ini dirasakan pasien menggangu aktifitas hariannya dan pasien
memutuskan untuk berobat ke poli mata Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.
Riwayat pengobatan (-).

2. Riwayat Penyakit Dahulu

Hasil autoanamnesis, Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama


sebelumnya. Riwayat alergi makanan dan obat tidak ada.

3. Riwayat Penyakit Keluarga

Hasil autoanamnesis. diketahui informasi mengenai riwayat penyakit


keluarga, tidak ada yang mengalami keluhan yang sama pada mata di keluarga
pasien.

PEMERIKSAAN Nama : Ny.OA Ruang : Ibnu Rasyd


FISIK Umur : 49 tahun Kelas : 3B4

Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
3

Tanda Vital :
- Tekanan Darah : 130/80 mmHg
- Nadi : 84x/menit
- Laju Napas : 20 x/menit
- Suhu : 36,9 C

Status Oftalmologis

OD OS

No. Pemeriksaan OD OS
1. Visus 4/60 20/100
2. Tekanan Intra Okuler Tidak diperiksa Tidak diperiksa
3. Kedudukan Bola Mata
Posisi Ortoforia Ortoforia
Eksoftalmus (-) (-)
Enoftalmus (-) (-)
4. Pergerakan Bola Mata
Atas (+) Baik (+) Baik
Bawah (+) Baik (+) Baik
Temporal (+) Baik (+) Baik
Temporal atas (+) Baik (+) Baik
Temporal bawah (+) Baik (+) Baik
Nasal (+) Baik (+) Baik
Nasal atas (+) Baik (+) Baik
Nasal bawah (+) Baik (+) Baik
4

Nistagmus (-) (-)


5. Palpebrae
Hematom (-) (-)
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Benjolan (-) (-)
Ulkus (-) (-)
Fistel (-) (-)
Hordeolum (-) (-)
Kalazion (-) (-)
Ptosis (-) (-)
Ektropion (-) (-)
Entropion (+) (+)
Sekret (-) (-)
Trikiasis (+) (+)
Madarosis (-) (-)
6. Punctum Lakrimalis
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Benjolan (-) (-)
Fistel (-) (-)
7. Konjungtiva Tarsal Superior
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Sekret (-) (-)
Epikantus (-) (-)
8. Konjungtiva Tarsalis Inferior
Kemosis (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Anemis (-) (-)
Folikel (-) (-)
Papil (-) (-)
Lithiasis (-) (-)
Simblefaron (-) (-)
9. Konjungtiva Bulbi
Kemosis (-) (-)
Pterigium (-) (-)
Pinguekula (-) (-)
Flikten (-) (-)
Simblefaron (-) (-)
Injeksi konjungtiva (-) (-)
5

Injeksi siliar (-) (-)


Injeksi episklera (-) (-)
Perdarahan subkonjungtiva (-) (-)
10. Kornea
Kejernihan Jernih Jernih
Edema (-) (-)
Ulkus (-) (-)
Erosi (-) (-)
Infiltrat (+) (-)
Flikten (-) (-)
Keratik presipitat (-) (-)
Macula (-) (-)
Nebula (-) (-)
Leukoma (-) (-)
Leukoma adherens (-) (-)
Stafiloma (-) (-)
Neovaskularisasi (-) (-)
Imbibisi (-) (-)
Pigmen iris (-) (-)
Bekas jahitan (-) (-)
Tes sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan

11. Limbus kornea


Arkus senilis (+) (+)
Bekas jahitan (-) (-)
12. Sklera
Sklera biru (-) (-)
Episkleritis (-) (-)
Skleritis (-) (-)
13. Kamera Okuli Anterior
Kedalaman dalam Dalam
Kejernihan Jernih Jernih
Flare (-) (-)
Sel (-) (-)
Hipopion (-) (-)
Hifema (-) (-)
14. Iris
Warna Coklat Coklat
Gambaran radier Jelas/tidak jelas Jelas/tidak jelas
Eksudat (-) (-)
6

Atrofi (-) (-)


Sinekia posterior (-) (-)
Sinekia anterior (-) (-)
Iris bombe (-) (-)
Iris tremulans (-) (-)
15. Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Besar cukup Cukup
Regularitas reguler reguler
Isokoria (+) (+)
Letak Sentral Sentral
Refleks cahaya langsung (+) (+)
Seklusio pupil (-) (-)
Oklusi pupil (-) (-)
Leukokoria (-) (-)
16. Lensa
Kejernihan Keruh Keruh
Shadow test (+) (+)
Refleks kaca (-) (-)
Luksasi (-) (-)
Subluksasi (-) (-)
Pseudofakia (-) (-)
Afakia (-) (-)

17. Funduskopi
Refleks fundus Tidak dinilai Tidak dinilai
Papil Tidak dinilai Tidak dinilai
- warna papil
- bentuk
- batas
Retina Tidak dinilai Tidak dinilai
- warna
- perdarahan
- eksudat
Makula lutea Tidak dinilai Tidak dinilai
Nama : Ny. OA Ruang : ibnu rasyd
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Umur : 49 tahun Kelas : 3B4

Anjuran Pemeriksaan:
1. Funduskopi
7

RINGKASAN ANAMNESIS DAN Nama : Ny. OA Ruang : ibnu rasyd


PEMERIKSAAN JASMANI Umur : 49 tahun Kelas : 3B4
Hasil autoanamnesis, pada 17 November 2015 pasien datang ke Poli Mata
RS Muhammadiyah Palembang dengan keluhan utama pasien merasa ada benda
asing pada mata kanan dan kiri, seperti ditusuk, keluhan ini dirasakan sudah 1
bulan. Pasien juga merasa bulu mata mengarah kedalam sehingga mengganjal,
tidak nyaman, mata berair (+/+), gatal (+/+), mata kabur (+/+), mata merah (-/-)
Pada pemeriksaan fisik, terdapat entropion pada palpebra OD dan OS,
trikiasis pada OD dan OS

Daftar Masalah:
1. Mata merasa ada benda asing
2. Mata berair
3. Mata Kabur
4. Palpebrae
OD dan OS : entropion, trikiasis
8. Lensa :
OD dan OS: Keruh, Shadow test (+)

Kemungkinan Penyebab Masalah :


1. Entropion
2. Trikiasis
3. Katarak immatur
Nama : Ny. OA Ruang : ibnu rasyd
RENCANA PENGELOLAAN
Umur : 49 tahun Kelas : 3B4
1. Medikamentosa
a. Reposisi entropion OS
b. Epilasi OD dan OS
c. Post operasi : antibiotik tetes mata 3x1 tetes, analgetik 3x500mg,
8

antibiotik oral spektrum luas 2x500mg

2. Non medikamentosa
Edukasi
a. Menjelaskan pada pasien mengenai penyakit yang dialami pasien
b. Menjelaskan tujuan dilakukan reposisi entropion dan epilasi pada pasien
c. Mengikuti terapi antibiotik dengan tepat dan menjaga higien untuk
mencegah infeksi pasca bedah
9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 . Anatomi Palpebra

Palpebra adalah lipatan tipis kulit, otot, dan jaringan fibrosa yang
berfungsi melindungi struktur-struktur mata yang rentan. Palpebra
superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat menutup
dan melindungi bola mata bagian inferior. Pada pelpebra terdapat rambut
halus, yang hanya tampak dengan pembesaran.1,2

Kelopak mata atas lebih lebar dan mobile dibandingkan dengan


kelopak mata bawah, dan mempunyai otot penggerak yaitu otot levator
palpebra. Fisura palpebra, terletak pada tepi bebas kelopak mata dan
bergabung pada kantus lateral dan medial. Kantus lateral relatif tidak
mempunyai keistimewaan khusus. Kantus medial sekitar 2 mm di bawah
kantus lateral (jarak ini relatif lebih lebar pada orang Asia). Kantus medial
yang merupakan area kecil berbentuk segitiga yang memisahkan kedua
bola mata, dimana lacrimal caruncle terletak3.

Papila lakrimal, terletak pada margin palpebra jaraknya sekitar 1/6


dari kantus medial mata. Punctum lakrimal, terletak di tengah papila yang
membentuk muara dari sistem drainase lakrimal. Dari margin lateral
kelopak mata menuju ke papila lakrimal terdapat beberapa bulu mata
yang disebut bagian siliaris kelopak mata. Dari margin medial menuju ke
papila yang tidak memiliki bulu mata membentuk bagian lakrimal bulu
mata3.

Ketika melihat lurus ke depan, kelopak mata atas menutupi bagian


atas dari kornea sekitar 2 sampai 3 mm, dimana kelopak mata bawah
hanya menutupi sampai di limbus. Ketika mata ditutup, kelopak mata atas
10

menutupi seluruh bagian kornea. Malposisi pada kelopak mata bawah


adalah umum, terutama pada orang tua. Ektropion adalah bergulir
keluarnya kelopak mata bawah sehingga tidak lagi kontak dengan kornea.
Sedangkan entropion menggambarkan inversi kelopak mata yang dapat
menyebabkan bulu mata mengarah ke dalam (trikiasis) yang dapat
menyebabkan iritasi kornea3.

Setiap margin kelopak mata tebalnya 2 sampai 3 mm. 2/3 anterior


dari kelopak mata merupakan kulit dan 1/3 posterior merupakan mukosa
konjunctiva. Sebuah garis abu-abu yang tajam terletak anterior dari
mucocutaneous junction, berhubungan dengan lokasi dari bagian siliaris
dari orbicularis oculi dan merupakan surgical landmark, karena insisi
pada titik ini menyebabkan kelopak mata terpisah menjadi lamela anterior
dan posterior. Bulu mata terletak di depan garis abu-abu dan muara
sirkular kelenjar tarsal (kelenjar meibom) terletak di belakangnya3.

Gambar 1. Kelopak mata dan anterior bola mata. 1. Pupil, 2. Plica semilunaris,
3. Lacrimal caruncle, 4. Kantus medial, 5. Konjunctiva, 6. Kelopak mata atas,
7. Bulu mata, 8. Kantus lateral, 9. Margin kelopak mata, 10. Iris, 11. Kelopak
mata bawah.
11

Kelopak mata terdiri atas tujuh lapisan. Dari superficial ke dalam


terdapat lapisan kulit dan jaringan subkutan, lapisan otot orbikularis
okuli, septum orbita, lemak orbita, lapisan otot retraktor, jaringan fibrosa
(tarsus), dan lapisan membrane mukosa (konjungtiva palpebrae).1

Gambar 2. Anatomi palpebra

Berikut merupakan ketujuh lapisan dari palpebra :

- Lapisan kulit dan jaringan subkutan

Lapisan kulit palpebra merupakan lapisan paling tipis pada tubuh, longgar,
elastik dan tanpa jaringan lemak subkutan.1,4

- Lapisan otot orbikularis okuli

Fungsi m. orbicularis oculi adalah menutup palpebra. Serat-serat ototnya


mengelilingi fissure palpebrae secara konsentris dan meluas sedikit melewati
tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang
12

terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal,, bagian di atas


septum orbital adalah bagian praseptal. Segmen di luar palpebra disebut
bagian orbita. M. orbicularis oculi dipersarafi oleh nervus facialis (N. VII).1,4

Gambar 3. M. orbicularis oculi dan m. frontalis (a) bagian pretarsal, (b) bagian
preseptal, (c) bagian orbital, (d) m. frontalis

- Septum orbita

Merupakan lapisan tipis, terdiri dari jaringan fibrosa, muncul dari


periosteum di atas orbital rim bagian superior dan inferior pada arcus
marginalis. Pada palpebra superior, septum orbita bergabung dengan
levator aponeurosis 2-5 mm di atas tarsal superior. Pada palpebra inferior,
septum orbita bergabung dengan fascia kapsulopalpebra di bawah tarsal
inferior.1,4

- Lemak orbita

Lemak orbita terletak pada posterior dari septum orbita dan anterior dari
levator aponeurosis (palpebra superior) atau fascia kapsulopalpebra
(palpebra inferior). Pada palpebra superior, terdapat 2 kantong lemak; nasal
13

dan sentral. Pada palpebra inferior, terdapat 3 kantong lemak; nasal, sentral,
dan temporal. Kantong-kantong lemak ini dikelilingi oleh lapisan tipis
fibrosa yang merupakan kelanjutan dari anterior septum orbita.1,4

- Otot-otot retraktor

Otot retraktor palpebra superior adalah otot levator dengan aponeurosis dan
otot tarsal superior (M. Muller). Pada palpebra inferior adalah fascia
kapsulopalpebra dan otot tarsal inferior.1,4

- Tarsus

Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapisan jaringan fibrosa


padat yang bersama sedikit jaringan elastic disebut tarsus superior dan
inferior. Sudut lateral dan medial dan juluran tarsus tertambat pada tepian
orbita oleh ligament palpebra lateralis dan medialis. Tarsus superior dan
inferior juga tertambat oleh fascia tipis dan padat pada tepi atas dan bawah
orbita.1,4

- Konjungtiva

Konjungtiva tersusun oleh epitel squamous non keratin, membentuk lapisan


di posterior dari palpebra dan terdiri dari sel-sel goblet, kelenjar lakrimal
Wolfring dan Krause. Kelenjar lakrimal terletak di jaringan subkonjunctiva
palpebra superior dan inferior. Kelenjar Wolfring terletak di sepanjang tarsal,
sedangkan kelenjar Krause terletak pada forniks.1,4
14

2.2. Anatomi Bulu Mata

Bulu mata (dalam bahasa Yunani : blepharo) adalah rambut-rambut


pendek, halus dan melengkung yang terdiri dari 2 sampai 3 lapisan yang
tumbuh pada tepi kelopak mata. Bulu mata berfungsi melindungi bola
mata dari debris dan benda asing3,5. Bulu mata kelopak mata bagian atas
lebih panjang, lebih banyak, dan melengkung keatas dimana bulu mata
kelopak mata bagian bawah lebih pendek, lebih sedikit dan melengkung
ke bawah sehingga tidak saling bertemu dan mengganggu ketika kedua
kelopak mata ditutup5.

Pada fase embryo, bulu mata tumbuh dari jaringan ektoderm pada
umur kehamilan 22 sampai 26 minggu. Bulu mata membutuhkan waktu 7
sampai 8 minggu untuk tumbuh kembali setelah dicabut tetapi
penyabutan bulu mata secara terus-menerus dan konstan dapat
menyebabkan kerusakan permanen. Warna bulu mata dapat berbeda dari
rambut pada umumnya, walaupun mereka dapat berwarna lebih gelap
pada seseorang dengan rambut warna gelap dan berwarna lebih terang
pada orang dengan rambut warna terang3,5.

Beberapa penyakit dan kelainan pada bulu mata yaitu3,5 :

- Madarosis, adalah kehilangan bulu mata dapat merupakan kelainan


kongenital atau akibat infeksi seperti leprosy, alopecia totalis dll.
- Blepharitis, adalah peradangan kronik pada kelopak mata dengan
tingkat keparahan yang bervariasi. Kelopak mata menjadi merah dan
gatal, kulit kelopak mata menjadi menebal dan dapat menyebabkan
bulu mata rontok3,5,6.
- Distichiasis, adalah pertumbuhan abnormal dari bulu mata pada
beberapa area dari kelopak mata.
- Trichiasis, adalah pertumbuhan bulu mata ke dalam yang dapat
menggosok kornea dan konjunctiva dapat menyebabkan iritasi.
15

- Hordeolum eksterna, adalah peradangan purulen folikel bulu mata,


kelenjar Zeis dan kelenjar Moll sekitar pada kelopak mata.
- Trikotilomania, adalah kelainan berupa keinginan untuk mencabut
rambut kepala, bulu mata, dll.
- Demodex folliculorum, adalah sejenis tungau yang hidup di bulu mata
dan folikel rambut, dan sekitar 98 % orang mempunyai tungau ini.
Terkadang, tungau ini dapat menyebabkan blepharitis.

2.3 Definisi

Entropion adalah suatu keadaan melipatnya kelopak mata bagian


tepi atau margo palpebra kearah dalam. Hal ini menyebabkan 'trichiasis'
dimana bulu mata yang biasanya mengarah keluar kini menggosok pada
permukaan mata. Hal ini dapat menyebabkan beberapa masalah.4
Trikiasis adalah suatu kelainan dimana bulu mata mengarah ke
dalam bola mata yang dapat menggosok kornea atau konjungtiva yang
dapat menyebabkan iritasi. Trichiasis harus dibedakan daripada entropion,
dimana pada entropion terjadi pelipatan palpebra ke arah dalam.
Kemungkinan dimana terjadinya entropion dan trikiasis bersamaan dapat
terjadi, dan dibutuhkan terapi untuk keduanya.7,8

2.4. Epidemiologi

Entropion kelopak mata bawah lebih sering terjadi daripada


entropion kelopak mata atas. Entropion pada kelopak mata bawah lebih
sering karena proses involusional pada proses penuaan, sedangkan pada
kelopak mata atas sering karena sikatrikal seperti akibat trakoma.
Entropion dapat terjadi unilateral maupun bilateral.1
16

Trikiasis dapat terjadi pada semua usia, namun lebih sering


ditemukan pada orang dewasa. Belum ditemukan bukti adanya predileksi
pada ras-ras tertentu ataupun jenis kelamin.1

2.5. Etiologi

Entropion berdasakan penyebab dibagi atas :


Involusi
Paling sering terjadi sebagai akibat dari proses penuaan. Seiring dengan
meningkatnya usia maka terjadi degenerasi progresif jaringan fibrous dan
elastik kelopak mata bawah. Gangguan ini paling sering ditemukan pada
kelopak bawah dan merupakan akibat gabungan kelumpuhan otot-otot
retraktor kelopak bawah, migrasi ke atas muskulus orbikularis preseptal,
dan melipatnya tepi tarsus atas. 5,6

Gambar 3. Entropion involusi kelopak mata atas. 7

Entropion involusi pada kelopak mata atas juga dapat terjadi. Penelitian
Jorge GC et al disimpulkan bahwa karakteristik anatomi yang khas
kelopak mata atas pada populasi. Kelemahan horizontal dari kelopak mata
dapat diketahui dengan kekuatan kelopak mata yang lemah dan
menurunnya kemampuan menarik kelopak mata lebih dari 6 mm. Asia
merupakan predisposisi entropion involusi kelopak mata atas.7
Sikatrik
Dapat mengenai kelopak mata atas atau bawah dan disebabkan oleh
jaringan parut di konjungtiva atau tarsus. Patologi dasarnya yaitu
memendeknya lamella posterior akibat berbagai sebab. Gangguan ini
17

paling sering ditemukan pada penyakit-penyakit radang kronik seperti


trakoma. Berbagai kondisi lain yang dapat menyebabkan terjadinya
entropion sikatrik adalah penyakit autoimun (sikatrik pemfigoid dan
sindrom steven johnson), inflamasi, infeksi (herpes zooster, trakoma),
tindakan bedah (enukleasi, koreksi ptosis) dan trauma (luka bakar dan
trauma kimia). Penggunaan obat glaukoma dalam jangka waktu yang
lama dapat menyebabkan konjungtivitis kronis yang menyebabkan
pemendekan konjungtiva secara vertikal sehingga terjadi entropion
sikatrik sekunder. Entropion sikatrik dapat mengenai kelopak mata atas
atau bawah. 8
Kongenital
Entropion kongenital merupakan anomali yang jarang ditemukan.
Entropion kongenital dapat menyebabkan erosi kornea kronik dan
blefarospasm. Dapat terjadi trauma pada kornea yang menyebabkan
terbentuknya ulkus pada bayi. Pada entropion kongenital, tepi kelopak
mata memutar kearah kornea, sementara pada epiblefaron kulit dan otot
6,9
pratarsalnya menyebabkan bulu mata memutari tepi tarsus . Entropion
kongenital sering sering juga terdapat kelainan pada system
kardiovaskular, musculoskeletal, dan system saraf pusat. Entropion
kongenital berbeda dengan entropion didapat. Entropion didapat terjadi
pada usia remaja dan diturunkan secara autosomal dominan 10.
Entropion Spastik Akut
Entropion spastik akut biasanya terjadi pada iritasi maupun inflamasi
okuli dimana terjadi pembengkakan pada kelopak mata dan spasme otot
orbikularis. Keadaan ini juga paling sering terjadi setelah operasi
intraokuler pada pasien dengan kelopak mata preoperatif tidak menyadari
atau memiliki kelopak mata yang sedikit menekuk ke arah bola mata.
Kontraksi otot orbikularis kelopak mata yang tertahan menyebabkan
rotasi ke dalam tepi kelopak mata. Hal ini akan mengakibatkan
bertambahnya iritasi dari yang telah ada sebelumnya. Taping pada
18

kelopak mata, kauterisasi atau teknik penjahitan dapat digunakan


sementara tetapi karena perubahan itu biasanya menetap sebainya
dilakukan tindakan operasi untuk menghilangkan entropion secara
permanen. Namun pada beberapa kasus dapat digunakan toksin
botullinum tipe A (Botox) untuk memberikan efek paralisis pada otot
orbikularis septal di sekitarnya.5
Trikiasis dapat disebabkan oleh infeksi pada mata, peradangan pada
palpebra, kondisi autoimun, dan trauma. Proses penuaan juga merupakan
penyebab umum terjadinya trikiasis, karena kulit yang kehilangan
elastisitas.9

Beberapa kondisi yang dapat meningkatkan resiko terjadinya


trikiasis sebagai berikut1,2,9 :

 Idiopatik
 Blefaritis kronik : Margo palpebra meradang, menebal, berkrusta,
erythem dengan secret ringan dan telangiektasis pembuluh darah
 Sikatriks : Dapat diakibatkan oleh luka palpebra oleh trauma.
 Epiblepharon, penyakit kongenital yang terjadi dimana jaringan
longgar di sekitar mata membentuk lipatan yang abnormal kulit
dan otot pretarsal, menyebabkan bulu mata mengarah ke dalam.
 Trachoma, suatu konjunctivitis folikular kronik yang berkembang
hingga terbentuknya jaringan parut. Pada kasus yang berat,
trikiasis dapat terjadi akibat jaringan parut yang berat.
 Penyakit-penyakit lainnya yang dapat mengenai kulit dan
membran mukosa seperti Steven Johnson Syndrome dan cicatrical
pemphigoid.

Selain dari penyakit-penyakit diatas, pentingnya membedakan tipe-


tipe kelainan dari bulu mata yang dapat menyebabkan trikiasis, dimana
penatalaksanaannya dapat berbeda tergantung dari penyebabnya.
19

Pembagian trikiasis berdasarkan kelainan bulu mata yaitu sebagai


berikut10,11 :

- Acquired metaplastic eyelashes. Biasanya disebabkan peradangan


kelopak mata seperti meibomitis atau trauma akibat pembedahan,
dimana epitel kelenjar meibom mengalami perubahan metaplastik
menjadi folikel rambut. Hal ini menyebabkan pertumbuhan bulu mata
lebih posterior daripada normal dimana dapat mengarah ke belakang.
- Congenital metaplastic eyelashes. Kelainan kongenital dimana
kelenjar meibom menjadi multipoten berkembang menjadi folikel-
folikel rambut. Barisan kedua dari bulu mata tumbuh dari permukaan
kelenjar meibom. Bulu mata yang tumbuh tersebut mengarah secara
vertikel, dan pada anak-anak dapat ditoleransi dikarenakan oleh
adanya tear film yang bagus dan sedikit mengurangi sensasi kornea.
- Misdirected eyelashes12. Pertumbuhan bulu mata yang normal, namun
akibat dari sedikit jaringan parut pada margin kelopak mata
menyebabkan perubahan arah dari bulu mata ke dalam.
- Marginal entropion. Pembalikan dari margin kelopak mata akibat dari
proses parut dari lamela posterior kelopak mata.

2.6. Gejala klinis


Keluhan yang sering timbul akibat entropion adalah rasa tidak
nyaman seperti adanya sensasi benda asing, mata berair, mata merah,
gatal, mata kabur dan fotofobia 7. Entropion kronis dapat menyebabkan
sensitifitas terhadap cahaya dan angin, dapat menyebabkan infeksi mata,
abrasi kornea atau ulkus kornea 11.
Dari pemeriksaan fisik akan tampak berupa :12
1. Kerusakan pada epitel konjungtiva atau kornea akibat trauma.
2. Hiperemia pada konjungtiva yang terlokalisasi.
3. Kelemahan kelopak mata (involusional entropion).
4. Jaringan parut pada konjungtiva (sikatrik entropion).
5. Pertumbuhan kelopak mata bawah yang abnormal (kongenital
entropion).
20

Pada pasien dengan trikiasis dapat mengeluhkan sensasi benda


asing, iritasi pada permukaan bola mata yang kronik, lesi pada kelopak
mata, gatal, nyeri pada mata, dan mata bengkak. Abrasi kornea sampai
dapat terjadi ulkus kornea, injeksi konjungtiva, keluarnya cairan mucus,
dan pandangan menjadi kabur dapat menyertai penyakit ini.1,7

2.7. Menegakkan Diagnosa


Sebagian besar pasien dengan entropion bermasalah dengan air
mata yang terus mengalir, iritasi, terasa ada benda asing di dalam mata
dan mata merah yang persisten. Dengan menggunakan slitlamp kadang-
kadang dapat mengidentifikasi lipatan pinggir kelopak mata, kelemahan
kelopak yang horizontal, melingkarnya perseptal orbikularis,
enophtalmus, injeksi konjungtiva, trikiasis, dan entropion yang
memanjang, keratitis punctata superfisial yang dapat menjadi ulkus dan
formasi panus. Pasien dengan entropion sikatrik mungkin terdapat
keratinisasi pada tepi kelopak mata dan simblefaron.5
Pemeriksaan fisik pada kelopak mata meliputi test snapback yaitu
dengan cara menarik kelopak mata dengan hati-hati ke arah luar lalu
dilihat apakah kelopak mata dapat kembali ke posisi semula, dan biasanya
tes ini tidak menimbulkan rasa sakit. Dari tes ini dapat dilihat kelemahan
pada tonus kelopak mata yang horizontal. Pada pinggir kelopak mata
bawah selalu ditemukan kelengkungan ke arah limbus setelah entropion
terbentuk. Forniks inferior tidak selalu kelihatan dalam dan kelopak mata
mungkin dapay mudah dikeluarkan.
Tanda klinis lainnya meliputi gambaran garis putih dalam ukuran
milimeter di bawah tarsal inferior akibat dari pergeseran dari retraktor
kelopak mata dan pergerakan yang sedikit atau tidak ada sama seklai dari
kelopak bawah saat melihat ke bawah. Pindahnya bagian superior dari
orbikularis superior dapat dideteksi dengan melakukan observasi yaitu
21

menutup mata yang memerah setelah kelipak entropion kembali normal


(tes kelengkungan orbikularis).5

2.8. Diagnosis Banding


1. Retraksi kelopak mata (penyakit Grave).
Tarikan dari kelopak mata bawah dan atas menimbulkan bulu mata dan
kulit kelopak melipat ke dalam menyerupai entropion.
2. Distikiasis
Bersifat kongenital, terdapat kelainan yang menekan temapat
keluarnya saluran Meibom.
3. Trikiasis
Kelainan berupa bulu mata yang mengarah ke kornea, sehingga timbul
reaksi radang yang kedua dan terbentuk jaringan parut
4. Dermatokalasis
Suatu keadaan degeneratif, timbul lebih awal, dan menunjukkan
gambaran yang longgar dengan penonjolan dan kulit kelopak yang
banyak. Perubahan arah bulu mata pada kelopak atas menyerupai
entropion
5. Epiblefaron
Kelainan kongenital yang tampak berupa pelipatan kulit kelopak dan
ketegangan otot horizontal yang menyilang ke pinggir kelopak
menyebabkan bulu mata masuk ke dalam. Orientasi dari tarsal plate
normal selalu asimptomatik dan berkaitan dengan pertambahan umur.
Trikiasis dapat didiagnosis banding dengan entropion. Entropion
adalah pelipatan kelopak mata ke arah dalam yang dapat disebabkan oleh
involusi, sikatrik, atau congenital. Gangguan ini selalu mengenai kelopak
mata bawah dan merupakan akibat gabungan kelumpuhan otot-otot
retractor kelopak mata , mikrasi ke atas muskulus orbikularis preseptal,
dan melipatnya tarsus ke atas.1

2.9. Penatalaksanaan
22

Terapi nonfarmakologis dengan menarik kulit palpebra ke arah pipi


sehingga menjauh dari bola mata dapat mengurangi gejala sementara
terutama untuk involusi atau spastik entropion. Pencukuran bulu mata
bisa dilakukan di tempat lokasi trichiasis. Terapi kontak lensa (hidrogel,
hidrogel silikon, yang memiliki diameter lebih besar dari kornea atau
sklera) untuk melindungi kornea.12
Pengobatan entropion terbaik adalah operasi plastik atau suatu
tindakan tarsotomi pada entropion akibat trakoma. Pembedahan untuk
memutar keluar kelopak mata efektif pada semua jenis entropion. Sebuah
tindakan sementara yang bermanfaat pada entropion evolusional adalah
dengan menarik kelopak mata bawah dan menempelkannya dengan ‘tape’
ke pipi; tegangannya mengarah ke temporal dan inferior 6. Operasi
entropion transkonjungtiva merupakan prosedur yang aman dan lebih
efisien pada entropion involusi 2,7
Pemilihan prosedur pembedahan tergantung pada penyebab yang
mendasari. Intervensi bedah diindikasikan jika salah satu dari berikut
muncul persisten: iritasi okular berulang, konjungtivitis bakteri, refleks
hipersekresi air mata, superfisial keratopathy, risiko ulserasi dan keratitis
mikroba.12
Beberapa tindakan operasi yang dapat dilakukan5
1. Entropion kongenital.
Entropion kongenital dapat diperbaiki dengan pemasangan kembali fasia
kapsulopalpebra. Prosedur ini akan diuraikan pada bagian entropion
involusional, dan dilakukan untuk mengencangkan kelopak mata anak-
anak yang horizontal secara tidak serentak. Perbaikan epiblefaron
diperlukan jika ada bukti keratopati atau jika gejalanya simptomatik.
2. Entropion akut spastik
Suntikan toksin botulinum selalu efektif untuk paralisi orbikularis. Efek
toksin botulinum bertahan hanya sekitar 3 bulan, tetapi entropion tidak
akan terulang walaupun efeknya menghilang.
3. Entropion involusional.
a. Perbaikan fasia kapsulopalpebra13
23

Metode perbaikan entropion ini berdasarkan jenis dan tingkatan masalah.


Salah satu perbaikan fasia kapsulopalpebra dapat menggunakan teknik
inferior refraktorplication. Setelah anestesi lokal, suatu goresan subsiliar
dibuat 2 mm di bawah luka dari bawah punctum menuju cabang cantal.
Penutup kulit yang kecil disayat ke bawah di atas tarsus, dan potongan
otot orbikularis pretarsal disayat sampai batas tarsus. Septum orbita
digores dan dibuka, sehingga tepi fasia kapsulopalpebra yang tipis dapat
terlihat. Dengan adanya bantalan inferior orbita, yang kondisinya sama
dengan keadaan kelopak mata bawah terhadap levator, dapat ditutup
dengan empat jahitan sesuai dengan struktur mata. Suatu potongan tarsal
yang mengarah ke samping menunjukkan kelemahan kelopk mata bawah
dan potongan tersebut sesuai dengan banyaknya ketegangan kelopak.
Tiga jahitan dengan silk 6.0 digunakan untuk menyambung kembali fasia
kapsulopalpebra bawah dengan perbatasan tarsal. Kelopak mata tidak
harus selalu dikoreksi dan banyaknya jumlah fasia kapsulopalpebral dapat
dikonfirmasi dengan melakukan follow up pasien. Kulit muka yang
ditutup dengan jahitan 6.0 biasa, dan jumlah tepi fasia kapsulopalpebral
harus disatukan dengan tiga jahitan pusat untuk mencegahnya otot
orbikularis.
24

Gambar 4. Operasi dengan perbaikan faisa kapsulopalpebra dengan teknik


inferior refraktorplication
25

Gambar 5. Koreksi entropion involusional dengan teknik Horizontal Shortening-


Modified Brick.

b. Jahitan quickert.14
Jika pasien yang menderita involusional entropion dan tidak mampu
maka teknik quickert, atau tiga jahitan, dapat digunakan. Kelemahannya
tingkat kekambuhan dengan teknik ini sangatlah tinggi. Jahitan tiga
double-kromik 5-0 ditempatkan horizontal 3 mm melebar ke lateral,
tengah, dan medial kelopak mata bawah. Jahitan melewati forniks sampai
batas di bawah perbatasan inferior tarsal lalu keluar sampai kulit. Masing-
26

masing jahitan ditegangkan untuk koreksi. Berikut gambar jahitan dengan


metode 3 jahitan.

Gambar 6. Teknik 3 jahitan pada lateral, tengah dan medial kelopak mata.

4. Entropion sikatrik.5
Prosedur Weis. Jika entropionnya asli sikatrik, blefarotomi dan rotasi
merginal (prosedur Weis) efektif untuk memperbaiki kelopak mata atas
atau bawah. Anestesi lokal diberikan pada kelopak mata dan insisi
horizontal dibuat 4 mm dari kelopak sampai kulit dan orbikularis. Dibuat
atap marginal yang berada 2-4 mm dari garis tepi kelopak mata. Kelopak
kemudian diangkat, dan dalam hitungan detik dibuat insisi sampai
konjungtiva dan tarsus. Gunting Westcott atau Tenotomi digunakan untuk
memperluas blefarotomi ke medial dan lateral melewati tarsus. Lalu
dijahit tiga double-armed dengan silk 6-0 sampai tarsus, ke atas tarsus
yang kemudian keluar melalui kulit dekat bulu mata. Jahitan diikat di atas
kapas untuk melindungi “pemasangan kawat”. Lalu dkoreksi untuk
pastinya. Kulit yang diinsisi ditutup dengan jahitan 6-0 biasa. Jahitan dan
kasa penutup harus diangkat 10-14 hari.
27

Gambar 7. Prosedur Weiss.

Jika sikatrik entropion masih mengganggu, atau prosedur yang dilakukan


gagal, lamellar posterior tambahan akan sangat membantu. Suatu
cangkokan mungkin ditempatkan antara konjungtiva/retraktor kelopak
bawah dan perbatasan inferior tarsal. Berbagai material cangkok yang
tersedia meliputi tulang rawan telinga, langit-langit keras, dan selaput
lendir. Terbentuknya jaringan parut, dan defek produksi lamellar
posterior, bahan cangkok diletakkan dengan jahitan yang bisa diserap dan
kelopak akan dapat disembuhkan dengan jahitan yang direnggangkan.
Lamellar posterior tersebut menyebabkan kelopak mungkin tidak dapat
menarik kembali saat melihat ke bawah.
28

Gambar 8. Posterior lamella grafting.

Jika hanya sedikit bulu mata yang terlibat, trikiasis dapat diterapi
dengan mechanical epilation, yaitu membuang bulu mata yang tumbuh ke
dalam dengan forcep pada slit lamp. Karena pertumbuhan kembali dapat
terjadi, epilasi berulang diperlukan setelah 3-8 minggu.

Electrolysis dapat digunakan untuk menatalaksana trikiasis. Akan


tetapi tingkat rekurensinya tinggi, selain itu bulu mata normal yang
berdekatan dapat menjadi rusak dan jaringan parut pada jaringan margin
palpebra dapat menyebabkan trikiasis lebih lanjut.

Radiosurgery dapat memperbaiki bulu mata yang abnormal dengan


menggunakan ujung jarum yang dimasukkan dari ujung silia ke basis
silia. Sinyal radiosurgery dikirimkan kurang lebih selama 1 detik dengan
29

tenaga yang lemah untuk menghancurkan folikel rambut. Ketika ujung


jarum dipindahkan, maka bulu mata dapat diangkat dengan mudah.

Trikiasis segmental dapat diperbaiki dengan cryotherapy.


Cryotherapy hanya membutuhkan anestesia lokal infiltratif. Folikel dari
bulu mata sangat sensitif terhadap dingin dan dapat dihancurkan pada
suhu -20o C. Area yang terlibat dibekukan kurang lebih selama 25 detik
dan kemudian dibiarkan mencair. Kemudian dibekukan kembali selama
20 detik (double freeze-thaw technique). Beberapa sumber menyebutkan,
membutuhkan 45 detik membekukan dengan 4 menit mencairkan secara
lambat untuk double freeze-thaw technique14. Bulu mata yang abnormal
dapat diangkat dengan forcep. Kekurangan dari cryotherapy adalah
edema yang dapat bertahan selama beberapa hari, kehilangan pigmen
kulit melanosit yang dapat hancur pada suhu -10o C sehingga dapat
hancur terlebih dahulu sebelum folikel rambut dihancurkan, penebalan
margin palpebra, dan kemungkinan gangguan fungsi sel goblet. Metode
ini dapat dikombinasi dengan berbagai tehnik pembedahan dan dapat
diulangi jika persisten atau berulang.

Penggunaan Argon Laser pada trikiasis tidak se-efektif seperti


menggunakan cryotherapy, tetapi dapat sangat berguna ketika hanya
sedikit dari bulu mata yang tersebar membutuhkan ablasi atau ketika
stimulasi dari area peradangan yang lebih besar tidak dibutuhkan.
Beberapa pigmen dibutuhkan pada dasar bulu mata untuk menyerap
energi laser dan mengablasi bulu mata, menyebabkan tehnik ini sensitif
terhadap warna rambut. Ablasi menggunakan argon laser membutuhkan
sinar dengan lebar 200_m untuk kelopak mata bawah, dan 250 _m untuk
kelopak mata atas, untuk kedalaman yang sama dengan electrolysis15.
30

Dari semua tehnik yang telah disebutkan, tingkat keberhasilan dapat


bervariasi, dan penatalaksanaan tambahan biasanya diperlukan. Full
thickness pentagonal resection dengan penutupan primer dapat
dipertimbangkan ketika trikiasis terbatas pada segmen palpebra.

Tingkat keberhasilan ablasi bulu mata dapat ditingkatkan dengan


transconjunctival eyelash bulb extirpation di bawah mikroskop16. Hal ini
dapat digunakan sebagai prosedur primer atau ketika upaya elektrolisis
atau modalitas ablasi lainnya telah gagal dan pengobatan lebih lanjut
berisiko terbentuknya jaringan parut.

2.10 . Komplikasi
Komplikasi entropion :
1. Konjungtivitis
Peradangan pada konjungtiva. Akan terlihat lapisan putih yang
transparan pada mata dan garis pada kelopaknya. Entropion dapat
menyebabkan konjungtiva menjadi merah dan meradang, dan
menimbulkan infeksi.
2. Keratitis
Suatu kondisi dimaan kornea meradang. Masuknya bulu mata dan tepi
kelopak ke kornea dapat menimbulkan iritasi dan rasa sakit. Jaringan
parut akan terbentuk dan dapat menyebabkan kehilangan penglihatan.
3. Ulkus kornea
Ulkus kornea adalah ulkus yang terbentuk di kornea, dan biasanya
disebabkan oleh keratitis. Kondisi ini sangat serius karena dapt
menyebabkan kehilangan penglihatan. Sangat penting utnuk segera
berobat ke dokter jika mata menjadi maerah, mata terasa sakit atau
seperti ada yang mengganjal di dalam mata.
31

4. Komplikasi bedah termasuk perdarahan, hematoma, infeksi, rasa sakit,


dan posisi tarsal yang buruk.

Komplikasi trikiasis
Apabila tidak ditangani dengan segera trikiasis dapat menyebabkan
komplikasi seperti iritasi pada permukaan bola mata yang kronik, abrasi
kornea, terjadi ulkus kornea, perforasi, sampai terjadinya infeksi bola
mata. Komplikasi lebih lanjut dapat menyebabkan kebutaan.

2.11 Prognosis

Entropion pada umumnya memiliki prognosis yang baik.


Keefektifan pengobatan entropion tergantung pada penyebab utama dan
tingkat keparahan penyakitnya.
Prognosis trikiasis umumnya baik. Tindak lanjut perawatan berkala
dan perhatian terhadap komplikasi, kekambuhan, atau komplikasi kornea
dapat meningkatkankan prognosis jangka panjang.17
32

BAB III
ANALISA KASUS

Ny. OA mengeluh seperti ada benda asing pada mata kanan dan kiri, seperti
ditusuk, ini dikarenakan adanya trikiasis pada mata kanan dan kiri, keluhan lainnya
pasien merasa bulu mata mengarah kedalam sehingga mengganjal dan mengganggu
penglihatan, ini dikarenakan kelopak mata pasien yang mengarah ke dalam
(entropion) dan mengakibatkan bulu mata mengarah ke dalam (trikiasis). Pada
keadaan ini, dapat terjadi iritasi. Tidak ditemukan mata merah pada pasien ini,
menunjukkan tidak ada iritasi. Mata dirasakan berair, sebagai proteksi dari kelenjar
air mata untuk menyingkirkan benda asing yang mengganjal mata.
Pada pemeriksaan fisik mata, didapatkan visus mata kanan 4/60 dan kiri
20/100, entropion di mata kiri dan trikiasis pada mata kanan dan kiri. Pada limbus
kornea arkus senilis positif, lensa keruh, shadow test negatif yang berarti katarak
pada pasien ini immatur.
Mata kabur pada pasien dapat dikarenakan adanya trikiasis sehingga
menghalani penglihatan pasien, dapat juga dikarenakan katarak immatur yang
dialami pasien. Namun, karen pasien datang dengan keluhan utama tidak nyaman di
mata karena ada benda asing yang mengganjal di mata kanan dan kiri,
penatalaksanaan pasien ini diutamakan pada entropion dan trikiasisnya.
Penatalsanaan pada pasien ini dilakukan pencabutan bulu mata dengan teknik
mecanical epilasi dan reposisi palpebra dengan teknik refraktorplication. Pencabutan
bulu mata dengan teknik epilasi ini memiliki kekurangan, tergantung pada
pertumbuhan bulu mata kembali, yang artinya dapat terjadi rekuren pada pasien ini,
sedangkan reposisi palpebra dengan teknik refraktorplication sudah tepat, agar
kelopak mata tidak melipat ke dalam. Setelah operasi, diberikan terapi antibiotik tetes
mata 3x1 tetes, analgetik 3x500mg, antibiotik oral spektrum luas 2x500mg untuk
mencegah infeksi pasca bedah.
33

BAB IV
KESIMPULAN
1. Entropion adalah suatu keadaan melipatnya kelopak mata bagian tepi atau
margo palpebra kearah dalam. Penatalaksanan entropion dengan reposisi
palpebrae, dapat dilakukan dengan teknik rfraktorplication, horizontal
shortening modified brick, jahitan quickert dan teknik weiss.
2. Trikiasis merupakan kondisi dimana silia bulu mata melengkung ke arah bola
mata. Trikiasis dapat menyebabkan komplikasi seperti erosi kornea, iritasi
bola mata yang kronik, ulkus kornea, infeksi bola mata. Penatalaksanaan
trikiasis adalah dengan menghilangkan bulu mata dengan teknik epilasi
mekanik, elektrolisis, radiosurgery, cryotherapy, dan argon laser.
34

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, H. Sidarta. 2009. Ilmu Penyakit Mata, Ed. 3. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.
2. Anonymous. Entropion-eyelids that turn it. American asociaty of Ophthalmic
and Reconstruction of Surger7, 2005.
3. Anonymous. Eye anatomy (online) available at
www.medicinestuffs.blogspot.com
4. Anonymous. Entropion. Crescent Veterinary Clinic, tanpa tahun.
5. Prabowo D. Entropion. Healt Care, 2011. (online) Availabe at
http://diemazcaeem.blogspot.com/2011/05/entropion.html
6. Altieri A, Lester M, Harman F et al. Comparison of three techniques for repair
of involutional lower lid entropion: a three year follow up study.
Ophthalmologica 2003; 217: 265-272
7. Sullivan JH. Palpebra dan apparatus lakrimalis. Dalam: Vaughan D, Asbury
T. Oftalmologi Umum (General Opthalmology). Alih bahasa: Ilyas S. Edisi
14. Jakarta, Widya Medika: 2000
8. Camara JG, Nguyen LT, Sangalang-Chuidian M et al. Involutional lateral
entropion of the upper eyelids. Arch. Ophthalmol 2002; 120: 1682-4
9. Sodhi PK, Yadava U, Pandey RM, Mehta DK. Modified grey line split with
anterior lamellar repositioning for treatment of cicatricial lid entropion.
Ophthalmic surgery lasers 2002; 33: 169-74
10. Mandal AK, Honavar SG, Gothwal VK. The association of unilateral
congenital glaucoma and congenital lower lid entropion: causal or casual?
Ophthalmic surg lasers 2001; 32: 149-51
11. Park MS, Chi MJ, Baek SH. Clinical study of single-suture inferior retractor
repair for involutional entropion. Ophthalmologica 2006; 220: 327-31.
12. Boboridis K, Bunce C. Interventions for involutional lower lid entropion.
Cochrane Batabase for Systematic Review, 2002.
13. Woo KI, Yi K, Kim YD. Surgical correction for lower lid epiblepharon in
Asians. Br J Ophthalmol 2000;84:1407–1410.
14. Shorr N et al. Three-suture technique addresses involutional entropion in the
office. Ocular Surgery News, 2004

Anda mungkin juga menyukai