Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN KASUS

OD HORDEOLUM EKSTERNA

Oleh :
A.A.A Lie Lhianna M.P
H1A013001

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK MADYA

BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

2018

BAB I

PENDAHULUAN

Kelopak mata adalah bagian mata yang sangat penting. Adapun kelainan di kelopak
mata bermacam-macam, mulai dari yang jinak sampai keganasan, proses inflamasi, infeksi
mau pun masalah struktur seperti ektropion, entropion dan blepharoptosis. Hordeolum
merupakan salah satu penyakit yang cukup sering terjadi pada kelopak mata, dimana
hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata. Terdapat dua bentuk
hordeolum, yaitu hordeolum interna dan eksterna. Bila kelenjar Meibom yang terkena disebut
hordeolum internum, sedangkan bila kelenjar Zeiss atau Moll yang terkena maka disebut
hordeolum eksternum. Penyebab hordeolum ialah Staphylococcus aureus 1
Secara epidemiologi, hordeolum merupakan jenis penyakit infeksi pada kelopak mata
yang paling sering ditemukan. Insidensi tidak bergantung ras dan jenis kelamin, dapat
mengenai semua usia, namun lebih sering terjadi pada dewasa..2,3,4
Gejala klinis yang dikeluhkan pasien biasanya rasa nyeri, merah, dan bengkak pada
kelopak mata. Intensitas nyeri mencerminkan hebatnya membengkakan palpebral. Pada
pemeriksaan terlihat suatu benjolan setempat, warna kemerahan, mengkilat, nyeri tekan 5
Pengobatan hordeolum berupa kompres hangat, 3-4 kali sehari selama 10-15 menit.
Apabila diperlukan dapat diberikan antibiotik lokal atau oral. Antibiotik sistemik
diindikasikan jika terjadi selulitis. Pada hordeolum internum dan eksternum, masing-masing
dapat dilakukan tindakan operatif berupa insisi.6
Kasus hordeolum cukup sering ditemukan di sarana pelayanan kesehatan, sehingga
penulis tertarik untuk membahas penyakit herdeolum, yang akan dibahas pada laporan ini.

BAB II

LAPORAN KASUS

A. Identitas
Nama : Ny. N
Usia : 23 tahun
Alamat : Bengkel Utara, Labuapi, Lombok Utara
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Suku : Sasak
Status : Menikah
Pendidikan : SMA
Tanggal pemeriksaan : 28 Agustus 2018
No. RM : 014831

B. Anamnesis
 Keluhan Utama
Benjolan pada kelopak mata kanan atas
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poliklinik Mata RSUD Provinsi NTB dengan keluhan
benjolan pada kelopak mata kanan atas sekitar 1 bulan yang lalu. Pada
awalnya pasien merasakan tidak nyaman pada area kelopak mata dan ada rasa
mengganjal pada kelopak mata kanan atas, tidak nyeri, namun saat ini
dirasakan semakin membesar seperti jerawat, sedikit kemerahan, sehingga
pasien merasa tidak nyaman dengan benjolan tersebut dan dirasakan
mengganggu penampilan pasien. Benjolan tersebut dikatakan pasien tidak
pernah keluar nanah dan tidak pernah kempes. Pasien mengatakan jarang
membersihkan make-up di kelopak mata. Pasien tidak mengeluhkan adanya
mata merah, demam, ataupun kotoran mata yang lengket.

Riwayat Penyakit Dahulu

 Riwayat penyakit mata


- Tidak terdapat riwayat mata merah, berair, gatal, maupun keluar kotoran
- Tidak terdapat riwayat keluhan serupa sebelumnya.
 Riwayat penyakit sistemik
- Tidak terdapat riwayat demam pada pasien.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak terdapat anggota keluarga pasien yang mengalami keluhan serupa.

Riwayat Alergi
Tidak terdapat riwayat alergi obat maupun makanan pada pasien.
Riwayat pengobatan
Pasien tidak pernah berobat kemanapun sebelumnya, karena dirasa tidak begitu
mengganggu sekolahnya.

Riwayat sosial
Kondisi sosial ekonomi pasien tergolong cukup. Pasien merasa terganggu dengan
kelopak mata nya yang tidak kunjung kempes.

C. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran/GCS : Compos mentis / E4V5M6

Pemeriksaan Tanda Vital


 Tekanan darah : 110/80 mmHg
 Frekuensi napas : 22x/menit
 Nadi : 78x/menit
 Suhu : 36,8oC

Status lokalis

No Pemeriksaan Mata Kanan Mata Kiri

1. Visus 6/6 6/6


Pinhole - -
2. Posisi Bola Mata Ortoforia Ortoforia
3. Gerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah

4. Lapang Pandang +=
5. Palpebra Edema (+) (-)
Superior Hiperemi (+) (-)
Pseudoptosis (+) (-)
Entropion (-) (-)
Ektropion (-) (-)
Krusta (-) (-)
6. Palpebra Edema (-) (-)
Inferior Hiperemi (-) (-)
Entropion (-) (-)
Ektropion (-) (-)
7. Konjungtiva Hiperemi (-) (-)
Palpebra
Superior Cobble stone (-) (-)
Sikatrik (-) (-)
Benda Asing (-) (-)
8. Konjungtiva Hiperemi (-) (-)
Palpebra
Inferior Sikatrik (-) (-)
9. Konjungtiva Injeksi (-) (-)
Bulbi Konjungtiva
Injeksi Siliar (-) (-)
Jaringan (-) (-)
fibrovaskuler
Edema (-) (-)
10. Kornea Bentuk Cembung Cembung
Kejernihan Jernih Jernih
Permukaan Licin Licin
Sikatrik (-) (-)
11. Bilik Mata Kedalaman Kesan Dalam Kesan Dalam
Depan
Hifema (-) (-)
12. Iris Warna Coklat Coklat
Bentuk Bulat dan regular Bulat dan regular
13. Pupil Bentuk Bulat Bulat
Ukuran ± 4 mm ± 4 mm
Refleks (+) (+)
cahaya
langsung
Refleks (+) (+)
cahaya tidak
langsung
Swinging-light DBN
test
14. Lensa Kejernihan Jernih Jernih
Iris Shadow (-) (-)
15. TIO Palpasi Normal/palpasi Normal/palpasi
16. Funduskopi Papil CDR (sde) CDR (sde)
Retina Edema (-), Edema (-),
Perdarahan (-) Perdarahan (-)
Pembuluh Rasio vena-arteri Rasio vena-arteri
darah (3:2) (3:2)
Makula Refleks (+), edema Refleks (+), edema
(-) (-)

 Dokumentasi

Gambar 1. Mata kanan dan kiri pasien


Gambar 2. Mata kanan pasien

Gambar 3. Mata kanan pasien

BAB III
IDENTIFIKASI MASALAH

3.1 Identifikasi Masalah


Berdasarkan data medis pasien diatas, ditemukan beberapa permasalahan. Adapun
permasalahan medis yang terdapat pada pasien adalah:
1. Subjective
Pasien mengeluhkan terdapat benjolan pada kelopak mata kanan atas, terasa
tidak nyaman dan mengganjal, sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya hanya terasa tidak
nyaman dan mengganjal, namun saat ini dirasakan membesar seperti jerawat,
kemerahan, tidak bengkan dan tidak nyeri.

2. Objective
Pemeriksaan status lokalis pada kedua mata didapatkan :
 Hiperemis Palpebra kanan
 Pseudoptosis Palpebra mata kanan

3.2 Analisa Kasus


Pada awalnya pasien merasakan ada sesuatu yang tidak nyaman dan mengganjal pada
kelopak mata kanan, dan tidak nyeri. Namun semakin hari kelopak mata kanan atasnya
dirasakan semakin membesar seperti jerawat, kemerahan. Dari anamnesis ini pasien
kemungkinan mengalami hordeolum. Pada anamnesis pasien ini tidak didapatkan adanya
penurunan penglihatan, mata merah, demam, dan eksudat lengket sehingga untuk penyakit
seperti blefaritis, selulitis palpera, konjungtivitis dapat disingkirkan.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan palpera bengkak dengan konsistensi padat kenyal,
merah, namun tidak ada nyeri tekan, dan pseudoptosis. Pseudoptosis ini terjadi akibat
bertambah beratnya kelopak sehingga sukar diangkat dan menghalangi lapang pandang
matanya tetapi tidak menyebabkan pasien mengalami penurunan visus. Benjolan tersebut
terletak pada 1/3 lateral pada kulit kelopak mata kanan didaerah dekat bulu mata, dengan
demikian kemungkinan pasien mengalami hordeolum eksterna OD.

3.3 Assessment
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, gejala dan tanda yang
terdapat pada pasien mengarahkan kepada hordeolum eksterna OD.

Diagnosis Kerja:

- Hordeolum eksterna OD

Diagnosis Banding:

- Chalazion

3.4 Penatalaksanaan
Medikamentosa Antibiotik
a) Lokal Bila berbakat rekuren atau terjadinya pembesaran kelenjar aurikular
b) Sistemik Eritromisin 250mg atau 125-250mg diklosasilin 4 kali sehari,
dapat juga diberi tetrasiklin.

Non medikamentosa
1) Untuk mengurangi peradangan dapat diberikan kompres air hangat 3 kali
sehari selama 10 menit.
2) Membersihkan kelopak mata dengan air bersih ataupun dengan sabun yang
tidak menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi

Pembedahan
1) Insisi Terlebih dahulu diberikan anestei topikal dengan tetes mata
pantokain.
Dilakukan anestesi infiltrat dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum
dan dilakukan insisi yang bila; Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah
fliktuasi pus, tegak lurus pada margo palpebra. Hordeolum eksternum dibuat
insisi sejajar dengan margo palpebra.
2) Ekskokhleasi atau kuretase Seluruh isi jaringan yang meradang di dalam
kantongnya dan kemudian diberi salep antibiotik.3
3.5 KIE
- Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit yang diderita pasien kemungkinan
adalah hordeolum eksternum yang merupakan peradangan pada kelenjar kelopak
mata, biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri.
- Menjelaskan pilihan penatalaksaan pada pasien yaitu tatalaksana konservatif
(observasi), farmakologis, dan surgical.
- Menjelaskan kepada pasien untuk tetap mengontrol penyakitnya agar tidak timbul
komplikasi dan mengonsumsi obat yang diberikan sesuai dengan anjuran dokter

4 Prognosis
Prognosis pengelihatan (ad functionam)
- Prognosis pengelihatan pasien bonam
Prognosis nyawa (ad vitam)
- Prognosis nyawa pasien bonam
BAB IV
KESIMPULAN

Pasien seorang perempuan, usia 23 tahun, datang dengan keluhan benjolan pada
kelopak mata kanan atas sekitar 1 bulan yang lalu. Pada awalnya pasien merasakan tidak
nyaman pada area kelopak mata dan ada rasa mengganjal pada kelopak mata kanan atas,
tidak nyeri, namun saat ini dirasakan semakin membesar seperti jerawat, sedikit kemerahan,
sehingga pasien merasa tidak nyaman dengan benjolan tersebut dan dirasakan mengganggu
penampilan pasien. Benjolan tersebut dikatakan pasien tidak pernah keluar nanah dan tidak
pernah kempes. Pasien mengatakan jarang membersihkan make-up di kelopak mata. Pasien
tidak mengeluhkan adanya mata merah, demam, ataupun kotoran mata yang lengket.

Pada pemeriksaan fisis oftalmologi ODS, visus mata kanan dan kiri pasien tidak
mengalami gangguan, pada kelopak mata kanan didapatkan palpera bengkak dengan
konsistensi padat kenyal dan menunjukkan penonjolan di daerah kulit kelopak mata kanan
atas, merah, belum pecah, dan tidak ada nyeri tekan, serta pseudoptosis. Pasien pada kasus ini
di diagnosis dengan Hordeolum eksterna OD. Rencana penatalaksanaan pada pasien ini
adalah tindakan operasi berupa insisi hordeolum, dan pemberian antibiotik eritormisin 250mg
4 kali sehari dan kompres air hangat 3 kali sehari selama 10 menit.
DAFTAR PUSTAKA

1. Gondhowiardjo, T.D. Simanjuntak, G. Panduan Manajemen Klinis Perdami, 1th Ed.


Jakarta: CV Ondo. 2006.Marlin, David S. Bacterial Conjunctivitis. Hampton Roy Sr,
ed. Available in: http://emedicine.medscape.com/article/1191730-overview#showall.
Accessed on 1 May, 2017.
2. Ehranheus, Michael P. Hordeolum. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/1213080-overview [Accessed: 10, September
2018]
3. Sidarta, I. Ilmu Penyakit Mata. Edisi III. Cetakan V. Jakarta:Balai Penerbit FK UI.
2008.4.Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Cetakan I. Jakarta: Widya
Medika. 2000.
4. PB-IDI. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer. Jakarta, 2017.
5. Riordan, Paul E. Whitcher, John P. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. Edisi
17. Jakarta: EGC. 2009.
6. Ilyas,Sidharta. 2005. Kelopak Mata. Dalam Penuntun Ilmu Penyakit Mata. 3rd edisi.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI, hlm : 58-60

Anda mungkin juga menyukai