HORDEOLUM
Disusun Oleh:
Pembimbing:
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Hordeolum
Disusun oleh:
Tanggal :
April 2020
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan kasus dengan
judul hordeolum dalam waktu yang telah ditetapkan. Kasus ini disusun sebagai salah satu
Dengan disusunnya laporan kasus ini, penulis berharap agar dapat memberikan
wawasan dan pemahaman kepada para pembaca mengenai infeksi mata pada bagian ilmu
penyakit mata yang masih banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat
Penulis mengucapakan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu penulis dalam pengerjaan tugas ini sehingga tugas ini dapat selesai tepat pada
waktunya.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
tugas ini. Oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan oleh penulis agar dapat
Penulis
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................…..ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iv
iv
BAB I
STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. L
TTL/Umur : 16-06-1992 / 27 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jalan Layur RT.008, RW 011, Kel. Jati, Kec. Pulo Gadung
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan Terakhir : SMA
Status : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No. Med. Reg. : 02314649
Tanggal Kunjugan : 20 April 2020 melalui Poli Umum
ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis di poli Umum.
kacamata atau lensa kontak. Riwayat atopi, alergi obat dan makanan disangkal.
Riwayat penyakit sistemik lain seperti penyakit jantung, kencing manis, asma dan
Riwayat Pengobatan :
Pasien hanya memberikan insto namun keluhan tidak membaik.
atopi, penyakit jantung, kencing manis, asma dan tekanan darah tinggi dalam keluarga
tidak ada.
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Pasien sudah menikah dan saat ini
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Tanda Vital
Keadaan Umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
TD : 110/80 mmHg
HR : 80x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36,50C
Status Gizi
BB = 52 kg, TB = 160 cm
Kesan : Normal
2
Keadaan Spesifik
Status Generalis:
- Kepala: Normocephali
- Mata : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -
- Leher:
JVP 5 + 3 cm
KGB tidak membesar
Kelenjar tiroid tidak teraba membesar. Nyeri tekan (-), bruit (-).
- Thorax:
Paru
Inspeksi : Penggunaan otot bantuan nafas (-)/(-), retraksi sela iga (-/-), bentuk dada
normal, pergerakan kedua paru simetris statis dan dinamis
(-)/(-)
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru kiri dan kanan. Batas paru hati pada garis
midklavikula kanan sela iga VI.
Auskultasi : suara nafas vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronki (-/-) kedua basal paru.
Jantung
Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ± 1 cm di lateral linea midklavikula sinistra ICS V
Perkusi : Batas atas jantung ICS II linea sternalis sinistra, batas jantung kanan pada
ICS IV linea sternalis dekstra, batas jantung kiri pada ICS IV ± 1cm lateral linea
midklavikula sinistra.
Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
3
- Abdomen :
Inspeksi : perut tampak datar, sikatriks (-)
Auskultasi : BU (+)
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba, terdapat nyeri tekan maupun nyeri
lepas pada regio hipocondrica sinistra dan epigastrium, tidak teraba massa.
Perkusi : timpani, shifting dullnes (-)
- Ekstremitas:
Atas: Akral teraba hangat, sianosis (-), CRT < 2 detik, edema (-/-)
Bawah: Akral teraba hangat, sianosis (-), CRT < 2 detik,edema (-/-)
4
Orthophoria
GERAKAN BOLA MATA
perdarahan (-).
DIAGNOSA
5
- Hordeolum Interna OD
DIAGNOSIS BANDING
Kalazion
6
RESUME
dengan keluhan benjolan yang nyeri di kelopak mata bawah sebelah kanan. Keluhan
composmentis. TD: 110/80 mmHg, Nadi: 80 x/menit, reguler, kuat angkat, RR:
20x/menit, Suhu: 36.5 C. Status generalis, tidak didapatkan kelainan. Status lokalis
mata didapatkan benjolan konsistensi kenyal, mobile, bitnik supuratif (-). Diagnosa
pada pasien tersebut adalah hordeolum interna. Dilakukan pemberian obat salep mata
kloramfenicol 1%.
PENATALAKSANAAN
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Pendahuluan
yang merupakan infeksi pada kelenjar yang lebih kecil dan superfisial (Zeis atau
Moll) dan hordeolum interna dimana infeksi terjadi pada kelenjar Meibom.
Infeksi pada hordeolum bersifat self limiting atau dapat sembuh sendiri dalam
satu hingga dua minggu. Insiden tidak bergantung pada ras dan jenis kelamin. Dapat
mengenai semua usia, lebih sering pada dewasa. Sejauh ini terapi lini pertama lebih
dianjurkan sebelum diberikan terapi medikamentosa. Dalam hal ini pemakaian anti
biotik dapat diberikan jika terapi lini pertama tidak menunjukan perbaikan. Limitasi
terhadap pemberian anti biotik topikal maupun sistemik dilakukan untuk menekan
sebagai terapi hordeolum. Pembedahan merupakan pilihan terapi jika kedua terapi di
atas tidak menunjukan adanya perbaikan dan terdapat progresifitas pada lesi
pembedahan.
dan terapi awal yang tepat sehingga penanganan awal yang tepat diperlukan untuk
8
b. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Lebih sering pada anak kecil dan dewasa muda, meskipun tidak ada
batasan umur dan pada pasien dengan tarikan pada mata akibat
menyentuh kelopak mata dan hidung, serta adanya blefaritis kronik dan diabetes
2. Organisme penyebab
specimen hordeolum.
c. Klasifikasi
9
Gambar 1. Hordeolum Interna
Keterangan : Menyerang Kelenjar Meibom, Benjolan Cenderung Mengarah ke Konjungtiva.
2. Hordeolum eksterna, lokal inflamasi akut dengan pembentukan abses dan sering
disebabkan oleh S.aureus pada kelenjar zeis dan kelenjar moll. Hordeolum eksterna
10
d. Patogenesis
Hordeolum eksterna timbul dari blockade dan infeksi dari kelenjar zeiss dan
moll sedangkan hordeolum interna timbul dari infeksi pada kelenjar meibom yang
terletak di dalam tarsus. Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini memberikan reaksi pada
pembentukan pus dalam lumen kelenjar oleh infeksi stafilokokus aureus (90 – 95 %
maupun kelenjar Zeis dan Moll (hordeolum eksterna). Proses tersebut diawali dengan
pengecilan lumen dan statis hasil sekresi kelenjar. Statis ini akan mencetuskan infeksi
sekunder oleh Staphylococcus aureus sehingga terjadi pembentukan pus dalam lumen
kelenjar.
polimorfonuklear (PMN) dan debris nekrotik. Nyeri, hiperemis, dan edema palpebral
adalah gejala khas pada hordeolum. Intensitas nyeri mencerminkan beratnya edema
palpebra. Apabila pasien menunduk, rasa sakit bertambah. Pada pemeriksaan terlihat
suatu benjolan setempat, warna kemerahan, mengkilat dan nyeri tekan, dapat disertai
bintik kuning atau putih yang merupakan akumulasi pus pada folikel silia.
tampak sebagai abses dan ditemukannya sel debris nekrotik. Hordeolum interna
11
e. Gambaran Klinis
Gejala Klinis
pada kelopak mata bagian atas atau bawah, berwarna kemerahan dan nyeri.
Hordeolum eksterna adalah infeksi pada kelenjar Zeis dan kelenjar Moll. Benjolan
nampak dari luar pada kulit kelopak mata bagian luar (palpebra). Hordeolum interna
adalah infeksi yang terjadi pada kelenjar Meibom. Pada hordeolum interna ini
akan nampak lebih jelas dengan membuka kelopak mata. Hordeolum internum
Tanda klinik
Pada stadium abses (supuratif) ditandai dengan adanya pus yang dapat terlihat
berupa bintik kuning atau putih pada kelopak mata pada silia yang terifeksi.
(hordeola).
Pseudoptosis atau ptosis dapat terjadi akibat bertambah beratnya kelopak mata
sehingga sukar diangkat. Pada pasien dengan hordeolum, kelenjar preaurikel kadang
ditemukan ikut membesar. Keluhan lain yang umumnya dirasakan oleh penderita
hordeolum diantaranya rasa mengganjal pada kelopak mata, nyeri tekan dan intensitas
12
f. Diagnosis Banding
Kalazion
Keluhan benjolan dan nyeri pada palpebra pada hordeolum mirip dengan
kronis yang steril dan idiopatik pada kelenjar meibom; umumnya ditandadai dengan
ditandai oleh pembengkakan setempat yang tidak terasa sakit dan berkembang dalam
beberapa minggu. Awalnya dapat berupa radang ringan disertai nyeri tekan mirip
hordeolum. Dibedakan dengan hordeolum karena tidak ada tanda-tanda radang akut.
Gambar 3. Chalazion
Keterangan : Infeksi kronis pada Kelenjar Meibom Umumnya ditandai Oleh pembengkakan
Setempat Tanpa Rasa Sakit.
13
Tabel 2.1 Perbedaan Hordeolum dengan Chalazion
Hordeolum Chalazion
Visus Tidak dipengaruhi Tidak dipengaruhi
Discharge Tidak ada Tidak ada
Lokasi Folikel atau Kelenjar pada daerah Kelenjar ada daerah tarsal
tarsal
Etiologi Steril atau inflamasi purulent Obstruksi
Nyeri Nyeri Tidak nyeri
Rencana Terapi Kompres hangat, antibiotic Kompres hangat, insisi atau
drainase
Adeno karsinoma sebasea (AKS) adalah tumor yang berasal dari kelenjar sebasea
yang bersifat ganas. Karsinoma tersebut biasanya berasal dari kelenjar meibom yang
terletak pada tarsal plate, namun dapat juga berasal dari kelenjar Zeis dekat bulu mata
atau kelenjar sebasea pada karunkula, alis ataupun kulit wajah. Diagnosis klinis adenoma
karsinoma sebasea palpebra sulit ditegakkan karena pada stadium dini dapat menyerupai
lesi jinak. Penderita biasanya mengeluh timbul benjolan pada palpebra dimana pada
sel basal atau sel skuamosa, sikatriks pemfigoid okular, keratokonjungtivitis. Kesalahan
14
Gambar 4. Adeno Karsinoma Sebasea
Keterangan : Tampak keganasan pada palpebra inferior berupa benjolan dengan ulkus
g. Penatalaksanaan
Pada umumnya hordeolum dapat sembuh sendiri (self limited) dalam 1-2
minggu, namun tidak jarang membutuhkan terapi khusus topical maupun kombinasi
dengan oral. Dapat dengan kompres air hangat 3-4 kali per hari selama 10-15 menit
akan sangat membantu. Terapi lini pertama yang diberikan ialah dengan kompres
hangat.Kompres hangat dapat membantu meningkatkan tear-film lipid layer thickness
(TFLT) dan sebagai terapi pada disfungsi kelenjar meibom. Pada kondisi normal, titik
leleh kelenjar meibom berada pada suhu 32 - 40oC, jika terdapat infeksi maka titik
leleh meningkat sehingga terjadi stagnansi kelenjar.Kompres hangat ditujukan untuk
membantu peningkatan suhu ini. Peningkatan aliran lipid pada meibom membantu
untuk mengurangi evaporasi okuler.
Apabila bintik pus sudah terbentuk dapat dilakukan evakuasi dengan epilasi
pada silia yang berkaitan. Insisi pembedahan jarang dilakukan kecuali pada abses
yang besar. Antibiotik tetes (3-4 kali sehari) dan salep antibiotik (saat akan tidur)
sebaiknya diberikan setiap tiga jam untuk mengontrol terjadinya infeksi. Obat anti
inflamasi dan analgetik dapat diberikan untuk mengurangi nyeri dan edema.Pada
kasus tertentu yang jarang terjadi, hordeolum dapat menyebabkan timbulnya selulitis
preseptal sekunder sehingga dibutuhkan pemberian antibiotik sistemik.Antibiotik
sistemik dapat digunakan pula untuk kontrol segera infeksi. Pada hordeolum rekuren,
perlu dicari dan diterapi kondisi predisposisi yang berkaitan. Jika tidak ada perbaikan
kondisi dalam 48 jam, insisi dan drainase bahan purulent dapat diindikasikan.
15
Pada tindakan pembedahan berupa insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan
anestesia topikal dengan pantokain tetes mata. Dilakukan anestesi infiltrasi dengan
prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan insisi bila :
Setelah dilakukan insisi dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan
meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberi salep antibiotic.
h. Komplikasi
Jika tidak ditangani dengan baik, hordeolum dapat menjadi infeksi yang
i. Prognosis
Hordeolum biasanya sembuh spontan dalam waktu 1-2 minggu. Resolusi lebih
cepat dengan penggunaan kompres hangat dan ditutup yang bersih. Hordeolum termasuk
gangguan kelopak mata yang jinak, namun umumnya sering rekuren. Apabila ditangani
dengan cepat dan dapat menghindarkan komplikasi, maka prognosisnya akan baik.
Penekanan terhadap aksis penglihatan mungkin terjadi jika lesi semakin tidak
tertangani dan membesar. Terapi insisi dilakukan jika terapi lini pertama dengan kompres
hangat dan terapi lini kedua dengan medikamentosa tidak menunjukan perbaikan. Scar
bekas insisi kuretase menjadi focus perhatian akhir-akhir ini sehingga pertimbangan
kosmetik diperlukan. Terapi pembedahan tidak menurunkan angka rekurensi sehingga
masih didapatkan peluang munculnya rekurensi. Follow up pasien diperlukan untuk
evaluasi terhadap keluhan maupun penyembuhan lesi.
16
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Hordeolum dibagi menjadi dua yaitu hordeolum interna dan hordeolum eksterna.
Penyebab dari hordeolum bisa berupa faktor usia maupun kurangnya higinetas mata
serta adanya infeksi S. aureus. Penyakit ini bersifat self limiting sekitar 1-2 minggu.
fisik. Gejala dari hordeolum yang paling sering muncul yaitu adanya benjolan yang
baik oral maupun topical serta dapat dilakukan insisi jika didapatkan adanya bintik
supuratif pada benjolan. Terapi non medikamentosa yang dapat dilakukan yaitu
kompres daerah benjolan menggunakan air hangat sekitar 10-15 menit sebanyak 3-4x
sehari.
17
DAFTAR PUSTAKA
Arthur LSW, Constable IJ. 2007. A clinical ocular toxicology. Philadelpia : Elsevier
Saunders : 2008.
Garcia-Ferrer FJ, Schwab IR. 2011. Vaughan & Asbury’s general ophthalmology. Edisi ke-
18. Philadelphia : McGraw-Hill.
Ilyas, S., dan Yulianti, S.R. 2011. Ilmu Penyakit Mata Edisi Keempat. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI. hal. 216-22
Kanski JJ, Bowling B. 2011.Clinical ophthalmology: a systemic approach [ebook]. 7th ed.
USA: Saunders Elsevier.
Muckley, E.D. 2007. Prescribe oral antibiotics when internal hordeola do not respond to
topical therapy. Primary Care Optometry News, September 2007
Sullivan JH, Shetlar DJ, Whitcher JP. 2004. Lids, Lacrimal Apparatus and Tears. In: Riordan
P, Whitcher JP, eds. Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology. California:
McGraw-Hill; p. 78-81.
Vaughan, D.G., Asbury, A., Riordan-Eva, P. 2010. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta:
Widya Medika
18