Anda di halaman 1dari 18

Laporan Kasus

KALAZION

OLEH:

Siti Hartinah 21904101042

Dosen Pembimbing

dr. Chairunisa F., Sp.M

LABORATORIUM ILMU KESEHATAN MATA

KEPANITRAAN KLINIK MADYA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG

2020

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sholawat serta salam yang kami junjungkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun kita menuju jalan kebenaran
sehingga dalam penyelesaian tugas ini kami dapat memilah antara yang baik dan
buruk. Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing pada
Laboratorium Ilmu Kesehatan Mata, yaitu dr. Chairunisa F., Sp.M yang
memberikan bimbingan dalam menempuh pendidikan ini. Tak lupa pula kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak sehingga dalam penyusunan
laporan kasus ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari dalam laporan kasus ini belum sempurna secara keseluruhan
oleh karena itu kami dengan tangan terbuka menerima masukan-masukan yang
membangun sehingga dapat membantu dalam penyempurnaan dan pengembangan
penyelesaian tugas selanjutnya.

Demikian pengantar kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua.
Amin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Kepanjen, 03 Maret 2020

Penyusun

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Palpebra adalah lipatan tipis kulit, otot, dan jaringan fibrosa yang
berfungsi melindungi struktur-struktur jaringan mata. Palpebra sangat mudah
digerakkan karena lapisan kulit di sini paling tipis di antara kulit di bagian tubuh
lain. Penutupan palpebra atau kelopak mata berguna untuk menyalurkan air mata
ke seluruh permukaan mata dan memompa air mata melalui punctum lakrimalis
(Ilyas, 2010).
Kelainan yang didapat pada palpebra bermacam-macam, mulai dari yang
jinak sampai keganasan, proses inflamasi, infeksi maupun masalah struktur seperti
ektropion, entropion dan blepharoptosis. Untungnya, kebanyakan dari kelainan
kelopak mata tidak mengancam jiwa atau pun mengancam penglihatan (Ilyas,
2010).
Kalazion merupakan salah satu penyakit pada palpebral dimana terjadi
reaksi granulomatosa kronis yang disebabkan oleh tertahannya sekresi sebaceous
dari kelenjar meibom. Kalazion sendiri merupakan kondisi yang umum dan dapat
diderita oleh pria dan wanita secara merata, meskipun insiden yang tepat di
seluruh dunia tidak didokumentasikan.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah definisi, etiologi, faktor risiko, patofisiologi, manifestasi
klinik, penegakan diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi serta prognosis pada
kalazion?
1.3 Tujuan
Mengetahui dan memahami definisi, etiologi dan faktor risiko, patofisiologi,
manifestasi klinik, penegakan diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi serta
prognosis pada kasus kalazion.
1.4 Manfaat
1. Menambah wawasan mengenai katarak senilis untuk ilmu kedokteran
pada umumnya dan ilmu kesehatan mata pada khususnya.
2. Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti
kepaniteraan klinik bagian ilmu kesehatan mata.

3
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
 Nama : Nn A
 Tanggal lahir / Umur : 17 Tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Agama : Islam
 Suku/Bangsa : jawa
 Pekerjaan :-
 Alamat : Sepulu
 Tanggal Pemeriksaan : 18 Februari 2020 pukul 11.00 WIB
 No RM :-

2.2 Anamnesa
 Keluhan Utama :
Benjolan di kelopak mata bawah kanan
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli mata RSUD Kanjuruhan Kepanjen pada 18
Februari 2020 pukul 11.00 dengan keluhan terdapat benjolan di kelopak
mata bawah kanan sejak 1setengah bulan yang lalu. Benjolan mula-mula
kecil kemudian semakin lama makin membesar. 1 minggu yang
lalu,benjolan berwarna merah dan terasa nyeri. Kemudian pasien periksa
ke poli mata di RSUD ini dan diberi obat salep mata. Hari ini benjolan
tidak tersa nyeri dan tidak hiperemi.
 Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat keluhan yang sama : (-)/(+) di kelopak mata bawah kiri
dioperasi bulan desember 2019
- Riwayat menggunakan kacamata dan lensa kontak : (-)/(-)
- Riwayat operasi mata sebelumnya : (-)/(+)
- Riwayat penyakit Diabetes Melitus : (-)
- Riwayat hipertensi : (-)
- Riwayat penyakit jantung : (-)
- Riwayat alergi obat-obatan disangkal
 Riwayat Penyakit Keluarga
4
- Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : tidak ada
- Riwayat hipertensi : tidak ada
- Riwayat diabetes : tidak ada
- Riwayat penyakit jantung : tidak ada
- Riwayat penyakit menular : tidak ada
 Riwayat Sosial Ekonomi
- Sosial ekonomi golongan menengah
 Riwayat Pengobatan
- Salep mata yang diberikan saat di poli mata RSUD
 Riwayat Alergi : -
2.3 Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum : Baik
 Kesadaran : Compos mentis
 Tanda Vital
- Tekanan Darah : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Nadi : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Suhu : Afebris
- RR : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Antropometri
- Berat Badan : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Tinggi Badan : Tidak dilakukan pemeriksaan
- IMT : Tidak dilakukan pemeriksaan

2.4 Status Oftalmologi


OD KETERANGAN OS
1,0 VISUS 1,0
- mmHg TIO - mmHg
Orthophoria KEDUDUKAN BOLA Orthophoria
MATA

GERAKAN BOLA
MATA

Edema (-), Hiperemi (-), PALPEBRAE Edema (-), Hiperemi (-),


Blefarospasme (-), nodul Blefarospasme (-),

5
(+): berbatas tegas, nodul(-)
D±1,5 cm, terfiksasi,
hiperemi (-), nyeri tekan
(-)
Injeksi (-), perdarahan Injeksi (-), perdarahan
sub konjungtiva (-), sub konjungtiva (-),
pertumbuhan jaringan KONJUNGTIVA pertumbuhan jaringan
fibrovaskular (+), fibrovaskular (+)
simblefaron (+)
Jernih , infiltrat(-) KORNEA Jernih , infiltrat(-)
Kedalaman cukup, Kedalaman cukup,hifema
COA
hifema(-), hipopion (-) (-), hipopion (-)
Warna coklat, sinekia (-), Warna coklat, sinekia (-),
IRIS
redline redline
Bulat, D ±3 mm, Refleks Bulat, D ±3 mm, Refleks
cahaya langsung (+), cahaya langsung (+),
PUPIL
refleks cahaya tidak refleks cahaya tidak
langsung (+) langsung (+)
Jernih, Iris Shadow (-) LENSA jernih, Iris Shadow (-)
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
FUNDUSKOPI
pemeriksaan pemeriksaan

FOTO KLINIS

2.5 Diagnosa Kerja


- OD chalazion
2.6 Diagnosis Banding
- Hordeolum internum
- Hordeolum internum
2.7 Penatalaksanaan
- Penjelasan kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit pasien.
- Edukasi pasien untuk memberikan kompres hangat
- Edukasi untuk melakukan tindakan operasi jika benjolan tidak hilang
dengan kompres hangat atau terapi awal
-
6
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Anatomi dan Fisiologi Kelopak Mata
Palpebra atau kelopak mata merupakan alat pelindung mata. Kelopak mata
melindungi mata dengan cara menutup mata bila terdapat rangsangan dari luar,
selain itu juga membasahi mata agar tidak kering (Ilyas, 2010).
Palpebra terdiri atas palpebra superior dan inferior. Palpebra superior
berakhir pada alis mata; palpebra inferior menyatu dengan pipi. Palpebra
mempunyai lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam terdapat lapisan
kulit, lapisan otot (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan fibrosa (tarsus),
dan lapisan membran mukosa (konjungtiva pelpebrae) (Ilyas, 2009).

Gambar 1. Anatomi palpebra

1. Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis,
longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.
2. Muskulus Orbikularis okuli
Fungsi otot ini adalah untuk munutup palpebra. Serat ototnya mengelilingi
fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati tepian orbita.
7
Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam
palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian diatas septum orbitae adalah
bagian praseptal. Segmen luar palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis okuli
dipersarafi oleh nervus facialis.
3. Jaringan Areolar
Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan degan lapis
subaponeurotik dari kulit kepala.
4. Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa
padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan
penyokong kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas dan
20 buah di kelopak bawah).
5. Konjungtiva Palpebra
Bagian posterior palpebra dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva
palpebra, yang melekat erat pada tarsus. Tepian palpebra dipisahkan oleh garis
kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian anterior dan posterior. Tepian anterior
terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan Moll. Glandula Zeiss adalah modifikasi
kelenjar sebasea kecil yang bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata.
Glandula Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu
baris dekat bulu mata. Tepian posterior berkontak dengan bola mata, dan
sepanjang tepian ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah
dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal).
Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior,
bagian otot rangka adalah m. levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks
orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan
bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot polos dari muskulus
Muller (tarsalis superior). Di palpebra inferior, retraktor utama adalah muskulus
rektus inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus m. obliqus
inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus inferior dan orbikularis okuli.
Otot polos dari retraktor palpebra disarafi oleh nervus simpatis. Muskulus levator
palpebral dan muskulus rektus inferior disarafi oleh nervus okulomotoris.
Pembuluh darah yang memperdarahi palpebral adalah a. Palpebra.
Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V,
sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V.

8
3.2 Definisi Kalazion
Kalazion adalah radang granulomatosa kronik yang steril dan idiopatik
pada kelenjar meibom. Umumnya ditandai oleh pembengkakan setempat yang
tidak terasa sakit dan berkembang dalam beberapa minggu. Awalnya dapat berupa
radang ringan disertai nyeri tekan yang mirip hordeolum, dibedakan dengan
hordeolum karena tidak adanya tanda-tanda radang akut. Kebanyakan kalazion
mengarah ke permukaan konjungtiva, yang mungkin sedikit memerah atau
meninggi. Jika cukup besar, sebuah kalazion dapat menekan bola mata dan
menimbulkan astigmatisme. (Voughan, 2009).
Menurut Kanski (2016) kalazion (kista meibomian) adalah lesi inflamasi
granulomatosa kronis yang steril (lipogranuloma) dari meibomian, atau kadang-
kadang dari Zeis, yang disebabkan oleh sekresi sebaceous yang dipertahankan.
Sedangkan menurut AAO (2019) kalazion adalah lipogranuloma steril kronis
yang berada di dalam kelopak mata yang berasal dari kelenjar meibomian yang
terhambat (obstruksi) pada lempeng tarsal.

A B
Gambar 2. Kalazion palpebra superior (a) dan kalazion palpebra inferior (b)

3.3 Epidemiologi
Kalazion adalah kondisi yang umum, meskipun insiden yang tepat di AS
atau di seluruh dunia tidak didokumentasikan. Tampaknya memengaruhi pria dan
wanita secara merata, tetapi angka pastinya tidak tersedia. Lebih sering terjadi
pada usia dewasa (usia 30-50) (Jordan, 2019).
3.4 Etiologi
Kalazion atau reaksi granulomatosa kronis pada kelopak mata disebabkan
oleh tertahannya sekresi sebaceous dari kelenjar meibom.
Kalazion dapat dikaitkan dengan berbagai faktor resiko yang
mendasarinya seperti:
 Inflamasi
9
Pada sebagian besar kasus kalazion, dikaitkan degan kondisi peradangan
seperti dermatitis seboroik, acne rosacea, dan blepharitis kronis.
 Infeksi virus
Kalazion dapat dikaitkan dengan konjungtivitis virus, sehingga pasien
harus diperiksa dengan cermat untuk konjungtivitis folikular difus. Selain
itu, kelenjar getah bening preauricular harus diraba, dan pasien harus
ditanyai mengenai penyakit virus okular sebelumnya. Jika dicurigai
etiologi virus, penggunaan kortikosteroid intralesi harus dihindari.
Beberapa literatur menyebutkan bahwa penyebab kalazion adalah
idiopatik, tetapi ada yang menyebutkan bahwa penyebabnya adalah berhubungan
dengan blefaritis kronik. Blefaritis adalah peradangan palpebra dengan gejala
utama tepi kelopak meradang yang disebabkan oleh infeksi dan alergi yang
berjalan kronis atau menahun. (Ilyas, 2009).

3.5 Patofisiologi
Kelenjar meibom adalah kelenjar sebaceous yang terletak di lempeng
tarsal kelopak mata. Sekresinya termasuk lipid polar dan non-polar, yang
merupakan komponen dari film air mata. Jika aliran sekresi sebasea ini terhambat,
sekresi berminyak dipertahankan dan dapat bocor ke jaringan yang berdekatan,
yang kemudian akan menyebabkan respons inflamasi granulomatosa kronis yang
mengarah pada pembentukan lipogranuloma.

3.6 Manifestasi Klinis


Gejala klinis dari kalazion menurut Ilyas (2009) adalah:
- benjolan pada kelopak mata
- tidak hiperemi
- tidak ada nyeri tekan
- pseudoptosis
- tidak ada pembesaran kelenjar preaurikel
- kadang- kadang terjadi kelainan refraksi pada mata, karena penekanan
yang mengakibatkan perubahan bentuk bola mata
- pada anak muda : diabsorbsi spontan

Menurut Kanski (2016), tanda dan gejala kalazion sebagai berikut:

10
 Gejala
 Subakut / kronis: secara bertahap nodul membesar tanpa rasa sakit.
 Akut: peradangan steril atau infeksi bakteri dengan selulitis
terlokalisasi. Kelenjar meibom yang terinfeksi kedua disebut sebagai
hordeolum internal.
 Tanda
 Nodul di dalam lempeng tarsal, terkadang disertai peradangan
 Sekresi kental yang menonjol dapat terlihat di muara(orifice) kelenjar
yang terlibat.
 Mungkin disertai granuloma konjungtiva
 Lesi pada anterior lid margin (chalazion marginal)- dapat
dihubungkan ke kalazion tipikal yang lebih dalam pada lid atau karena
keterlibatan kelenjar Zeis.
3.7 Diagnosis
 Anamnesa
Pasien biasanya mengalami nodul kelopak mata yang membesar secara
bertahap, ketidaknyamanan kelopak mata, atau bahkan pembengkakan yang
menyakitkan jika terjadi infeksi sekunder. Pasien mungkin memiliki riwayat
pembengkakan kelopak mata yang serupa di masa lalu.
 Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan kelopak mata, nodul soliter, tidak lunak, terfiksasi pada
lempeng tarsal. Eversi kelopak mata membantu dalam mengidentifikasi lesi.
 Prosedur diagnosis
Pemeriksaan slit-lamp untuk menilai kondisi kelenjar meibomian (yang
sering menunjukkan adanya diffuse inspissation kekuningan pada kelopak
mata). Kelopak mata harus dibalik untuk mengecualikan patologi lain, seperti
karsinoma sebaceous, dan memungkinkan apresiasi granuloma piogenik
terkait.

3.8 Diagnosis Banding


• Hordeolum
Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak
mata. Hordeolum biasanya merupakan infeksi staphylococcus pada
kelenjar sabasea kelopak mata. Biasanya sembuh sendiri dan dapat diobati

11
dengan hanya kompres hangat. Hordeolum secara histopatologik
gambarannya seperti abses.(Ilyas, 2009)
Hordeolum dikenal dalam bentuk (Ilyas, 2009): 1) Hordeolum
internum atau radang kelenjar meibom, dengan penonjolan terutama ke
daerah konjungtiva tarsal. 2) Hordeolum eksternum atau radang kelenjar
zeis atau moll, dengan penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak.
Gejala klinis hordeolum menurut Ilyas (2009) adalah:
pembengkakan, rasa nyeri pada kelopak mata, perasaan tidak nyaman dan
sensasi terbakar pada kelopak mata dan riwayat penyakit yang sama.
Tanda hordeolum menurut Ilyas (2009) adalah: Eritema, edema, nyeri bila
ditekan di dekat pangkal bulu mata, seperti gambaran absces kecil.
• Blefaritis
Blefaritis adalah radang yang sering terjadi pada kelopak mata
(palpebra) baik itu letaknya tepat di kelopak ataupun pada tepian kelopak.
Blepharitis dapat disebabkan oleh infeksi ataupun alergi yang biasanya
berjalan kronis atau menahun. Blepharitis alergi dapat terjadi akibat debu,
asap, bahan kimia iritatif, dan bahkan bahan kosmetik,sedangkan
Blepharitis infeksi bisa disebabkan oleh kuman streptococcus,
pneumococcus, pseudomonas, dan lain sebagainya (ilyas, 2009).

3.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dari kalazion adalah (Maram, 2015; Man (2019):
1. Penanganan konservatif
• Penanganan konservatif kalazion adalah dengan kompres hangat (10
menit 4 kali sehari), pijat kelopak mata, dan steroid topikal ringan.
Pasien yang datang ke klinik untuk pertama kalinya biasanya diberikan
masa percobaan manajemen konservatif tersebut.
• Namun, dengan pemberian agen steroid topikal atau lokal, tekanan
intraokular harus dipantau dan perjalanan pengobatan harus dibatasi.
• Terapi awal bisa diberikan kombinasi antibiotik-steroid tetes mata atau
salep.

2. Antibiotik
 Meskipun antibiotik umumnya tidak diindikasikan untuk kalazion,
mereka mungkin sesuai ketika kondisi tersebut dikaitkan dengan
blepharitis parah atau blepharitis terkait dengan rosacea. Tetrasiklin oral
12
dapat dipertimbangkan (misalnya, doksisiklin 50-100 mg sekali sehari
atau lymecycline 408 mg sekali sehari selama setidaknya 3 bulan).
Namun, tetrasiklin harus dihindari pada anak-anak dan wanita hamil
karena dapat mempengaruhi perkembangan gigi dan tulang; eritromisin
atau azitromisin adalah alternatif yang memungkinkan bagi pasien ini.
 Tetrasiklin sistemik standar dan dosis rendah (seperti doksisiklin) dapat
dipertimbangkan dalam kasus yang parah atau berulang.
 Antibiotik mata topikal bermanfaat jika kalazion dikaitkan dengan
kondisi peradangan seperti blepharitis.

3. Injeksi steroid pada lesi

Alternatif untuk perawatan konservatif atau bedah adalah dengan injeksi lesi
dengan steroid atau 5-flurouracil. Injeksi lokal menyebabkan resolusi dalam
banyak kasus; injeksi berulang dapat diberikan 1-2 minggu kemudian jika lesi
berlanjut. Namun, pasien harus menyadari bahwa injeksi steroid intralesi
membawa risiko nekrosis kulit, atrofi lemak subkutan, kehilangan penglihatan
emboli, resolusi tidak lengkap dan kebutuhan untuk pengangkatan dengan
pembedahan, dan hipo-pigmentasi kulit atau hiper-pigmentasi kulit (terutama
pada pasien dengan warna kulit yang lebih gelap).
Steroid yang digunakan: 0,2-2 ml triamcinolone acetonide aqueous
suspension diencerkan dengan lidokain hingga konsentrasi 5 mg / ml, dan 0,1-0,2
ml 40 mg / ml, disuntikkan dengan jarum ukuran 27 atau 30.

4. Tindakan Bedah

Tindakan bedah dapat dipertimbangkan jika kalazion tidak terselesaikan atau


kalazion besar dan simtomatik (seperti menganggu penglihatan). Pilihannya
adalah insisi dan kuretase.
Terlebih dahulu mata ditetes dengan anestesi topikal pantokain. Obat anestesia
infiltratif disuntikkan di bawah kulit di depan kalazion. Kalazion dijepit dengan
klem kalazion dan kemudian klem dibalik sehingga konjungitva tarsal dan
kalazion terlihat. Dilakukan insisi tegak lurus (vertikal) margo palpebra dan
kemudian isi kalazion dikuret sampai bersih. Klem kalazion dilepas dan diberi
salep mata.(Ilyas, 2009) (Leonid SJ, 2014) (Wessels, 2002).

13
Gambar 8. Eskokleasi Kalazion

3.10 Komplikasi
Rusaknya sistem drainase pada kalazion dapat menyebabkan trichiasis,
dan kehilangan bulu mata. Kalazion yang rekuren atau tampat atipik perlu

14
dibiopsi untuk menyingkirkan adanya keganasan. Astigmatisma dapat terjadi jika
massa pada palpebra sudah mengubah kontur kornea. Kalazion yang drainasenya
hanya sebagian dapat menyebabkan massa jaringan granulasi prolapsus diatas
konjungtiva atau kulit (Santen S, 2010).
3.11 Prognosis
Pasien yang memperoleh perawatan biasanya memperoleh hasil yang baik.
Seringkali timbul lesi baru, dan rekuren dapat terjadi pada lokasi yang sama
akibat drainase yang kurang baik. Kalazion yang tidak memperoleh perawatan
dapat mengering dengan sendirinya, namun sering terjadi peradangan akut
intermiten.
Kalazion rekuren atau berulang, terutama yang terjadi di tempat yang sama
meskipun telah dilakukan drainase dengan baik sebelumnya, harus
dipertimbangkan adanya suatu keganasan berupa karsinoma sel sebasea. Biopsi
langsung dengan potongan beku perlu dilakukan.
Insisi yang kurang baik dapat menyebabkan terbentuknya tonjolan.
Sedangkan insisi yang terlalu dalam dapat menyebabkan timbulnya fistula dan
jaringan parut. Suntikan kortikosteroid intralesi dapat menimbulkan hilangnya
pigmentasi pada kulit. Pada pasien tertentu, pemberian kortikosteroid dapat
menimbulkan peningkatan tekanan intra okular. Kuretase dan drainase yang
inadekuat dapat menyebabkan berulangnya atau berkembangnya suatu
granulomata.
Pasien yang memperoleh perawatan biasanya memperoleh hasil yang baik.
Seringkali timbul lesi baru, dan rekuren dapat terjadi pada lokasi yang sama akibat
drainase yang kurang baik. Kalazion yang tidak memperoleh perawatan dapat
mengering dengan sendirinya, namun sering terjadi peradangan akut intermiten
(Wessels, 2002) (Ilyas S,2010).

15
BAB IV
PEMBAHASAN

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, dan pemeriksaan


oftalmologi. Pemeriksaan penunjang tidak diperlukan dalam mendiagnosis
kalazion.
Dari anamnesis didapatkan informasi berupa adanya benjolan di kelopak
mata bawah kanan sejak 1 setengah bulan yang lalu. Benjolan mula-mula kecil
kemudian semakin lama makin membesar, 1 minggu yang lalu benjolan berwarna
merah dan terasa nyeri. Kemudian pasien periksa ke poli mata di RSUD ini dan
diberi obat salep mata. Pada waktu periksa lagi benjolan tidak terasa nyeri dan
tidak hiperemi serta pasien pernah menderita penyakit yang serupa meskipun
ditempat yang berbeda. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan
bahwa keluhan kalazion yaitu ditandai oleh pembengkakan setempat yang tidak
terasa sakit dan berkembang dalam beberapa minggu. Awalnya dapat berupa
radang ringan disertai nyeri tekan yang mirip hordeolum, dibedakan dengan
hordeolum karena tidak adanya tanda-tanda radang akut (Voughan, 2009).
Hasil pemeriksaan didapatkan adanya nodul berbatas tegas dan terfiksasi
dengan diameter ±1,5 cm, tidak hiperemi dan tidak ada nyeri tekan. Tanda ini
sesuai dengan kepustakaan dimana gejala klinis dari kalazion yaitu adanya
benjolan pada kelopak mata yang tidak hiperemi, tidak ada nyeri tekan dan
terfiksasi pada lempeng tarsal (Ilyas, 2009;Man, 2019).
Terapi yang dipilih adalah terapi konservatif menggunakan kompres
hangat. Terapi ini dipilih karena kompres hangat dapat membuka dan
mengalirkankan kelenjar minyak yang tersumbat sehingga membantu
penyembuhan kalazion (AAO, 2014). Kompres hangat dilakukan selama 10 menit
sebanyak 4 kali sehari. Tindakan bedah dapat dipertimbangkan jika kalazion
tidak terselesaikan atau kalazion besar dan simtomatik (seperti menganggu
penglihatan).

16
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kalazion adalah radang granulomatosa kronik yang steril dan idiopatik pada
kelenjar meibom. Umumnya ditandai oleh pembengkakan setempat yang tidak
terasa sakit dan berkembang dalam beberapa minggu. Awalnya dapat berupa
radang ringan disertai nyeri tekan yang mirip hordeolum, dibedakan dengan
hordeolum karena tidak adanya tanda-tanda radang akut. Pada pemeriksaan
kelopak mata, nodul soliter, tidak lunak, terfiksasi pada lempeng tarsal. Terapi
awal pada kalazion yaitu dengan penanganan konservatif yaitu dengan kompres
hangat (10 menit 4 kali sehari). Tindakan operasi jika benjolan tidak hilang
dengan kompres hangat atau terapi awal.
5.2 Saran
Perlu menyampaikan ke keluarga pasien tentang penyakit pterigium mulai
dari manifestasi klinis yang terkait, penatalaksanaan dan follow up untuk
memperbaiki fungsi organ.

17
DAFTAR PUSTAKA

AAO (American Academy of Ophthalmology), 2014. Stye and Chalazion.


Available from: https://store.aao.org/media/resources/12026403/Stye-
Chalazion_09-14_WM_RGB.pdf
Maram Abdalla Elsayed, MD, and Sultan Al Kahtani, MD, FRCS. 2015.
Chalazion Management: Evidence and Questions. Ophthalmic Pearls.
Available from: https://www.aao.org/eyenet/article/chalazion-
management-evidence-questions
Jordan GA, Beier K. Chalazion. [Updated 2019 Dec 9]. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499889/
Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 4. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. hal:2-6, 116 –
117. 2010.
Man Wong Lai, Raymond, Kupcha Anna, Law James. Chalazion. [Updated 2019
Feb 1]. American Academy of Ophthalmology. Available from:
https://eyewiki.aao.org/w/index.php?title=Chalazion&printable=yes
Santen S. Chalazion. Available at : www.emedicine.com. 2010.
Vaughan & Asbury. 2009. Oftalmologi Umum / Paul Riordan-Eva, John P.
Whitcher ; alih bahasa, Brahm U. Pendit ; editor edisi bahasa Indonesia,
Diana Susanto. - Ed. 17. - Jakarta : EGC.
Wessels IF. Chalazion. Available at : www.emedicine.com. Last Updated : 23
September 2002.

18

Anda mungkin juga menyukai