-Riwayat sakit jantung : Tidak ada Sosial ekonomi dalam kategori menengah.
Sensorik
•2/3 depan lidah tidak ada kelainan
Otonom
Salivasi tidak ada kelainan
Lakrimasi tidak ada kelainan
Chovstek’s sign tidak ditemukan
1. Kepala 3. Thorax
•Bentuk : Normal -Bentuk : Simetris
•Ukuran : Normocephali -Pemeriksaan Ekspansi : Tidak dilakukan
•Posisi -Paru-paru
-Mata : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), Inspeksi : Statis dinamis simetris, retraksi (-)
lagoftalmus (+) dextra Palpasi : Stem fremitus, pelebaran sela iga (-)
-Hidung : sekret (-) Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
-Telinga : sekret (-) Auskultasi : Vesikuler (+), ronki (-), wheezing (-)
-Mulut : Asimetris tertarik ke kiri -Jantung
-Wajah : Asimetris Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
-G. abnormal :Tidak ada Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas atas, kanan, kiri jantung normal
2. Leher Auskultasi : HR 84 x/menit, bising abnormal (-)
-Inspeksi : Simetris, deformitas (-)
-Palpasi : Nyeri tekan (-), pembesaran KGB (-)
-LGS : Dalam batas normal
-Tes Provokasi : Tidak dilakukan
4. Abdomen
-Inspeksi : Dinding abdomen datar
-Palpasi : Lemas, nyeri tekan (-), 6. Anggota Gerak Atas
Hepar dan lien tidak teraba Inspeksi Kanan Kiri
-Perkusi : Timpani Deformitas : Tidak ada Tidak ada
-Auskultasi : Bising usus normal Edema : Tidak ada Tidak ada
Tremor : Tidak ada Tidak ada
5.Trunkus Nodus : Tidak ada Tidak ada
-Inspeksi
Simetris : Simetris
Deformitas : Tidak ada
Lordosis : Tidak ada 7. Anggota Gerak Atas
Scoliosis : Tidak ada Inspeksi Kanan Kiri
Gibbus : Tidak ada Deformitas : Tidak ada Tidak ada
Hairy spot : Tidak ada Edema : Tidak ada Tidak ada
Pelvic tilt : Tidak ada Tremor : Tidak ada Tidak ada
-Palpasi Nodus : Tidak ada Tidak ada
Spasme otot-otot para vertebrae : Tidak ada
Nyeritekan (lokasi) : Tidak ada
Luas gerak sendi lumbosacral : Dalam batas normal
Test provokasi : Tidak dilakukan
SKALA UGO FISCH
Istirahat 30 6
20
Mengerutkan dahi 30 3
10
Menutup mata 30 9
30
Tersenyum 30 9
30
Bersiul 30 3
10
Total 30
Pemeriksaan Penunjang
A. Radiologis : Tidak dilakukan
B. Laboratorium : Tidak dilakukan
C. Lain-lain CT-Scan/ MRI : Tidak dilakukan
DIAGNOSIS
1. Diagnosis Klinis : Bell’s Palsy Dextra
2. Diagnosis Topis : Paralisis N.VII Perifer Dextra sekitar foramen stilomastoideus
3. Diagnosis Etiologis : Idiopatik
4. D. Fungsional : Penurunan kemampuan fungsional dalam melakukan
aktifitas sehari-hari (makan,minum dan tersenyum)
PROGAM REHABILITASI MEDIK
1. Terapi Panas :
IRR pada wajah kanan
2. Stimulasi Listrik :
Faradisasi
3. Terapi Latihan :
Latihan gerak volunter wajah sisi kanan di depan cermin dengan
gerakan mengerutkan dahi, menutup mata, tersenyum,bersiul/meniup,
mengangkat sudut mulut (dilakukan di depan kaca)
4. Masase :
Massase pada wajah kanan didaerah dagu, mulut, hidung dan dahi,
semua gerakan diarahkan ke atas lamanya 5-10 menit.
5. Okupasi Terapi (ADL Exercise) :
Latihan ADL seperti berkumur, menggosok gigi.
6. Ortotik Prostetik :
Pemasangan Y Plester
7. Sosial Medik :
Memberikan motivasi pada pasien untuk datang terapi secara rutin
Edukasi Home Program
- Mirror Exercise :
Latihan mengerutkan dahi, mengangkat alis, menutup mata, senyum, senyum membuka
gigi, mencucu di depan cermin untuk memastikan gerakan yang dilakukan pada wajah kanan
simetris dengan sisi yang sehat yaitu sisi kiri. Bila sisi wajah yang dilakukan tidak simetris,
dapat dilakukan masase dengan gerakan menarik sisi yang sakit agar simetris dengan sisi
yang sehat.
- Straw exercise :
- Latihan minum dengan menggunakan sedotan
- Latihan meniup lilin
- Latihan menutup mata
- Latihan mengunyah
- Perawatan mata:
- Beri otot tetes mata (golongan artifial tears) 3x sehari 2 tetes
- Memakai kacamata sewaktu bepergian
- Biasakan menutup kelopak mata dengan kassa sebelum tidur
PROGNOSIS
Pada umumnya prognosis Bell’s palsy baik: sekitar 80-90 % penderita sembuh dalam waktu 6 minggu
sampai tiga bulan tanpa ada kecacatan. Jika tidak sembuh dalam waktu 4 bulan, maka penderita
cenderung meninggalkan gejala sisa, yaitu crocodile tears dan kadang spasme hemifasial. Prognosis
Bell’s palsy dapat ditentukan dengan skor UGO FISCH. Penilaian UGO FISCH dapat dilakukan setiap
selesai 10 kali fisioterapi sebanyak 4 kali. Jika terdapat sedikit atau tidak ada peningkatan skor, maka
dapat dikatakan prognosis tidak baik.
Tgl Subjektif Objektif Assesment Planning
18/ Mulut merot ke kiri terlebih KU = Baik Diagnosis Klinis : Farmakoterapi
11/ saat tersenyum dan tertawa Pemeriksaan neurologis Bell’s Palsy Dextra 1. Vitamin B
21 Tidak bisa mengangkat alis N. FasialisParese perifer (D) Diagnosis Topis : 2. Prednison
dan mengerutkan dahi pada Keadaan istirahat = Paralisis N.VII Perifer Dextra Non Farmakoterapi
sebelah kanan wajah Asimetris sekitar foramen 1. Terapi Panas (IR)
Mata sebelah kanan tidak Mengerutkan dahi = stilomastoideus Diagnosis 2. Stimulasi Listrik
tertutup seluruhnya Datar Etiologis : Idiopatik (Faradisasi)
Mengangkat alis = Diagnosis Fungsional : 3. Terapi Latihan Exc
Tertinggal Penurunan kemampuan Gerakan mengerutkan
Menutup mata= fungsional dalam dahi, menutup mata,
Lagophtalmus (+) melakukan aktifitas tersenyum,bersiul/me
Menunjukkan gigi = sehari-hari (makan,minum niup, mengangkat
Sudut mulut tertinggal dan tersenyum) sudut mulut
Lipatan nasolabialis = (dilakukan di depan
Datar kaca)
Sudut mulut = 4. Masase :
Tertinggal Massase pada wajah
Mencucu = kanan didaerah dagu,
Tertinggal mulut, hidung dan
dahi, semua gerakan
diarahkan ke atas
lamanya 5-10 menit.
5. Edukasi
Tgl Subjektif Objektif Assesment Planning
20/ Mulut merot ke kiri terlebih KU = Baik Diagnosis Klinis : Farmakoterapi
11/ Tidak bisa mengerutkan dahi Pemeriksaan neurologis Bell’s Palsy Dextra 1. Vitamin B
21 kanan N. FasialisParese perifer (D) Diagnosis Topis : 2. Prednison
Mata sebelah kanan tidak Keadaan istirahat = Paralisis N.VII Perifer Dextra Non Farmakoterapi
tertutup seluruhnya Asimetris sekitar foramen 1. Terapi Panas (IR)
Pasien mengatakan nyeri Mengerutkan dahi = stilomastoideus Diagnosis 2. Stimulasi Listrik
bagian belakang telinga Datar Etiologis : Idiopatik (Faradisasi)
Mengangkat alis = Diagnosis Fungsional : 3. Terapi Latihan Exc
Tertinggal Penurunan kemampuan Gerakan mengerutkan
Menutup mata= fungsional dalam dahi, menutup mata,
Lagophtalmus (+) melakukan aktifitas tersenyum,bersiul/me
Menunjukkan gigi = sehari-hari (makan,minum niup, mengangkat
Sudut mulut tertinggal dan tersenyum) sudut mulut
Lipatan nasolabialis = (dilakukan di depan
Datar kaca)
Sudut mulut = 4. Masase :
Tertinggal Massase pada wajah
Mencucu = kanan didaerah dagu,
Tertinggal mulut, hidung dan
dahi, semua gerakan
diarahkan ke atas
lamanya 5-10 menit.
5. Edukasi
Tgl Subjektif Objektif Assesment Planning
25/ Keluhan mulut merot ke kiri KU = Baik Diagnosis Klinis : 1. Terapi Panas (IR)
11/ membaik di bandingkan Pemeriksaan neurologis Bell’s Palsy Dextra 2. Stimulasi Listrik
21 pertama kali dating terapi N. FasialisParese perifer (D) Diagnosis Topis : (Faradisasi)
Tidak bisa Keadaan istirahat = Paralisis N.VII Perifer Dextra 3. Terapi Latihan Exc
Mata sebelah kanan hampir Asimetris sekitar foramen 4. Masase
menutup sepenuhnya Mengerutkan dahi = stilomastoideus Diagnosis 5. Edukasi
Datar Etiologis : Idiopatik
Mengangkat alis = Diagnosis Fungsional :
Tertinggal Penurunan kemampuan
Menutup mata= fungsional dalam
Lagophtalmus (+) melakukan aktifitas
Menunjukkan gigi = sehari-hari (makan,minum
Sudut mulut tertinggal dan tersenyum)
Lipatan nasolabialis =
Datar
Sudut mulut =
Tertinggal
Mencucu =
Tertinggal
TINJAUAN PUSTAKA
Bell’s Palsy
Definisi
• Suatu Kelainan yang terjadi
pada saraf wajah (nervus
Facialis/ nervus VII) berupa
Kelemahan atau Kelumpuhan
di satu sisi wajah (Unilateral)
• Terjadi secara tiba-tiba (akut)
• Tidak disertai gangguan
pendengaran maupun
kelainan neurologi (saraf) lain
Anatomi dan Fisiologi Saraf Fasialis
Saraf fasialis merupakan saraf kranial terpanjang didalam tulang,
sehingga sebagian besar kelainan nervus fasialis terletak didalam
tulang temporal. Perjalanan saraf dimulai dari area motorik korteks
serebri yang terletak pada girus pre-sentralis dan post-sentralis.
Sinyal yang berasal dari neuron pada area motorik korteks serebri
dihantarkan melalui fasikulus-fasikulus jalur kortikobulbar menuju
kapsula interna kemudian melewati bagian atas midbrain menuju
batang otak bagian bawah untuk bersinapsis pada nukleus saraf
fasialis di pons.
Perjalanan saraf fasialis dari intrakranial dari area motorik korteks
serebri yang terletak pada girus pre-sentralis dan post-sentralis.
kemudian masuk kedalam tulang temporal melalui porus akustikus
internus. Setelah berada didalam tulang temporal, saraf fasialis
akan berjalan dalam suatu saluran yang disebut kanal falopi yang
kemudian masuk ke os mastoid. Kemudian ia keluar dari tengkorak
melalui foramen stilomastoideus dan kemudian mempersarafi otot-
otot wajah
EPIDEMIOLOGI
• Bell’s palsy menempati urutan ketiga penyebab
terbanyak dari paralisis fasial akut.
• Didunia, insiden tertinggi ditemukan di Seckori, Jepang
tahun 1986 dan insiden terendah ditemukan di Swedia
tahun 1997.
• Di Amerika Serikat, insiden Bell’s palsy setiap tahun
sekitar 23 kasus per 100.000 orang, 63% mengenai sisi
wajah kanan. Penderita diabetes mempunyai resiko 29%
lebih tinggi, dibanding non-diabetes.
• Bell’s palsy mengenai laki-laki dan wanita dengan
perbandingan yang sama.
• Penyakit ini mengenai semua umur, namun lebih sering
terjadi pada umur 15-50 tahun.
Prevalensi
laki-laki = wanita
Identitas Pasien
Keluhan pasien: (Nama, Usia, JK, Pekerjaan)
Timbul mendadak
Riwayat Penyakit
(ISPA, otitis,
Tidak bisa menutup mata
herpes,dll).
dengan sempurna
Tersenyum
Bersiul
EMG
Rontgen
CT Scan
MRI
Elektrofisiologi
BELL’S PALSY Tatalaksana
Farmakologis Non-Farmakologis
Medikamentosa
Rehabilitasi Medik
Kortikosteroid
Edukasi
Antivirus
Pembedahan
(Kontroversi)
Pentalaksanaan
• Steroid
1 mg/kg atau 60 mg PO qd selama 7 hari diikuti
Dosis dewasa
tappering off dengan total pemakaian 10 hari.
1 mg/kg PO qd selama 6 hari diikuti tappering off
Dosis Anak
dengan total pemakaian 10 hari.
Hipersensitivitas, diabetes berat yang tak
Kontraindikasi terkontrol, infeksi jamur, ulkus peptikum, TBC,
osteoporosis.
• Antivirus
• Analgesik
BELL’S PALSY Tatalaksana
Terapi panas:
Infrared, (Short wave
diathermy, micro wave
diathermy, ultrasound
diathermy)
BELL’S PALSY Tatalaksana
Rehabilitasi medik
Program fisioterapi
Stimulasi listrik:
Faradisasi untuk menstimulasi
otot, reedukasi dari aksi otot,
melatih fungsi otot baru,
meningkatkan sirkulasi serta
mencegah/meregangkan
perlengketan
BELL’S PALSY Tatalaksana
Rehabilitasi medik
Program fisioterapi
• Massage wajah:
Dagu, mulut,hidung, dahi
(mengarah ke atas)
BELL’S PALSY Tatalaksana
Program Ortotik-
Rehabilitasi medik
Prostetik