Anda di halaman 1dari 43

Rehabilitasi Medik pada

Pasien Bell’s Palsy


Oleh : Rizki Yuda Purnomo 
Pembimbing :dr. Ingrid Melia Kartika, Sp. KFR

KEPANITERAAN KLINIK MADYA LABORATORIUM ILMU


REHABILITASI MEDIK RSUD BLAMBANGAN BANYUWANGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2021
LATAR BELAKANG
• Bell’s palsy merupakan kelemahan wajah dengan tipe lower motor neuron yang disebabkan
oleh keterlibatan saraf fasialis idiopatik di luar sistem saraf pusat, tanpa adanya penyakit
neurologik lainnya.
• Sindrom ini pertama sekali dideskripsikan pada tahun 1821 oleh seorang anatomis dan dokter
bedah bernama Sir Charles Bell.
• Penyakit ini lebih sering ditemukan pada usia dewasa, jarang pada anak dibawah umur 2 tahun.
Biasanya didahului oleh infeksi saluran napas bagian atas yang erat hubungannya dengan cuaca
dingin.
• Diagnosa BP dapat ditegakan dengan adanya kelumpuhan n.fasialis perifer diikuti pemeriksaan
untuk menyingkirkan penyebab lain kelumpuhan n.fasialis perifer.
LAPORAN KASUS
I. IDENTIFIKASI
a. Nama : Tn. R
b. Umur : 30 Tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-Laki
d. Pekerjaan : Tenaga Kesehatan
e. Alamat : Sambirejo, Kec. Bangorejo
f. Agama : Islam
g. Kunjungan : 11 November 2021
h. No. MedRec : 111xxx
a.Keluhan Utama ANAMNESIS
•Mulut merot ke kiri
a.Riwayat Penyakit Sekarang
• Pasien mengeluh mulut merot ke sebelah kiri secara tiba-tiba yang disadari saat
bangun tidur, merot dirasakan sejak kurang lebih tiga minggu yang lalu . Saat tersenyum
dan tertawa pasien mengatakan semakin merot ke kiri. Pasien tidak bisa mengangkat alis dan
mengerutkan dahi pada sebelah kanan wajah. Saat menutupkan mata pasien mengatakan
mata sebelah kanan pasien tidak tertutup seluruhnya, masih ada bagian berwarna putih
mata yang terlihat, selain itu pasien juga mengeluhkan rasa sakit di belakang telinga
kanan.
• Riwayat demam tidak ada, pasien masih dapat mengunyah dengan baik, air liur
mengalir dari sudut mulut (-). Sensasi rasa pada lidah sedikit terganggu. Air mata masih
keluar dari kedua mata. Riwayat keluar cairan berbau dari telinga (-), riwayat telinga
berdenging (-). Riwayat cabut gigi sebelumnya (-). Pasien bekerja di klinik dengan
pendingin ruangan (AC) setiap harinya.
a.Riwayat Penyakit/Operasi Dahulu
-Riwayat trauma kepala : Tidak ada a. Riwayat Penyakit pada Keluarga : Disangkal 

-Riwayat otitis media : Tidak ada b. Riwayat Pekerjaan


• Pasien adalah tenaga kesehatan di klinik gigi
-Riwayat tinnitus : Tidak ada
-Riwayat gangguan pendengaran : Tidak ada mulut

-Riwayat Ca nasofaring : Tidak ada a. Riwayat Sosial Ekonomi


• Tn. R tinggal di rumah sendiri bersama orang
-Riwayat stroke : Tidak ada
-Riwayat hipertensi : Tidak ada tuanya. Tn. R berobat dengan fasilitas umum.

-Riwayat sakit jantung : Tidak ada Sosial ekonomi dalam kategori menengah.

-Riwayat asma : Tidak ada


PEMERIKSAAN FISIK
a. Pemeriksaan Umum
•Keadaan umum : Baik
Saraf-saraf Otak
•Kesadaran : Compos mentis E4V6M5 Nervus Kanan Kiri
•Tinggi Badan/ BB : 172cm/68kg BMI: 23,4 kg/m2
•Cara berjalan/Gait
I.N. Olfaktorius Normal N
: Dalam batas normal 
•Bahasa/ bicara
II.N. Opticus Normal N
•Komunikasi verbal : Dalam batas normal  III.N. Occulomotorius Normal N
•Komunikasi non verbal : Dalam batas normal  IV.N. Trochlearis Normal N
•Tanda vital V.N. Trigeminus Normal N
•Tekanan Darah : 120/80 mm/Hg VI.N. Abducens Normal N
•Nadi : 84 x/menit, irama teratur •N. Fasialis Parese perifer N
•Pernafasan : 20 x/menit
•Suhu : 36,6oC I.N. Vestibulo Normal N
•Kulit : Dalam batas normal  II.N. Glossopharyngeus Normal N
•Status Psikis III.N. Vagus Normal
a.Sikap : Kooperatif IV.N. Accesorius Normal N
b.Orientasi :Baik  V.N. Hypoglossus Normal N
N. VII Facialis
Motorik Dextra Sinistra
•Keadaan istirahat Asimetris
•Mengerutkan dahi Datar normal
•Mengangkat alis Tertinggal normal
•Menutup mata Lagophtalmus (+) lagophtalmus(-)
•Menunjukkan gigi Sudut mulut tertinggal tidak ada kelainan
•Lipatan nasolabialis Datar tidak ada kelainan
•Sudut mulut Tertinggal tidak ada kelainan
•Mencucu Tertinggal tidak ada kelainan 

Sensorik
•2/3 depan lidah tidak ada kelainan
Otonom
Salivasi tidak ada kelainan
Lakrimasi tidak ada kelainan
Chovstek’s sign tidak ditemukan
1. Kepala 3. Thorax
•Bentuk : Normal -Bentuk : Simetris
•Ukuran : Normocephali -Pemeriksaan Ekspansi : Tidak dilakukan
•Posisi -Paru-paru
-Mata : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), Inspeksi : Statis dinamis simetris, retraksi (-)
lagoftalmus (+) dextra Palpasi : Stem fremitus, pelebaran sela iga (-)
-Hidung : sekret (-) Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
-Telinga : sekret (-) Auskultasi : Vesikuler (+), ronki (-), wheezing (-)
-Mulut : Asimetris tertarik ke kiri -Jantung
-Wajah : Asimetris Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
-G. abnormal :Tidak ada Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas atas, kanan, kiri jantung normal
2. Leher Auskultasi : HR 84 x/menit, bising abnormal (-)
-Inspeksi : Simetris, deformitas (-)
-Palpasi : Nyeri tekan (-), pembesaran KGB (-)
-LGS : Dalam batas normal
-Tes Provokasi : Tidak dilakukan
4. Abdomen
-Inspeksi : Dinding abdomen datar
-Palpasi : Lemas, nyeri tekan (-), 6. Anggota Gerak Atas
Hepar dan lien tidak teraba Inspeksi Kanan Kiri
-Perkusi : Timpani Deformitas : Tidak ada Tidak ada
-Auskultasi : Bising usus normal  Edema : Tidak ada Tidak ada
Tremor : Tidak ada Tidak ada
5.Trunkus Nodus : Tidak ada Tidak ada
-Inspeksi
Simetris : Simetris
Deformitas : Tidak ada
Lordosis : Tidak ada 7. Anggota Gerak Atas
Scoliosis : Tidak ada Inspeksi Kanan Kiri
Gibbus : Tidak ada Deformitas : Tidak ada Tidak ada
Hairy spot : Tidak ada Edema : Tidak ada Tidak ada
Pelvic tilt : Tidak ada Tremor : Tidak ada Tidak ada
-Palpasi Nodus : Tidak ada Tidak ada
Spasme otot-otot para vertebrae : Tidak ada
Nyeritekan (lokasi) : Tidak ada
Luas gerak sendi lumbosacral : Dalam batas normal
Test provokasi : Tidak dilakukan
SKALA UGO FISCH

Posisi Nilai Persentase (%) Skor

Istirahat 30 6
20

Mengerutkan dahi 30 3
10

Menutup mata 30 9
30

Tersenyum 30 9
30

Bersiul 30 3
10

Total 30
Pemeriksaan Penunjang
A. Radiologis : Tidak dilakukan
B. Laboratorium : Tidak dilakukan
C. Lain-lain CT-Scan/ MRI : Tidak dilakukan
DIAGNOSIS
1. Diagnosis Klinis : Bell’s Palsy Dextra
2. Diagnosis Topis : Paralisis N.VII Perifer Dextra sekitar foramen stilomastoideus
3. Diagnosis Etiologis : Idiopatik
4. D. Fungsional : Penurunan kemampuan fungsional dalam melakukan
aktifitas sehari-hari (makan,minum dan tersenyum)
PROGAM REHABILITASI MEDIK
1. Terapi Panas :
IRR pada wajah kanan
2. Stimulasi Listrik :
Faradisasi
3. Terapi Latihan :
Latihan gerak volunter wajah sisi kanan di depan cermin dengan
gerakan mengerutkan dahi, menutup mata, tersenyum,bersiul/meniup,
mengangkat sudut mulut (dilakukan di depan kaca)
4. Masase :
Massase pada wajah kanan didaerah dagu, mulut, hidung dan dahi,
semua gerakan diarahkan ke atas lamanya 5-10 menit.
5. Okupasi Terapi (ADL Exercise) :
Latihan ADL seperti berkumur, menggosok gigi.
6. Ortotik Prostetik :
Pemasangan Y Plester
7. Sosial Medik :
Memberikan motivasi pada pasien untuk datang terapi secara rutin
Edukasi Home Program
- Mirror Exercise :
Latihan mengerutkan dahi, mengangkat alis, menutup mata, senyum, senyum membuka
gigi, mencucu di depan cermin untuk memastikan gerakan yang dilakukan pada wajah kanan
simetris dengan sisi yang sehat yaitu sisi kiri. Bila sisi wajah yang dilakukan tidak simetris,
dapat dilakukan masase dengan gerakan menarik sisi yang sakit agar simetris dengan sisi
yang sehat.
- Straw exercise :
- Latihan minum dengan menggunakan sedotan
- Latihan meniup lilin
- Latihan menutup mata
- Latihan mengunyah
- Perawatan mata:
- Beri otot tetes mata (golongan artifial tears) 3x sehari 2 tetes
- Memakai kacamata sewaktu bepergian
- Biasakan menutup kelopak mata dengan kassa sebelum tidur
PROGNOSIS
Pada umumnya prognosis Bell’s palsy baik: sekitar 80-90 % penderita sembuh dalam waktu 6 minggu
sampai tiga bulan tanpa ada kecacatan. Jika tidak sembuh dalam waktu 4 bulan, maka penderita
cenderung meninggalkan gejala sisa, yaitu crocodile tears dan kadang spasme hemifasial. Prognosis
Bell’s palsy dapat ditentukan dengan skor UGO FISCH. Penilaian UGO FISCH dapat dilakukan setiap
selesai 10 kali fisioterapi sebanyak 4 kali. Jika terdapat sedikit atau tidak ada peningkatan skor, maka
dapat dikatakan prognosis tidak baik.
Tgl Subjektif Objektif Assesment Planning
18/ Mulut merot ke kiri terlebih KU = Baik Diagnosis Klinis : Farmakoterapi
11/ saat tersenyum dan tertawa Pemeriksaan neurologis Bell’s Palsy Dextra 1. Vitamin B
21 Tidak bisa mengangkat alis N. FasialisParese perifer (D) Diagnosis Topis : 2. Prednison
dan mengerutkan dahi pada Keadaan istirahat = Paralisis N.VII Perifer Dextra Non Farmakoterapi
sebelah kanan wajah Asimetris sekitar foramen 1. Terapi Panas (IR)
Mata sebelah kanan tidak Mengerutkan dahi = stilomastoideus Diagnosis 2. Stimulasi Listrik
tertutup seluruhnya Datar Etiologis : Idiopatik (Faradisasi)
Mengangkat alis = Diagnosis Fungsional : 3. Terapi Latihan Exc
  Tertinggal Penurunan kemampuan Gerakan mengerutkan
Menutup mata= fungsional dalam dahi, menutup mata,
Lagophtalmus (+) melakukan aktifitas tersenyum,bersiul/me
Menunjukkan gigi = sehari-hari (makan,minum niup, mengangkat
Sudut mulut tertinggal dan tersenyum) sudut mulut
Lipatan nasolabialis =   (dilakukan di depan
Datar kaca)
Sudut mulut = 4. Masase :
Tertinggal Massase pada wajah
Mencucu = kanan didaerah dagu,
Tertinggal mulut, hidung dan
dahi, semua gerakan
diarahkan ke atas
lamanya 5-10 menit.
5. Edukasi
Tgl Subjektif Objektif Assesment Planning
20/ Mulut merot ke kiri terlebih KU = Baik Diagnosis Klinis : Farmakoterapi
11/ Tidak bisa mengerutkan dahi Pemeriksaan neurologis Bell’s Palsy Dextra 1. Vitamin B
21 kanan N. FasialisParese perifer (D) Diagnosis Topis : 2. Prednison
Mata sebelah kanan tidak Keadaan istirahat = Paralisis N.VII Perifer Dextra Non Farmakoterapi
tertutup seluruhnya Asimetris sekitar foramen 1. Terapi Panas (IR)
Pasien mengatakan nyeri Mengerutkan dahi = stilomastoideus Diagnosis 2. Stimulasi Listrik
bagian belakang telinga Datar Etiologis : Idiopatik (Faradisasi)
  Mengangkat alis = Diagnosis Fungsional : 3. Terapi Latihan Exc
Tertinggal Penurunan kemampuan Gerakan mengerutkan
Menutup mata= fungsional dalam dahi, menutup mata,
Lagophtalmus (+) melakukan aktifitas tersenyum,bersiul/me
Menunjukkan gigi = sehari-hari (makan,minum niup, mengangkat
Sudut mulut tertinggal dan tersenyum) sudut mulut
Lipatan nasolabialis =   (dilakukan di depan
Datar kaca)
Sudut mulut = 4. Masase :
Tertinggal Massase pada wajah
Mencucu = kanan didaerah dagu,
Tertinggal mulut, hidung dan
dahi, semua gerakan
diarahkan ke atas
lamanya 5-10 menit.
5. Edukasi
Tgl Subjektif Objektif Assesment Planning
25/ Keluhan mulut merot ke kiri KU = Baik Diagnosis Klinis : 1. Terapi Panas (IR)
11/ membaik di bandingkan Pemeriksaan neurologis Bell’s Palsy Dextra 2. Stimulasi Listrik
21 pertama kali dating terapi N. FasialisParese perifer (D) Diagnosis Topis : (Faradisasi)
Tidak bisa Keadaan istirahat = Paralisis N.VII Perifer Dextra 3. Terapi Latihan Exc
Mata sebelah kanan hampir Asimetris sekitar foramen 4. Masase
menutup sepenuhnya Mengerutkan dahi = stilomastoideus Diagnosis 5. Edukasi
  Datar Etiologis : Idiopatik
Mengangkat alis = Diagnosis Fungsional :
Tertinggal Penurunan kemampuan
Menutup mata= fungsional dalam
Lagophtalmus (+) melakukan aktifitas
Menunjukkan gigi = sehari-hari (makan,minum
Sudut mulut tertinggal dan tersenyum)
Lipatan nasolabialis =  
Datar
Sudut mulut =
Tertinggal
Mencucu =
Tertinggal
TINJAUAN PUSTAKA
Bell’s Palsy
Definisi
• Suatu Kelainan yang terjadi
pada saraf wajah (nervus
Facialis/ nervus VII) berupa
Kelemahan atau Kelumpuhan
di satu sisi wajah (Unilateral)
• Terjadi secara tiba-tiba (akut)
• Tidak disertai gangguan
pendengaran maupun
kelainan neurologi (saraf) lain
Anatomi dan Fisiologi Saraf Fasialis
 Saraf fasialis merupakan saraf kranial terpanjang didalam tulang,
sehingga sebagian besar kelainan nervus fasialis terletak didalam
tulang temporal. Perjalanan saraf dimulai dari area motorik korteks
serebri yang terletak pada girus pre-sentralis dan post-sentralis.
Sinyal yang berasal dari neuron pada area motorik korteks serebri
dihantarkan melalui fasikulus-fasikulus jalur kortikobulbar menuju
kapsula interna kemudian melewati bagian atas midbrain menuju
batang otak bagian bawah untuk bersinapsis pada nukleus saraf
fasialis di pons.
 Perjalanan saraf fasialis dari intrakranial dari area motorik korteks
serebri yang terletak pada girus pre-sentralis dan post-sentralis.
kemudian masuk kedalam tulang temporal melalui porus akustikus
internus. Setelah berada didalam tulang temporal, saraf fasialis
akan berjalan dalam suatu saluran yang disebut kanal falopi yang
kemudian masuk ke os mastoid. Kemudian ia keluar dari tengkorak
melalui foramen stilomastoideus dan kemudian mempersarafi otot-
otot wajah
EPIDEMIOLOGI
• Bell’s palsy menempati urutan ketiga penyebab
terbanyak dari paralisis fasial akut.
• Didunia, insiden tertinggi ditemukan di Seckori, Jepang
tahun 1986 dan insiden terendah ditemukan di Swedia
tahun 1997.
• Di Amerika Serikat, insiden Bell’s palsy setiap tahun
sekitar 23 kasus per 100.000 orang, 63% mengenai sisi
wajah kanan. Penderita diabetes mempunyai resiko 29%
lebih tinggi, dibanding non-diabetes.
• Bell’s palsy mengenai laki-laki dan wanita dengan
perbandingan yang sama.
• Penyakit ini mengenai semua umur, namun lebih sering
terjadi pada umur 15-50 tahun.
Prevalensi
 laki-laki = wanita

 wanita muda yang berumur 10-19 tahun lebih


rentan terkena daripada laki-laki pada kelompok
umur yang sama.

 semua umur ( terutama umur 15-50 tahun )


Patofisiologi
BELL’S PALSY Anamnesis

Identitas Pasien
Keluhan pasien: (Nama, Usia, JK, Pekerjaan)

Timbul mendadak
Riwayat Penyakit
(ISPA, otitis,
Tidak bisa menutup mata
herpes,dll).
dengan sempurna

Otalgia Riwayat Pekerjaan


Sehari-hari (aktivitas
Hiperakusis dilakukan di malam
hari atau ruangan
Gangguan/kehilangan terbuka)
pengecapan
BELL’S PALSY Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan neurologis ditemukan paresis N.VII tipe perifer.


Gerakan volunter yang diperiksa, dianjurkan minimal :
Mengerutkan dahi
Memejamkan Mata
Mengembangkan cuping hidung

Tersenyum

Bersiul

Mengencangkan kedua bibir


BELL’S PALSY Pemeriksaan Penunjang

EMG

Rontgen

CT Scan

MRI

Elektrofisiologi
BELL’S PALSY Tatalaksana

Farmakologis Non-Farmakologis

Medikamentosa
Rehabilitasi Medik
Kortikosteroid
Edukasi
Antivirus

Pembedahan
(Kontroversi)
Pentalaksanaan
• Steroid
1 mg/kg atau 60 mg PO qd selama 7 hari diikuti
Dosis dewasa
tappering off dengan total pemakaian 10 hari.
1 mg/kg PO qd selama 6 hari diikuti tappering off
Dosis Anak
dengan total pemakaian 10 hari.
Hipersensitivitas, diabetes berat yang tak
Kontraindikasi terkontrol, infeksi jamur, ulkus peptikum, TBC,
osteoporosis.
• Antivirus
• Analgesik
BELL’S PALSY Tatalaksana

Program fisioterapi Rehabilitasi medik

Terapi panas:
Infrared, (Short wave
diathermy, micro wave
diathermy, ultrasound
diathermy)
BELL’S PALSY Tatalaksana

Rehabilitasi medik
Program fisioterapi

Stimulasi listrik:
Faradisasi  untuk menstimulasi
otot, reedukasi dari aksi otot,
melatih fungsi otot baru,
meningkatkan sirkulasi serta
mencegah/meregangkan
perlengketan
BELL’S PALSY Tatalaksana

Rehabilitasi medik
Program fisioterapi

• Latihan otot-otot wajah:


mengangkat alis tahan 5
detik, mengerutkan dahi,
menutup mata dan
mengangkat sudut mulut,
tersenyum,
bersiul/meniup

• Massage wajah:
Dagu, mulut,hidung, dahi
(mengarah ke atas)
BELL’S PALSY Tatalaksana

Program Terapi Rehabilitasi medik


Okupasi

• Latihan dapat berupa latihan


berkumur, latihan minum dengan
menggunakan sedotan, latihan
meniup lilin, latihan menutup
mata dan mengerutkan dahi di
depan cermin.
BELL’S PALSY Tatalaksana

Program Sosial Medik Rehabilitasi medik

• Petugas sosial medik dapat


membantu mengatasi dengan
menghubungi tempat kerja, mungkin
untuk sementara waktu dapat bekerja
pada bagian yang tidak banyak
berhubungan dengan umum.
BELL’S PALSY Tatalaksana

Program Psikologik Rehabilitasi medik

• penderita yang mempunyai profesi


yang mengharuskan ia sering tampil di
depan umum, maka bantuan seorang
psikolog sangat diperlukan.
BELL’S PALSY Tatalaksana

Program Ortotik-
Rehabilitasi medik
Prostetik

• Dapat dilakukan pemasangan “Y” plester 


agar sudut mulut yang sakit tidak jatuh.

• Dianjurkan agar plester diganti tiap 8 jam.

• Perlu diperhatikan reaksi intoleransi kulit yang


sering terjadi.
KOMPLIKASI
1. Fenomena air mata buaya
Waktu makan keluar air mata. ( akibat regenerasi serabut saraf otonom yg salah arah )
2. Kontraktur otot wajah
3. Sinkinesis
Gerakan sadar menutup mata, terjadi pengangkatan sudut mulut, kontraksi otot
platisma, atau pengerutan dahi ( regenerasi serabut saraf mencapai otot yg salah ).
4. Spasme otot wajah
5. Ptosis alis
6. Bell’s palsy rekuren
PENCEGAHAN
• Gunakan helm yang menutup wajah saat naik motor
• Gunakan kecepatan rendah saat menyalakan kipas angin/AC,
jangan langsung diarahkan ke wajah
• Gunakan masker dan pelindung mata bila pergi ke tempat-
tempat yang dingin
BELL’S PALSY EDUKASI (Home Programme)

Kompres hangat daerah sisi


wajah yang sakit selama 20
menit
Perawatan mata :
Massage wajah yang sakit ke •Beri obat tetes mata (golongan
arah atas dengan artifial tears) 3x sehari
menggunakan tangan dari sisi •Memakai kacamata gelap
wajah yang sehat
sewaktu bepergian siang hari
Latihan tiup lilin, berkumur, •Biasakan menutup kelopak mata
makan dengan mengunyah secara pasif sebelum tidur
disisi yang sakit, minum
dengan sedotan, mengunyah
permen karet
Prognosis
• Prognosis sangat bergantung kepada derajat kerusakan
nervus facialis.
• Pada umumnya baik (80-90% akan mengalami
penyembuhan dalam waktu enam minggu sampai tiga
bulan tanpa gejala sisa)
• Penderita yang berumur 60 tahun atau lebih, mempunyai
peluang 40% sembuh total dan beresiko tinggi
meninggalkan gejala sisa.
SKALA UGO FISCH
Skala UGO FISCH berfungsi untuk menilai kemajuan motoric penderita Bell’s palsy. Skala ini dinilai dari kondisi simetris-asimetris antara sisi
sakit dengan sehat pada 5 posisi: saat istirahat, mengerutkan dahi, menutup mata, tersenyum dan bersiul.
Terdapat 4 pilihan untuk penilaian:
0% : Asimetri komplit, tidak ada gerakan volunteer
30% : Simetri: poor/jelek, kesembuhan yang ada, lebih dekat ke asimetri komplit dari pada asimetri normal
70% : Simetris; fair/cukup, kesembuhan parsial yang lebih cenderung kearah normal
100% : Simetris normal/komplit
• Angka presentasi masing-masing posisi wajah harus dirubah menjadi point dengan kriteria sebagai berikut
• Saat istirahat : 20 point
• Mengerutkan dahi : 10 point
• Menutup mata : 30 point
• Tersenyum : 30 point
• Bersiul : 10 point
Contoh : Dalam menutup mata nilai fair (70%), maka didapat 70% x 30 point = 21 point, kemudian ke 5 penilaian dijumlahkan. Pada keadan
normal nilai yang didapat adalah 100, makin besar nilai yang didapat maka prognosis neurologis maupun fungsional akan lebih baik.
•  
• 
• 
• 
• 
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai