Anda di halaman 1dari 6

PR UJIAN CVA INFRAK

 Mengapa stroke iskemik trombolitik sering terjadi di pagi hari?


Stroke iskemik umumnya menyerang pada pagi hingga siang dimana tekanan darah
secara alami mengalami peningkatan dari pagi hingga siang hari sehingga
menyebabkan peningkatan perdarahan pada plak pembuluh darah (infraplak
hemoragik). Kondisi seperti ini menyebabkan penyempitan (stenosis) pembuluh darah
yang mengalami aterosklerosis, peningkatan kekentalan (viskositas) darah,
peningkatan agregasi platelet,dan penurunan aktivitas tpa (endogen tissue
plasminogen activator).
 Bagaimana sumbatan pada masing-masing arteri beserta gejala klinisnya
berupa gambar?

 Mengapa diabetes mellitus dan hipertensi dapat memicu terjadinya stroke


iskemik?
Penyebab diabetes melitus menjadi stroke iskemik salah satunya adalah adanya suatu
proses aterosklerosis. Kira-kira 30% pasien dengan aterosklerosis otak terbukti adalah
penderita diabetes. Terjadinya hiperglikemia menyebabkan kerusakan dinding
pembuluh darah besar maupun pembuluh darah perifer disamping itu juga akan
meningkatkan agegrat platelet dimana kedua proses tersebut dapat menyebabkan
aterosklerosis. Hiperglikemia juga dapat meningkatkan viskositas darah yang
kemudian akan menyebabkan naiknya tekanan darah atau hipertensi dan berakibat
terjadinya stroke iskemik. Proses makroangiopati dianggap sangat relevan dengan
stroke dan juga terdapat bukti adanya keterlibatan proses makroangiopati yang
ditandai terjadinya stroke lakunar pada penderita diabetes melitus. Tekanan darah
tinggi (hipertensi) dapat mempercepat pengerasan dinding pembuluh darah arteri dan
mengakibatkan penghancuran lemak pada sel otot polos sehingga dapat mempercepat
proses aterosklerosis melalui efek penekanan pada sel endotel/lapisan dalam dinding
arteri yang berakibat pembentukan plak pembuluh darah semakin cepat. Semakin
tinggi tekanan darah pasien kemungkinan stroke akan semakin besar.
 Mengapa stroke kelainannya pada nervus VII dan XII?
Genu terdiri dari hanya satu kelompok serat saraf yaitu traktus kortikonuklear yang
berasal dari daerah optokinetik frontal daerah muka (facies) pada korteks area motorik
menuju nukleus okulomotorius secara bilateral, nukleus trochlearis secara homolateral
dan nukleus abduscens secara kontralateral. Traktus ini termasuk ke dalam sistem
ekstrapiramidal. Gangguan pada area genu akan menimbulakan gejala klinis yaitu :
a. Penderita tidak dapat mengadakan abduksio bola mata pada sisi kontralateral lesi,
walaupun fiksasi otomatis atau gerakan mengikuti sesuatu (following eye movements)
tidak terganggu. Gangguan gerakan di bawah pengendalian kemauan tersebut diatas
menghilang dalam waktu singkat, mungkin disebabkan karena adanya traktus
kortikonuklear yang tidak menyilang garis median yang melayani nukleus abduscens.
Gangguan gerakan bola mata melirik ke bawah dan gerakan bola mata ke segala arah.
b.Paresis nervus fasialis kontralateral menyebabkan kehilangan kemampuan
pengendalian kontraksi otot-otot muka bagian kaudal pada sisi kontralateral, sehingga
tampak hidung dan mulut tertarik ke sisi yang sehat, sulkus nasolabialis lebih datar
daripada di sisi yang sehat dan ujung bibir sisi yang sakit lebih rendah. Saat penderita
meringis tampak seolah-olah wajah penderita mencong ke sisi yang sehat. Penderita
tidak dapat tersenyum dengan baik atas kemauan, walaupun ia dapat mengerutkan
dahi dan menutup kedua mata dengan baik atas perintah atau kemauan, sedangkan
senyum karena emosi tidak terganggu.
c. Paresis nervus hypoglosus yang melayani otot-otot lidah juga pada sisi
kontralateral. Lidah di dalam mulut tampak mencong ke sisi yang sehat dan jika lidah
dijulurkan ke luar tampak deviasi ke sisi yang sakit. Gangguan pengendalian
kontraksi otot lidah mempunyai kecenderungan untuk berkurang sesudah beberapa
saat. Hal ini menunjukkan adanya kemungkinan beberapa traktus kortikonuklear yang
tidak menyilang garis median dan menuju ke nukleus hypoglosus sisi ipsilateral.
 Gambaran pemeriksaan meningeal sign + gambar?
- Kaku Kuduk
a. Pemeriksa berada di sebelah kanan pasien. Mintalah pasien berbaring
telentang tanpa bantal.
b. Tempatkan tangan kiri di bawah kepala pasien yang sedang berbaring,
tangan kanan berada diatas dada pasien.
c. Rotasikan kepala pasien ke kiri dan ke kanan untuk memastikan pasien
sedang dalam keadaan rileks.
d. Tekukkan (fleksikan) kepala pasien secara pasif dan usahakan agar dagu
mencapai dada.
e. Melakukan Interpretasi:
1. Kaku kuduk negatif (normal)
2. Kaku kuduk positif (abnormal) bila terdapat tahanan atau dagu
tidak mencapai dada.
3. Meningismus apabila pada saat kepala dirotasikan ke kiri, ke
kanan, dan difleksikan, terdapat tahanan.
- Kernig sign :
a. Pasien berbaring telentang. Pemeriksa berada di sebelah kanan pasien.
b. Fleksikan salah satu paha pasien pada persendian panggul sampai
membuat sudut 90 derajat.
c. Ekstensikan tungkai bawah sisi yang sama pada persendian lutut sampai
membuat sudut 135 derajat atau lebih.
d. Lakukan Interpretasi:
1. Kernig’s sign: negatif (= Normal, apabila ektensi lutut mencapai
minimal 135 derajat)
2. Kernig’s sign positif (= Abnormal, yaitu apabila tidak dapat
mencapai 135 derajat atau terdapat rasa nyeri.
e. Lakukan hal yang sama untuk tungkai sebelahnya dan interpretasikan
hasilnya.
- Brudzinski I
a. Pasien berbaring telentang tanpa bantal kepala. Pemeriksa berada di
sebelah kanan pasien.
b. Letakkan tangan kiri di bawah kepala, tangan kanan di atas dada kemudian
lakukan fleksi kepala dengan cepat kearah dada pasien sejauh mungkin.
c. Lakukan Interpretasi :
1. Brudzinski I negatif (Normal) bila pada saat fleksi kepala, tidak
terjadi fleksi involunter kedua tungkai pada sendi lutut
2. Brudzinski I positif (abnormal) bila terjadi fleksi involunter kedua
tungkai pada sendi lutut.
- Brudzinski II
a. Pasien berbaring telentang. Pemeriksa berada di sebelah kanan pasien.
b. Fleksikan satu tungkai pada sendi lutut, kemudian secara pasif lakukan
fleksi maksimal pada persendian panggul, sedangkan tungkai yang satu
berada dalam kedaan ekstensi (lurus).
c. Lakukan Interpretasi :
1. Brudzinski II positif (abnormal) bila tungkai yang dalam posisi
ekstensi terjadi fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut.
2. Brudzinski II negatif (normal) apabila tidak terjadi apa-apa.
d. Lakukan hal yang sama untuk tungkai yang satunya.
- Brudzinski III
a. Pasien berbaring telentang. Pemeriksa berada di sebelah kanan pasien.
b. Lakukan penekanan padakedua os zygomatikus kiri dan kanan dengan
menggunakan ibu jari pemeriksa.
c. Lakukan Interpretasi:
1. Brudzinski III positif (abnormal) apabila terjadi fleksi involunter
kedua ekstremitas superior pada sendi siku.
2. Brudzinski III negatif (normal) apabila tidak terjadi apa-apa saat
penekanan os zygomaticus.
- Brudzinski IV
a. Pasien berbaring telentang. Pemeriksa berada di sebelah kanan pasien.
b. Lakukan penekanan pada symphysis os pubis dengan tangan kanan
pemeriksa.
c. Lakukan Interpretasi:
1. Brudzinski IV positif (abnormal) apabila terjadi fleksi involunter
kedua tungkai pada sendi lutut.
2. Brudzinski IV negatif (normal) apabila tidak terjadi apa-apa.

 Gambaran pemeriksaan fisik nervus dari CVA + gambar?


- PENILAIAN NERVUS CRANIALIS VII: NERVUS FASIALIS MOTORIK
a. Perhatikan muka penderita : simetris atau tidak. Perhatikan kerutan dahi,
pejaman mata, sulcus nasolabialis, dan sudut mulut.
b. Meminta penderita mengangkat alis dan mengerutkan dahi. Perhatikan
simetris atau tidak. Kerutan dahi menghilang pada sisi yang lumpuh.
c. Meminta penderita menyeringai atau menunjukkan gigi, mencucurkan
bibir atau bersiul, dan mengembungkan pipi. Perhatikan sulcus
nasolabialis akan mendatar, sudut mulut menjadi lebih rendah, dan tidak
dapat mengembungkan pipi pada sisi lumpuh.
d. INTERPRETASI:Bedakan kelumpuhan nervus VII tipe UMN dan tipe
LMN. Tipe UMN, bila kelumpuhan hanya terdapat pada daerah mulut (m.
orbicularis oris). Tipe LMN, bila kelumpuhan terjadi baik pada daerah
mulut maupun pada mata (m. orbicularis oculi) dan dahi (m. frontalis).
- PENILAIAN (N. KRANIALIS XII: N. HIPOGLOSSUS)
a. Klien disuruh membuka mulut dan perhatikan lidah dalam keadaan
istirahat : besar lidah, kesamaan bagian kiri dan kanan, atrofi, berkerut,
dan fasikulasi.
b. Klien disuruh menjulurkan lidah untuk memeriksa adanya paresis:
1. Perhatikan apakah ada tremor dan fasikulasi.
2. Perhatikan apakah ada deviasi lidah ke satu sisi. Sebagai patokan
dapat dipakai garis diantara kedua seri (incisivus). Bila ada paresis
satu sisi, lidah berdeviasi ke sisi paresis.
3. Meminta klien menyentuhkan lidah ke pipi kiri dan kanan. Saat
bersamaan, tangan pemeriksa ditempatkan di pipi sisi luar untuk
merasakan kekuatan sentuhan lidah penderita.
c. Meminta klien mengucapkan huruf R atau kata-kata yang mengandung
huruf R, misalnya ular lari lurus. Pemeriksaan ini untuk menilai apakah
ada disartria (cadel atau pelo).

Anda mungkin juga menyukai