DOI: http://dx.doi.org/10.30641/kebijakan.2020.V14.539-552
ABSTRAK
Bantuan hukum struktural mengasumsikan bahwa kemiskinan masyarakat lebih dikarenakan
kondisi struktural yang timpang. Apabila paradigma lama bantuan hukum hanya bertumpu pada
bantuan hukum melalui jalur hukum saja, tanpa didukung oleh pendekatan yang bercorak struktural,
maka gerakan bantuan hukum tidak akan efektif, maka strategi bantuan melalui jalur hukum wajib
didukung oleh suatu gerakan yang meruntuhkan ketimpangan tersebut. Kajian ini membahas
problematika pemberian bantuan hukum bagi masyarakat dan bagaimana refleksi asas equality
before the law melalui pemberian bantuan hukum struktural dan non struktural. Metode penelitian
yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, metode pengumpulan data melalui studi kepustakaan,
dan teknis analisis data bersifat kualitatif. Hasil kajian menunjukkan bahwa problematik pemberian
bantuan hukum struktural dan non struktural dipengaruhi oleh kerangka hukum normative pemberian
bantuan hukum yang tidak bekerja, dll, sedangkan refleksi asas equality before the law berkaitan
dengan pemberian bantuan hukum struktural dan non struktural ini sudah dimuat dalam pasal 28D
ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, yaitu bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,
perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. Asas
ini sebagai prinsip yang sangat vital dalam pemberian bantuan hukum struktural dan non struktural,
hal Ini juga merupakan konsekuensi Negara Indonesia sebagai negara hukum (pasal 1 ayat (3) UUD
1945 hasil perubahan ketiga). Ada tiga prinsip negara hukum (rechstaat), yaitu supremasi hukum
(supremacy of law), kesetaraan di hadapan hukum (equality before the law), dan penegakan hukum
dengan cara-cara yang tidak bertentangan dengan hukum (due process of law).
Kata kunci: bantuan; hukum; struktural; non struktural; equality before the law
ABSTRACT
Structural, legal aid assumes that community poverty is more due to structural imbalances. If the
old paradigm of legal assistance only relies on legal assistance through traditional channels,
without being supported by a structural style approach, then the regular aid movement will not be
significant. The aid strategy through legal channels must be supported by an action that destroys
this inequality. The problems of providing legal aid to the community and how to reflect on the
principle of equality before the law through the provision of structural and non-structural legal
assistance are the topics of discussion in this study. The research method used is a qualitative
approach, data collection methods through literature study, and data analysis techniques are
qualitative. The results of the study show that the problematic provision of structural and non-
structural legal aid is influenced by the normative legal framework for providing non-working legal
assistance, etc..
In contrast, the reflection of the principle of equality before the law relating to the provision of
structural and non-structural legal aid has been included in Article 28D paragraph ( 1) The 1945
Constitution, namely that everyone has the right to just recognition, guarantee, protection and legal 539
certainty as well as equal treatment before the law. This principle is very vital in providing structural
JIKH Vol. 14, No. 3, November 2020: 539-552
p- ISS N: 1 9 7 8 -2 2 9 2 e- ISS N: 2 5 7 9 -7 4 2 5
In contrast, the reflection of the principle of equality before the law relating to the provision of
structural and non-structural legal aid has been included in Article 28D paragraph ( 1) The 1945
Constitution, namely that everyone has the right to just recognition, guarantee, protection and legal
certainty as well as equal treatment before the law. This principle is very vital in providing structural
and non-structural legal aid. It is also a consequence of the State of Indonesia as the rule of law
(Article 1 paragraph (3) of the 1945 Constitution resulting from the third amendment). There are
three principles of the rule of law (resistant), namely the supremacy of law, equality before the law,
and law enforcement in ways that are not against the law (due process of law).
Keywords: aid; legal; structural; non-structural; equality before the law
540
Problematika Pemberian Bantuan Hukum Struktural dan Non Struktural Kaitannya dengan Asas Equality Before The Law
Ni Gusti Agung Ayu Mas Triwulandari
541
JIKH Vol. 14, No. 3, November 2020: 539-552
p -I S S N: 1 9 7 8 -2 2 9 2 e -I S S N: 2 5 7 9 -7 4 2 5
keadilan, hal itu disebabkan karena yang penegakan hukum masih acapkali masih
pertama mereka tidak memiliki kemampuan berorientasi pada kekuasan, jadi tidak heran
secara ekonomis untuk membeli jasa ada keresahan dimasyarakat dan lunturnya
bantuan hukum secara profesional, yang hak asasi manusia.
kedua struktur sosial masyarakat Indonesia Penelitian ini ingin memfokuskan ten-
masih menempatkan orang miskin dan buta tang indikator hambatan-hambatan dan
hukum sebagai kasta nomor dua setelah problematika penerapan bantuan hukum
orang kaya dan atau orang yang berada, struktural dan non struktural tidak bisa berlaku
hal tersebut mengakibatkan perlakuan yang secara maksimal bagi masyarakat, sehingga
berbeda dari pejabat negara dan masyarakat diperlukan analisis mendalam untuk mengkaji
kelas lainnya. Pemberian bantuan hukum permasalahan ini baik dari sisi filosofis, sosial
secara cuma-cuma kepada orang miskin dan yuridis.
akan memberikan akses terhadap keadilan
dan menciptakan relasi kuasa yang seimbang Rumusan Masalah
dengan orang yang mampu secara ekonomi Berdasarkan latar belakang di atas,
(dalam kasus perdata), dan dengan penyidik adapun masalah yang diangkat dalam
/ jaksa penuntut umum apabila kasusnya penulisan ini adalah:
pidana. 1. Bagaimanakah pelaksanaan pemberian
Permasalahan yang terjadi mengenai bantuan hukum struktural dan non
implementasi bantuan hukum struktural dan struktural kaitannya dengan asas
equality before the law?
non struktural yang selama ini tidak maksimal
bagi masyarakat, dipengaruhi oleh beberapa 2. Bagaimanakah refleksi asas equality
hal sehingga penerapan asas equality before before the law melalui pemberian
bantuan hukum struktural dan non
the law menjadi tidak terefleksi secara baik.
struktural?
Secara substansi penerapan bantuan
hukum struktural dan non struktural sudah Tujuan
diatur secara jelas baik dalam UUD NRI 1945 Adapun tujuan penulisan yang
maupun peraturan perundang-undangan ingin dicapai adalah untuk mengkaji dan
lainnya. Mengacu kepada penegakan hukum, menganalisis tentang problematik pemberian
aparat penegak hukum dalam menjalankan bantuan hukum bagi masyarakat serta
tugasnya menegakkan keadilan selalu refleksi asas equality before the law melalui
berpatokan pada Undang-Undang, hal ini pemberian bantuan hukum struktural dan non
sudah sangat jelas diatur, sedangkan dari struktural.
sisi budaya masyarakat yang tidak mampu
Metode Penelitian
menyerap informasi dengan baik berpengaruh
terhadap penerapan bantuan hukum 1. Pendekatan
Kajian ini dilakukan melalui pendekatan
struktural dan non struktural bagi masyarakat
kualitatif, yaitu penelitian yang bertujuan
Selain itu kewajiban melaksanakan
mendapatkan pemahaman yang
Bantuan Hukum Struktural, karena masalah
mendalam tentang masalah-masalah
penegakan hukum di Indonesia bukan hanya manusia dan sosial4 termasuk hukum
masalah hukum saja. Masalah sturktur dan hak asasi manusia khususnya di bidang
sistem masyarakat negara serta faktor-faktor pemberian bantuan hukum struktural
infrastuktur hukum ikut mempengaruhi dan dan non struktural.
menentukan kekuasaan hukum. Pelaksanaan
4 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori
dan Praktek (Jakarta : Bumi Aksara, 2015), 85
542
Problematika Pemberian Bantuan Hukum Struktural dan Non Struktural Kaitannya dengan Asas Equality Before The Law
Ni Gusti Agung Ayu Mas Triwulandari
543
JIKH Vol. 14, No. 3, November 2020: 539-552
p -I S S N: 1 9 7 8 -2 2 9 2 e -I S S N: 2 5 7 9 -7 4 2 5
544
Problematika Pemberian Bantuan Hukum Struktural dan Non Struktural Kaitannya dengan Asas Equality Before The Law
Ni Gusti Agung Ayu Mas Triwulandari
hukum adalah jasa hukum yang diberikan suatu kejanggalan yang pada akhirnya
oleh lembaga bantuan hukum atau organisasi menyebabkan suatu persoalan-persoalan
kemasyarakatan yang memberi layanan pada penerapannya sehingga akibatnya tidak
bantuan hukum kepada orang miskin. Bagi terwujudnya access to law and justice bagi
masyarakat awam, besar kemungkinan rakyat miskin. Beberapa problematik yang
terdapat kerancuan pemaknaan antara menghambat penerapan bantuan hukum
pengertian bantuan hukum secara umum bagi masyarakat adalah :
dengan pengertian bantuan hukum yang a) Kerangka Hukum Normatif Pemberian
dimaksud oleh Undang-undang No. 16 Bantuan Hukum yang Tidak Bekerja.
Tahun 2011. Pemberian bantuan hukum Mengutip dari pendapat Satjipto Rahardjo
secara cuma-cuma atau yang lebih dikenal “Hukum yang diciptakan dan tidak
sebagai bantuan hukum pro bono (pro bono pernah dijalankan pada hakikatnya telah
publico) atau legal aid adalah suatu upaya berhenti menjadi hukum”.15 Kerangka
untuk mencapai keadilan bagi semua orang. hukum normatif mengenai pemberian
Bantuan hukum meliputi menjalankan kuasa, bantuan hukum dalam tataran praktik di
masyarakat, terutama pada konstituen
mendampingi, mewakili, membela, dan/
regulasi tersebut yaitu rakyat miskin
atau melakukan tindakan hukum lain untuk
masih belum dijalankan secara optimal
kepentingan hukum. Pelaksanaan pemberian
oleh para advokat sebagai salah satu
bantuan hukum menurut UU Bantuan Hukum pemberi bantuan hukum. Terdapat tiga
hanya dilakukan oleh pemberi bantuan hal perilaku advokat dalam menghadapi
hukum yang telah memenuhi persyaratan. persoalan bantuan bagi rakyat miskin
Persyaratan untuk dapat disebut sebagai yaitu menghindari dengan berbagai
pemberi bantuan hukum antara lain alasan, menerima perkara dengan syarat
berbadan hukum, terakreditasi, memiliki perkara tersebut harus menarik media
kantor yang tetap, memiliki pengurus, dan massa sehingga menaikkan pamor
mempunyai program bantuan hukum. Selain advokat, dan yang terakhir menerima
diatur dalam UU tentang Bantuan Hukum, sepenuhnya melakukan pemberian
pemberian bantuan hukum pro bono juga bantuan hukum.16 Para sebagian advokat
diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 lebih cenderung menyukai membela
para klien menengah keatas ketimbang
Tahun 2003 tentang advokat. Pemberian
rakyat miskin, hal ini bisa mereduksi
bantuan hukum oleh pemberi bantuan hukum
profesi advokat sebagai profesi mulia
seperti yang telah dipaparkan diatas tidak
menjadi profesi komersil.
menghapuskan kewajiban bagi seorang
Berdasarkan hasil penelitian terdapat
advokat untuk memberikan jasa bantuan
hampir sebagian advokat enggan untuk
hukum secara cuma-cuma. Seorang advokat
memberikan bantuan hukum/pembelaan
tetap wajib memberikan bantuan hukum secara pro bono publico kepada rakyat
cuma-cuma kepada pencari keadilan yang miskin dengan penolakan perkara secara
tidak mampu sesuai dengan Undang-Undang tidak obyektif. Hal obyektif yang dimaksud
No 18 Tahun 2003 tentang Advokat. Advokat disini adalah penolakan terhadap perkara
dalam mengurus perkara cuma-cuma harus yang bukan menjadi masalah hukum,
memberikan perhatian yang sama seperti artinya masalah tersebut tidak termasuk
terhadap perkara untuk mana ia menerima
uang jasa. 15 Satjipto Rahardjo, Hukum Dan Perubahan Sosial,
(Jakarta : Genta Publishing, 2009).
Pemberian bantuan hukum secara
16 Marudut Tampubolon, Membedah Profesi
implementasi di masyarakat terdapat Advokat, Perspektif Ilmu Sosial Interaksi Advokat-
Klien, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2014).
545
JIKH Vol. 14, No. 3, November 2020: 539-552
p- ISS N: 1 9 7 8 -2 2 9 2 e- ISS N: 2 5 7 9 -7 4 2 5
kategori masalah hukum yang tidak tidak di disemangati oleh suatu sikap
menimbulkan/mengakibatkan akibat moral pribadi yang sejati (justice as
hukum. Penolakan secara tidak obyektif farness) masyarakat.”19 Berdasarkan
advokat berdasarkan hasil penelitian pendapat tersebut jika dibenturkan
seperti menolak perkara pelecehan dengan penerapan bantuan hukum bagi
seksual, melawan pemerintah, atau rakyat miskin, apabila rakyat miskin
sampai kepada menolak perkara karena dalam tataran praktiknya masih kurang
perkara tersebut tidaklah perkara besar kesadaran hukum dan pengetahuan
yang tidak akan dimuat oleh media hukum akan pentingnya bantuan hukum,
massa. maka pemberian bantuan hukum
Penolakan perkara yang dialami rakyat tersebut akan tidak berfungsi secara
miskin secara tidak obyektif oleh advokat maksimal.
adalah sebuah penyimpangan terhadap Perspektif penerapan pemberian bantuan
kerangka hukum normatif dari pemberian hukum bagi rakyat miskin, tidak hanya
bantuan hukum, karena secara normatif dilihat sebatas memenuhi kebutuhan
bantuan hukum diberikan tanpa masyarakat akan pendampingan dalam
mengenal masalah hukum apa yang setiap proses hukum, tetapi lebih
akan ditangani dan siapa yang dibela, dari itu, yaitu menjadikan masyarakat
melainkan bagaimana rakyat miskin mengerti hukum dan dapat mengkritisi
mendapatkan hak untuk access to produk hukum yang ada, yaitu dengan
law and justice ketika rakyat miskin memberikan pendidikan hukum dan
bermasalah dengan hukum. Ketika kewarganegaraan bagi masyarakat
kerangka normatif pemberian bantuan (civic education).20 Perspektif tersebut
hukum tidak di jalankan oleh advokat secara ideal dapat menyelesaikan suatu
maka hukum mengenai bantuan hukum persoalan ini, akan tetapi hal itu belum
tersebut tidaklah menjadi hukum dengan sesuai dalam tataran implementasinya.
kata lain regulasi mengenai bantuan Berdasarkan hasil penelitian yang
hukum hanyalah mitos yang dibuat oleh dilakukan, ditemukan beberapa advokat
negara.17 dan lembaga bantuan hukum yang masih
cenderung memandang pemberian
b) Kurangnya Kesadaran Hukum dalam
bantuan hukum bersifat pasif. 21
Rakyat Miskin.
Ketidaktahuan akan hukum meng- Perspektif pemberian bantuan
akibatkan seseorang akan melanggar hukum bersifat pasif dapat menjadi
hukum atau seseorang tersebut suatu parasit yang dapat mereduksi
akan dibodohi oleh oknum untuk optimalisasi pemberian bantuan hukum.
mengambil keuntungan, dan yang Perspektif disini dapat diilustrasikan
lebih mencengangkan adalah oknum seperti, pemberian bantuan hukum
tersebut biasanya dari kalangan yang diberikan oleh advokat/LBH atas
penegak hukum ataupun pemerintah.18 tunjukan dari Aparat kepolisian atau
Mengutip dari pendapatnya John Rawls pengadilan sebagai penasehat hukum
“semua sistem hukum akan gagal bila karena adanya penyediaan dana dari
17 Suyogi Imam Fauzi and Inge Puspita Ningtyas, 19 Theo Hujibers, Filsafat Hukum Dalam Lintas
Optimalisasi Pemberian Bantuan Hukum Demi Sejarah, Kanisius, Yogyakarta, 2013.
Terwujudnya Access to Law and Justice Bagi 20 Binziad Kadafi, Advokat Indonesia Mencari
Rakyat Miskin, (Jurnal Konstitusi 15, no. 1 2018) Legitimasi : Studi Tentang Tanggungjawab
50–72. Profesi Hukum Di Indonesia, (Jakarta : Pusat
18 Muhadi Zainuddin, Peran Sosialisasi UU Advokat Studi Hukum Dan Kebijakan Hukum, 2001).
Dalam Pemberdayaan Kesadaran Hukum 21 Zainuddin, Peran Sosialisasi UU Advokat Dalam
Masyarakat, (Al-Mawarid XII, 2004), 91–109. Pemberdayaan Kesadaran Hukum Masyarakat.”
546
Problematika Pemberian Bantuan Hukum Struktural dan Non Struktural Kaitannya dengan Asas Equality Before The Law
Ni Gusti Agung Ayu Mas Triwulandari
pengadilan tersebut dan perkara yang hukum secara cuma-cuma atau perkara
hukumannya di atas 15 tahun penjara tersebut perlu naik pada pengadilan
sesuai anjuran KUHAP.22 tingkat banding, kasasi atau peninjauan
Berdasarkan Perma No. 1 Tahun 2014 kembali dapat diabaikan begitu saja,
tentang Pedoman Pemberian Layanan karena anggaran yang disediakan sudah
Hukum Bagi Masyarakat Tidak Mampu habis terserap semuanya. Hal inilah
di Pengadilan, lembaga pengadilan yang akan memunculkan persoalan
menyediakan suatu anggaran untuk selanjutnya.
memberian bantuan hukum secara cuma- Berdasarkan perspektif yang
cuma dan membentuk Pos Bantuan memandang pemberian bantuan hukum
Hukum (Posbakum).23 Akses bantuan bersifat pasif dan keterbatasan akses
hukum yang diberikan oleh pengadilan yang diberikan oleh pengadilan akan
dengan menunjuk advokat/ LBH yang mereduksi optimalisasi pemberian
didanai oleh pengadilan, hal ini yang bantuan hukum bagi rakyat miskin. Hal
disebut dengan kerjasama kelembagaan inilah menjadikan urgensi kepekaan
(Pasal 26 Perma No. 1 Tahun 2014) advokat/LBH untuk memandang
sedangkan Posbakum sendiri berfungsi pemberian bantuan hukum secara aktif
untuk memberikan layanan konsultasi dan tidak terlalu mengandalkan akses
hukum, pembuatan dokumen hukum yang diberikan oleh pengadilan.
yang dibutuhkan dan informasi c) Akses Menuju Peradilan Hanya Bersifat
mengenai advokat/LBH yang menerima Formalitas.
bantuan hukum (Pasal 25 Perma No. 1 Berawal dari kalimat sarkas yaitu “mata
tahun 2014).24 Hadirnya akses bantuan pedang hukum lebih tajam kebawah
hukum bukan tanpa masalah, masalah daripada keatas” yang artinya rasa
yang muncul adalah ‘keterbatasan keadilan dari hukum tidak menyentuh
anggaran yang disediakan’25 sehingga bagi kelas bawah, sedangkan mereka
apabila anggaran yang ditetapkan sudah yang memiliki kelas sosial lebih
diserap semuanya lalu ada perkara tinggi maka akan dengan mudah
rakyat miskin yang memerlukan bantuan mendapatkan perlakuan yang lebih
istimewa.26 Kesalahan pada penerapan
22 Kelompok Kerja Paralegal Indonesia, “Kritisi hukum maupun subyek hukum (error
Rancangan UUBH Dari Aspek Paralegal Dan in persona) yang dilakukan oleh hakim
Pemberdayaan Hukum (Legal Empowerment),
KKPI, Jakarta h.15. Lihat Juga Di Dalam Iwan
sebagai pengendali proses pengadilan
Wahyu Pujiarto, Dkk, (2015), Pelaksanaan bukanlah hal yang langka pada praktik
Pemberi Bantuan Hukum Dikaitkan Dengan peradilan di Indonesia, hal inilah yang
Undang-Undang No. 16 Tahun 2011 Tentang Ba,” disebut dengan peradilan sesat.27
USU Law Jurnal 3, no. 2 (2014): 90.
23 Andry Rahman Arif, Pelaksanaan Pemberian Seringkali dalam praktik di masyarakat,
Bantuan Hukum Terhadap Terdakwa Yang Tidak terutama rakyat miskin mengalami/
Mampu Dalam Perkara Pidana Di Kota Bandar menjadi korban dari peradilan sesat,
Lampung, (Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum 9, no.
1 (2015), 103–113. walaupun terdapat suatu akses banding,
24 Isnandar Syahputra Nasution, Urgensi Peran
Pengadilan Dalam Memberikan Pelayanan
Bantuan Hukum Terhadap Orang Miskin Sesuai 26 Alfan Biroli, Problematika Penegakan Hukum Di
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Indonesia (Kajian Dengan Perspektif Sosiologi
Bantuan Hukum, ( Jurnal Hukum dan Peradilan 4, Hukum),( Jurnal Pemikiran Sosiologi 8, no. 2,
no. 1 2015), 171–188. 2015), 1–9.
25 Mosgan Situmorang et al.,Tanggung Jawab 27 Rahmat Efendy Al Amin Siregar, “Studi Tentang
Negara Dan Advokat Dalam Memberikan Bantuan Peradilan Sesat (Rechterlijke Dwaling) Dan
Hukum Kepada Masyarakat, ( Jakarta : Badan Hubungannya Dengan Memudarnya Kepercayaan
Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum Masyarakat Terhadap Hukum,” Jurnal FITRAH 8,
Dan HAM RI, 2011) , 34. no. 1 (2014): 17–30.
547
JIKH Vol. 14, No. 3, November 2020: 539-552
p- ISS N: 1 9 7 8 -2 2 9 2 e- ISS N: 2 5 7 9 -7 4 2 5
548
Problematika Pemberian Bantuan Hukum Struktural dan Non Struktural Kaitannya dengan Asas Equality Before The Law
Ni Gusti Agung Ayu Mas Triwulandari
Belum lagi prosedur dalam penyerapan 2. Refleksi Asas Equality Before The Law
dana tersebut sangatlah rumit, karena Dalam Pemberian Bantuan Hukum
pendanaan tersebut adalah dilimpahkan Struktural dan Non Struktural
kepada Kementerian Hukum dan HAM Indonesia adalah negara hukum yang
yang kedudukan hukum (wilayah kantor) menjunjung tinggi martabat dan hak asasi
itu hanya ada di setiap provinsi. Artinya
warga negaranya. Penghormatan terhadap
LBH yang berkedudukan di kota yang
martabat dan hak asasi warga negara ini
jauh akan wilayah Provinsi akan sulit
berlaku pula dalam proses penegakan
untuk mengakses dana tersebut.
hukum. Bentuk nyata proses penegakan
Berdasarkan syarat, proses akreditasi
hukum yang menjunjung martabat warga
dan penyerapan dana yang rumit
negara adalah dengan menerapkan asas
dan cenderung diskriminatif dapat
mengakibatkan penyerapan dana keseimbangan yang menyebabkan aparat
bantuan hukum secara nasional penegak hukum mempunyai dua peran, yaitu
tidak efektif. Hal ini bertendensi sebagai pelindung kepentingan masyarakat,
mengakibatkan banyak advokat/LBH sekaligus sebagai pelindung harkat dan
untuk memungut biaya-biaya lain dalam martabat dari warga negara. Perlindungan
memberikan bantuan hukum (lihat harkat dan martabat ini harus dilaksanakan
problematic ketiga). tanpa pandang bulu, termasuk kepada
e) Belum Adanya Pengawasan dalam tersangka pelaku tindak kejahatan sekalipun.
Penerapan Bantuan Hukum. Seorang tersangka harus dijadikan sebagai
Pengawasan adalah suatu hal subjek hukum yang mempunyai martabat,
yang terpenting untuk menjaga sedangkan kesalahan tersangka ditempatkan
agar tidak kelewat batas ataupun sebagai objek hukum. Hal inilah yang dikenal
menyalahgunakan. Kelalaian bagi sebagai prinsip akusatur33.
pembuat undang undang terutama UU
Jaminan untuk mendapatkan bantuan
Bantuan Hukum secara normatif tidak
mengakomodir ketentuan Pengawasan hukum telah diatur dalam Undang-undang
dalam penerapan bantuan hukum. No. 39 tentang Hak Asasi Manusia di dalam
Pengawasan dalam penerapan bantuan Pasal 17, 18, 19, dan 34. Indonesia telah
hukum sangatlah berperan penting meratifikasi Kovenan Internasional tentang
untuk menjaga keseimbangan relasi Hak-hak Sipil dan Politik (Kovenan Hak-hak
bantuan hukum tetap berjalan sesuai Sipil dan politik International Covenant on
peruntukannya. Pengawasan yang Civil and Political Rights), yang pada Pasal 16
longgar, dapat membuka celah untuk serta Pasal 26 Konvensi tersebut menjamin
menyelewengkan uang negara (korupsi) akan persamaan kedudukan di depan
atau sampai kepada mengorbankan hukum (equality before the law). Semua
harapan untuk terwujudnya access to orang berhak atas perlindungan dari hukum
law and justice bagi rakyat miskin32.
serta harus dihindarkan adanya diskriminasi
berdasarkan ras, warna kulit, jenis kelamin,
bahasa, agama, pandangan politik berbeda,
nasional atau asal-muasal kebangsaan,
(Clinic Legal Education) Dalam Pelaksanaan kekayaan, kelahiran atau status yang lain-
UU No.16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum,
(Jurnal Hukum dan Masyarakat 13, no. 2, 2014), lainnya. Hak untuk memperoleh bantuan
22.
32 Muhammad Rustamaji, Menakar Pengawasan
Pemberian Bantuan Hukum Dalam Pandangan 33 Lilik Mulyadi, Bunga Rampai Hukum Pidana
Richard A Posner, (Jurnal Rechts Vinding 2, no. 1 Perspektif Teoritis Dan Praktik, (Jakarta : Alumni,
2013), 95–106. 2007).
549
JIKH Vol. 14, No. 3, November 2020: 539-552
p- ISS N: 1 9 7 8 -2 2 9 2 e- ISS N: 2 5 7 9 -7 4 2 5
hukum merupakan hak mendasar atau hadapan hukum (equality before the law),
asasi bagi seseorang yang terkena masalah dan penegakan hukum dengan cara-cara
hukum. Sebab memperoleh bantuan hukum yang tidak bertentangan dengan hukum (due
merupakan salah satu bentuk akses terhadap process of law).
keadilan bagi mereka yang atau berurusan Pemberian bantuan hukum kepada
dengan masalah hukum. Memperoleh masyarakat miskin, buta hukum dan
bantuan hukum juga merupakan salah satu tertindas ditujukan tidak lain dan tidak bukan
perwujudan dari persamaan didepan hukum. adalah untuk memberikan acces to justice
MenurutUndang-UndangNomor16tahun merupakan refleksi asas equality before
2011tentangBantuanHukum(UUBH)terdapat the law. Dalam praktiknya, pendampingan
4 tujuan dan manfaat diselenggarakannya bagi masyarakat miskin menjadi sebuah
bantuan hukum kepada masyarakat miskin. tugas yang diharuskan dalam mencari
Pertama, Penyelenggaraan Bantuan keadilan bukan berdasarkan atas hati nurani.
Hukum di Indonesia bertujuan agar warga Kondisinya saat ini, asas equality before the
negara mendapat akses terhadap keadilan. law belum dijadikan patokan utama dalam
Yang kedua, pemenuhan terhadap hak pemberian bantuan hukum. Padahal, jika
konstitusional warga negara (equaliy before secara benar dan patut asas ini direfleksikan
the law). Ketiga, pemberian bantuan hukum ke dalam penegakan hukum di Indonesia,
yang merata di seluruh Indonesia, dan seyogyanya tidak ada lagi masyarakat miskin
Keempat untuk mewujudkan peradilan bersih, mengalami diskriminasi dan ketidakadilan
Jujur adil, dan tidak memihak yang pada hukum.
akhirnya ikut mendorong perbaikan sistem
peradilan (fairtrail). PENUTUP
Bahwasanya bantuan hukum struktural Kesimpulan
dan non struktural adalah suatu konsep untuk Pelaksanaan bantuan hukum struktural
mewujudkan persamaan di hadapan hukum dan non struktural dalam kaitannya
(equality before the law) dan pemberian jasa dengan asas equality before the law,
hukum serta pembelaan bagi semua orang dalam pelaksanaannya terdapat Beberapa
dalam kerangka keadilan untuk semua orang. problematik yang menghambat penerapan
Refleksi asas equality before the law bantuan hukum bagi masyarakat adalah :
berkaitan dengan pemberian bantuan hukum a. Kerangka Hukum Normatif Pemberian
struktural dan non struktural ini sudah dimuat Bantuan Hukum yang Tidak Bekerja.
dalam pasal 28D ayat (1) Undang-Undang b. Kurangnya Kesadaran Hukum dalam
Dasar 1945, yaitu bahwa setiap orang berhak Rakyat Miskin.
atas pengakuan, jaminan, perlindungan, c. Akses Menuju Peradilan Hanya Bersifat
dan kepastian hukum yang adil serta Formalitas.
perlakuan yang sama di hadapan hukum. d. Diskriminasi dan Prosedur yang Rumit
Asas ini sebagai prinsip yang sangat vital dalam Pendanaan Bantuan Hukum.
dalam pemberian bantuan hukum struktural e. Belum Adanya Pengawasan dalam
dan non struktural, hal Ini juga merupakan Penerapan Bantuan Hukum.
konsekuensi Negara Indonesia sebagai
Refleksi asas equality before the law
negara hukum (pasal 1 ayat (3) UUD 1945
berkaitan dengan pemberian bantuan hukum
hasil perubahan ketiga). Ada tiga prinsip
struktural dan non struktural ini sudah dimuat
negara hukum (rechstaat), yaitu supremasi
dalam pasal 28D ayat (1) Undang-Undang
hukum (supremacy of law), kesetaraan di
550
Problematika Pemberian Bantuan Hukum Struktural dan Non Struktural Kaitannya dengan Asas Equality Before The Law
Ni Gusti Agung Ayu Mas Triwulandari
Dasar 1945, yaitu bahwa setiap orang berhak UCAPAN TERIMA KASIH
atas pengakuan, jaminan, perlindungan, Penulis mengucapkan terima kasih
dan kepastian hukum yang adil serta kepada Badan Penelitian dan Pengembangan
perlakuan yang sama di hadapan hukum. Hukum dan HAM atas kesempatan yang
Asas ini sebagai prinsip yang sangat vital diberikan serta rekan-rekan kerja di
dalam pemberian bantuan hukum struktural Universitas Pendidikan Nasional yang telah
dan non struktural, hal Ini juga merupakan membantu hingga selesainya penelitian ini.
konsekuensi Negara Indonesia sebagai
negara hukum (pasal 1 ayat (3) UUD 1945 DAFTAR PUSTAKA
hasil perubahan ketiga). Ada tiga prinsip Arif, Andry Rahman. “Pelaksanaan Pemberian
negara hukum (rechstaat), yaitu supremasi Bantuan Hukum Terhadap Terdakwa
hukum (supremacy of law), kesetaraan di Yang Tidak Mampu Dalam Perkara
hadapan hukum (equality before the law), Pidana Di Kota Bandar Lampung.” Fiat
dan penegakan hukum dengan cara-cara Justisia Jurnal Ilmu Hukum 9, no. 1
yang tidak bertentangan dengan hukum (due (2015): 103–113.
process of law). Biroli, Alfan. “Problematika Penegakan
Hukum Di Indonesia (Kajian Dengan
Saran
Perspektif Sosiologi Hukum).” Jurnal
Hal-hal yang disarankan agar per- Pemikiran Sosiologi 8, no. 2 (2015): 1–9.
masalahan pendampingan hukum dapat Fauzi, Suyogi Imam, and Inge Puspita
dilaksanakan atas dasar persamaan Ningtyas. “Optimalisasi Pemberian
kedudukan di depan hukum (equality before Bantuan Hukum Demi Terwujudnya
the law) adalah : Access to Law and Justice Bagi Rakyat
1. Perlu dilakukan pengawasan dalam Miskin.” Jurnal Konstitusi 15, no. 1
penerapan bantuan hukum baik secara (2018): 50–72
normatif maupun implementasi di Frans Hendra Winarta. Bantuan Hukum
masyarakat, oleh karenanya diperlukan Suatu Hak Asasi Manusia Bukan Belas
suatu sistem pengawasan untuk Kasihan. Elex Media Komputindo,
mengawasi beberapa komponen dari Jakarta, 2000
penerapan bantuan hukum tersebut; dan Harahap, M. Yahya. Pembahasan
2. Seyogyanya pengawasan meliputi Permasalahan Dan Penerapan KUHAP,
dijalankan atau tidaknya pemberian Penyidik Dan Penuntut, Cet. Ke-5, Sinar
bantuan hukum, digunakan atau tidaknya Grafika, Jakarta, 2003
akses menuju peradilan, kinerja advokat Hujibers, Theo. Filsafat Hukum Dalam Lintas
atau LBH dalam memberikan bantuan Sejarah, Kanisius, Yogyakarta, 2013
hukum, dalam hal ini tentunya diperlukan
Kadafi, Binziad. Advokat Indonesia
pendapat dari masyarakat maupun
Mencari Legitimasi : Studi Tentang
klien yang pernah menjadi penerima
Tanggungjawab Profesi Hukum Di
bantuan hukum, dan pengawasan yang
Indonesia, Pusat Studi Hukum Dan
terakhir mengenai penyerapan dana
Kebijakan Hukum, Jakarta, 2001.
yang melihat sesuai atau tidaknya dana
yang digunakan untuk kepentingan Kelompok Kerja Paralegal Indonesia.
bantuan hukum, agar tidak terjadinya “Kritisi Rancangan UUBH Dari Aspek
penggelapan atau korupsi dana bantuan Paralegal Dan Pemberdayaan Hukum
hukum. (Legal Empowerment), KKPI, Jakarta
h.15. Lihat Juga Di Dalam Iwan Wahyu
Pujiarto, Dkk, (2015), Pelaksanaan
551
JIKH Vol. 14, No. 3, November 2020: 539-552
p- ISS N: 1 9 7 8 -2 2 9 2 e- ISS N: 2 5 7 9 -7 4 2 5
552