Anda di halaman 1dari 11

Lex Administratum, Vol. IX/No.

2/Mar/EK/2021

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP Pemerintah Indonesia telah menandatangai


PEREMPUAN DAN ANAK PENYANDANG Convention on the Right of Persons with
DISABILITAS YANG MENJADI KORBAN Disabilties (Konvensi mengenai Hak-Hak
KEKERASAN1 Penyandang Disabilitas) pada tanggal 30 Maret
Oleh: Stella Gita Kairupan2 2007 di New York. Penandatanganan tersebut
Frankiano B. Randang3 menunjukkan kesungguhan Negara Indonesia
Hironimus Taroreh4 untuk menghormati, melindungi, memenuhi,
dan memajukan hak-hak para penyandang
ABSTRAK disabilitas. Sebagai tindak lanjut dari konvensi
Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk tersebut, Pemerintah Indonesia meratifikasi
mengetahui bagaimanakah perlindungan konvensi tersebut melalui Undang-Undang
hukum terhadap perempuan dan anak Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2011
penyandang disabilitas yang menjadi korban tentang Pengesahan Convention On the Rights
kekerasan dan bagaimanakah perlindungan hak of Persons with Disabilities (Konvensi mengenai
untuk memperoleh keadilan bagi perempuan Hak-Hak Penyandang Disabilitas). Menurut
dan anak penyandang disabilitas yang menjadi konvensi ini: “Penyandang disabilitas mencakup
korban kekerasan yang dengan metode mereka yang memiliki keterbatasan fisik,
penelitian hukum normatif disimpulkan: 1. mental, intelektual, atau sensorik dalam jangka
Perlindungan hukum terhadap perempuan dan waktu lama berinteraksi dengan berbagai
anak penyandang disabilitas yang menjadi hambatan yang dapat menyulitkan partisipasi
korban kekerasan, Pemerintah dan Pemerintah penuh dan efektif dalam masyarakat atas dasar
Daerah wajib menyediakan unit layanan kesetaraan dengan yang lainnya.5
informasi dan tindak cepat untuk perempuan
dan anak penyandang disabilitas yang menjadi B. Rumusan Masalah
korban kekerasan dan memberikan 1. Bagaimanakah perlindungan hukum
Pelindungan khusus terhadap perempuan dan terhadap perempuan dan anak
anak penyandang disabilitas sesuai dengan penyandang disabilitas yang menjadi
ketentuan peraturan perundang-undangan. 2. korban kekerasan ?
Perlindungan hak untuk memperoleh keadilan 2. Bagaimanakah perlindungan hak untuk
bagi perempuan dan anak penyandang memperoleh keadilan bagi perempuan
disabilitas yang menjadi korban kekerasan, dan anak penyandang disabilitas yang
dilaksanakan oleh Pemerintah dan Pemerintah menjadi korban kekerasan ?
Daerah yang wajib menjamin dan melindungi
hak Penyandang Disabilitas sebagai subjek C. Metode Penelitian
hukum untuk melakukan tindakan hukum yang Metode penelitian hukum normatif
sama dengan lainnya. Pemerintah dan digunakan untuk menyusun penulisan ini.
Pemerintah Daerah wajib menyediakan
bantuan hukum kepada Penyandang Disabilitas PEMBAHASAN
dalam setiap pemeriksaan pada setiap lembaga A. Perlindungan Hukum Terhadap Perempuan
penegak hukum dalam hal keperdataan Dan Anak Penyandang Disabilitas Yang
dan/atau pidana sesuai dengan ketentuan Menjadi Korban Kekerasan
peraturan perundang-undangan. Upaya perlindungan hak-hak asasi manusia,
Kata kunci: disabilitas; korban kekerasan; maka bukanlah hal yang mudah dan dapat
perempuan dan anak; dilakukan dalam waktu singkat, tetapi
merupakan suatu proses yang panjang seperti
PENDAHULUAN halnya proses pembangunan itu sendiri. Oleh
A. Latar Belakang
5Mulia Astuti. Tinjauan Yuridis Dan Empiris Pemenuhan
1 Artikel Skripsi Hak Hak Penyandang Disabilitas Berat (Juridical And
2 Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. Empirical Review Of The Fulfillment Of The Rights Of
17071101057 Persons With Severe Disabilities) Sosio Informa Vol. 2, No.
3 Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum 03, September - Desember, Tahun 2016. Kesejahteraan
4 Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum Sosial. hlm. 217.

35
Lex Administratum, Vol. IX/No. 2/Mar/EK/2021

karena itu upaya tersebut perlu dilakukan pemerintahan yang didasarkan kepada
secara berkelanjutan dan terpadu oleh semua kebebasan bertindak karena pemerintah
pihak, yakni pemerintah, organisasi-organisasi terdorong untuk bersikap hati-hati dalam
politik dan kemasyarakatan maupun berbagai pengambilan keputusan yang didasarkan
lembaga swadaya masyarakat dan semua pada diskresi.9
lapisan masyarakat.6 Suatu masyarakat yang Dalam UUD 1945 Pasal 31 ayat (1)
memiliki sistem demokrasi akan melindungi menegaskan bahwa setiap warga Negara
warga negaranya terhadap penganiayaan oleh berhak mendapatkan pendidikan yang layak.
negara melalui komitmen kolektif pada Undang-Undang tersebut menyatakan setiap
kesejahteraan ekonomi bersama dan memberi warga Negara, jika merefleksikan kembali maka
warga negaranya tingkat kehidupan yang para kaum penyandang cacat merupakan warga
membuat mereka hidup bermartabat.7 Negara Indonesia dengan bentuk apapun
Ditinjau secara garis besar maka dapat kondisi fisik yang mana masing-masing dari
disebutkan bahwa perlindungan hukum dapat mereka memiliki hak serta kewajiban yang
dibedakan dalam 2 (dua) pengertian yaitu:8 sama dengan warga Negara Indonesia lainnya.
1. Perlindungan yang bersifat yuridis yang Kemudian Pasal 28 butir A-J yang mengatur
meliputi perlindungan dalam: tentang hak asasi manusia, dalam hal ini
a. Bidang hukum publik; berimplikasi bagi penyandang disabilitas. Hak-
b. Bidang hukum keperdataan; hak bagi setiap warga negara juga sudah diatur
2. Perlindungan yang bersifat non yuridis di dalam Peraturan Perundang-undangan
meliputi; terutama dalam UU Dasar 1945 dimana dalam
a. Bidang sosial; UU tersebut tidak membatasi seseorang yang
b. Bidang kesehatan; mempunyai keterbatasan fisik dan/atau
c. Bidang pendidikan. intelektual untuk mendapatkan hak.10
Berkaitan dengan kerangka perlindungan Dalam Konvensi Hak-Hak Penyandang
hukum berikut Philipus M. Hadjon dengan Disabilitas diuraikan secara jelas mengenai hak-
menintikberatkan pada “tindakan hak penyandang disabilitas, antara lain:
pemerintahan” (bestuurshandeling) atau 1. Hak untuk mendapat persamaan dan non-
(administrative action) membedakan diskriminasi;
perlindungan hukum bagi rakyat ke dalam dua 2. Hak untuk mendapat pelayanan atau
macam: aksesibilitas;
1. Perlindungan hukum represif yaitu 3. Hak atas kebebasan dan keamanan;
perlindungan hukum yang bertujuan untuk 4. Hak untuk mendapatkan pengakuan atas
menyelesaikan sengketa termasuk di persamaan di muka hukum;
dalamnya adalah penanganan perlindungan 5. Hak untuk mendapat keadilan;
hukum bagi rakyat oleh peradilan umum dan 6. Hak bebas dari penyiksaan atau
peradilan administrasi di Indonesia. penghukuman yang kejam;
2. Perlindungan hukum Preventif yaitu 7. Hak bebas dari eksploitasi dan kekerasan;
perlindungan hukum yang bertujuan untuk 8. Hak atas pendidikan dan kesehatan;
mencegah terjadinya sengketa. Di dalam 9. Hak atas pekerjaan dan lapangan kerja;
perlindungan preventif, rakyat diberi 10. Hak kebebasan bergerak dan
11
kesempatan untuk mengajukan keberatan berkewarganegaraan.
(inspraak) atau pendapatnya sebelum Hak-hak yang terdapat dalam Konvensi
keputusan pemerintah mendapat bentuk tersebut merupakan dasar bagi penyandang
yang definitif, perlindungan hukum preventif disabilitas untuk mempertahankan hidup serta
sangat besar artinya bagi tindakan memperjuangkan hak yang melekat pada
dirinya. Dalam Konvensi ini penyandang
disabilitas dilindungi oleh hukum untuk selalu
6Boer Mauna, Hukum Internasional Pengertan Peranan berkembang dan dinamis dalam pembangunan
dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global, Alumni, Bandung,
2001, hlm. 627.
7R.E.,Howard, HAM Penjelajahan Dalih Relativisme 9 Ibid, hlm. 54.
Budaya, PT Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 2000, hlm. 319. 10 Muhammad Ramadhana Alfaris. Op.Cit. hlm. 203.
8Yahya Ahmad Zein. Op.Cit, hlm. 51. 11Ibid. hlm. 203.

36
Lex Administratum, Vol. IX/No. 2/Mar/EK/2021

social dan semua orang berhak untuk dan eksploitasi untuk Penyandang Disabilitas
berpartisipasi, berkontribusi dan menikmati meliputi hak:
pembangunan ekonomi, sosial, budaya dan a. bersosialisasi dan berinteraksi dalam
politik.12 kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, dan
Perlu adanya kesungguhan pemerintah, bernegara tanpa rasa takut; dan
masyarakat dan keluarga ikut serta dalam b. mendapatkan Pelindungan dari segala
pemenuhan hakhak penyandang disabilitas bentuk kekerasan fisik, psikis, ekonomi, dan
berat. Pemerintah perlu memperluas jangkauan seksual.
program asistensi sosial bagi penyandang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
disabilitas berat dan mensosialisasikan 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan
peraturan perundangundangan yang ada Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Pasal 5:
kepada masyarakat dan meningkatkan Setiap orang dilarang melakukan kekerasan
kompetensi keluarga terutama dalam dalam rumah tangga terhadap orang dalam
pemenuhan hak penyandang disabilitas berat, lingkup rumah tangganya, dengan cara:
agar mereka berpartisipasi dalam pemenuhan a. kekerasan fisik;
hak-hak penyandang disabilitas berat.13 b. kekerasan psikis;
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 c. kekerasan seksual; atau
Tentang Penyandang Disabilitas, mengatur d. penelantaran rumah tangga.
mengenai Perempuan dan Anak yang menjadi Larang (Ind); melarang; memerintahkan
korban kekerasan. supaya tidak melakukan sesuatu; tidak
Pasal 125. Pemerintah dan Pemerintah memperbolehkan berbuat sesuatu.14
Daerah wajib menyediakan unit layanan Pasal 6: Kekerasan fisik sebagaimana
informasi dan tindak cepat untuk perempuan dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah
dan anak penyandang disabilitas yang menjadi perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh
korban kekerasan. sakit, atau luka berat.
Pasal 126. Pemerintah dan Pemerintah Pasal 7: Kekerasan psikis sebagaimana
Daerah wajib memberikan Pelindungan khusus dimaksud dalam Pasal 5 huruf b adalah
terhadap perempuan dan anak penyandang perbuatan yang mengakibatkan ketakutan,
disabilitas sesuai dengan ketentuan peraturan hilangnya rasa percaya diri, hilangnya
perundang-undangan. kemampuan untuk bertindak, rasa tidak
Pasal 127. Pemerintah dan Pemerintah berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat
Daerah wajib menyediakan rumah aman yang pada seseorang.
mudah diakses untuk perempuan dan anak Pasal 8: Kekerasan seksual sebagaimana
penyandang disabilitas yang menjadi korban dimaksud dalam Pasal 5 huruf (c) meliputi:
kekerasan. a. pemaksaan hubungan seksual yang
Pelindungan dari Tindakan Diskriminasi, dilakukan terhadap orang yang menetap
Penelantaran, Penyiksaan, dan Eksploitasi. dalam lingkup rumah tangga tersebut;
Pasal 128 ayat: b. pemaksaan hubungan seksual terhadap
(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah salah seorang dalam lingkup rumah
memfasilitasi Penyandang Disabilitas untuk tangganya dengan orang lain untuk tujuan
bersosialisasi dan berinteraksi dalam komersial dan/atau tujuan tertentu.
kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, Penjelasan Pasal 8: Yang dimaksud dengan
dan bernegara tanpa rasa takut. “kekerasan seksual” dalam ketentuan ini adalah
(2) Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib setiap perbuatan yang berupa pemaksaan
menjamin Penyandang Disabilitas bebas hubungan seksual, pemaksaan hubungan
dari segala bentuk kekerasan fisik, psikis, seksual dengan cara tidak wajar dan/atau tidak
ekonomi, dan seksual. disukai, pemaksaan hubungan seksual dengan
Hak Bebas dari Diskriminasi, Penelantaran, orang lain untuk tujuan komersial dan/atau
Penyiksaan, dan Eksploitasi Pasal 26. Hak bebas tujuan tertentu.
dari Diskriminasi, penelantaran, penyiksaan,

12 Ibid. 14 Sudarsono, Kamus Hukum, Cetakan 6. Rineka Cipta,


13 Mulia Astuti. Op.Cit. hlm. 227. Jakarta, 2009. hlm. 242

37
Lex Administratum, Vol. IX/No. 2/Mar/EK/2021

Umumnya korban dapat kita rumuskan Sisi pelaku, kekerasan terhadap perempuan
sebagai seseorang yang menderita kerugian, dan anak dapat dilakukan baik oleh individu
fisik maupun mental, serta juga yang maupun kelompok, misalnya kelompok
mengalami penderitaan secara emosional atau masyarakat, organisasi sosial, perusahaan, atau
kerugian ekonomi, kesemuanya itu sebagai negara, baik melalui kebijakan yang
akibat langsung dari perbuatan (tindakan atau diskriminatif terhadap perempuan maupun aksi
pembiaran) yang melanggar hukum pidana. kekerasan yang ditujukan kepada perempuan
“Korban” juga mencakup orang tua dari anak dan anak. Bentuk-bentuk kekerasan dengan
yang menjadi korban dan keluarga yang masih pelaku kelompok ini tidak terbatas pada
hidup (ahli waris) dari korban tersebut.15 perdagangan perempuan dan anak, pelacuran,
Pengertian lain dari kekerasan terhadap atau teror dan pembunuhan aktivis perempuan
perempuan diberikan oleh Kantor Menteri karena pekerjaannya.18
Negara Pemberdayaan Perempuan dalam Sisi tempat kejadian, kekerasan terhadap
Rencana Aksi Nasional Pemberantasan perempuan dapat terjadi baik di ruang
Kekerasan Terhadap Perempuan (RAN PTKP) domestik seperti dalam rumah tangga, maupun
tahun 2001-2004 yaitu: “adalah setiap tindakan di ruang publik misalnya di tempat kerja,
yang melanggar, menghambat, meniadakan sekolah, rumah sakit, dan di tempat umum
kenikmatan dan pengabaian hak asasi lainnya, bahkan juga di daerah bencana dan
perempuan atas dasar gender. Tindakan konflik. Dari sisi waktu, kekerasan dapat terjadi
tersebut mengakibatkan (dapat baik di waktu pagi, siang, maupun malam, baik
mengakibatkan) kerugian dan penderitaan di waktu istirahat maupun waktu melakukan
terhadap perempuan dalam hidupnya, baik aktivitas, kemudian juga baik direncanakan
secara fisik, psikis maupun seksual, termasuk di maupun timbul seketika dan tidak
dalamnya ancaman, paksaan atau perampasan direncanakan.19
kemerdekaan secara sewenang-wenang, baik Sisi usia, kekerasan dapat terjadi pada usia
dalam kehidupan individu, berkeluarga, muda, remaja, atau usia produktif, serta usia
bermasyarakat maupun bernegara.16 lanjut. Dari sisi akibat kekerasan, perempuan
Kekerasan terhadap perempuan dan anak dan anak yang menjadi korban kekerasan
dapat dilihat dari jenis, pelaku, tempat umumnya mengalami penderitaan baik fisik,
kejadian, waktu, usia dan akibat dari tindak psikis, mental, seksual dan penelantaran yang
kekerasan. Kekerasan terhadap perempuan dan perlu segera ditangani secara terpadu oleh
anak di atas berlaku umum dan tidak memiliki penyelenggara layanan korban yang dibentuk
relevansi dengan jenis pendidikan, pekerjaan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah maupun
dan penghasilan, kedudukan sosial, agama dan masyarakat. Sebagai kelompok rentan sudah
keyakinan, suku bangsa, etnis dan ras yang sewajarnya negara memberikan perlindungan
melekat pada laki-laki dan perempuan. Hal ini khusus pada perempuan dan anak dengan
berarti, pada semua jenis strata sosial, melakukan pembaharuan hukum yang berpihak
kekerasan terhadap perempuan dan anak dapat pada perempuan dan anak, yaitu menetapkan
dan terus terjadi sepanjang ketimpangan peraturan perundang-undangan yang
hubungan laki-laki dan perempuan masih dimaksudkan untuk melindungi perempuan dan
diyakini dan dimanifestasikan dalam kehidupan anak dari kekerasan, termasuk memberikan
sosial.17 pelayanan bagi perempuan dan anak korban
kekerasan. Pembaharuan di bidang legislasi
berupa pembentukan peraturan perundang-
15Muhadar, Edi Abdullah dan Husni Thamrin, Perlindungan undangan diperlukan mengingat selama ini
Saksi & Korban Dalam Sistem Peradilan Pidana, Putra
Media Nusantara, Surabaya, 2009, hlm. 235. peraturan perundang-undangan yang ada
16Niken Savitri, HAM Perempuan (Kritik Teori Hukum belum memadai dan tidak sesuai dengan
Feminis Terhadap KUHP), PT. Refika Aditama, Cetakan perkembangan hukum masyarakat serta belum
Pertama, Bandung, 2008, hlm. 47.
17Lampiran 2 Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan

Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Minimal (SPM) Bidang Layanan Terpadu Bagi Perempuan
Nomor 01 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Dan Anak Korban Kekerasan.
Minimal Bidang Layanan Terpadu Bagi Perempuan Dan 18 Ibid.

Anak Korban Kekerasan Ringkasan Standar Pelayanan 19 Ibid.

38
Lex Administratum, Vol. IX/No. 2/Mar/EK/2021

memberikan efek jera kepada pelaku karena Penyalahgunaan Kekuasaan (Declaration of


sanksinya terlalu ringan.20 basic Principle of justice for victim of crime and
Kekerasan Seksual, meliputi tapi tidak abuse of power) mendefinisikan korban adalah:
terbatas pada:21 “Orang yang secara individual maupun
a. pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan kelompok telah menderita kerugian, termasuk
terhadap orang yang menetap dalam lingkup cedera fisik maupun mental, penderitaan
rumah tangga tersebut dan/atau pemaksaan emosional, kerugian ekonomi atau perampasan
hubungan seksual terhadap salah seorang yang nyata terhadap hak-hak dasarnya, baik
dalam lingkup rumah tangganya dengan karena tindakan (by act) maupun karena
orang lain, untuk tujuan komersial dan/atau kelalaian (by omission)”. Rancangan Deklarasi
tujuan tertentu (Pasal 8, UU PKDRT). dan Resolusi Konggres PBB ke-7 yang kemudian
b. dengan kekerasan atau ancaman kekerasan menjadi Resolusi MU-PBB 40/34.23
memaksa perempuan yang bukan istrinya Menurut Lampiran 2 Peraturan Menteri
bersetubuh dengan dia (KUHP Pasal 285). Negara Pemberdayaan Perempuan Dan
c. dengan kekerasan atau ancaman kekerasan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor
memaksa seseorang untuk melakukan atau 01 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan
membiarkan dilakukan perbuatan cabul Minimal Bidang Layanan Terpadu Bagi
(KUHP Pasal 289). Perempuan Dan Anak Korban Kekerasan
d. dengan sengaja melakukan kekerasan atau (Ringkasan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
ancaman kekerasan memaksa anak Bidang Layanan Terpadu Bagi Perempuan Dan
melakukan persetubuhan (Pasal 81 UU Anak Korban Kekerasan), hal. 22-23, dinyatakan
Perlindungan Anak). masih terbatasnya pemahaman aparat penegak
e. dengan sengaja melakukan kekerasan atau hukum baik dari jajaran Kepolisian, Kejaksaan
ancaman kekerasan, memaksa, melakukan dan Pengadilan tentang substansi peraturan
tipu muslihat, serangkaian kebohongan, perundang-undangan yang dimaksudkan untuk
atau membujuk anak untuk melakukan atau melindungi perempuan dan anak korban
membiarkan dilakukan perbuatan cabul kekerasan. Hal ini tentu akan mempengaruhi
(Pasal 82 UU Perlindungan Anak). pula kepada implementasi proses hukum atas
Anak korban kejahatan adalah anak anak- pemenuhan hak korban khususnya terkait sikap
anak yang menderita mental, fisik, sosial akibat dan keberpihakan aparat penyidik terhadap hak
perbuatan jahat yang dilakukan orang lain yang korban. Selain itu, hal yang mempengaruhi
mencari pemenuhan kepentingan diri yang pelaksanaan proses hukum adalah adanya
bertentangan dengan hak adan kewajiban kasus kekerasan terhadap perempuan yang
pihak korban. Misalnya menjadi korban laporan/pengaduannya dicabut kembali oleh
perlakuan salah (antara lain pelecehan), korban, dan selanjutnya aparat penegak hukum
penelantaran, perdagangan anak, pelacuran, menerima permintaan dari korban untuk tidak
pencabulan, penganiayaan, perkosaan baik melanjutkan perkaranya. Keterbatasan jumlah
yang dilakukan oleh ibu, bapak, saudara atau polisi untuk melakukan monitoring apa yang
anggota masyarakat lain.22 terjadi di kemudian hari antara pelaku dan
Menurut Deklarasi Prinsip-prinsip Dasar korban menyulitkan pencegahan terjadinya
Keadilan Bagi Korban Kejahatan dan pengulangan kasus kekerasan.24

20 Ibid.
21 Lampiran 2 Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan
Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik Indonesia 23Deklarasi Prinsip-prinsip Dasar Keadilan Bagi Korban
Nomor 01 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Kejahatan dan Penyalahgunaan Kekuasaan (Declaration of
Minimal Bidang Layanan Terpadu Bagi Perempuan Dan basic Principle of justice for victim of crime and abuse of
Anak Korban Kekerasan Ringkasan Standar Pelayanan power).
Minimal (SPM) Bidang Layanan Terpadu Bagi Perempuan 24Lampiran 2 Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan

Dan Anak Korban Kekerasan, hlm. 8. Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik Indonesia
22 Koesparmono Irsan, Hak Asasi Dikaitan dengen Nomor 01 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan
Penegakan Hukum, Dalam, Tapi Omas Ihromi,Sulistyowati Minimal Bidang Layanan Terpadu Bagi Perempuan Dan
Irianto, Dan Achie Sudiarto Luhulima, (Penyunting), Anak Korban Kekerasan (Ringkasan Standar Pelayanan
Penghapusan Diskriminasi Terhadap Wanita, Cetakan ke Minimal (SPM) Bidang Layanan Terpadu Bagi Perempuan
1, Alumni, Bandung, 2000, hlm. 259. Dan Anak Korban Kekerasan), hlm. 22-23.

39
Lex Administratum, Vol. IX/No. 2/Mar/EK/2021

B. Perlindungan Hak Untuk Memperoleh Salah satu praktik seks yang dinilai
Keadilan Bagi Perempuan Dan Anak menyimpang adalah bentuk kekerasan seksual.
Penyandang Disabilitas Yang Menjadi Artinya praktik hubungan seksual yang
Korban Kekerasan dilakukan dengan cara-cara kekerasan,
Tindakan kekerasan merupakan wujud bertentangan dengan ajaran dan nilai-nilai
penindasan dan pelanggaran hak asasi yang agama serta melanggar hukum yang berlaku,
dilakukan seseorang kepada orang lain, kekerasan ditunjukkan untuk membuktikan
kelompok tertentu kepada kelompok lain, bahwa pelakunya memiliki kekuatan baik fisik
orang dewasa, anak-anak, majikan kepada maupun non fisik dan kekuatannya dapat
pembantunya dan laki-laki kepada perempuan. dijadikan alat untuk melakukan usaha-usaha
Tindakan ini mencerminkan pihak yang kuat jahatnya itu.28
cenderung superior dan menempatkan pihak Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016
yang lemah sebagai korbannya.25 Tentang Penyandang Disabilitas, mengatur
Hubungan seksual yang dipaksakan mengenai Perempuan dan Anak yang menjadi
merupakan bentuk kekerasan yang korban kekerasan. Keadilan dan Per lindungan
mengakibatkan kerugian bagi korban. Hukum diatur dalam Pasal 28. Pemerintah dan
Kekerasan ini mencerminkan bahwa kekuatan Pemerintah Daerah wajib menjamin dan
fisik laki-laki merupakan faktor alamiah yang melindungi hak Penyandang Disabilitas sebagai
lebih hebat dibandingkan perempuan. Laki-laki subjek hukum untuk melakukan tindakan
telah tampil menjadi semacam kekuatan yang hukum yang sama dengan lainnya.
bercorak represif yang menempatkan Pasal 29. Pemerintah dan Pemerintah
perempuan sebagai korban. Kekuatan laki-laki Daerah wajib menyediakan bantuan hukum
yang lebih unggul secara fisik dibandingkan kepada Penyandang Disabilitas dalam setiap
dengan perempuan telah salah digunakan pemeriksaan pada setiap lembaga penegak
untuk melecehkan, menindas dan menodai hukum dalam hal keperdataan dan/atau pidana
hak-hak asasi perempuan. Perempuan akhirnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
menempati posisi sebagai subordinasi undangan.
26
kebutuhan seksual laki-laki. Pasal 30 ayat:
Kekerasan yang seringkali dialami anak di (1) Penegak hukum sebelum memeriksa
daerah perdesaan dan perkotaan memiliki pola Penyandang Disabilitas wajib meminta
yang sama. Jenis tindak kekerasan yang paling pertimbangan atau saran dari:
tinggi adalah penganiayaan yaitu sekitar 48% a. dokter atau tenaga kesehatan lainnya
dialami anak-anak di perkotaan dan sekitar mengenai kondisi kesehatan;
57,3% dialami anak-anak di perdesaan. b. psikolog atau psikiater mengenai
Kemudian kekerasan lainnya yang cukup tinggi kondisi kejiwaan; dan/atau
adalah penghinaan, pelecehan seksual, dan c. pekerja sosial mengenai kondisi
penelantaran. Lebih ironis lagi 51,9% korban psikososial.
kekerasan tersebut mengalami tidak hanya (2) Dalam hal pertimbangan atau saran
sekali tetapi beberapa kali kekerasan. Angka sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
prevalensi kekerasan terhadap anak secara memungkinkan dilakukan
nasional ini dapat dijadikan panduan untuk pemeriksaan,maka dilakukan penundaan
menentukan prevalensi angka kekerasan hingga waktu tertentu.
terhadap anak untuk masing-masing daerah di Pasal 31.Penegak hukum dalam melakukan
Indonesia.27 pemeriksaan terhadap anak penyandang
disabilitas wajib mengizinkan kepada orang tua
25Abdul Wahid dan Muhammad Irfan, Op.Cit, hlm. 54. atau keluarga anak dan pendamping atau
26 Ibid, hlm. 46. penerjemah untuk mendampingi anak
27Lampiran 2 Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan
penyandang disabilitas.
Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Menurut Kamus Hukum, pemeriksaan, ialah:
Nomor 01 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Layanan Terpadu Bagi Perempuan Dan
“proses, cara perbuatan memeriksa suatu
Anak Korban Kekerasan Ringkasan Standar Pelayanan
Minimal (SPM) Bidang Layanan Terpadu Bagi Perempuan
Dan Anak Korban Kekerasan, hal. 12. 28Abu Huraerah, Op.Cit, hlm. 60

40
Lex Administratum, Vol. IX/No. 2/Mar/EK/2021

proses atau upaya penyelidikan; pengusutan dan perlindungan hukum untuk Penyandang
perkara dan sebagainya”.29 Perkara pidana, Disabilitas meliputi hak:
strafzaak, ialah delik yang merupakan objek a. atas perlakuan yang sama di hadapan
pemeriksaan peradilan pidana.30 hukum;
Sistem peradilan pidana itu sendiri diartikan a. diakui sebagai subjek hukum;
sebagai suatu sistem dalam suatu masyarakat b. memiliki dan mewarisi harta bergerak atau
untuk menanggulangi kejahatan. tidak bergerak;
Menanggulangi di sini berarti usaha untuk c. mengendalikan masalah keuangan atau
mengendalikan kejahatan agar berada dalam menunjuk orang untuk mewakili
batas-batas toleransi masyarakat. Sistem ini kepentingannya dalam urusan keuangan;
dianggap berhasil apabila sebagian besar dari d. memperoleh akses terhadap pelayanan jasa
laporan maupun keluhan masyarakat yang perbankan dan nonperbankan;
menjadi korban kejahatan dapat “diselesaikan” e. memperoleh penyediaan Aksesibilitas dalam
dengan diajukannya pelaku kejahatan ke sidang pelayanan peradilan;
pengadilan dan diputus bersalah serta f. atas pelindungan dari segala tekanan,
mendapat pidana.31 kekerasan, penganiayaan,Diskriminasi,
Sebagai suatu sistem masyarakat, sistem dan/atau perampasan atau pengambilalihan
peradilan pidana bertujuan untuk: (a) hak milik;
mencegah masyarakat menjadi korban g. memilih dan menunjuk orang untuk
kejahatan; (b) menyelesaikan kasus kejahatan mewakili kepentingannya dalam hal
yang terjadi sehingga masyarakat puas, bahwa keperdataan di dalam dan di luar
keadilan telah ditegakkan dan yang bersalah di pengadilan; dan
pidana; (c) mengusahakan agar mereka yang h. dilindungi hak kekayaan intelektualnya.
pernah melakukan kejahatan tidak mengulangi Penganiayaan dan kekerasan terhadap isteri
lagi kejahatannya.32 juga menjadi bukti bahwa hak-hak perempuan
Bila mengacu kepada tujuan sistem di dalam rumah tangga telah terabaikan dari
peradilan pidana itu, bisa diartikan sebagai perbincangan hak-hak asasi manusia. Seorang
usaha mencegah dan menanggulangi perempuan pernah mengadu ke LBH karena
kejahatan. Di sini pelaku dijatuhi pidana dan polisi menolak pengaduannya sebab yang
direhabilitasi serta dilindunginya korban dan melakukan penganiayaan terhadapnya adalah
masyarakat. Adapun subsistem yang bekerja suaminya sendiri. Meskipun pada tahun 1984
sama di dalam sistem peradilan pidana adalah: telah diratifikasi Konvensi tentang Penghapusan
Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan dan Lembaga Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap
Pemasyarakatan. Dari keempat instansi ini yang Perempuan dengan Undang-Undang Nomor 7
sangat berkaitan dengan proses dijatuhkannya Tahun 1984, karena kebijakan umum serta
pidana penjara adalah kepolisian sebagai berbagai peraturan yang ada saat ini masih
penyidik, jaksa penuntut umum dan hakim. mencerminkan kuatnya nilai-nilai patriarki
Ketiga sub sistem ini selalu identik dengan dalam pelaksanaannya pun banyak terjadi
penegak hukum dalam arti bahwa ketiga diskriminasi dan eksploitasi.34
instansi ini yang menentukan seseorang itu Masyarakat kita bersifat patriarkhis atau
dijatuhi hukuman atau tidak, utamanya merupakan masyarakat di mana pria dominan
hakim.33 sifatnya, sehingga ketentuan-ketentuan hukum
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 dalam proses penyusunannya banyak yang
Tentang Penyandang Disabilitas, Hak Keadilan mengandung bias terhadap pria atau yang
dan Perlindungan Hukum. Pasal 9. Hak keadilan menjadi ukuran penentu adalah penilaian pria.
Sebagai contoh perumusan artikel 285 Kitab
Undang-undang Hukum Pidana: “Barang siapa
29Sudarsono, Op.Cit, hlm. 346.
30Andi Hamzah, Op.Cit, hlm. 118.
31Petrus Irwan Panjaitan & Chairijah, Pidana Penjara 34Nursyahbani Katjasungkana, Hukum dan Perempuan di
Dalam Perspektif Penegak Hukum Masyarakat dan Indonesia, Dalam, Tapi Omas Ihromi, Sulistyowati Irianto
Narapidana, CV. Indhili. Co, Jakarta, Juni 2009, hlm. 55-56. dan Achie Sudiarti Luhulima, (Penyunting) Penghapusan
32Ibid, hlm. 56. Diskriminasi Terhadap Wanita, Cetakan ke-l. Alumni,
33 Ibid, hlm. 56. Bandung, 2000, hlm. 84-85.

41
Lex Administratum, Vol. IX/No. 2/Mar/EK/2021

dengan kekerasan atau ancaman kekerasan Selain ketentuan tentang Pasal 352 KUHP
memaksa seseorang wanita bersetubuh dengan dan 354 KUHP, terdapat beberapa pasal lagi
dia di luar perkawinan diancam karena yang berkaitan dengan penganiayaan, seperti:
melakukan perkosaan dengan pidana paling 1. Pasal 351 KUHP tentang penganiayaan;
lama 12 tahun”. Ketentuan ini jelas dirumuskan 2. Pasal 353 KUHP tentang penganiayaan yang
dari segi kepentingan pria. Apakah wanita yang direncanakan;
berada dalam perakwinan berarti dapat dipaksa 3. Pasal 355 tentang penganiayaan berat yang
melakukan persetubuhan oleh suami.35 direncanakan; dan
Pengertian kekerasan secara yuridis dapat 4. Pasal 356 KUHP tentang penganiayaan yang
dilihat pada Pasal 89 Kitab Undang-Undang dilakukan terhadap ayah, ibu suami, istri,
Hukum Pidana (KUHP), yaitu: “Membuat orang atau anaknya maka ancaman hukumanya
pingsan atau tidak berdaya disamakan dengan ditambah dengan sepertiganya.38
mengunakan kekerasan”. Pingsan diartikan Ketentuan-ketentuan tersebut memang
hilang ingatan atau tidak sadar akan dirinya. tidak secara ekplisit mengatur tentang
Kemudian yang dimaksud dengan tidak berdaya kekerasan dalam keluarga, tetapi setidaknya
dapat diartikan tidak mempunyai kekuatan atau dapat digunakan untuk mengadukan para
tenaga sama sekali sehingga tidak mampu pelaku ke polisi dan sebagai dasar berperkara
mengadakan perlawanan sama sekali, tetapi pidana dipengadilan.39
seseorang yang tidak berdaya itu masi dapat Menurut laporan yang diterbitkan The
mengetahui yang terjadi pada dirinya.36 World Health Organization (Organisasi
Perbuatan kekerasan seperti tersebut diatas Kesehatan Dunia) dan Bank Dunia pada tahun
dapat dikatakan penganiayaan-pengaiayaan di 2011 dalam Pedoman Untuk Perusahaan
dalam KUHP digolongan menjadi dua yaitu; memperkirakan ada sekitar satu juta orang di
1. Penganiayaan berat yang diatur dalam Pasal dunia yang lahir dan hidup dengan bentuk
354 KUHP dan memiliki keterbatasan fisik/cacat atau bisa
2. Penganiayaan ringan dalam Pasal 352 KUHP. disebut dengan disabilitas. Dua hingga empat
Pengertian penganiayaan berat adalah persen dari mereka diantaranya mengalami
apabila perbuatannya mengakibatkan luka kesulitan dalam melakukan kegiatan sehari-
berat seperti yang diatur dalam Pasal 90 KUHP. hari. Bank Dunia juga memperkirakan terdapat
Menurut Pasal 90 KUHP, luka berat dirumuskan dua puluh persen dari kaum miskin dunia
sebagai berikut: merupakan penyandang disabilitas. Menurut
1. Jatuh sakit atau dapat luka yang tidak PBB, delapan puluh persen dari penyandang
memberi harapan akan sembuh atau yang disabilitas hidup di bawah garis kemiskinan.
menimbulkan bahaya maut; Sebagian besar dari mereka tinggal di daerah
2. Tidak mampu terus-menerus untuk pedesaan dimana akses terhadap pelayanan
menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan pemerintah sangat terbatas. Dalam TNP2K
pencaharian; (2012) menyatakan bahwa di Indonesia tidak
3. kehilangan salah satu pancaindra; kurang dari 24 juta atau sekitar sepuluh persen
4. mendapat cacat berat; dari total jumlah penduduk Indonesia
5. menderita sakit lumbuh; merupakan kaum difabel. Dan PPLS (2011)
6. terganggu daya pikir selama empat minggu; menyatakan bahwa enam puluh persennya
7. gugurnya/mati kandungan seorang hidup dalam kemiskinan asbsolut dengan
perempuan.37 jumlah pendapatan kurang dari USD1. 25 per
hari.40
Ironisnya, perkiraan jumlah penyandang
35Tapi Omas Ihromi, Hukum, Jender dan Diskriminasi disabilitas di seluruh dunia ini semakin hari
Terhadap Wanita, Dalam, Tapi Omas Ihromi, Sulistyowati semakin bertambah seiring dengan
Irianto dan Achie Sudiarti Luhulima, (Penyunting) bertambahnya usia populasi dunia maupun
Penghapusan Diskriminasi Terhadap Wanita, Cetakan ke-l. penyebaran penyakit kronis yang cukup pesat
Alumni, Bandung, 2000.hlm. 68-69.
36Rika Saraswati, Perempuan dan Penyelesaian Kekerasan

Dalam Rumah Tangga, Cetakan Ke II. PT. Citra Aditya 38 Ibid, hlm. 14.
Bakti, Bandung, 2009, hlm. 13. 39Ibid.
37 Ibid, hlm. 13-14. 40 Ekawati Rahayu Ningsih. Op.Cit. hlm. 73.

42
Lex Administratum, Vol. IX/No. 2/Mar/EK/2021

akhir-akhir ini. Karena keterbatasan fisik


tersebut, maka tidak jarang para penyandang PENUTUP
disabilitas seringkali menghadapi kemiskinan A. Kesimpulan
dan pengangguran yang cukup besar 1. Perlindungan hukum terhadap
jumlahnya. Sebagai sesama manusia, sudah perempuan dan anak penyandang
selayaknya kondisi ini menjadi tanggung jawab disabilitas yang menjadi korban
bersama dan pekerjaan rumah yang harus kekerasan, Pemerintah dan Pemerintah
diselesaikan segera.41 Daerah wajib menyediakan unit layanan
Pancasila sebagai landasan filosofis informasi dan tindak cepat untuk
ketatanegeraan Republik Indonesia menjamin perempuan dan anak penyandang
kehidupan dan penghidupan bagi seluruh disabilitas yang menjadi korban
warga negara akan prinsip keadilan, kekerasan dan memberikan Pelindungan
sebagaimana termuat dalam Pancasila sila ke-5, khusus terhadap perempuan dan anak
“Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat penyandang disabilitas sesuai dengan
Indonesia.” Dalam Undang-Undang Dasar ketentuan peraturan perundang-
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 1 undangan.
ayat (3) di atur bahwa, “Indonesia adalah 2. Perlindungan hak untuk memperoleh
negara hukum”. Salah satu unsur dalam negara keadilan bagi perempuan dan anak
hukum adalah adanya pengakuan dan penyandang disabilitas yang menjadi
perlindungan terhadap hak asasi manusia dan korban kekerasan, dilaksanakan oleh
jaminan persamaan di hadapan hukum, Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang
sehingga semua warga negara memiliki hak wajib menjamin dan melindungi hak
untuk di perlakukan sama di hadapan hukum Penyandang Disabilitas sebagai subjek
(equality before the law).42 hukum untuk melakukan tindakan hukum
Sebagai bagian dari masyarakat Indonesia, yang sama dengan lainnya. Pemerintah
penyandang disabilitas juga memiliki dan Pemerintah Daerah wajib
kedudukan, hak, kewajiban dan peran yang menyediakan bantuan hukum kepada
sama dalam segala aspek kehidupan dan Penyandang Disabilitas dalam setiap
penghidupan. Sebagaimana tertuang dalam pemeriksaan pada setiap lembaga
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang penegak hukum dalam hal keperdataan
Penyandang Disabilitas yang menjamin hak dan dan/atau pidana sesuai dengan
kesempatan penyandang disabilitas terpenuhi, ketentuan peraturan perundang-
mulai dari hak hidup, pekerjaan, pendidikan, undangan.
hingga akses fasilitas. Penyelenggaraan
kesejahteraan sosial ditujukan untuk B. Saran
meningkatkan kualitas kehidupan dan 1. Pelaksanaan perlindungan hukum
kesejahteraan sosial, termasuk penyandang terhadap perempuan dan anak
disabilitas. Oleh karena itu, diperlukan adanya penyandang disabilitas yang menjadi
berbagai upaya nyata agar kesetaraan taraf korban kekerasan, memerlukan
hidup penyandang disabilitas dengan warga dukungan Pemerintah dan Pemerintah
negara Indonesia lainnya dapat terwujud, Daerah untuk menyediakan rumah aman
terpadu dan berkesinambungan yang pada yang mudah diakses untuk perempuan
akhirnya dapat menciptakan kemandirian dan dan anak penyandang disabilitas yang
kesejahteraan hidup bagi penyandang menjadi korban kekerasan.
disabilitas.43 2. Perlindungan hak untuk memperoleh
keadilan bagi perempuan dan anak
41 Ibid. penyandang disabilitas yang menjadi
42http://www.adobe.com/go/reader9_create_pdf.
korban kekerasan memerlukan dukungan
Muhammad Amin. Pemenuhan Hak-Hak Penyandang penegak hukum agar sebelum memeriksa
Tuna Daksa Untuk Mendapatkan Pendidikan Dan
Pelatihan Keterampilan (Studi Panti Sosial Bina Daksa
Wirajaya Makassar). hlm. 83. Indonesia. Lentera Hukum, Volume 6 Issue 1 (2019), pp.
43Moh.Syaiful Rahman dan Rosita Indrayati. Hak Pilih 151-162 ISSN: 2355-4673 (Print) 2621-3710 (Online).
Penyandang Disabilitas dalam Pemilihan Umum di hlm.159-160.

43
Lex Administratum, Vol. IX/No. 2/Mar/EK/2021

penyandang disabilitas wajib meminta Irsan Koesparmono, Hak Asasi Dikaitan dengen
pertimbangan atau saran dari dokter Penegakan Hukum, Dalam, Tapi Omas
atau tenaga kesehatan lainnya mengenai Ihromi,Sulistyowati Irianto, Dan Achie
kondisi kesehatan atau psikolog dan Sudiarto Luhulima, (Penyunting),
psikiater mengenai kondiskejiwaan. Penghapusan Diskriminasi Terhadap
Dalam hal pertimbangan atau saran tidak Wanita, Cetakan ke 1, Alumni, Bandung,
memungkinkan dilakukan pemeriksaan, 2000.
maka dilakukan penundaan hingga waktu Katjasungkana Nursyahbani, Hukum dan
tertentu. Perempuan di Indonesia, Dalam, Tapi
Omas Ihromi, Sulistyowati Irianto dan
DAFTAR PUSTAKA Achie Sudiarti Luhulima, (Penyunting)
Alfaris Ramadhana Muhammad. Payung Hukum Penghapusan Diskriminasi Terhadap
Penyandang Disabilitas Dalam Konteks Wanita, Cetakan ke-l. Alumni, Bandung,
Dukungan Dan Aksesibilitas Terhadap 2000.
Pembangunan Sosial Berkelanjutan. Widya Kansil,C.S.T., Christine S.T. Kansil, Engelien R.
Yuridika Jurnal Hukum, Volume 1 /Nomor Palandeng dan Godlieb N. Mamahit,
2/Desember 2018. Kamus Istilah Aneka Hukum, Edisi
Astuti Mulia. Tinjauan Yuridis Dan Empiris Pertama, Cetakan Kedua, Jala Permata
Pemenuhan Hak Hak Penyandang Aksara, Jakarta, 2010.
Disabilitas Berat (Juridical And Empirical Krisnawati Emeliana, Aspek Perlindungan Anak .
Review Of The Fulfillment Of The Rights Of CV. Utomo, Bandung, 2005.
Persons With Severe Disabilities) Sosio Marbun Rocky, Deni Bram, Yuliasara Isnaeni
Informa Vol. 2, No. 03, September - dan Nusya A., Kamus Hukum Lengkap
Desember, Tahun 2016. Kesejahteraan (Mencakup Istilah Hukum & Perundang-
Sosial. Undangan Terbaru, Cetakan Pertama,
Deklarasi Prinsip-prinsip Dasar Keadilan Bagi Visimedia, Jakarta. 2012.
Korban Kejahatan dan Penyalahgunaan Mauna Boer, Hukum Internasional Pengertan
Kekuasaan (Declaration of basic Principle Peranan dan Fungsi Dalam Era Dinamika
of justice for victim of crime and abuse of Global, Alumni, Bandung, 2001.
power). Muhadar, Edi Abdullah dan Husni Thamrin,
Gosita Arif, Kumpulan Makalah Masalah Perlindungan Saksi & Korban Dalam Sistem
Korban, Akademika Presindo, Peradilan Pidana, Putra Media Nusantara,
Jakarta,2003. Surabaya, 2009.
Hamzah Andi, Terminologi Hukum Pidana, Muhamad Abdulkadir, Hukum dan Penelitian
(Editor) Tarmizi, Ed. 1. Cet. 1. Sinar Grafika, Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.
Jakarta, 2008. 2004.
Howard R.E., HAM Penjelajahan Dalih Ningsih Rahayu Ekawati. Mainstreaming Isu
Relativisme Budaya, PT Pustaka Utama Disabilitas di Masyarakat dalam Kegiatan
Grafiti, Jakarta, 2000. Penelitian Maupun Pengabdian Pada
Huraerah Abu, Kekerasan Terhadap Anak, Masyarakat di Stain Kudus. Jurnal
Cetakan I, Penerbit Nuansa. Bandung, Juli Penelitian, Vol. 8, No. 1, Februari 2014.
2006. Nuh Muhammad. Etika Profesi Hukum. CV.
Husni Lalu, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Pustaka Setia. Bandung. 2011.
Indonesia, Edisi Revisi, PT. Raja Grafindo, Nuraeny Henny, Tindak Pidana Perdagangan
Jakarta, 2008. Orang, (Kebijakan Hukum Pidana dan
Ihromi Omas Tapi, Hukum, Jender dan Pencegahannya), Cetakan Pertama, Sinar
Diskriminasi Terhadap Wanita, Dalam, Tapi Grafika, Jakarta, 2011.
Omas Ihromi, Sulistyowati Irianto dan Panjaitan Irwan Petrus & Chairijah, Pidana
Achie Sudiarti Luhulima, (Penyunting) Penjara Dalam Perspektif Penegak Hukum
Penghapusan Diskriminasi Terhadap Masyarakat dan Narapidana, CV. Indhili.
Wanita, Cetakan ke-l. Alumni, Bandung, Co, Jakarta, Juni 2009.
2000.

44
Lex Administratum, Vol. IX/No. 2/Mar/EK/2021

Rahman Syaiful Moh. dan Rosita Indrayati. Hak


Pilih Penyandang Disabilitas dalam
Pemilihan Umum di Indonesia. Lentera
Hukum, Volume 6 Issue 1 (2019), pp. 151-
162 ISSN: 2355-4673 (Print) 2621-3710
(Online).
Sahetapy J.E., Victimologi sebuah Bunga
Rampai, Sinar Harapan, Jakarta, 1987.
Salam Faisal Moch, Peradilan HAM di Indonesia,
Pustaka, Bandung, 2002.
Saraswati Rika, Perempuan dan Penyelesaian
Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Cetakan
Ke II. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2009.
Savitri Niken, HAM Perempuan (Kritik Teori
Hukum Feminis Terhadap KUHP), PT.
Refika Aditama, Cetakan Pertama,
Bandung, 2008.
Soeroso Hadiati Moerti, Kekerasan Dalam
Rumah Tangga (KDRT), Cetakan Pertama,
Sinar Grafika, Jakarta, 2010.
Sulaeman Munandar M. dan Siti Homzah,
Kekekerasan Terhadap Perempuan
(Tinjauan Dalam Berbagai Disiplin Ilmu &
Kasus Kekerasan, Cetakan Pertama, PT.
Refika Aditama, Bandung, 2010.
Sudarsono, Kamus Hukum, Cetakan 6. Rineka
Cipta, Jakarta, 2009.
Suratman, H dan Philips Dillah, Metode
Penelitian Hukum, Alfabeta, Bandung,
2012.
Tutik Triwulan Titik, Pengantar Hukum Perdata
di Indonesia, Cetakan Pertama, Jakarta,
2006.
Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di
Indonesia. Penerbit Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta. 2001.
Wahid Abdull dan Muhammad Irfan,
Perlindungan Korban Kekerasan Seksual
(Advokasi Atas Hak Asasi Manusia) PT.
Refika Aditama, Cetakan Kedua. Bandung,
2011.
Zein Ahmad Yahya, Problematika Hak Asasi
Manusia, Edisi Pertama. Cetakan Pertama,
Liberty. Yogyakarta. 2012.
Internet
http://www.adobe.com/go/reader9_create_pd
f. Muhammad Amin. Pemenuhan Hak-Hak
Penyandang Tuna Daksa Untuk
Mendapatkan Pendidikan Dan Pelatihan
Keterampilan (Studi Panti Sosial Bina
Daksa Wirajaya Makassar).

45

Anda mungkin juga menyukai