Anda di halaman 1dari 8

Tugas

BANTUAN HUKUM

Judul :

JAMINAN KONSTITUTIONAL HAK ATAS KEPASTIAN HUKUM DAN PERLAKUAN


SAMA DI DEPAN HUKUM

Oleh :

Kelompok 5

Uday Saddam 2113020024

M. Haris Ramadhan 2113020033

Dosen Pembimbing :

Muhammad Fauzan Azim, S. HI., M.H.

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB

FAKULTAS SYARIAH

UIN IMAM BONJOL PADANG

2023-2024
JAMINAN KONSTITUTIONAL HAK ATAS KEPASTIAN HUKUM DAN PERLAKUAN
SAMA DIDEPAN HUKUM

A. PENDAHULUAN

Adanya jaminan konstitutional hak atas kepastian hukum memiliki beberapa alasan
dan manfaat penting dalam suatu sistem hukum dan dalam masyarakat umum. Jaminan
konstitutional hak atas kepastian hukum adalah prinsip dasar dalam banyak sistem hukum
demokratis. Ini berarti bahwa setiap individu, tanpa memandang latar belakang, jenis
kelamin, agama, atau faktor-faktor lainnya, memiliki hak yang sama untuk diperlakukan
dengan adil dan sama oleh hukum. Jaminan konstitututional hak atas kepastian hukum dan
perlakuan yang sama didepan hukum adalah landasan penting dalam menjaga kedaulatan
hukum, hak asasi manusia, dan keadilan dalam masyarakat. Ini juga penting untuk mencegah
penyalahgunaan kekuasaan oleh pemerintah atau individu-individu yang memiliki kekuasaan
dalam sistem hukum.

Masalah bantuan hukum tentu bagi kalangan yang memiliki kemampuan secara
ekonomi dapat menunjuk advokat jika dibutuhkan untuk membela kepentingannya.
Sedangkan bagi kalangan miskin (the poor) yang tidak memiliki kemampuan secara ekonomi
tidak dapat menunjuk advokat sebagaimana yang dilakukan oleh kelompok yang memiliki
kemampuan secara ekonomi. Menjamin hak masyarakat mendapatkan bantuan hukum
khususnya bagi masyarakat miskin negara memiliki kewajiban untuk menyediakannya. Hal
ini sebagai konsekuensi logis dari pengakuan negara yang mengatakan “segala warga negara
bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu tidak ada kecualinya (pasal 27 ayat 1 UUD 1945)”. Pasal 34 ayat (1) UUD
1945 menegaskan “fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara”. Hal ini
dapat ditafsirkan bahwa negara bertanggung jawab memberikan perlindungan dan pengakuan
terhadap hak-hak fakir miskin. 1

Jaminan dan perlindungan hukum serta bantuan hukum diatur dalam Deklarasi
Universal Hak-Hak Asasi Manusia tahun 1948 yang mengakui hak setiap orang untuk diakui
didepan hukum sebagai manusia pribadi, dimana saja ia berada, dan jaminan setiap orang
sama di depan hukum dan mempunyai hak atas perlindungan hukum yang sama tanpa
diskriminasi. Dalam konvensi hak-hak Sipil dan Politik 1966 Pasal 14 ayat (3) huruf d
disebutkan “dalam menentukan tindak pidana yang dituduhkan padanya, setiap orang berhak
1
Frans Hendra Winarta, Hak Konstitutional Fakir Miskin untuk Memperoleh Bantuan Hukum dalam Rangka
Pembangunan Hukum Nasional, Universitas Padjajaran, 2007, h.7
atas jaminan-jaminan minimal berikut ini, dalam persamaan yang penuh untuk membela diri
secara langsung atau melalui pembela yang dipilihnya sendiri, untuk diberitahukan tentang
hak ini bila ia tidak mempunyai pembela dan untuk mendapatkan bantuan hukum demi
kepentingan keadilan, dan tanpa membayara jika ia tidak memiliki dana yang cukup untuk
membayarnya”.

B. PEMBAHASAN

1. Pengertian Hak Konstitutional

Hak konstitutional adalah adalah hak yang dimiliki oleh setiap warga negara yang
sesuai dan dijamin oleh konstitusi yang berlaku dinegaranya masing-masing. Hak
konstitutional menurut I Dewa Gede Palguna diartikan sebagai hak-hak yang dijamin oleh
konstitusi atau undang-undang dasar, baik jaminan itu dinyatakan secara tegas maupun
tersirat. Karena dicantumkan dalam konstitusi atau undang-undang maka ia menjadi
bagian dari konstitusi atau undang-undang dasar sehingga seluruh cabang kekuasaan
negara wajib tunduk dan menghormatinya. Oleh sebab itu, pengakuan dan penghormatan
terhadap hak-hak konstitutional sebagai bagian dari konstitusi sekaligus juga berarti
pembatasan terhadap kekuasaan negara. 2

Ada beberapa hal penting sebagai karakteristik Hak Konstitutional :

a. hak konstitutional memiliki sifat fundamental. Sifat fundamental itu diperoleh


bukan karena menurut sejarahnya hak-hak itu bermula dari doktrin hak-hak
individual barat tentang hak-hak alamiah melainkan karena ia dijamin oleh
dan menjadi bagian dari konstitusi tertulis yang merupakan hukum
fundamental.
b. Hak konstitutional merupakan bagian dari dan dilindungi oleh konstitusi
tertulis, harus dihormati oleh seluruh cabang kekuasaan negara legislatif,
eksekutif, dan yudikatif. Oleh karena itu, tidak ada satu orang pun boleh
bertindak bertentangan dengan hak konstitutional.
c. Karena sifat fundamental dari hak konstitutional itu maka setiap tindakan
organ negara yang bertentangan dengan atau melanggar hak itu harus dapat
dinyatakan batal oleh pengadilan.

2
I Dewa Gede Palguna, Pengaduan Konstitutional Upaya hukum terhadap Pelanggaran Hak-Hak Konstitutional
Warga Negara, Sinar Grafika, Jakarta, 2013, hlm. 11
d. Perlindungan yang diberikan oleh konstitusi bagi hak konstitutional adalah
perlindungan terhadap perbuatan pelanggaran oleh negara, bukan terhadap
perbuatan atau pelanggaran oleh individu lain.

Hak konstitutional warga negara yang meliputi HAM dan hak warga negara yang
dijamin dalam UUD NRI 1945 berlaku bagi setiap warga negara Indonesia. Hal itu dapat
dilihat dari perumusannya yang menggunakan frasa “setiap orang”, “segala warga negara”,
“tiap-tiap warga negara”, yang menunjukan bahwa hak konstitutional dimiliki oleh setiap
individu warga negara tanpa perbedaan, baik berdasarkan suku, agama dan keyakinan politik
ataupun jenis kelamin.3

Perlindungan terhadap hak konstitutional juga berkaitan dengan teori kedaulatan


rakyat. Teori kedaulatan rakyat menjadi alternatif atas terjadinya sekularisasi (pemisahan
dasar kekuasaan raja dari tuhan). Didalam teori ini, dikatakan bahwa raja atau pemerintah itu
berkuasa bukan karena tuhan melainkan karena Social Contract dimana rakyat meresidukan
sebagian hak asasi manusia untuk diurus oleh pemimpin demi kepentingan bersama. 4

Pembatasan hak kontitusional adalah praktek yang umum dalam hukum konstitutional
di berbagai negara untuk menjaga keseimbangan antara individu dan kepentingan masyarakat
yang lebih luas. Pembatasan ini dapat diterapkan pada berbagai hak konstitutional tergantung
pada perundang undangan dan konstitusi negara tertentu ada beberap alasan dan prinsip yang
mendasari pembatasan hak dasar konstitutional yang diantaranya :

1. Keamanan Nasional

Salah satu alasan utama untuk membatasi hak adalah untuk menjaga
keamanan nasional. Dalam situasi darurat atau ancaman serius terhadap keamanan negara,
pemerintah dapat membatasi beberapa hak individu, seperti hak atas kebebasan berbicara atau
hak atas privasi, untuk melindungi negara dan warganya.

2. perlindungan hak orang lain

Hak-hak individu sering dibatasi ketika penggunaan hak tersebut dapat merugikan hak orang
lain. Contohnya, hak atas kebebasan berbicara tidak melindungi fitnah atau pencemaran nama
baik.

3. kesehatan dan keselamatan publik


3
Adam Mushi, Teologi Konstitusi, Lkis Pelangi Aksara, Yogyakarta, 2015, hlm. 21
4
Benito Ashdie Kodiyat. Kewenangan Makhamah Konstitusi dalam Perlindungan Hak Konstitutional Warga
Negara Melalui Konstitutional Complaint, Volume 4, Jurnal Ilmu Hukum Fakultas Hukum UMSU, 2019, hlm. 164
Pembatasan hak konstitusional juga dapat dilakukan untuk melindungi kesehatan dan
keselamatan publik. Misalnya, dalam konteks pandemi, pemerintah dapat mengambil
tindakan yang membatasi kebebasan bergerak individu atau mengharuskan penggunaan
masker demi melindungi kesehatan masyarakat.

4. Keseimbangan Kepentingan

Seringkali, terdapat keseimbangan antara hak individu dan kepentingan masyarakat


yang lebih luas. Keputusan pengadilan biasanya harus mempertimbangkan apakah
pembatasan hak konstitusional tersebut merupakan tindakan yang proporsional dan
diperlukan dalam mencapai tujuan yang sah.

5. Wewenang Konstitusional dan Undang-Undang

Pembatasan hak konstitusional harus didasarkan pada wewenang yang diberikan oleh
konstitusi atau undang-undang. Pemerintah tidak boleh sewenang-wenang membatasi hak-
hak individu tanpa dasar hukum yang kuat

6. Hak-Hak Terbata
Tidak semua hak konstitusional dapat dibatasi dengan mudah. Beberapa hak, seperti
hak atas kebebasan dari perlakuan yang kejam dan tidak manusiawi, sering kali diberikan
status yang sangat kuat dan hanya dapat dibatasi dalam keadaan tertentu yang sangat terbatas.
7. Uji Pengadilan
Pembatasan hak konstitusional sering kali dapat diperiksa oleh pengadilan.
Pengadilan dapat menguji apakah pembatasan tersebut sesuai dengan hukum konstitusi dan
apakah merupakan tindakan yang proporsional dalam situasi yang diberikan.
Pembatasan hak konstitutional terdapat pada pasal 28 J UUD 1945 :
1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata
untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain
dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai
agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.5
2. Perlakuan Sama Didepan Hukum
Sebagai negara hukum, Indonesia harus menjalankan prinsip-prinsip dari pada hak
asasi manusia. Dimana pasca Amandemen UUD NRI 1945 dan reformasi, perkembangan
positif terhadap perlindungan HAM di Indonesia semakin gencar disuarakan. Salah satu
unsur HAM yang diakui di Indonesia adalah kedudukan yang sama di hadapan hukum.
Didalam konstitusi Indonesia Pasal 28 D yang berbunyi “setiap orang berhak atas pengakuan,
jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan sama dihadapan
hukum”. Selain itu, Pasal 27 ayat (1) “segala warga negara bersamaan kedudukannya didepan
5
Guntur Hamzah, Jaminan Hak Konstitutional Warga Negara dan Hukum Acara Makhamah Konstitusi, Pusat
Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Makhamah Konstitusi RI, 2022, hlm. 5
hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak
ada kecualinya”.
Konsep persamaan dimuka hukum sederhananya adalah bahwa semua orang sama
didepan hukum. Persamaan di depan hukum atau Equality Before the Law merupakan salah
satu asas terpenting dalam hukum modern.6 Persamaan dimuka hukum merupakan suatu asas
yang bersifat tidak konkrit. Prof. Ramly Hutabarat menyatakan ”Suatu mata rantai antara hak
dan kewajiban yang harus berfungsi menurut kedudukannya masing-masing. Kesamaan
dihadapan hukum berarti setiap warga negara harus diperlakukan adil oleh aparat penegak
hukum dan pemerintah dengan tujuan adalah nilai keadilan yang harus diwujudkan dalam
praktik”.
Dalam prakteknya, penegakan persamaan dimuka hukum sulit tercapai terutama jika
yang terkandung suatu kasus hukum adalah golongan masyarakat yang tidak mampu atau
miskin pada umumnya tidak mengetahui hukum (buta hukum). Mereka yang tidak mampu
bahkan buta hukum ini terkadang tidak mengetahui hak-hak mereka yang pada dasarnya
sudah diatur dalam undang-undang karena sebagian besar dari mereka terpaku dengan
anggapan bahwa ketika mereka ingin membela hak-hak mereka, mereka harus mengeluarkan
biaya besar yang mungkin untuk makan saja mereka masih kesulitan. Hal ini dilatar
belakangi oleh sangat minimnya sosialisasi terkait hak-hak mereka ketika menghadapi kasus-
kasus hukum. Terlebih lagi, maraknya stigma mahalnya biaya untuk membayar jasa advokat
atau pengacara.
Lembaga bantuan hukum merupakan lembaga non profit yang pendiriannya bertujuan
untuk memberikan pelayanan bantuan hukum secara gratis kepada masyarakat yang
membutuhkan bantuan hukum, namum tidak mampu bahkan yang tidak mengerti hukum.
Melalui gerakan bantuan hukum kita harus merebut hak asasi manusia rakyat miskin yang
telah cukup lama ditawan orang-orang kaya, meski harus disadari bahwa bantuan hukum saja
tidak cukup.
Bantuan hukum berdasarkan ketentuan UU No. 16 tahun 2011 tentang bantuan hukum
Pasal 1 angka 1 disebutkan bahwa bantuan hukum merupakan jasa hukum yang diberikan
oleh pemberi bantuan hukum secara cuma- cuma kepada penerima bantuan hukum. UU No.
16 Tahun 2011 tentang bantuan hukum menjadi payung hukum bagi lembaga bantuan hukum
dalam pemberian bantuan hukum yang menunjang access to justice yang adil dan merata bagi
setiap orang atau kelompok orang miskin yang tidak dapat memenuhi hak dasar secara layak
dan mandiri.7
Prinsip kesamaan di hadapan hukum merupakan prinsip yang konstitutif bagi
terciptanya keadilan dalam semua sistem hukum. Meskipun demikian, berbagai sistem
hukum tampaknya menetpakan prinsip kesamaan itu dalam konteks yang berbeda-beda.
Sekalipun dasar pemikirannya adalah bahwa setiap orang di lahirkan dengan “basic liberites
of citizens” yang sama. Jika magnis suseno meletakkan tanggung jawab untuk mengatasi
ketidak adilan sosial pada negara yang secara empiris diselenggarakan oleh pemerintah.
Rawls, meletakkan tanggung jawab itu langsung pada masyarakat sendiri.

6
Julita Melissa Walukow, Perwujudan Prinsip Equality Before The Law Bagi Narapidana Di Dalam Lembaga
Permasyarakatan Di Indonesia, Jurnal Ilmiah, Vol 1, 2013, hlm. 163
7
Buyung Adnan, Bantuan Hukum Di Indonesia, (Jakarta :LP3ES, 1982), hlm. 107-108
Gagasan dari Rawls tampaknya sangat relevan untuk banyak negara, termasuk juga
Indonesia yang berikrar melalui UUD 1945 untuk menegakkan kesamaan di hadapan hukum
(equality before the law) serta keadilan sosial (sociale of justice). Dalam negara hukum
Indonesia, di mana kekuasaan memerintah diselenggarakan berdasarkan hukum dan
bukannya berdasarkan kekuasaan, kesinambungan sikap dan konsistensi dalam tindakan dari
lembagalembaga itu amat penting dan menentukan kadar kepastian hukum, dan tujuan akhir
dari hukum adalah keadilan, dan kepastian hukum yang berlarut-larut mengabaikan keadilan
dan pada akhirnya akan menggoyang stabilitas pemerintahan negara hukum.
prinsip dasar dalam hukum yang menegaskan bahwa setiap individu, tanpa
memandang latar belakang, jenis kelamin, ras, agama, orientasi seksual, atau faktor-faktor
pribadi lainnya, harus diperlakukan secara adil dan sama oleh sistem hukum. Prinsip ini
memiliki beberapa implikasi penting di antaranya:
1. Tidak Diskriminatif
Prinsip ini menuntut bahwa hukum dan lembaga-lembaga peradilan tidak boleh
membedakan individu atau kelompok berdasarkan karakteristik pribadi atau kelompok
tertentu. Diskriminasi berdasarkan ras, jenis kelamin, agama, atau faktor-faktor lainnya
dilarang.
2. Perlindungan Terhadap Hak Asasi Manusia
Prinsip ini melindungi hak asasi manusia dengan memastikan bahwa hak-hak dasar
semua individu dihormati oleh hukum. Ini mencakup hak-hak seperti hak atas privasi,
kebebasan berbicara, kebebasan beragama, dan hak-hak lainnya.
3. Pencegahan Penyalahgunaan Kekuasaan
Prinsip ini berfungsi sebagai alat untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan oleh
pemerintah atau pejabat publik. Dengan memastikan bahwa hukum diterapkan dengan adil,
individu dan kelompok tidak dapat menjadi korban dari tindakan sewenang-wenang oleh
pemerintah.
4. Keadilan dan Kepastian Hukum
Perlakuan yang sama di hadapan hukum" menciptakan dasar yang adil untuk
pengambilan keputusan hukum. Ini berarti bahwa semua individu memiliki hak yang sama
untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam situasi hukum yang serupa, yang
mempromosikan keadilan dan kepastian hukum.
5. Pengadilan yang Adil
Prinsip ini juga berlaku dalam konteks pengadilan. Hakim harus memastikan bahwa
setiap individu yang berada di bawah yurisdiksi mereka diperlakukan secara adil, independen
dari faktor-faktor eksternal.
6. Penting dalam Demokrasi:
Perlakuan yang sama di hadapan hukum" merupakan salah satu prinsip dasar dalam
sistem demokratis, di mana semua warga negara memiliki hak yang sama dalam proses
politik dan hukum.
Prinsip ini sering diatur dalam konstitusi negara atau dalam perundang-undangan
yang lebih lanjut mengatur hak asasi manusia. Implementasinya dapat bervariasi tergantung
pada sistem hukum negara tertentu, tetapi prinsip ini tetap menjadi fondasi penting dalam
menjaga keadilan dan hak asasi manusia dalam masyarakat hukum yang demokratis.

Anda mungkin juga menyukai