Hubungan antara Hak Asasi Manusia dengan Negara tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. Argumentasi hukum yang dapat diajukan tentang hal ini, ditunjukan dengan ciri
negara hukum itu sendiri, bahwa salah satu diantranya adalah perlindungan terhadap hak
asasi manusia. Dalam negara hukum hak asasi manusia terlindungi, jika dalam suatu
negara hak asasi manusia tidak dilindungi, negara tersebut bukan negara hukum akan
tetapi negara dictator dengan pemerintahan yang sangat otoriter. Perlindungan terhadap
hak asasi manusia dalam negara hukum terwujud dalam bentuk penormaan hak tersebut
dalam konstitusi dan undang-undang dan untuk selanjutnya penegakannya melalui badan-
badan peradilan sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman.
Asas perlindungan dalam negara hukum tampak antara lain dalam Declaration of
Independent, deklarasi tersebut mengandung asas bahwa orang yang hidup di dunia ini,
sebenarnya telah diciptakan merdeka oleh Tuhan, dengan dikaruniai beberapa hak yang
tidak dirampas atau dimusnahkan, hak tersebut mendapat perlindungan secara tegas
dalam negara hukum. Peradilan tidak semata-mata melindungi hak asasi perorangan,
melainkan fungsinya adalah untuk mengayomi masyarakat sebagai totalitas agar supaya
cita-cita luhur bangsa tercapai dan terpelihara.
Setiap orang dapat menuntut atau mengajukan gugatan kepada negara, bila negara
melakukan suatu perbuatan yang melawan hukum (onrechtmatigadaad), bahwa seorang
dapat melakukan gugatan terhadap penguasa, jika putusan pejabat yang berwenang dirasa
tidak adil. Banyak peraturan-peraturan yang member jaminan kepada para warga negara,
untuk menggunakan hak-haknya mengajukan tuntutan-tuntutan di muka pengadilan, bila
hak-hak dasarnya atau kebebasannya dilanggar.
Dalam pengkajian indonesia, penekanan negara hukum akan diletakan pada
pemikiran bahwa kekuasaan kehakiman indonesia juga tunduk pada hukum. Pemikiran
demikian angat penting untuk mengantarkan persepsi, bahwa tunduknya kekuasaan
kehakiman pada hukum menyebabkan munculnya pemahaman akanadanya batas-batas
kebebasan kekuasaan kehakiman, dalam memberikan perlindungan terhadap hak asasi
manusia. Sehingga dari apa yang diuraikan diatas sangat jelas hubungan antara negara
hukum dengan hak asasi manusia.
Untuk melihat lebih lanjut hubungan negara hukum dengan hak asasi manusia, dapat
dikaji dari sudut pandang demokrasi, sebab hak asasi manusia dan demokrasi merupakan
konsepsi kemanusiaan dan relasi social yang dilahirkan dari sejarah peradaban manusia
diseluruh penjuru dunia. Hak asasi manusia dan demokrasi juga dapat dimakna sebagai
hasil perjuangan manusia, untuk mempertahankan dan mencapai harkat kemanusiaannya,
sebab hingga saat ini hanya konsepsi hak asasi manusia dan demokrasi yang terbuktipaling
mengakui dan menjamin harkat kemanusiaan.
Sebagaimana telah dirumuskan dalam naskah perubahan kedua UUD Tahun 1945,
ketentuan mengenai hak-hak asasi manusia telah mendapatkan jaminan konstitusional
yang sangat kuat dalam Undang-Undang Dasar. Sebagian besar materi UUD ini sebenarnya
berasal dari rumusan Undang-Undang yang telah disahkan sebelumnya, yaitu Undang-
Undang No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Ketentuan-ketentuan yang
memberikan jaminan konstitusional terhadap hak-hak asasi manusia sangat penting dan
bahkan dianggap merupakan salah satu ciri pokok dianutnya prinsip negara hukum di
suatu negara.
Bangsa indonesia memahami bahwa The Universal Declaraton of Human Rights yang
dicetuskan pada tahun 1948, merupakan pernyataan umat manusia yang mengandung
nilai-nilai universal yang wajib dihormati. Bersamaan dengan itu, bangsa indonesia juga
memandang bahwa The Universal Declaration of Human Responsibility yang dicetuskan oleh
Inter Action Council pada tahun 1997 juga mengandung nilai universal yang wajib dijunjung
tinggi untuk melengkapi The Universal Declaraton of Human Rights tersebut.
Kesadaran umum mengenai hak-hak dan kewajiban asasi manusia itu menjiwai
keseluruhan sistem hukum dan konstitusi indonesia, oleh karena itu perlu diadopsikan
kedalam rumusan Undang-Undang Dasar atas pengertian-pengertian dasar yang
dikembangkan sendiri oleh bangsa indonesia. Sehingga dengan demikian perumusannya
dalam Undang-Undang Dasar ini mencakup warisan-warisan pemikiran yang masih terus
akan berkembang dimasa-masa yang akan datang.
Antara HAM dan demokrasi memiliki hubungan yang sangat erat. HAM tidak
mungkin eksis di suatu negara yang bersifat totaliter ( tidak demokratis ), namun
sebaliknya negara yang demokratis pastilah menjamin eksistensi HAM. Suatu negara
belum dapat dikatakan demokratis apabila tidak menghormati dan melindungi HAM.
Kondisi yang dibutuhkan untuk memperkokoh tegaknya HAM adalah alam demokratis di
dalam kerangka negara hukum ( rule of law state ). Konsep negara hukum dapat dianggap
mewakili model negara demokratis ( demokrasi ). Implementasi dari negara yang
demokratis diaktualisasikan melalui sistem pemerintahan yang berdasarkan atas
perwakilan ( representative government) yang merupakan refleksi dari demokrasi tidak
langsung. Menurut Julius Stahl dan A.V.Dicey suatu negara hukum haruslah memenuhi
beberapa unsur penting, salah satu unsur tersebut antara lain yaitu adanya jaminan atas
HAM. Dengan demikian untuk disebut sebagai negara hukum harus terdapat perlindungan
dan penghormatan terhadap HAM.
Hukum dan HAM merupakan satu kesatuan yang sulit dipisahkan, kedua seperti dua sisi
dalam satu mata uang. Apabila satu bangunan hukum dibangun tanpa Hak Asasi Manusia
yang merupakan pengawal bagi hukum dalam merealisasikan perwujudan nilai-nilai
keadilan kemanusiaan, maka hukum tersebut menjadi alat bagi penguasa untuk
melanggengkan kekuasaannya (Abuse of power). Sebaliknya apabila HAM dibangun tanpa
didasarkan atas suatu komitmen hukum yang jelas, maka HAM tersebut hanya akan
menjadi bangunan yang rapuh dan mudah untuk disampingi. Artinya hukum harus
berfungsi sebagai instrumentarium yuridis, sarana dan atau tool memperhatikan
penghormatan dalam prinsip-prinsip dalam HAM.