Anda di halaman 1dari 4

HUBUNGAN ANTARA HAK ASASI MANUSIA DENGAN NEGARA HUKUM

Hubungan antara Hak Asasi Manusia dengan Negara tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. Argumentasi hukum yang dapat diajukan tentang hal ini, ditunjukan dengan ciri
negara hukum itu sendiri, bahwa salah satu diantranya adalah perlindungan terhadap hak
asasi manusia. Dalam negara hukum hak asasi manusia terlindungi, jika dalam suatu
negara hak asasi manusia tidak dilindungi, negara tersebut bukan negara hukum akan
tetapi negara dictator dengan pemerintahan yang sangat otoriter. Perlindungan terhadap
hak asasi manusia dalam negara hukum terwujud dalam bentuk penormaan hak tersebut
dalam konstitusi dan undang-undang dan untuk selanjutnya penegakannya melalui badan-
badan peradilan sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman.

Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang bebas dan merdeka artinya


terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah. Berhubung dengan itu harus diadakan
jaminan dalam undang-undang. Konstitusi melarang campur tangan pihak eksekutif
atatupun legislative terhadap kekuasaan kehakiman, bahkan pihak atasan langsung dari
hakim yang bersangkutanpun, tidak mempunyai kewenangan untuk mepengaruhi atau
mendiktekan kehendaknya kepada hakim bawahan. Pada hakekatnya, kebebasan peradilan
ini merupakan sifat bawaan dari setiap peradilan hanya saja batas dan isi kebebasannya
dipengaruhi oleh sistem pemerintahan, politik, ekonomi, dan sebagainya.

Asas perlindungan dalam negara hukum tampak antara lain dalam Declaration of
Independent, deklarasi tersebut mengandung asas bahwa orang yang hidup di dunia ini,
sebenarnya telah diciptakan merdeka oleh Tuhan, dengan dikaruniai beberapa hak yang
tidak dirampas atau dimusnahkan, hak tersebut mendapat perlindungan secara tegas
dalam negara hukum. Peradilan tidak semata-mata melindungi hak asasi perorangan,
melainkan fungsinya adalah untuk mengayomi masyarakat sebagai totalitas agar supaya
cita-cita luhur bangsa tercapai dan terpelihara.

Mengenai asas perlindungan, dalam setiap konstitusi dimuat ketentuan yang


menjamin hak-hak asasi manusia. Ketentuan tersebut antara lain :

a. Kebebasan berserikat dan berkumpul,


b. Kebebasan mengeluarkan pikiran baik lisan dan tulisan,
c. Hak bekerja dan penghidupan yang layak,
d. Kebebasan beragama,
e. Hak untuk ikut mempertahankan Negara,
f. Hak lain-lain dalam pasal-pasal tentang hak asasi manusia.

Setiap orang dapat menuntut atau mengajukan gugatan kepada negara, bila negara
melakukan suatu perbuatan yang melawan hukum (onrechtmatigadaad), bahwa seorang
dapat melakukan gugatan terhadap penguasa, jika putusan pejabat yang berwenang dirasa
tidak adil. Banyak peraturan-peraturan yang member jaminan kepada para warga negara,
untuk menggunakan hak-haknya mengajukan tuntutan-tuntutan di muka pengadilan, bila
hak-hak dasarnya atau kebebasannya dilanggar.
Dalam pengkajian indonesia, penekanan negara hukum akan diletakan pada
pemikiran bahwa kekuasaan kehakiman indonesia juga tunduk pada hukum. Pemikiran
demikian angat penting untuk mengantarkan persepsi, bahwa tunduknya kekuasaan
kehakiman pada hukum menyebabkan munculnya pemahaman akanadanya batas-batas
kebebasan kekuasaan kehakiman, dalam memberikan perlindungan terhadap hak asasi
manusia. Sehingga dari apa yang diuraikan diatas sangat jelas hubungan antara negara
hukum dengan hak asasi manusia.

Perlindungan terhadap hak asasi manusia tersebut dimasyarakatkan secara luas


dalam rangka mempromosikan penghormatan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi
manusia, sebagai ciri yang penting suatu negara hukum yang demokratis. Terbentuknya
negara dan demikian pula penyelenggaraan kekuasaan suatu negara, tidak boleh
mengurangi arti atau makna kebebasan dan hak-hak asasi kemanusiaan itu, oleh karena itu
adanya perlindungan dan penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia merupakan pilar
yang sangat penting dalam setiap negara yang disebut sebagai negara hukum. Jika dalam
suatu negara hak asasi manusia terabaikan atau dilanggar dengan sengaja dan penderitaan
yang ditimbulkannya tidak dapat diatasi secara adil, negara yang bersangkutan tidak dapat
disebut sebagai negara huku dalam arti sesungguhnya.

Untuk melihat lebih lanjut hubungan negara hukum dengan hak asasi manusia, dapat
dikaji dari sudut pandang demokrasi, sebab hak asasi manusia dan demokrasi merupakan
konsepsi kemanusiaan dan relasi social yang dilahirkan dari sejarah peradaban manusia
diseluruh penjuru dunia. Hak asasi manusia dan demokrasi juga dapat dimakna sebagai
hasil perjuangan manusia, untuk mempertahankan dan mencapai harkat kemanusiaannya,
sebab hingga saat ini hanya konsepsi hak asasi manusia dan demokrasi yang terbuktipaling
mengakui dan menjamin harkat kemanusiaan.

Sebagaimana telah dirumuskan dalam naskah perubahan kedua UUD Tahun 1945,
ketentuan mengenai hak-hak asasi manusia telah mendapatkan jaminan konstitusional
yang sangat kuat dalam Undang-Undang Dasar. Sebagian besar materi UUD ini sebenarnya
berasal dari rumusan Undang-Undang yang telah disahkan sebelumnya, yaitu Undang-
Undang No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Ketentuan-ketentuan yang
memberikan jaminan konstitusional terhadap hak-hak asasi manusia sangat penting dan
bahkan dianggap merupakan salah satu ciri pokok dianutnya prinsip negara hukum di
suatu negara.

Bangsa indonesia memahami bahwa The Universal Declaraton of Human Rights yang
dicetuskan pada tahun 1948, merupakan pernyataan umat manusia yang mengandung
nilai-nilai universal yang wajib dihormati. Bersamaan dengan itu, bangsa indonesia juga
memandang bahwa The Universal Declaration of Human Responsibility yang dicetuskan oleh
Inter Action Council pada tahun 1997 juga mengandung nilai universal yang wajib dijunjung
tinggi untuk melengkapi The Universal Declaraton of Human Rights tersebut.

Kesadaran umum mengenai hak-hak dan kewajiban asasi manusia itu menjiwai
keseluruhan sistem hukum dan konstitusi indonesia, oleh karena itu perlu diadopsikan
kedalam rumusan Undang-Undang Dasar atas pengertian-pengertian dasar yang
dikembangkan sendiri oleh bangsa indonesia. Sehingga dengan demikian perumusannya
dalam Undang-Undang Dasar ini mencakup warisan-warisan pemikiran yang masih terus
akan berkembang dimasa-masa yang akan datang.

HUBUNGAN ANTARA HAK ASASI MANUSIA DENGAN DEMOKRASI

Antara HAM dan demokrasi memiliki hubungan yang sangat erat. HAM tidak
mungkin eksis di suatu negara yang bersifat totaliter ( tidak demokratis ), namun
sebaliknya negara yang demokratis pastilah menjamin eksistensi HAM. Suatu negara
belum dapat dikatakan demokratis apabila tidak menghormati dan melindungi HAM.
Kondisi yang dibutuhkan untuk memperkokoh tegaknya HAM adalah alam demokratis di
dalam kerangka negara hukum ( rule of law state ). Konsep negara hukum dapat dianggap
mewakili model negara demokratis ( demokrasi ). Implementasi dari negara yang
demokratis diaktualisasikan melalui sistem pemerintahan yang berdasarkan atas
perwakilan ( representative government) yang merupakan refleksi dari demokrasi tidak
langsung. Menurut Julius Stahl dan A.V.Dicey suatu negara hukum haruslah memenuhi
beberapa unsur penting, salah satu unsur tersebut antara lain yaitu adanya jaminan atas
HAM. Dengan demikian untuk disebut sebagai negara hukum harus terdapat perlindungan
dan penghormatan terhadap HAM.

Dari pendapat di atas, sesungguhnya dapat dilihat bagaimana hubungan demokrasi


dan Hak Asasi Manusia. Demokrasi punya keterkaitan yang erat dengan Hak Asasi Manusia
karena sebagaimana dikemukakan tadi, makna terdalam dari demokrasi adalah kedaulatan
rakyat, yaitu rakyatlah sebagai pemegang kekuasaan politik tertinggi dalam suatu
negara. Posisi ini berarti, secara langsung menyatakan adanya jaminan terhadap hak sipil
dan politik rakyat (Konvenan Hak Sipil dan Politik), pada dasarnya dikonsepsikan sebagai
rakyat atau warga negara untuk mencapai kedudukannya sebagai penentu keputusan
politik tertinggi. Dalam persepktif kongkret ukuran untuk menilai demokratis atau
tidaknya suatu negara, antara lain; berdasarkan jawaban atas pertanyaan seberapa
besarkah tingkat kebebasan atau kemerdekaan yang dimiliki oleh atau diberikan kepada
warga Negara di Negara itu ? Makin besar tingkat kebebasan, kemerdekaan dimaksudkan
di sini adalah kebebasan, kemerdekaan dan hak sebagaimana dimasukkan dalam kategori
Hak-Hak Asasi Manusia generasi pertama. Misalnya, kebebasan untuk menyatakan
pendapat, kemerdekaan untuk menganut keyakinan politik, hak untuk diperlakukan sama
dihadapan hukum.

Hanya kemudian patut dijelaskan lebih lanjut, bahwa persoalan demokrasi


bukanlah sebatas hak sipil dan politik rakyat namun dalam perkembangannya, demokrasi
juga terkait erat dengan sejauh mana terjaminnya hak-hak ekonomi dan sosial dan budaya
rakyat. Sama sebagaimana parameter yang dipakai di dalam Hak Asasi Manusia generasi
pertama (hak sipil dan politik), maka dalam perspektif yang lebih kongkret negara
demokratis juga diukur dari sejauh mana negara menjamin kesejahteraan warga
negaranya, seberapa rendah tingkat pengangguran dan seberapa jauh negara menjamin
hak-hak warga negara dalam mendapatkan penghidupan yang layak. Hal inilah yang secara
langsung ataupun tidak langsung menegaskan bagaimana hubungan yang terjalin antara
demokrasi dan Hak Asasi Manusia. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa, Hak Asasi
Manusia akan terwujud dan dijamin oleh negara yang demokratis dan demikian sebaliknya,
demokrasi akan terwujud apabila negara mampu manjamin tegaknya Hak Asasi Manusia.
Konsepsi HAM dan demokrasi dalam perkembangannya sangat terkait dengan konsepsi
negara hukum. Dalam sebuah negara hukum, sesungguhnya yang memerintah adalah
hukum, bukan manusia. Hukum dimaknai sebagai kesatuan hirarkis tatanan norma hukum
yang berpuncak pada konstitusi. Hal ini berarti bahwa dalam sebuah negara hukum
menghendaki adanya supremasi konstitusi. Supremasi konstitusi disamping merupakan
konsekuensi dari konsep negara hukum, sekaligus merupakan pelaksanaan demokrasi
karena konstitusi adalah wujud perjanjian sosial tertinggi.

HUBUNGAN ANTARA HAK ASASI MANUSIA DENGAN

Hukum dan HAM merupakan satu kesatuan yang sulit dipisahkan, kedua seperti dua sisi
dalam satu mata uang. Apabila satu bangunan hukum dibangun tanpa Hak Asasi Manusia
yang merupakan pengawal bagi hukum dalam merealisasikan perwujudan nilai-nilai
keadilan kemanusiaan, maka hukum tersebut menjadi alat bagi penguasa untuk
melanggengkan kekuasaannya (Abuse of power). Sebaliknya apabila HAM dibangun tanpa
didasarkan atas suatu komitmen hukum yang jelas, maka HAM tersebut hanya akan
menjadi bangunan yang rapuh dan mudah untuk disampingi. Artinya hukum harus
berfungsi sebagai instrumentarium yuridis, sarana dan atau tool memperhatikan
penghormatan dalam prinsip-prinsip dalam HAM.

Anda mungkin juga menyukai