Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar belakang
Negara Hukum haruslah memiliki ciri atau syarat mutlak bahwa negara itu
melindungi dan menjamin Hak Asasi Manusia setiap warganya. Dengan
demikian jelas sudah keterkaitan antara Negara hukum dan Hak Asasi
Manusia, dimana Negara Hukum wajib menjamin dan melindungi Hak Asasi
Manusia setiap warganya.
HAM adalah hak yang dimiliki manusia secara kodrati tanpa pengecualian
dan keistimewaan bagi golongan, kelompok, maupun tingkat sosial tertentu.
Hak-hak tersebut mencakup antara lain

hak atas kehidupan, keamanan,

kebebasan berpendapat dan bebas dari segala bentuk penindasan yang wajib
dijunjung tinggi, tidak saja dari setiap individu dari suatu negara yang
mengakui keberadaan dan menghargai HAM itu sendiri, namun harus pula
dijamin oleh negara tanpa ada pengecualian.
Pelanggaran hak asasi manusia ditakrifkan secara berbeda oleh
berbagai penulis dan telah lama menjadi perdebatan. Didalam wacana
tradisional, pelanggaran hak asasi manusia terutama dilihat sebagai tanggungjawab negara, di dalam konteks kewajibannya terhadap warga negara.
Berbagai ahli yang mendukung pendapat ini, antara lain menyatakan
bahwa: pelanggaran hak asasi manusia dilakukan oleh negara lewat agenagennya (Polisi, Angkatan Bersenjata dan setiap orang yang bertindak
dengan kewenangan dari negara) melawan individu. Satu kegagalan dari satu
negara atau pihak lain yang secara legal berkewajiban untuk patuh pada satu
norma/kaidah hak asasi manusia internasional. Kegagalan untuk menjalankan
kewajiban adalah pelanggaran atas kewajiban itu.Pelanggaran digunakan
secara bergantian dengan istilah Breach (pelanggaran hukum, aturan,
kewajiban, kesepakatan) atas satu kewajiban
Konferensi Dunia tentang Hak Asasi Manusia di Wiena pada tahun 1993

mengembangkan satu perspektif yang lebih luas atas hak asasi manusia, dan
akibatnya juga pada pelanggaran hak asasi manusia. Pengakuan kuat atas hak
asasi manusia yang terdiri dari hak-hak sipil, budaya, ekonomi, politik dan social
yang tidak bisa dipilah-pilah, saling berkaitan dan saling bergantungan juga
ditujukan pada tanggung jawab dari berbagai pelaku swasta, bukan hanya negara .
Indonesia nampak menerima perspektif yang lebih luas itu, sebagaimana yang
terlihat dari takrif pelanggaran hak asasi manusia yang diberikan oleh UU. No.
39/1999 membandingkan takrif itu dengan takrif tindakan kejahatan, yaitu: Satu
tindakan kejahatan (kriminal) adalah satu tindakan atau tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh seseorang atau lebih yang bersifat melukai atau merusak
masyarakat dan telah dilarang oleh hukum domestik negara.
Pelanggaran HAM di Indonesia billah Komnas HAM Pelanggaran hak
asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk
aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara
melawan hak hukum, mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut
hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh UndangUndang ini, dan tidak mendapat, atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh
penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang
berlaku
1.2.

1.3.

Rumusan Masalah
Apa Pengertian Hukum?
Apa Tujuan Hukum?
Apa Ciri-ciri Hukum?
Bagaimana Pengelolaan Hukum?
Bagaimana Negara Hukum Indonesia?
Bagaimana Hakikat Hak asasi Manuia ?
Bagaimana Perkembangan Hak Asasi Manusia?
Tujuan
Mengetahui Pengertian Hukum
Mengetahui Tujuan Hukum
Mengetahui Ciri-ciri Hukum
Mengetahui Pengelolaan Hukum
Mengetahui Negara Hukum Indonesia
Mengetahui Hakikat Hak asasi Manuia
Mengetahui Perkembangan Hak Asasi Manusia
2

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian hukum
Hukum merupakan peraturan-peraturan hidup di dalam masyarakat yang
dapat memaksa orang supaya menaati tata tertib dalam masyarakat serta
memberikan sanksi yang tegas berupa hukuman terhadap yang tidak
mentaatinya. Beberapa pendapat dari pakar hukum antara lain sebagai berikut:
a. Drs. E. Utrecht, S.H.
Dalam bukunya yang berjudul Pengantar dalam Hukum Indonesia (1953),
beliau mencoba membuat suatu batasan sebagai pegangan bagi orang yang

sedang mempelajari ilmu hukum. Menurutnya, hukum ialah himpunan


peraturan-peraturan (perintah dan larangan) yang mengatur tata tertib
kehidupan bermasyarakat yang seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat
yang

bersangkutan

karena

pelanggaran

petunjuk

hidup

itu

dapat

menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah.


b. Achmad Ali
Hukum ialah seperangkat norma tentang apa yang benar dan apa
yangsalah yang dibuat atau diakui eksistensinya oleh pemerintah, yang
dituangkanbaik dalam aturan tertulis (peraturan) maupun yang tidak tertulis,
yang mengikat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya secara
keseluruhan, dan dengan ancaman sanksi bagi pelanggar aturan itu (2008).
c. Immanuel Kant
Hukum ialah keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini kehendak bebas
dari orang yang satu dapat menyesuaikan diri dengan kehendak bebas
dariorang lain, menuruti peraturan hukum tentang kemerdekaan (1995).
d. Leon Duguit
Hukum ialah aturan tingkah laku para anggota masyarakat yang harusditaati
oleh masyarakat sebagai jaminan kepentingan bersama dan jika dilanggar akan
menimbulkan reaksi bersama terhadap orang yang melakukan pelanggaran itu
(1919).
e. Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja
Hukum ialah keseluruhan kaidah-kaidah serta asas-asas yang mengatur
pergaulan hidup dalam masyarakat dan bertujuan memelihara ketertiban serta
meliputi

lembaga-lembaga

dan

proses

guna

mewujudkan

berlakunya

kaidahsebagai kenyataan dalam masyarakat (1986).


Dari rumusan-rumusan definisi tentang hukum tersebut, dapat ditarik kesimpulan
bahwa hukum itu meliputi beberapa unsur, yaitu sebagai berikut:

Peraturan tentang tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat


Peraturan diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib
Peraturan tersebut bersifat memaksa
Sanksi terhadap pelanggaran bersifat tegas.
2.2. Tujuan hukum
Dalam pergaulan masyarakat terdapat aneka macam hubungan antara
anggota masyarakat, yakni hubungan yang ditimbulkan oleh kepentingan
kepentingan

anggota

masyarakat

itu.Untuk

menjamin

kelangsungan

keseimbangan dalam hubungan antara anggota masyarakat, diperlukan aturanaturan hukum yang diadakan atas kehendak dan kesadaran tiap-tiap anggota
masyarakat itu.Peraturan-peraturan hukum yang bersifat mengaturdan memaksa
anggota masyarakat untuk patuh mentaatinya, menyebabkan terdapatnya
keseimbangan dalam tiap perhubungan dalam masyarakat.Setiap hubungan
kemasyarakatan tak boleh bertentangan dengan ketentuan-ketentuan dalam
peraturan hukum yang berlaku dalam masyarakat. Setiappelanggar hukum yang
ada akan dikenai sanksi berupa hukuman sebagaireaksi terhadap perbuatan yang
melanggar hukum.
Untuk menjaga agar peraturan-peraturan hukum itu dapat berlangsung terus dan
diterima oleh anggota masyarakat, maka peraturan-peraturan hukum yang ada
harus sesuai dan tidak boleh bertentangan dengan asas-asas keadilan dari
masyarakat tersebut. Dengan demikian, hukum itu bertujuan untuk:

Menjamin kepastian hukum bagisetiap orang dalam masyarakat.


Menjaga jangan sampai terjadiperbuatan main hakim sendiri dalampergaulan

di masyarakat.
Menjamin ketertiban,

ketentraman,

kedamaian,

keadilan,

kemakmuran,

kebahagiaan, dan kebenaran dalam masyarakat.


2.3. Ciri-ciri Negara Hukum
Negara hukum yang muncul pada abad ke-19 adalah negara hukum formil
atau negara hukum dalam arti sempit. Pada uraian sebelumnya telah dikemukakan

bahwa negara hukum merupakan terjemahan dari istilah Rechtsstaat atau Rule of
Law. Istilah Rechtsstaat diberikan oleh para ahli hukum Eropa Kontinental sedang
istilah Rule of Law diberikan oleh para ahli hukum Anglo Saxon.
Friedrich Julius Stahl dari kalangan ahli hukum Eropa Kontinental memberikan
ciri-ciri Rechtsstaat sebagai berikut :
a. Hak asasi manusia
b. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak asasi manusia yang
biasa dikenal sebagai Trias Politika
c. Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan
d. Peradilan administrasi dalam perselisihan
Adapun AV Dicey dari kalangan ahli hukum Anglo Saxon memberi ciriciri Rule of Law sebagai berikut :
a. Supremasi hukum, dalam arti tidak boleh ada kesewenang-wenangan, sehingga
seseorang hanya boleh dihukum jika melanggar hukum
b. Kedudukan yang sama di depan hukum, baik bagi rakyat biasa maupun bagi
pejabat
c. Terjaminnya

hak-hak

manusia

dalam

undang-undang

atau

keputusan

pengadilan
Ciri-ciri Rechtsstaat atau Rule of Law di atas masih dipengaruhi oleh
konsep negara hukum formil atau negara hukum dalam arti sempit. Dari pencirian
di atas terlihat bahwa peranan pemerintah hanya sedikit, karena ada dalil bahwa
pemerintah yang sedikit adalah pemerintah yang baik. Dengan munculnya
konsep negara hukum materiil pada abad ke-20 maka perumusan ciri-ciri negara
hukum sebagaimana dikemukakan oleh Stahl dan Dicey di atas kemudian ditinjau
lagi sehingga dapat menggambarkan perluasan tugas pemerintah yang tidak boleh
lagi bersifat pasif.
Sebuah komisi para juris yang tergabung dalam International Commission
of Jurits pada konferensinya di Bangkok tahun 1965 merumuskan ciri-ciri
pemerintahan yang demokratis di bawah Rule of Law yang dinamis.
Ciri-ciri tersebut adalah :
a. Perlindungan konstitusional, dalam arti bahwa konstitusi selain menjamin
hak-

hak individu harus menentukan pula cara prosedural untuk memperoleh

perlindungan atas hak-hak yang dijamin;


b. Badan Kehakiman yang bebas dan tidak memihak;
c. Kebebasan untuk menyatakan pendapat;
6

d. Pemilihan umum yang bebas;


e. Kebebasan untuk berorganisasi dan beroposisi;
f. Pendidikan civics (kewarganegaraan)
Dari pencirian seperti itu terlihat bahwa adanya pengakuan terhadap
perluasan tugas pemerintah (eksekutif) agar menjadi lebih aktif tidak hanya selaku
penjaga malam. Pemerintahan diberi tugas dan tanggung jawab membangun
kesejahteraan dan pemerataan yang adil bagi rakyatnya. Ciri-ciri negara hukum di
atas sudah dipengaruhi oleh konsepsi negara hukum materiil (modern). Di
samping perumusan ciri-ciri negara hukum seperti di atas, ada pula berbagai
pendapat mengenai ciri-ciri negara hukum yang dikemukakan oleh para ahli.
Menurut Montesquieu, negara yang paling baik ialah negara hukum, sebab
di dalam konstitusi di banyak negara terkandung tiga inti pokok, yaitu :
a. Perlindungan JAM;
b. Ditetapkannya ketatanegaraan suatu negara;
c. Membatasi kekuasaan dan wewenang organ-organ negara
Prof. Sudargo Gautama mengemukakan ada 3 (tiga) ciri atau unsur dari
negara hukum, yakni sebagai berikut :
a. Terdapat pembatasan kekuasaan negara terhadap perorangan, maksudnya negara
tidak dapat bertindak sewenang-wenang. Tindakan negara dibatasi oleh hukum,
individual mempunyai hak terhadap negara atau rakyat mempunyai hak terhadap
penguasa.
b. Asas legalitas
Setiap tindakan negara harus berdasarkan hukum yang telah diadakan terlebih
dahulu yang harus ditaati juga oleh pemerintah atau aparaturnya.
c. Pemisahan kekuasaan
Agar hak-hak asasi itu betul-betul terlindungi, diadakan pemisahan kekuasaan
yaitu badan yang membuat peraturan perundang-undangan, melaksanakan, dan
badan yang mengadili harus terpisah satu sama lain tidak berada dalam satu
tangan.
Franz Magnis Suseno (1997) mengemukakan adanya 5 (lima) ciri negara
hukum sebagai salah satu ciri hakiki negara demokrasi.
Kelima ciri negara hukum tersebut adalah sebagai berikut :
a.

Fungsi kenegaraan dijalankan oleh lembaga yang bersangkutan sesuai dengan


ketetapan sebuah undang-undang dasar.
7

b.

Undang-undang dasar menjamin hak asasi manusia yang paling penting :


1) Karena tanpa jaminan tersebut, hukum akan menjadi sarana penindasan.
2) Jaminan hak asasi manusia memastikan bahwa pemerintah tidak dapat
menyalahgunakan hukum untuk tindakan yang tidak adil atau tercela.

c.

Badan-badan negara menjalankan kekuasaan masing-masing selalu dan hanya taat


pada dasar hukum yang berlaku.

d.

Terhadap tindakan badan negara, masyarakat dapat mengadu ke pengadilan dan


putusan pengadilan dilaksanakan oleh badan negara.

e.

Badan kehakiman bebas dan tidak memihak.


Mustafa Kamal Pasha (2003) menyatakan adanya tiga ciri khas negara
hukum, yaitu :

a. Pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia


1)Di dalam ciri ini terkandung ketentuan bahwa di dalam suatu negara hukum
dijamin adanya perlindungan hak asasi manusia berdasarkan ketentuan
hukum.
2)Jaminan itu umumnya dituangkan dalam konstitusi negara bukan pada
peraturan perundang-undangan di bawah konstitusi negara.
3)Undang-undang dasar negara berisi ketentuan-ketentuan tentang hak asasi
manusia.
4)Inilah salah satu gagasan konstitusionalisme.
b. Peradilan yang bebas dari pengaruh kekuasaan lain dan tidak memihak
1) Dalam ciri ini terkandung ketentuan bahwa pengadilan sebagai lembaga
peradilan dan badan kehakiman harus benar-benar independen dalam
membuat putusan hukum, tidak dipengaruhi oleh kekuasaan lain terutama
kekuasaan eksekutif.
2) Dengan wewenang sebagai lembaga yang mandiri terbebas dari kekuasaan
lain, diharapkan negara dapat menegakkan kebenaran dan keadilan.
c. Legalitas dalam arti hukum dalam segala bentuknya
1) Bahwa segala tindakan penyelenggara negara maupun warga negara
dibenarkan oleh kaidah hukum yang berlaku serta dapat dipertanggung
jawabkan secara hukum.

2.4. Penggolongan hokum


2.4.1. Menurut sumber hukum
Sumber hukum adalah segala sesuatu yang berupa tulisan, dokumen,
naskah, dan sebagainya, yang dipergunakan oleh suatu bangsa sebagai pedoman
hidupnya pada masa tertentu.Adapun sumber hukum menurut Sudikno
Mertokusumo terbagi atas dua hal.
1. Sumber hukum material adalah tempat dari mana materi itu diambil. Sumber
hukum material ini merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum,
misalnya, hubungan sosial, hubungan kekuatan politik, situasi sosial ekonomi,
tradisi (pandangan keagamaan, kesusilaan),hasil penelitian ilmiah, perkembangan
internasional, dan keadaan geografis.
2. Sumber hukum formal merupakan tempat atau sumber dari mana suatu peraturan
memperoleh kekuatan hukum. Hal ini berkaitan dengan bentuk atau cara yang
menyebabkan peraturan hukum itu formal berlaku. Sumber hukum formal ialah

undang-undang, perjanjian antarnegara, yurisprudensi, dan kebiasaan.


Berikut macam-macam sumber hukum yang berlaku di Indonesia.
Kebiasaan hukum tidak tertulis
Kebiasaan ialah sumber hukum tertua, sumber dari mana dikenal ataudapat digali
sebagian dari hukum di luar undang-undang. Kebiasaan merupakan tindakan
menurut pola tingkah laku yang tetap, ajeg, lazim, normal dalam masyarakat atau
pergaulan hidup tertentu yang diulang-ulang terhadap hal yang sama dan
kemudian diterima serta diakui oleh masyarakat. Di dalam masyarakat,
keberadaan hukum tidak tertulis (kebiasaan) diakui sebagai salah satu norma
hukum yang dipatuhi. Dalam praktik penyelenggaraan negara, hukum tidak
tertulis disebut konvensi.Hukum tidak tertulis dipatuhi karena adanya kekosongan
hukum tertulis yang sangat dibutuhkan masyarakat/negara.Oleh karena itu, hukum
tidak tertulis (kebiasaan) sering digunakan oleh para hakim untuk memutuskan

perkara yang belum pernah diatur didalam undang-undang.


Doktrin
Doktrin adalah pendapat para ahli hukum terkemuka yang dijadikan dasar atau
asas-asas penting dalam hukum dan penerapannya.Pendapat para sarjana hukum
yang ternama juga mempunyai kekuasaan dan pengaruh dalam pengambilan

keputusan oleh hakim. Ketika akan menetapkan apa yang akan menjadi dasar
keputusannya, hakim sering menyebut atau mengutip pendapat. Pendapa titu
menjadi dasar keputusan hakim tersebut.Doktrin bisa menjadi sumber hukum
formal apabila digunakan oleh para hakim dalam memutuskan perkara melalui
yurisprudensi di mana doktrin tersebut menjadi alasan atau dasar hakim dalam

memutuskan perkara tersebut.


Undang-undang
Pengertian undang-undang dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu undang-

undang dalam arti material dan undang-undang dalam arti formal.


a) Undang-undang dalam arti material ialah setiap peraturan yangdikeluarkan oleh
pemerintah yang dilihat dari isinya disebut undang-undang dan mengikat setiap
warga negara secara umum. Di dalamUUD 1945, dapat kita jumpai beberapa
contoh, seperti undang-undang dasar, ketetapan MPR, undang-undang, peraturan
perundang-undangan, peraturan pemerintah, keputusan presiden, dan peraturan
daerah.
b) Undang-undang dalam arti formal ialah setiap keputusan penguasa yang dilihat
dari bentuknya dan cara terjadinya dapat disebut undang-undang. Jadi, undangundang dalam arti formal merupakan ketetapan pengua sayang memperoleh
sebutan undang-undang karena cara pembentukannya. Misalnya, ketentuan Pasal
5 ayat (1) UUD 1945 (amendemen) yangberbunyi: Presiden memegang
kekuasaan membentuk undang-undangdengan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat. Jadi, undang-undang yang dibentuk oleh presiden bersama DPR tersebut
dapat diakui sebagaisumber hukum formal karena dibentuk oleh yang berwenang

sehingga derajat peraturan itu sah sebagai undang-undang.


Yurisprudensi
Yurisprudensi ialah keputusan hakim terdahulu terhadap suatu perkara yang tidak
diatur oleh undang-undang dan dijadikan pedoman oleh hakim lainnya dalam
memutuskan perkara yang serupa.Munculnya yurisprudensi dikarenakan adanya
peraturan perundang-undangan yang kurang maupun tidak jelas pengertiannya
sehingga menyulitkan hakim dalam memutuskan suatu perkara. Untuk itu, hakim
membuat maupun membentuk hukum baru dengan cara mempelajari putusanputusan hakim terdahulu, khususnya tentang perkara-perkara yang sedang
dihadapinya.

10

Diakuinya yurisprudensi sebagai sumber hukum didasarkan pada bunyi Pasal 22B
Algemeene Bepalingenvan Wetgeving voor Indonesia (AB) atau ketentuanketentuan umum tentang peraturan perundangan untuk Indonesia yang
menyatakan bahwa hakim tidak boleh menolak untuk menyelesaikan suatu
perkara dengan alasan bahwa peraturan perundangan yang bersangkutan tidak
menyebutkan, tidak jelas atau tidak lengkap, maka ia dapat dituntut untuk
dihukum karena menolak mengadili. Hal itu sesuai dengan Pasal 16 ayat (1) UU
No. 4 tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman yang berbunyi: Pengadilan tidak
boleh menolak untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara yang
diajukan dengan dalih hanya hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib

untuk memeriksa dan mengadilinya.


Traktat
Traktat ialah perjanjian dalam hubungan internasional antara satu negara dengan
negara lainnya.Apabila dua orang mengadakan kata sepakat (konsensus) tentang
sesuatu hal, maka mereka lalu mengadakan perjanjian.Akibat perjanjian ini ialah
pihak-pihak yang bersangkutan terikat pada isi perjanjian yang mereka adakan
itu.Hal ini disebut pacta sunt servanda, yang berarti bahwa perjanjian mengikat
pihak-pihak yang mengadakannya atau setiap perjanjian harus ditaati dan

ditepati.Traktat dapat dibedakan menjadi dua.


a) Traktat bilateral ialah perjanjian yang diciptakan oleh dua negara. Traktatini
bersifat

tertutup

karena

hanya

melibatkan

dua

negara

yangberkepentingan.Misalnya, Perjanjian Dwi-Kewarganegaraan antara Indonesia


dan RRC.
b) Traktat multilateral ialah perjanjian yang dibuat atau dibentuk oleh lebih dari dua
negara. Contohnya, perjanjian internasional tentang pertahanan bersama negaranegara Eropa (NATO). Apabila ada traktat multilateral yang memberikan
kesempatan pada negara-negara yang semula tidakturut mengadakannya, tetapi
kemudian juga menjadi pihaknya, makatraktat tersebut adalah traktat kolektif atau
traktat terbuka, misalnya,Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.
2.4.2. Menurut sasarannya
1.

Hukum satu golongan, yaitu hukum yang berlaku bagi satu


golongan tertentu.

11

2.

Hukum semua golongan, yaitu hukum yang berlaku bagi


semua golongan tanpa kecuali. Contohnya, UU No. 12/2006 tentang

3.

Kewarganegaraan.
Hukum antargolongan, yaitu hukum yang mengatur untuk
kepentingan tertentu dengan golongan lain. Contohnya, UU No. 2/1958
tentang Dwi-Kewarganegaraan RI-RRC.

2.4.3. Menurut Bentuknya


1. Hukum tertulis, yaitu hukum yang dapat kita temui dalam bentuk
tertulis,resmi, dan dicantumkan dalam berbagai peraturan negara.
Contohnya, UUD1945. Mengenai hukum tertulis, ada yang telah
dikodifikasikan

dan

yang

belum

dikodifikasikan.Kodifikasi

ialah

pembukuan jenis-jenis hukum tertentu dalam kitab undang-undang secara


sistematis dan lengkap.
2. Hukum tidak tertulis, yaitu kebiasaan-kebiasan yang tumbuh dan
terpelihara dalam masyarakat atau hukum yang masih hidup dan tumbuh
dalam keyakinan masyarakat tertentu (hukum adat). Dalam praktik
ketatanegaraan, hukum tidak tertulis disebut konvensi.Contohnya, pidato
kenegaraan presiden setiap tanggal 16 Agustus.
2.4.4. Menurut isinya
1) Hukum public (hokum negara)
Yaitu hukum yang mengatur hubungan antara negara dan alat-alat
perlengkapan atau hubungan antara negara dengan perseorangan (warga negara).
Dalam arti formal, hukum publik mencakup hukum acara, hukum tata negara,
hukum administrasi negara, dan hukum pidana.

Hukum Acara
Hukum acara disebut juga hukum formal (pidana dan perdata).Hukum
acara atau hukum formal ini adalah rangkaian kaidah hukum yang mengatur cara-

12

carabagaimana mengajukan suatu perkara kemuka suatu badan peradilan serta


caracarahakim memberikan putusan.Hukum acara dibedakan menjadi dua, yaitu
hukumacara pidana dan hukum acara perdata.
Hukum acara pidana adalah rangkaian peraturan hukum yang menentukan
bagaimana

cara-cara

mengajukan

ke

depan

pengadilan

perkara-perkara

kepidanaan, bagaimana cara-cara menjatuhkan hukuman oleh hakim, dan jika ada
orang yang disangka melanggar aturan hukum pidana yang telah ditetapkan
sebelum perbuatan melanggar hukum itu terjadi.
Adapun hukum acara perdata adalah rangkaian peraturan hukum yang
menentukan bagaimana cara-cara mengajukan ke depan pengadilan perkaraperkara keperdataan dalam arti luas.

Hukum tata negara.


Hukum tata negara ialah peraturan-peraturan hukum yang mengatur
tentang bentuk, sifat, serta tugas negara berikut susunan pemerintahan serta
ketentuan yang menetapkan hak serta kewajiban warga negara terhadap
pemerintah. Demikian pula sebaliknya, hak serta kewajiban pemerintahan
terhadap warga negarnya. Hukum tata negara hanya khusus menyorot negara
tertentu saja yang menitik beratkan pada hal-hal yang bersifat mendasar dari

negara.
Hukum administrasi negara
Hukum administrasi negara ialah peraturan yang mengatur ketentuan mengenai
hubungan antara alat perlengkapan negara serta kekuasaan negara maupun antara
warga negara serta perlengkapan negara.Jadi, hukum administrasi negara
mengatur mengenai hal-hal yang bersifat teknis dari negara.

Hukum pidana
Hukum pidana ialah hukum yang mengatur tentang pelanggaran serta
kejahatan terhadap kepentingan umum sehingga perbuatan tersebut diancam
dengan hukuman.Bentuk maupun jenis pelanggaran serta kejahatan tertuang
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).Pelanggaran ialah

13

perbuatan yang diancam dengan hukuman denda. Misalnya, pengendara motor


tidak membawa SIM atau tidak mengenakan helm. Kejahatan ialah perbuatan
yang melawan hukum mengenai persoalan besar.Misalnya, penganiayaan,
pembunuhan, dan pencurian.Hukum pidana tidak berlaku terhadap perbuatan yang
dilakukan sebelum undang-undang ini diadakan.Prinsip ini sesuai dengan Pasal
1ayat (1) KUHP, yang menyatakan bahwa suatu perbuatan tidak dapat dihukum
selain atas kekuatan aturan pidana dalam undang-undang yang diadakan sebelum
perbuatan itu terjadi.
1)

Hukum privat
Pada pengertian luas, hukum privat (perdata) ialah rangkaian peraturan hukum
yang mengatur hubungan hukum antara orang yang satu dengan orang yang
lainnya, dengan menitikberatkan pada kepentingan perseorangan.Pembagian dan

sistematika hukum perdata adalah sebagai berikut.


Hukum kekayaan
Pengertian hukum kekayaan adalah peraturan hukum yang mengatur
tentang hubungan-hubungan hukum yang dapat dinilai dengan uang.Hukum
kekayaan mengatur benda (segala barang serta hak yang dapat menjadi milik
orang maupun objek hak milik) serta hak-hak yang dapat dimiliki atas
benda.Hukum ini mencakup dua hal berikut.

1. Hukum benda, yakni hukum yang mengatur hak-hak kebendaan yang bersifat
mutlak. Artinya, hakterhadap benda diakui serta dihormati oleh setiap orang.
2. Hukum perikatan, yaitu hukum yang mengatur hubungan yang bersifat kehartaan
antara dua orang atau lebih. Pihak pertama berhak atas sesuatu prestasi
(pemenuhan sesuatu), sedangkan pihak lain wajib memberikan sesuatu. Pihak
yang wajib memenuhi perikatan tersebut disebut debitur, sedangkan pihak yang
berhak atas pemenuhan sesuatu perikatan disebut kreditur.Objek perikatan ialah

prestasi, yaitu hal pemenuhan perikatan.


Hukum perorangan
Pengertian hukum perorangan ialah himpunan peraturan yang mengatur manusia
sebagai subjek hukum dan tentang kecakapannya memiliki hak-hak serta
bertindak sendiri dalam melaksanakan hak-haknyaitu. Manusia dan badan hukum

14

(PT, CV, Firma, dan sebagainya) merupakan pembawa hak atau sebagai subjek
hukum.

Hukum waris
Hukum yang mengatur benda atau kekayaan seseorang jika ia meninggal dunia
disebut hukum waris. Hukum ini mengatur akibat dari hubungan keluarga
terhadap harta peninggalan seseorang.Hukum waris mengatur pembagian harta
peninggalan, ahli waris, urutan penerima waris, hibah, serta wasiat.

Hukum keluarga
Hukum keluarga ialah hukum yang memuat rangkaian peraturan yang timbul dari
pergaulan hidup keluarga.Hubungan keluarga terjadi sebagai akibat adanya
perkawinan yang sah antara seorang laki-lakidan perempuan.

Hukum dagang dan hukum adat


a. Hukum dagang
Hukum dagang ialah sebuah hukum yang mengatur hubunganhukum
antara manusia serta badan hukum satu sama lainnya dalampermasalahan
perdagangan atau perniagaan. Berikut hal-hal yang diatur dalam hukum dagang.
Hukum dagang bisa juga disebut hukum perdata dalam pengertian sempit. Van
Khan berpendapat bahwa hukum dagang ialah satu tambahan hukum perdata,
tambahan khsusus (lex spesialis). Hukum dagang tidaklah berdiri sendiri lepas
dari hukum perdata, melainkan melengkapi hukum perdata.
b. Hukum adat
Hukum adat ialah peraturan hukum yang tumbuh serta berkembang pada
masyarakat tertentu dan hanya dipatuhi oleh masyarakat yang bersangkutan.
Hukum adat biasanya merupakan perbuatan berulang-ulang terhadap hal yang
sama, kemudian diterima serta disetujui oleh masyarakat sehingga bagiorang yang
melanggarnya akan merasa bertentangan dengan perasaan hukum. Beberapa
contoh hukum adat ialah perkawinan adat Batak berdasarkan garis keturunan
patrilineal, tata cara pernikahan daerah Jawa, dan pembagian warisan (adat) di
Minangkabau menurut garis keturunan matrilineal.
2.4.5. Menurut wujudnya

15

1. Hukum subjektif, yakni hukum yang timbul dari hukum objektif yang
dihubungkan dengan seseorang tertentu. Contohnya, UU No. 1/74 tentang
Perkawinan.
2. Hukum objektif, yaitu hukum dalam negara yang berlaku umum dan tidak
mengenal orang atau golongan tertentu. Contohnya, UU No. 14/92 tentang Lalu
Lintas.

2.4.6. Menurut waktu berlakunya


1. lus contitutum atau hukum positif, yaitu hukum yang berlaku sekarang bagisuatu
masyarakat tertentu dalam suatu daerah tertentu atau hukum yang berlaku bagi
suatu masyarakat pada suatu waktu, dalam suatu tempat tertentu. Ada sarjana yang
menamakan hukum positif itu Tata Hukum.
2. lus constituendum, yaitu hukum yang diharapkan berlaku pada waktu yang akan
datang.
3. Hukum antarwaktu, yaitu hukum yang berlaku di mana-mana segala waktu dan
untuk segala bangsa di dunia. Hukum ini tak mengenal batas waktu melainkan
berlaku untuk selama-lamanya (abadi) terhadap siapapun juga di seluruh tempat.
2.4.7. Menurut ruang atau wilayah berlakunya
1. Hukum

lokal,

yaitu

hukum

yang

hanya

berlaku

di

suatu

daerah

tertentu.Contohnya, Hukum Adat Batak, Jawa, Dayak, dan Minangkabau.


2. Hukum nasional, yaitu hukum yang berlaku di suatu negara tertentu. Contohnya,
Hukum Nasional Indonesia, Malaysia, dan Amerika Serikat.
3. Hukum internasional, yaitu hukum yang mengatur hubungan hukum antara dua
negara atau lebih. Contohnya, hukum perang dan hukum perdata internasional.
2.4.8. Menurut tugas dan fungsi
Berdasarkan tugas dan fungsinya, hukum terbagi atas hukum material dan
hukum formal.Hukum yang mengatur peraturan yang berhubungan dengan
kepentingan

yang

berwujud

perintah

dan

larangan

disebut

hukum

material.Misalnya, hukum pidana, hukum perdata, dan hukum dagang. Hukum

16

yang mengatur cara bagaimana mempertahankan berlakunya hukum material


apabila hukum material dilanggar disebut hukum acara atau formal. Misalnya,
bagaimana cara mengajukan tuntutan dan cara hakim mengambil keputusan.

2.5.

Negara Hukum Indonesia

2.5.1. Landasan Yuridis Negara Hukum Indonesia


(a) Dasar pijakan bahwa nehara Indonesia adalah negara hukum sekarang ini tertuang
dengan jelas pada Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Perubahan Ketiga, yang berbunyi
Negara Indonesia adalah negara hukum.
(b) Dimasukannya ketentuan ini ke dalam bagian pasal UUD 1945 menunjukkan
semakin kuatnya dasar hukum serta menjadi amanat negara, bahwa negara
Indonesia adalah dan harus merupakan negara hukum.
(c) Sebelumnya, landasan negara hukum Indonesia kita temukan dalam bagian
Penjelasan Umum UUD 1945 tentang Sistem Pemerintahan Negara, yaitu sebagai
berikut :
1. Indonesia ialah negara yang berdasar atas hukum (Rechtsstaat). Negara
Indonesia berdasar atas Hukum (Rechtsstaat), tidak berdasar atas kekuasaan
belaka (Machtsstaat).
2. Sistem Konstitusional. Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum
dasar), tidak bersifat absolutime (kekuasaan yang tidak terbatas).
(d) Berdasarkan perumusan di atas, negara Indonesia memakai istilah Rechtsstaat
yang kemungkinan dipengaruhi oleh konsep hukum Belanda yang termasuk
dalam wilayah Eropa Kontinental.
(e) Perumusan negara hukum Indonesia adalah :
1. Negara berdasar atas hukum, bukan berdasar atas kekuasaan
2. Pemerintah

negara

berdasar

atas

suatu

belaka;

konstitusi

dengan

kekuasaan pemerintahan terbatas, tidak absolut.


(f) Konsepsi negara hukum Indonesia dapat kita masukkan dalam konsep negara
hukum materiil atau negara hukum dalam arti luas.
(g)

Hal ini dapat kita ketahui dari perumusan mengenai tujuan bernegara
sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea IV.
17

(h) Dalam hal tujuan bernegara, negara bertugas dan bertanggung jawab tidak hanya
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia tetapi
juga memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial.
(i) Negara juga memiliki dasar dan sekaligus tujuan yaitu mewujudkan suatu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
(j) Dasar lain yang dapat dijadikan landasan bahwa Indonesia adalah negara hukum
dalam arti materiil terdapat dalam bagian pasal-pasal UUD 1945, sebagai berikut :
a. Pada bab XIV tentang Perekonomian Negara dan Kesejahteraan Sosial Pasal 33
dan 34 UUD 1945, yang menegaskan bahwa negara turut aktif dan bertanggung
jawab atas perekonomian negara dan kesejahteraan rakyat. Adapun rumusanrumusan tersebut sebagai berikut :
Pasal 33
(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak yang dikuasai oleh negara.
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan
prinsip

kebersamaan,

efisiensi

berkeadilan,

berkelanjutan,

berwawasan

lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan


kesatuan ekonomi nasional.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undangundang.
Pasal 34
(1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.
(2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan.

18

(3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum yang layak.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undangundang.
b. Pada bagian Penjelasan Umum tentang Pokok-pokok Pikiran dalam Pembukaan
juga dinyatakan perlunya turut serta dalam kesejahteraan rakyat. Rumusan
tersebut sebagai berikut :
1. Negara begitu bunyinya melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan dengan mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam pembukaan ini diterima
aliran pengertian negara persatuan, negara yang melindungi dan meliputi segenap
bangsa seluruhnya. Jadi, negara mengatasi segala paham golongan, mengatasi
segala paham perseorangan. Negara, menurut pengertian pembukaan itu
menghendaki persatuan, meliputi segenap bangsa Indonesia seluruhnya. Inilah
suatu dasar negara yang tidak boleh dilupakan.
2. Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
(k) Dengan demikian jelas bahwa secara konstitusional, negara Indonesia adalah
negara hukum yang dinamis (negara hukum materiil) atau negara kesejahteraan
(welfare state).
(l) Dalam negara hukum Indonesia yang dinamis dan luas ini para penyelenggara
negara dituntut untuk berperan luas demi kepentingan dan kesejahteraan rakyat.
2.5.2. Perwujudan Negara Hukum di Indonesia
a. Operasionalisasi dari konsep negara hukum Indonesia dituangkan dalam
konstitusi negara, yaitu UUD 1945.
b. UUD 1945 merupakan hukum dasar negara yang menempati posisi sebagai
hukum negara tertinggi dalam tertib hukum (legal order)Indonesia.
c. Di bawah UUD 1945 terdapat berbagai aturan hukum / peraturan perundangundangan yang bersumber dan berdasarkan pada UUD 1945.
d. Legal order yang merupakan satu kesatuan sistem hukum yang tersusun secara
tertib di Indonesia dituangkan dalam Ketetapan MPR No. III/MPR/2000 tentang
Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan.

19

e. Dalam ketetapan tersebut dinyatakan bahwa yang dimaksud sumber hukum adalah
sumber yang dijadikan bahan untuk penyusunan peraturan perundang-undangan.
f. Sumber hukum terdiri atas sumber hukum tertulis dan tidak tertulis.
g. Sumber hukum dasar nasional adalah Pancasila sebagaimana yang tertulis dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu :
1.

Ketuhanan Yang Maha Esa

2.

Kemanusiaan yang adil dan beradab

3.

Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan

yang

dipimpin

oleh

hikmat

kebijaksanaan

dalam

permusyawaratan/perwakilan
5. Serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia
6. Batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945.
h. Adapun tata urutan perundangan adalah sebagai berikut :
1. Undang-Undang Dasar 1945
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
3. Undang-Undang
4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)
5. Peraturan Pemerintah :
1. Keputusan Presiden
2. Peraturan Daerah
i. Penjelasan dari masing-masing aturan perundangan tersebut adalah sebagai
berikut :
1.

Undang-Undang Dasar 1945 merupakan hukum dasar tertulis Negara Republik


Indonesia, memuat dasar dan garis besar hukum dalam penyelenggaraan
negara.

2.

Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia merupakan


putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagai pengemban kedaulatan
rakyat yang ditetapkan dalam sidang-sidang Majelis Permusyawaratan
Rakyat.

3.

Undang-undang dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat bersama Presiden untuk


melaksanakan Undang-Undang Dasar 1945 serta Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia.

4.

Peraturan pemerintah pengganti undang-undang dibuat oleh Presiden dalam hal


ihwal kegentingan yang memaksa, dengan ketentuan sebagai berikut.
20

Peraturan pemerintah pengganti undang-undang harus diajukan ke Dewan


Perwakilan Rakyat dalam persidangan yang berikut. Dewan Perwakilan
Rakyat dapat menerima atau menolak peraturan pemerintah pengganti
undang-undang dengan tidak mengadakan perubahan. Jika ditolak Dewan
Perwakilan Rakyat, peraturan pemerintah pengganti undang-undang tersebut
harus dicabut.
5.

Peraturan pemerintah dibuat oleh Pemerintah untuk melaksanakan perintah


undang-undang.

6.

Keputusan presiden yang bersifat mengatur dibuat oleh Presiden untuk


menjalankan fungsi dan tugasnya berupa pengaturan pelaksanaan administrasi
negara dan administrasi pemerintahan.

7.

Peraturan daerah merupakan peraturan untuk melaksanakan aturan hukum di


atasnya dan menampung kondisi khusus dari daerah yang bersangkutan.
j. Peraturan daerah provinsi dibuat oleh dewan perwakilan rakyat daerah provinsi
bersama dengan gubernur.
k. Peraturan daerah kabupaten/kota dibuat oleh dewan perwakilan rakyat daerah
kabupaten/kota bersama bupati/walikota.
l. Peraturan desa atau yang setingkat, dibuat oleh badan perwakilan desa atau yang
setingkat, sedangkan tata pembuatan peraturan desa atau yang setingkat diatur
oleh peraturan daerah kabupaten/kota yang bersangkutan.
m. Ketetapan MPR tersebut menunjukkan bahwa di negara hukum Indonesia, hukum
merupakan satu kesatuan sistem hukum yang bertingkat dan hierarkis.
n. Norma hukum di atas merupakan sumber dan dasar bagi pembuatan norma hukum
di bawahnya.
o. Selanjutnya, jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan dinyatakan dalam
Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan.
p. Jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia menurut UndangUndang No. 10 Tahun 2004 tersebut adalah sebagai berikut :

1.

Undang-Undang Dasar 1945

2.

Undang-Undang (UU) atau Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang


(Perpu)

21

3.

Peraturan Pemerintah (PP)

4.

Peraturan Presiden (Perpres)


Peraturan Daerah (Perda)
q. Penjelasan dari masing-masing peraturan perundang-undangan sebagaimana yang
terdapat dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tersebut sebagai berikut :
1.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


merupakan hukum dasar dalam Peraturan Perundang-undangan. Sebagai
hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum bagi pembentukan
peraturan perundang-undangan di bawahnya.

2.

Undang-Undang adalah Peraturan Perundang-undangan yang


dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan persetujuan bersama
Presiden.

3.

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang adalah Peraturan


Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ihwal
kegentingan yang memaksa.

4.

Peraturan Pemerintah adalah Peraturan Perundang-undangan yang


ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana
mestinya.

5.

Peraturan Presiden adalah Peraturan Perundang-undangan yang


dibuat oleh Presiden.

6.

Peraturan Daerah adalah Peraturan Perundang-undangan yang


dibentuk oleh dewan perwakilan rakyat daerah dengan persetujuan bersama
kepala daerah.

r. Dengan keluarnya Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan


Peraturan Perundang-undangan maka status hukum dari Ketetapan MPR No.
III/MPR/2000 dapat dikatakan tidak berlaku lagi.
s. Hal ini dikarenakan berdasar Ketetapan MPR No. I/MPR/2003 tentang Peninjauan
terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sementara dan Ketetapan Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun
1960 sampai dengan Tahun 2002, Ketetapan MPR No. III/MPR/2000 termasuk
dalam kategori Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan

22

Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia yang tetap


berlaku sampai dengan terbentuknya undang-undang.
t. Karena sudah terbentuk Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 yang isinya juga
mengatur perihal peraturan perundang-undangan di Indonesia maka Tetapan MPR
tersebut sudah tidak berlaku lagi.
u. Negara Hukum Indonesia menurut UUD 1945 mengandung prinsip-prinsip
sebagai berikut :
1. Norma hukumnya bersumber pada Pancasila sebagai hukum dasar nasional dan
adanya hierarki jenjang norma hukum (stufenbouwtheorie-nya Hans Kelsen).
2. Sistemnya, yaitu sistem konstitusi.
UUD 1945 sebagai naskah keseluruhan terdiri dari Pembukaan, Batang tubuh
dan Penjelasan sebagai hukum dasar negara.UUD 1945 hanya memuat aturanaturan pokoknya saja, sedangkan peraturan lebih lanjut dibuat oleh organ negara,
sesuai dengan dinamika pembangunan dan perkembangan serta kebutuhan
masyarakat.UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan di bawahnya
membentuk kesatuan sistem hukum.
3. Kedaulatan rakyat atau prinsip demokrasi
Dapat dilihat dari Pembukaan UUD 1945 yaitu dasar Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan Pasal 2 ayat
(2) yaitu Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut
ketentuan Undang-Undang Dasar.
4. Prinsip persamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan (Pasal 27 ayat (1)
UUD 1945).
5. Adanya organ pembentuk undang-undang (Presiden dan DPR)
6. Sistem pemerintahannya adalah presidensiil.
7. Kekuasaan kehakiman yang bebas dari kekuasaan lain (eksekutif)
8. Hukum bertujuan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

23

9. Adanya jaminan akan hak asasi dan kewajiban dasar manusia (Pasal 28 A-J
UUD 1945).
2.5.3. Hubungan Negara Hukum dengan Demokrasi
a. Hubungan antara negara hukum dengan demokrasi dapat dinyatakan bahwa
negara demokrasi pada dasarnya adalah negara hukum.
b. Namun, negara hukum belum tentu negara demokrasi.
c. Negara hukum hanyalah satu ciri dari negara demokrasi.
d. Franz Magnis Suseno (1997) menyatakan adanya 5 (lima) gugus ciri hakiki dari
negara demokrasi.
e. Kelima ciri negara demokrasi tersebut adalah :
1. Negara hukum
2. Pemerintah di bawah kontrol nyata masyarakat
3. Pemilihan umum yang bebas
4. Prinsip mayoritas
5. Adanya jaminan terhadap hak-hak demokratis
f. Berdasarkan sejarah perkembangannya, tumbuhnya negara hukum, baik formal
maupun materiil bermula dari gagasan demokrasi konstitusional, yaitu negara
demokrasi yang berdasar atas konstitusi.
g. Gagasan demokrasi konstitusional abad ke-19 menghasilkan negara hukum klasik
(formil), sedang demokrasi konstitusional dalam abad ke-20 menghasilkan Rule
of Law yang dinamis (negara hukum materiil).
h. Demokrasi baik sebagai bentuk pemerintahan maupun suatu sistem politik
berjalan di atas dan tunduk pada koridor hukum yang disepakati bersama sebagai
aturan main demokrasi.
i. Adapun demokrasi sebagai sikap hidup ditunjukkan dengan adanya perilaku yang
taat pada aturan main yang telah disepakati bersama pula.
j. Aturan main itu umumnya dituangkan dalam bentuk norma hukum.
k. Dengan demikian di negara demokrasi, hukum menjadi sangat dibutuhkan sebagai
aturan dan prosedur demokrasi.
l. Tanpa aturan hukum, kebebasan dan kompetisi sebagai ciri demokrasi akan liar
tidak terkendalikan.
m. Jadi, negara demokrasi sangat membutuhkan hukum.

24

n. Menjadi negara hukum belum tentu telah menjadi negara demokrasi.


o. Masih dibutuhkan syarat-syarat di luar negara hukum agar dapat dinyatakan
sebagai negara demokrasi, seperti adanya pemilihan umum, kebebasan
berpendapat, dan sebagainya.
p. Namun demikian menurut hemat penulis, negara hukum adalah syarat pertama
dan utama bagi negara demokrasi.
q. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Mirriam Budiarjo dalam Franz Magnis
Suseno (1997) yang menyatakan bahwa demokrasi konstitusional pertama-tama
merupakan Rechtsstaat.
r. Perumusan yuridis dari prinsip-prinsip dalam demokrasi konstitusional dikenal
dengan istilah Rechtsstaat atau Rule of Law (negara hukum).
2.6.

Hakikat Hak Asasi Manusia

2.6.1. Pengertian Hak Asasi Manusia


Hak asasi manusia merupakan hak dasar yang melekat dan dimiliki setiap
manusia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Musthafa Kemal Pasha (2002)
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan hak asasi manusia ialah hak-hak dasar
yang dibawa manusia sejak lahir yang melekat pada esensinya sebagai anugerah
Allah SWT. Pendapat lain yang senada menyatakan bahwa hak asasi manusia
adalah hak-hak yang dibawa sejak lahir dan melekat dengan potensinya sebagai
makhluk dan wakil Tuhan (Gazalli, 2004). Rumusan sejak lahir sekarang ini
dipertanyakan, sebab bayi yang ada dalam kandungan sudah memiliki hak untuk
hidup. Oleh karena itu, rumusan yang lebih sesuai adalah hak dasar yang melekat
pada manusia sejak ia hidup.
Kesadaran akan hak asasi manusia didasarkan pada pengakuan bahwa
semua manusia sebagai makhluk Tuhan memiliki derajat dan martabat yang sama.
Dengan pengakuan akan prinsip dasar tersebut, setiap manusia memiliki hak dasar
yang disebut hak asasi manusia. Jadi, kesadaran akan adanya hak asasi manusia
tumbuh dari pengakuan manusia sendiri bahwa mereka adalah sama dan sederajat.
Pengakuan terhadap HAM memiliki dua landasan, sebagai berikut :

25

1) Landasan yang langsung dan pertama, yakni kodrat manusia. Kodrat manusia
adalah sama derajat dan martabatnya. Semua manusia adalah sederajat tanpa
membedakan ras, agama, suku, bahasa dan sebagainya.
2) Landasan yang kedua dan yang lebih dalam : Tuhan menciptakan manusia. Semua
manusia adalah makhluk dari pencipta yang sama yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
Karena itu di hadapan Tuhan manusia adalah sama kecuali nanti pada amalnya.
Dengan demikian, kesadaran manusia akan hak asasi manusia itu ada,
karena pengakuan atas harkat dan martabat yang sama sebagai manusia. Selama
manusia belum mengakui adanya persamaan harkat dan martabat manusia maka
hak asasi manusia belum bisa ditegakkan. Hak dasar seseorang atau kelompok
tidak diakui dan dihargai selama mereka dianggap tidak memiliki harkat dan
derajat yang sama sebagai manusia. Bila hak asasi manusia belum dapat
ditegakkan maka akan terus terjadi pelanggaran dan penindasan atas hak asasi
manusia, baik oleh masyarakat, bangsa, dan pemerintah suatu negara. Pada masa
lalu, manusia banyak yang belum mengakui derajat manusia lain. Akibatnya
banyak terjadi penindasan manusia oleh manusia lain. Misalnya penjajahan,
perbudakan, dan penguasaan. Bangsa Indonesia dahulu pernah mengalami
penjajahan bangsa lain. Oleh karena itu, perjuangan menegakkan hak asasi
manusia harus terus-menerus dilakukan. Pada masa sekarang pun masih banyak
manusia atau bangsa, yang menindas manusia dan bangsa lain.
Hak asasi manusia wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh
negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia. Secara definitif, hak artinya kekuasaan atau
wewenang yang dimiliki seseorang atas sesuatu di luar dirinya (Suria Kusuma,
1986).
Kebalikan dari hak adalah kewajiban yang berarti tugas yang harus
dijalankan manusia untuk mengakui kekuasaan itu. Setiap orang memiliki hak
dasar memeluk agama, yang berarti kebebasan dan kewenangan dia untuk
menganut suatu agama sedangkan orang lain memiliki kewajiban untuk mengakui
kewenangan orang tersebut. Hubungan ini akan terjadi bilamana ada pengakuan
yang sama antar manusia itu sendiri. Istilah hak asasi manusia bermula dari Barat
yang dikenal dengan right of man untuk menggantikan natural right. Karena

26

istilah right of man tidak mencakup right of women maka oleh Eleanor Roosevelt
diganti dengan istilah human right yang lebih universal dan netral (Gazalli, 2004).
Istilah natural right berasal dari konsep John Locke (1632-1704) mengenai hakhak alamiah manusia. John Locke menggambarkan bahwa kehidupan manusia
yang asli sebelum bernegara (state of nature) memiliki hak-hak dasar perorangan
yang alami. Hak-hak alamiah itu meliputi hak untuk hidup, hak kemerdekaan,
dan hak milik. Setelah bernegara, hak-hak dasar itu tidak lenyap tetapi justru
harus dijamin dalam kehidupan bernegara.
2.6.2. Macam Hak Asasi Manusia
1.

Berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi


Manusia, dinyatakan bahwa hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang
melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi,
dan dilindungi oleh negara hukum, pemerintahan, dan setiap orang demi

2.

kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.


Berdasarkan pengertian hak asasi manusia, ciri pokok dari hakikat hak asasi
manusia adalah (Tim ICCE UIN, 2003) :

Hak asasi manusia tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. Hak asasi
manusia adalah bagian dari manusia secara otomatis.

Hak asasi manusia berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin,
asal usul, ras, agama, etnik, dan pandangan politik.

Hak asasi manusia tidak boleh dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak untuk
membatasi atau melanggar hak orang lain. Orang tetap memiliki hak asasi
manusia meskipun sebuah negara membuat hukum yang tidak melindungi
bahkan melanggar hak asasi manusia.
3. Hak asasi manusia merupakan hak dasar dari manusia.
4. Apa saja yang termasuk hak dasar manusia itu senantiasa berubah menurut
ukuran zaman dan perumusannya.
5. Beberapa contoh hak dasar tersebut sebagai berikut :

27

a. Hak asasi manusia menurut Piagam PBB tentang Deklarasi Universal of


Human Rights 1948, meliputi :
a. Hak berpikir dan mengeluarkan pendapat,
b. Hak memiliki sesuatu,
c. Hak mendapatkan pendidikan dan pengajaran,
d. Hak menganut aliran kepercayaan atau agama,
e. Hak untuk hidup,
f. Hak untuk kemerdekaan hidup,
g. Hak untuk memperoleh nama baik,
h. Hak untuk memperoleh pekerjaan, dan
i. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum.
j. Hak asasi manusia menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia, meliputi :
a. Hak untuk hidup,
b. Hak berkeluarga,
c. Hak mengembangkan diri,
d. Hak keadilan,
e. Hak kemerdekaan,
f.

Hak berkomunikasi,

g. Hak keamanan,
h. Hak kesejahteraan, dan
i.

Hak perlindungan
6.

Hak asasi manusia meliputi berbagai bidang, sebagai berikut :

a. Hak asasi pribadi (Personal Rights), misal, hak kemerdekaan, hak menyatakan
pendapat, hak memeluk agama.
b. Hak asasi politik (Political Rights), yaitu hak untuk diakui sebagai warga negara.
Misalnya, memilih dan dipilih, hak berserikat, hak berkumpul.
c. Hak asasi ekonomi (Property Rights), misal, hak memiliki sesuatu, hak
mengadakan perjanjian, hak bekerja, hak mendapat hidup layak.
d. Hak asasi sosial dan kebudayaan (Social and Cultural Rights), misal,
mendapatkan

pendidikan,

hak

mendapat

santunan,

hak

pension,

hak

mengembangkan kebudayaan, hak berekspresi.

28

e. Hak untuk mendapat perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan
(Rights of Legal Equality).
f. Hak untuk mendapat perlakuan yang sama dalam tata cara peradilan dan
perlindungan (Procedural Rights).
2.7.

Perkembangan Hak Asasi Manusia

2.7.1. Sejarah Pengakuan Hak Asasi Manusia


Latar belakang sejarah hak asasi manusia, pada hakikatnya, muncul karena
inisiatif manusia terhadap harga diri dan martabatnya, sebagai akibat tindakan
sewenang-wenang dari penguasa, penjajahan, perbudakan, ketidakadilan, dan
kezaliman (tirani). Perkembangan pengakuan hak asasi manusia ini berjalan
secara perlahan dan beraneka ragam. Perkembangannya dapat kita lihat berikut
ini.
2.7.1.1. Perkembangan Hak Asasi Manusia pada Masa Sejarah
1) Perjuangan Nabi Musa dalam membebaskan umat Yahudi dari perbudakan (tahun
6000 sebelum Masehi)
2) Hukum Hammurabi di Babylonia yang memberi jaminan keadilan bagi warga
negara (tahun 2000 sebelum Masehi)
3) Socrates (469-399 SM), Plato (429-347 SM), dan Aristotoles (384-322 SM)
sebagai filsuf Yunani peletak dasar diakuinya hak asasi manusia. Mereka
mengajarkan untuk mengkritik pemerintah yang tidak berdasarkan keadilan, citacita, dan kebijaksanaan.
4) Perjuangan Nabi Muhammad saw. untuk membebaskan para bayi wanita dan
wanita dari penindasan bangsa Quraisy (tahun 600 Masehi).
2.7.1.2.

Perkembangan Hak Asasi Manusia di Inggris


1. Inggris merupakan negara pertama di dunia yang memperjuangkan hak asasi
manusia.
2. Perjuangan tersebut tampak dari beberapa dokumen sebagai berikut :

1) Tahun 1215, munculnya piagam Magna Charta atau Piagam Agung. Terjadi
pada pemerintahan Raja John, yang bertindak sewenang-wenang terhadap rakyat
dan terhadap kelompok bangsawan. Tindakan Raja John tersebut mengakibatkan

29

rasa tidak puas kaum bangsawan yang kemudian berhasil membuat suatu
perjanjian yang disebut Magna Charta. Magna Charta membatasi kekuasaan Raja
John di Inggris.
2) Tahun 1628, keluarnya piagam Petition of Rights. Dokumen ini berisi
pertanyaan mengenai hak-hak rakyat beserta jaminannya. Hak-hak tersebut adalah
:
a)

Pajak dan pungutan istimewa harus disertai persetujuan;

b)

Warga negara tidak boleh dipaksanakan menerima tentara di rumahnya;

c)

Tentara tidak boleh menggunakan hukum perang dalam keadaan damai.

3) Tahun 1679, munculnya Habeas Corpus Act. Dokumen ini merupakan undangundang yang mengatur tentang penahanan seseorang. Isinya adalah sebagai
berikut :

Seseorang yang ditahan segera diperiksa dalam waktu


dua hari setelah penahanan

Alasan penahanan seseorang harus disertai bukti yang


sah menurut hukum.

4) Tahun 1689, keluar Bill of Rights. Merupakan undang-undang yang diterima


parlemen Inggris sebagai bentuk perlawanan terhadap Raja James II. Bill of
Rights ini merupakan undang-undang yang diterima parlemen Inggris, yaitu
tentang :
a) Kebebasan dalam pemilihan anggota parlemen
b) Kebebasan berbicara dan mengeluarkan pendapat
c) Pajak, undang-undang, dan pembentukan tentara tetap harus seizing
d) Hak

warga

masing-

negara

untuk

memeluk

agama

menurut

parlemen

kepercayaannya

masing

e) Parlemen berhak untuk mengubah keputusan raja.


2.7.1.3.

Perkembangan Hak Asasi Manusia di Amerika Serikat

1) Perjuangan penegakkan hak asasi manusia di Amerika didasari pemikiran John


Locke, yaitu tentang hak-hak alam seperti, hak hidup (life), hak kebebasan
(liberty), dan hak milik (property).

30

2) Dasar inilah yang kemudian dijadikan landasan bagi pengakuan hak-hak asasi
manusia yang terlihat dalam Declaration of Independence of The United States.
3) Di Amerika Serikat perjuangan hak-hak asasi manusia itu adalah karena rakyat
Amerika Serikat yang berasal dari Eropa sebagai emigrant merasa tertindas oleh
pemerintahan Inggris, yang pada waktu itu merupakan jajahan Inggris.
4) Amerika Serikat berhasil mencapai kemerdekaannya pada tanggal 4 Juli 1776.
5) Deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat dimasukkan dalam konstitusi negara
tersebut.
6) Dalam sejarah perjuangan hak asasi manusia, negara Amerika Serikat dapat
dikatakan sebagai negara pertama yang menetapkan dan melindungi hak asasi
manusia dalam konstitusinya.
2.7.1.4.

Perkembangan Hak Asasi Manusia di Prancis

1) Perjuangan hak asasi manusia di Prancis dirumuskan dalam suatu naskah pada
awal Revolusi Prancis pada tahun 1789, sebagai pernyataan tidak puas dari kaum
borjuis dan rakyat terhadap kesewenang-wenangan Raja Louis XVI.
2) Naskah tersebut dikenal dengan Declaration des Droits de L home et Du Citoyen
(pernyataan mengenai hak-hak asasi manusia dan warga negara).
3) Deklarasi ini menyatakan bahwa hak asasi manusia ialah hak-hak alamiah yang
dimiliki manusia menurut kodratnya, yang tidak dapat dipisahkan daripada
hakikatnya dan karena itu bersifat suci.
4) Revolusi Prancis ini terkenal sebagai perjuangan penegakkan HAM di Eropa.
5) Dalam revolusi ini, muncul semboyan Liberty, Egality, dan Fraternity
(Kebebasan, Persamaan, dan Persaudaraan).
6) Pada tahun 1791, deklarasi ini dimasukkan dalam konstitusi Prancis.

2.7.1.5.

Atlantic Charter Tahun 1941


1. Atlantic Charter, muncul pada saat terjadinya Perang Dunia II yang dipelopori
oleh F.D. Roosevelt, yang menyebutkan The Four Freedom (empat macam
kebebasan) :

Kebebasan untuk beragama (freedom of religion);

31

Kebebasan untuk berbicara dan berpendapat (freedom of speech and


throught);

Kebebasan dari rasa takut (freedom of fear);

Kebebasan dari kemelaratan (freedom of want).

2. Empat kebebasan tersebut dianggap sebagai tiang penjaga hak-hak asasi


manusia yang mendasar.
2.7.1.6.
1.

Pengakuan Hak Asasi Manusia oleh Perserikatan Bangsa-bangsa


Pada tanggal 10 Desember 1948, PBB telah berhasil merumuskan naskah yang
dikenal dengan Universal Declaration of Human Rights, yaitu pernyataan sedunia
tentang hak-hak asasi manusia, sehingga tanggal 10 Desember sering diperingati
sebagai hari hak asasi manusia.

2.

Isi pokok deklarasi itu tertuang dalam Pasal 1 yang menyatakan :


Sekalian orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang
sama. Mereka dikaruniai akal dan budi, dan hendaknya bergaul satu sama lain
dalam persaudaraan.

3.

Deklarasi tersebut melambangkan komitmen moral dunia internasional pada hak


asasi manusia.

4.

Deklarasi universal ini menjadi pedoman sekaligus standar minimum yang dicitacitakan umat manusia untuk menciptakan dunia yang lebih baik dan damai.

5.

Berawal dari Deklarasi universal tersebut, negara-negara yang tergabung dalam


berbagai organisasi dan kelompok regional mulai merumuskan bersama hak asasi
manusia sebagai komitmen mereka dalam menegakkan hak asasi manusia.

6.

Setiap negara pun juga mulai menunjukkan jaminan hak asasi manusia dalam
konstitusi atau undang-undang dasarnya.
2.7.1.7. Hasil Sidang Majelis Umum PBB Tahun 1966
1. Tahun 1966, dalam siding Majelis Umum PBB, telah diakui covenants on
Human Rights dalam hukum Internasional dan diratifikasi oleh negara-negara
anggota PBB. Covenants tersebut antara lain :

32

1.

The International on Civil and Political Rights, yaitu tentang hak sipil dan hak
politik (konvensi tentang hak sipil dan politik, 1966);

2.

The International Covenant of Economic, Social, and Cultural Rights, yaitu berisi
syarat-syarat dan nilai-nilai bagi sistem demokrasi ekonomi, sosial, dan budaya
(konvensi tentang hak ekonomi, sosial, dan budaya, 1966);

3.

Optional Protocol, adanya kemungkinan seorang warga negara yang mengadukan


pelanggaran hak asasi manusia kepada The Human Rights Committee PBB setelah
melalui upaya pengadilan di negaranya.
2. Selanjutnya, berkembang beberapa deklarasi mengenai hak asasi manusia di
dunia, antara lain :

Declaration on the Rights of People to Peace (Deklarasi Hak Bangsa atas


Perdamaian) pada tahun 1984 oleh negara dunia ketiga.

Declaration on the Rights to Development (Deklarasi Hak atas Pembangunan)


pada tahun 1986 oleh negara dunia ketiga.

African Charter on Human and Peoples Rights (Banjul Charter) oleh negara
Afrika yang tergabung dalam Persatuan Afrika (OAU) pada tahun 1981.

Cairo Declaration on Human Rights in Islam oleh negara yang tergabung


dalam OKI (Organisasi Konferensi Islam) tahun 1990.

Bangkok Declaration diterima oleh negara-negara Asia pada tahun 1993.

Deklarasi Wina tahun 1993 yang merupakan deklarasi universal dari negaranegara yang tergabung dalam PBB.
3. Berdasarkan sejarah perkembangannya, ada 3 (tiga) generasi hak asasi
manusia, sebagai berikut :

Generasi pertama adalah Hak Sipil dan Politik yang bermula di dunia
Barat (Eropa), contohnya : hak atas hidup, hak atas kebebasan dan
keamanan, hak atas kesamaan di muka peradilan, hak kebebasan berpikir
dan berpendapat, hak beragama, hak berkumpul dan hak untuk berserikat.

Generasi kedua adalah Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya yang


diperjuangkan oleh negara Sosialis di Eropa Timur, misalnya : hak atas
pekerjaan, hak atas penghasilan yang layak, hak membentuk serikat

33

pekerja, hak atas pangan, kesehatan, hak atas perumahan, pendidikan, dan
hak atas jaminan sosial.

Generasi ketiga adalah Hak Perdamaian dan Pembangunan yang


diperjuangkan oleh negara-negara berkembang (Asia-Afrika), misalnya :
hak bebas dari ancaman musuh, hak setiap bangsa untuk merdeka, hak
sederajat dengan bangsa lain, dan hak mendapatkan kedamaian.
4. Perkembangan berikutnya, yaitu munculnya generasi keempat hak asasi
manusia (Tim ICCE UIN, 2003).
5. Hak asasi manusia generasi keempat ini mengkritik peranan negara yang
sangat dominan dalam proses pembangunan yang berfokus pembangunan
ekonomi sehingga menimbulkan dampak negative bagi keadilan rakyat.
6. Program pembangunan dijalankan tidak memenuhi kebutuhan rakyat banyak
tetapi untuk sekelompok atau elite penguasa saja.
7. Pemikiran hak asasi manusia generasi keempat dipelopori oleh negara-negara
Asia pada tahun 1983 yang melahirkan deklarasi hak asasi manusia yang disebut
Declaration of The Basic Duties of Asian People and Government.
8. Pemikiran generasi keempat ini lebih maju dari generasi ketiga, karena tidak
saja mencakup struktural, tetapi juga berpijak pada terciptanya tatanan sosial yang
berkeadilan.
9. Deklarasi Hak Asasi Manusia Asia selain berbicara tentang hak asasi juga
berbicara tentang kewajiban asasi.

34

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Tegaknya HAM selalu mempunyai hubungan korelasional positif
dengan tegaknya negara hukum. Sehingga dengan dibentuknya KOMNAS
HAM dan Pengadilan HAM, regulasi hukum HAM dengan ditetapkannya
UU No. 39 Tahun 1999 dan UU No. 26 Tahun 2000 serta dipilihnya para
hakim ad hoc, akan lebih menyegarkan iklim penegakkan hukum yang sehat.
Artinya kebenaran hukum dan keadilan harus dapat dinikmati oleh setiap
warganegara secara egaliter. Disadari atau tidak, dengan adanya political
will dari pemerintah terhadap penegakkan HAM, hal itu akan berimplikasi
terhadap budaya politik yang lebih sehat dan proses demokratisasi yang lebih
cerah. Dan harus disadari pula bahwa kebutuhan terhadap tegaknya HAM dan
keadilan itu memang memerlukan proses dan tuntutan konsistensi politik.
Begitu pula keberadaan budaya hukum dari aparat pemerintah dan tokoh
masyarakat

merupakan

faktor

penentu (determinant) yang

mendukung

tegaknya HAM.
Kenyataan menunjukkan bahwa masalah HAM di indonesia selalu
menjadi sorotan tajam dan bahan perbincangan terus-menerus, baik karena
konsep dasarnya yang bersumber dari UUD 1945 maupun dalam realita
praktisnya di lapangan ditengarai penuh dengan pelanggaran-pelanggaran.
Sebab-sebab pelanggaran HAM antara lain adanya arogansi kewenangan dan
kekuasaan yang dimiliki seorang pejabat yang berkuasa, yang mengakibatkan
sulit mengendalikan dirinya sendiri sehingga terjadi pelanggaran terhadap
hak-hak orang lain. Perkembangan dan perjuangan dalam mewujudkan
tegaknya HAM di Indonesia terutama terjadi setelah adanya perlawanan
terhadap penjajahan bangsa asing, sehingga tidak bisa dilihat sebagai
pertentangan yang hanya mewakili kepentingan suatu golongan tertentu saja,

35

melainkan menyangkut kepentingan bangsa Indonesia secara utuh.

Dewasa

ini, meskipun ditengarai banyak kasus pelanggaran HAM berat di Indonesia,


tetapi secara umum Implementasi HAM di Indonesia, baik menyangkut
perkembangan dan penegakkannya

mulai menampakkan tanda-tanda

kemajuan. Hal ini terlihat dengan adanya regulasi hukum HAM melalui
peraturan perundang-undangan. Di samping itu telah dibentuknya Pengadilan
HAM dalam upaya menyelesaikan berbagai kasus pelanggaran HAM berat
yang terjadi.
3.2. Saran
Pengawalan penegakkan HAM kian berat. Tak semudah membalik
telapak tangan. Buktinya di bangsa yang berumur 71 tahun ini belum bisa
sepenuhnya menancapkannya. Walau masih bangsa muda dibandingkan
dengan Negara-negara barat, namun waktu seperti itu bukanlah sempit bagi
pemerintah kita untuk mewujudkannya. Namun mari kembali lagi pada
kenyataannya. Bangsa Indonesia belum menjamin HAM warganya. Di
butuhkan keseriusan pemerintah untuk mempelopori penegakkan HAM di
Indonesia. Tentu saja itu tidak cukup, hanya pemerintah namun,partisipasi
dan kerja sama warga nemasih sangat dibutuhkan kerjasama warna Negara
Indonesia yang semoga baik-baik saja. Kemudian secara sinergi merongrong
Negara Indonesia yang adil. Kita sebagai mahasiswa dan generasi penerus
bangsa, sudah semestinya membantu pemerintah untuk terus menegakkan
HAM di Indonesia. Kondisi HAM di Indonesia sudah saatnya dibenahi dan
ditata ulang agar terbentuk good goverment. Segala jenis hambatan dan
tantangan yang dapat mengganggu terwujudnya pelaksanaan HAM harus
segera dihilangkan.

36

DAFTAR PUSTAKA

Azhary, Tahir. Negara Hukum, Suatu Study tentang Prinsip-prinsipnya Dilihat


dari Segi Hukum Islam, Implementasinya pada Periode Negara Madinah
dan Masa Kini. Edisi Kedua. Kencana. Jakarta. 2003.
Oemar Seno Adji. Peradilan Bebas. Negara Hukum. Erlangga Jakarta. 1980.
Jimly Asshiddiqie.Konstitusi& Konstitusionalisme Indonesia. Sekretariat Jenderal
Mahkamah Konstitusi RI. Jakarta.
Masdar F. Masudi, Hak Asasi Manusia dalam Islam. Dalam Sobirin Malian dan
SuparmanMarzuki, Pendidikan Kewarga negaraan dan Hak Asasi Manusia.
Yogyakarta: UII Press. 2003. hal. 103-104.
Masyhur Effendi. Dimensi dan Dinamika Hak Asasi Manusia dalam Hukum
Nasional dan Internasional.Jakarta, Ghalia Indonesia, 1994.
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum bagi Rakyat Indonesia, (Surabaya:
Bina Ilmu, 2010),hal 61.
Robert Audi dalam Majda El-Muhtaj, 2005, Hak Asasi Manusia dalam
KonstitusikonstitusiIndonesia, Kencana: Jakarta, hal. 50.

37

Anda mungkin juga menyukai