Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
rahmat, nikmat, hidayah serta karunianya sehingga kami dapat menyelesaian
penulisan Makalah ini dengan judul Otonomi daerah dan perkembangannya di
Kalimantan Tengah dengan lancar dan tepat pada waktunya.

Tugas ini dibuat untuk memenuhi tanggung jawab kami selaku Mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Palangka Raya Semester IV (empat) pada mata kuliah
Otonomi daerah dan perkembangannya di Kalimantan Tengah dalam Bidang
Pariwisata .

Kami menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, maka
tugas ini tidak dapat mungkin segera diselesaikan. Oleh karena itu ucapan terima
kasih yang setinggi-tingginya kami ucapkan kepada pihak yang telah membantu
kami dalam segala hal sehingga kami mampu menyelesaikan tugas ini.

Tak ada gading yang tak retak begitulah pepatah lama mengatakan. Oleh
karena itu sebagai manusia biasa, kami menyadari masih banyak kekurangan dalam
penulisan makalah ini. Kritik dan saran yang sifatnya membangun selalu kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah-makalah berikutnya.

Akhirnya semoga tugas ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi diri
kami pribadi dan pembaca pada umumnya.

Palangka Raya, 27 Maret 2016.

Penyusun,

Kelompok II

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................. 1

DAFTAR ISI ...................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............. ..................................3

B. Rumusan Masalah .................................4

C. Tujuan Pembuatan Makalah...........................................4

BAB II ISI

1. Sejarah dari Kotawaringin Barat ................................ .5

2. Visi dan Misi Kotawaringin Barat ........8

3. Pengertian Otonomi Daerah . ............. 9

4. Faktor-faktor dalam Otonomi Daerah ............ .... 14

5. Implementasi Otonomi Daerah di Kabupaten Kotawaringin Barat ..................18

6. Otonomi Daerah dalam Pengembangan Bidang Pariwisata di Kabupaten


Kotawaringin Barat.......................................................................................... 20

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................. ...24

B. Saran ...................25

DAFTAR PUSTAKA ................ ....26

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekarang ini tampaknya ada isu yang mendua terhadap sosok dan cara
kerja aparatur pemerintah berbagai daerah termasuk Kabupaten Kotawaringin
Barat salah satunya. pandangan pertama menganggap bahwa birokrasi
pemerintah ibarat sebuah perahu besar yang dapat menyelamatkan seluruh
warga masyarakat dari bencana banjir, ekonomi maupun politik. Bagaikan
dilengkapi oleh militer dan partai politik yang kuat, organisasi pemerintah
merupakan dewa penyelamat dan merupakan organ yang dikagumi masyarakat.
Pandangan ini didasarkan atas asumsi bahwa di dalam mengolah sumber daya
yang dimiliki, organisasi ini mengerahkan para intelektual dari beragam latar
belakang pendidikan sehingga keberhasilannya lebih dapat terjamin. Jadi
mereka berkesimpulan bahwa birokrasi pemerintah memegang peran utama,
bahkan peran tunggal dalam pembangunan suatu negara.
Pada sisi lain, pandangan kedua menganggap birokrasi pemerintah sering
menunjukkan gejala yang kurang menyenangkan. Bahkan hampir selalu
birokrasi pemerintah bertindak canggung, kurang terorganisir dan buruk
koordinasinya, menyeleweng, otokratik, bahkan sering bertindak korupsi. Para
aparatnya kurang dapat menyesuaikan diri dengan modernisasi orientasi
pembangunan serta perilakunyakurang inovatif dan tidak dinamis. Dalam
keadaan semacam ini, pemerintah biasanya mendominasi seluruh organ politik
dan menjauhkan diri dari masyarakat.
Berdasarkan dari kedua pandangan tersebut di atas, bahwa pada
pandangan pertama mungkin di ilhami dengan pengharapan yang muluk-muluk
dan berlebihan, yang dewasa ini mungkin sudah sangat jarang ditemukan,
sedangkan pada pandangan kedua merupakan suatu pandangan yang
berlebihan yang didasarkan pada prasangka buruk. Bisa juga terjadi kedua
pandangan tersebut bertentangan satu sama lain yang didasarkan pada
pengamatan yang mendalam dan evaluasi terhadap kondisi nyata aparatur
pemerintah.

3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang kami
ambil dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah dari Kabupaten Kotawaringin Barat ?
2. Bagaimana Visi dan misi Kabupaten Kotawaringin Barat sebenarnya?
3. Apa pengertian dari otonomi daerah?
4. Apa saja yang menjadi faktor terjadinya penyelewengan Otonomi Daerah ?
5. Bagaimana Otonomi Daerah di Kabupaten Kotawaringin Barat ?
6. Bidang Pariwisata ?

C. Tujuan Pembuatan Makalah


1. Untuk mengetahui Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Kotawaringin
Barat;
2. Untuk mengetahui Penyebab terjadinya penyelewengan otonomi daerah;
3. Untuk mengetahui bagaimana cara mengoptimalkan pelaksanaan Otonomi
Daerah.

4
BAB II
ISI

1. Sejarah Kabupaten Kotawaringin Barat

Sejak pengakuan kedaulatan oleh Belanda tanggal 27 Desember 1949


dengan berdasarkan UU nomor 22 tahun 1949 lahirlah Kabupaten Kotawaringin
dengan ibu kota Sampit dan dikepalai oleh Bupati Kepala Daerah yang pada
waktu itu bernama TJILIK RIWUT.Sedangkan daerah Swapraja Kotawaringin
Barat hanya setingkat dengan Kewedanan dengan ibu kota Pangkalan Bun
yang termasuk dalam daerah kekuasaan Wedana / Wakil Kepala Daerah yang
pada waktu itu bernama BASRI.Daerah Swapraja Kotawaringin terbagi atas
beberapa kecamatan dan dikepalai oleh seorang camat (dahulu assisten
Wedana atau Kyai).1. Kecamatan Arut Selatan, Ibu kotanya Pangkalan
Bun2. Kecamatan Kumai, Ibu kotanya Kumai3. Kecamatan Sukamara,
Ibu kotanya Sukamara4. Kecamatan Bulik, Ibu kotanya Nanga Bulik
Lembaga eksekutif yakni Dewan Perwakilan Rakyat mengenai daerah
sementara (DPRDS) Kabupaten Kotawaringin berkedudukan di Sampit, oleh
karena daerah ini adalah merupakan sebagian dari daerah Kabupaten
Kotawaringin maka untuk wakil-wakil rakyat dari daerah ini yang duduk di
lembaga tersebut dilakukan pemilihan dan diambil oleh partai / organisasi yang
ada yaitu:

1. M. Abdullah Mahmud dari Partai Masyumi


2. Ahmad Said dari BPRI
3. Dahlan Abbas dari Partai Masyumi
4. M. Sahloel dari PNI
5. Gusti M. Sanusi dari PNI
6. Djanuri dari SKI
7. Ismail dari PARKINDO

5
Mengenai M. Sahloel karena sesuatu hal tidak dapat hadir sehingga
akhirnya digantikan oleh Azhar Mukhtas. Kepala Daerah Swapraja Kotawaringin
berturut-turut adalah:

1. Basri, BA
2. Gusti Ahmad
3. M. Saleh
4. Abdul Muis
5. Rojani
6. Syukur
7. C. Mihing (Bupati KDH Tingkat II Ketua Barat yang Ke-I)

Setelah berjalan beberapa tahun lamanya daerah ini berada di dalam


lingkungan Kabupaten Kotawaringin Barat atas dasar kemauan rakyat yang
disalurkan melalui partai-partai/ organisasi agar Daerah Swapraja Kotawaringin/
Kawedanan Pangkalan Bun memisahkan diri dari Kabupaten Kotawaringin dan
penghapusan Swapraja menjadi suatu daerah kabupaten yang berdiri
sendiri.Kemauan/ tuntutan ini melalui wakil-wakilnya yang duduk di DPRDS
diperjuangkan dalam sidangnya yang pertama tahun 1955 dengan mengajukan
suatu mosi tertanggal 21 Juni 1955 yang ditandatangani oleh:

1. Dahlan Abbas
2. M. Abdullah Mahmud
3. Azhar Mukhtas
4. Ahmad Said
5. Djanuri
6. Gusti M. Sanusi

Mosi tersebut oleh sidang DPRDS dapat disetujui dan dikuatkan dengan
keputusan DPRDS Kabupaten Kotawaringin yang merupakan suatu resolusi
tertanggal Sampit, 30 Juni 1955 yang disampaikan kepada:

1. Menteri Dalam Negeri di Jakarta


2. Gubernur / Kepala Daerah Propinsi Kalimantan Selatan di Banjarmasin
3. Residen Kalimantan Selatan di Banjarmasin

6
4. Bupati / Kepala Daerah Kotawaringin di Sampit

Dengan keputusan DPRDS Kabupaten Kotawaringin tersebut setelah


sampai di Pemerintah Pusat, kemudian datanglah utusan dari Parlemen Pusat
di Pangkalan Bun untuk meninjau atau melihat dari dekat keadaan daerah dan
masyarakat, terutama tentang keinginan yang menjiwai mosi tersebut di atas
apakah memang benar-benar datang dari masyarakat, oleh Pemerintah Pusat
dikeluarkan UU No. 27 tahun 1959 tentang pembagian Daerah Tingkat II
Kotawaringin menjadi dua daerah atas pembentukan Daerah Kabupaten
Kotawaringin Timur dengan ibu kota Sampit dan Daerah Kabupaten
Kotawaringin Barat dengan ibu kota Pangkalan Bun, yang pada waktu itu sudah
berada dalam lingkungan daerah Propinsi Kalimantan Tengah.Demikian asal-
muasal atau peristiwa-peristiwa yang terjadi sampai dengan lainnya Kabupaten
Kotawaringin Barat yang diresmikan oleh Gubernur TJILIK RIWUT yang
bertindak atas nama Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia pada tanggal 3
Oktober 1959 jam 09.15 di Balai Sembaga Mas Pangkalan Bun dalam suatu
upacara resmi dengan C. MIHING sebagai Bupati Kepala Daerah yang pertama
dan sebagai aparat pemerintah yang ditugaskan guna menyambut lahirnya
daerah ini menjadi Daerah Kabupaten Tk. II Kotawaringin Barat.Kabupaten
Kotawaringin terbentuk berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri No.
UP.34/41/42 tanggal 28 Desember 1959 dan Surat Keputusan Menteri Dalam
Negeri No. Des.52/12/2-206 tentang pembagian kabupaten, yaitu Kabupaten
Kotawaringin Timur dan Kabupaten Kotawaringin Barat. Dengan usianya yang
menanjak dewasa itu wajarlah jika kabupaten ini memiliki tingkat kematangan.
Sentuhan pembangunan selama PJP I telah menjadikan daerah ini sejajar
dengan daerah kabupaten lainnya baik pada level Kalimantan Tengah maupun
level daerah lain di Kalimantan. Kabupaten Kotawaringin Barat setelah
diadakannya pemekaran Kabupaten berdasarkan UU No. 5 Tahun 2002 saat ini
memiliki luas wilayah sebesar 10.075.900 Km2 atau sekitar 6,2 % luas propinsi
Kalimantan Tengah, terdiri dari 6 Kecamatan dan 72 desa dan 13 kelurahan.
Kecamatan tersebut meliputi:

1. Kecamatan Arut Selatan


2. Kecamatan Kumai

7
3. Kecamatan Arut Utara
4. Kecamatan Kotawaringin Lama
5. Kecamatan Pangkalan Lada
6. Kecamatan Pangkalan Banteng

2. VISI DAN MISI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT


Mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
[RPJMD] Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2012 - 2016, maka Visi
Pembangunan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat adalah :

''TERWUJUDNYA KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT YANG


SEJAHTERA, BERKEADILAN, DAN JAYA''

Visi tersebut mengandung makna bahwa dalam 5 (lima) tahun mendatang


diharapkan:

1. Kesejahteraan Rakyat.
Terwujudnyapeningkatankesejahteraanrakyat, melaluipembangunanekonomi
yang berlandaskanpadakeunggulandayasaing, kekayaansumberdayaalam,
sumberdayamanusiadanbudayabangsa.Tujuanpentinginidikelolamelaluikemaj
uanpenguasaanilmupengetahuandanteknologi.

2. Keadilan.
Terwujudnyapembangunan yang adildanmerata, yang
dilakukanolehseluruhmasyarakatsecaraaktif, yang
hasilnyadapatdinikmatiolehseluruhbangsa Indonesia.

3. Jaya.
Terwujudnyakemajuandaerahdalamsegalabidangpembangunan yang
demokratis, berbudaya, bermartabatdanmenjunjungtinggikebebasan yang
bertanggungjawabsertahakasasimanusia.

Visi pembangunan Kabupaten Kotawaringin Barat adalah landasan bagi


tahap pembangunan berikutnya menuju masyarakat adil dan makmur dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila UUD
1945.Program pembangunan daerah disusun berdasarkan visi, misi, strategi,
dan arah kebijakan pembangunan jangka menengah Kabupaten Kotawaringin

8
Barat Tahun 2012-2016, selanjutnya dirumuskan kedalam program prioritas yang
merupakan langkah-langkah strategis paling penting dalam rangka mencapai visi
misi Bupati Kotawaringin Barat terpilih.

3. PENGERTIAN OTONOMI DAERAH

Otonomi Daerah adalah kewenangan Daerah Otonom untuk mengatur


danmengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkanaspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan
(pasal 1 huruf(h) UU NOMOR 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah).
Daerah Otonom, selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan
masyarakathukum yang mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur
dan menguruskepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasimasyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (pasal 1 huruf (i)UU NOMOR 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah).
Pengertian "otonom" secara bahasa adalah "berdiri sendiri" atau
"denganpemerintahan sendiri".Sedangkan "daerah" adalah suatu "wilayah"
atau"lingkungan pemerintah". Dengan demikian pengertian secara istilah
"otonomidaerah" adalah "wewenang/kekuasaan pada suatu wilayah/daerah
yang mengaturdan mengelola untuk kepentingan wilayah/daerah masyarakat itu
sendiri." Danpengertian lebih luas lagi adalah wewenang/kekuasaan pada suatu
wilayah/daerahyang mengatur dan mengelola untuk kepentingan wilayah/daerah
masyarakat itusendiri mulai dari ekonomi, politik, dan pengaturan perimbangan
keuangantermasuk pengaturan sosial, budaya, dan ideologi yang sesuai dengan
tradisi adatistiadat daerah lingkungannya.
Pelaksanaan otonomi daerah dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
meliputikemampuan si pelaksana, kemampuan dalam keuangan, ketersediaan
alat danbahan, dan kemampuan dalam berorganisasi.
Otonomi daerah tidak mencakup bidang-bidang tertentu, seperti politikluar
negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter, fiskal, dan agama. Bidang-
bidang tersebut tetap menjadi urusan pemerintah pusat. Pelaksanaan
otonomidaerah berdasar pada prinsip demokrasi, keadilan, pemerataan,
dankeanekaragaman.

9
3.1 Masalah utama yang dihadapi dalam pelaksanaan otonomi daerah
adalah :
a. Belum dipahaminya hakekat otonomi daerah yang berakibat antara lain
munculnya ego daerah yang berlebihan.
b. Belum optimalnya sinergi pembangunan antar sektor dan antar sektor
dan daerah
c. Terbatasnya kemampuan aparatur daerah dalam pelayanan masyarakat.
d. Masih rendahnya kemampuan keuangan daerah dalam membiayai
pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan.
e. Adanya konflik antar daerah mengenai penguasan sumber daya alam
dan aset ekonomi daerah.

3.2 Strategi Kebijakan


Strategis kebijakan yang ditempuh adalah:
a. Sosialisasi otonomi daerah agar diperoleh pemahaman yang benar.
b. Mengembangkan potensi lokal dalam rangka meningkatkan pendapatan
daerah.
c. Memperbaiki koordinasi dalam penyusunan dan pelaksanaan pogram.
d. Mendorong dan melaksanakan kerjasama antar daerah.

3.3 Tujuan dan Sasaran


Tujuan otonomi daerah adalah meningkatkan kemampuan daerah dalam
penyelenggaraan pemerintahan yang berbasis pada potensi lokal, dengan
sasaran:
a. Terwujudnya kemandirian daerah yang berbasis potensi lokal.
b. Meningkatnya kemampuan keuangan daerah.
c. Meningkatnya kinerja yang sinergis diantara unsur-unsur penentu
kebijakan.

3. 4 Program Pembangunan
Pelaksanaan Otonomi Daerah Program ini bertujuan meningkatkan
kemampuan daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan dan

10
pelaksanaan pembangunan dengan mengutamakan potensi daerah.
Kegiatannya meliputi:
a. Perencanaan pembangunan yang bertumpu pada kapasitas daerah.
b. Peningkatan kemampuan sumberdaya manusia dan akuntabilitas
aparatur pemerintah.
c. Identifikasi, intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber pendapatan
daerah.
d. Peningkatan koordinasi dan kerjasama antar daerah.
e. Peningkatan Kerjasama antara DPRD dan Pemda berdasar atas asas
kesetaraan.

3.5. Dampak Positif dan Negatif Otonomi Daerah

Dari Segi Sosial Budaya


Dampak Positif
Dengan diadakannya desentralisasi akan memperkuat ikatan sosial budaya
pada suatu daerah. Karena dengan diterapkannya desentralisasi ini
pemerintahan daerah akan dengan mudah untuk mengembangkan
kebudayaan yang dimiliki oleh daerah tersebut.Bahkan kebudayaan
tersebut dapat dikembangkan dan di perkenalkan kepada daerah lain.
Yang nantinya bisa di jadikan symbol daerah tersebut.
Dampak Negatif
Dapat menimbulkan kompetisi yang tidak sehat anatar daerah karena
setiap ingin menonjolkan kebudayaan masing-masing dan merasa bahwa
kebudayaannya paling baik.

Dari Segi Keamanan Politik


Dampak Positif
Dengan diadakannya desentralisasi merupakan suatu upaya untuk
mempertahankan kesatuan Negara Indonesia, karena dengan
diterapkannya kebijakna ini akan bisa meredam daerah-daerah yang ingin
memisahkan diri dengan NKRI, (daerah-daerah yang merasa kurang puas
dengan sistem atau apa saja yang menyangkut NKRI).

11
Dampak Negatif
Disatu sisi otonomi daerah berpotensi menyulut konflik antar daerah satu
dengan yang lain.

Secara Umum
Dampak Positif
1) Setiap daerah bisa memaksimalkan potensi masing-masing.
2) Pembangunan untuk daerah yang punya pendapatan tinggi akan lebih
cepat berkembang.
3) Daerah punya kewenangan untuk mengatur dan memberikan kebijakan
tertentu.
4) Adanya desentralisasi kekuasaan.
5) Daerah yang lebih tau apa yang lebih dibutuhkan di daerah itu, maka
diharapkan dengan otonomi daerah menjadi lebih maju.
6) Pemerintah daerah akan lebih mudah mengelola sumber daya alam
yang dimilikinya, jika SDA yang dimiliki daerah telah dikelola secara
optimal maka PAD dan pendapatan masyarakat akan meningkat.
7) Dengan diterapkannya sistem otonomi dareah, biaya birokrasi menjadi
lebih efisien.
8) Pemerintah daerah akan lebih mudah untuk mengembangkan
kebudayaan yang dimiliki oleh daerah tersebut. (Kearifan lokal yg
terkandung dalam budaya dan adat istiadat daerah).
Dampak Negatif
1) Daerah yang miskin akan sedikit lambat berkembang.
2) Tidak adanya koordinasi dengan daerah tingkat satu karena merasa
yang punya otonomi adalah daerah Kabupaten/Kota.
3) Kadang-kadang terjadi kesenjangan sosial karena kewenangan yang di
berikan pemerintah pusat kadang-kadang bukan pada tempatnya.
4) Karena merasa melaksanakan kegiatannya sendiri sehingga para
pimpinan sering lupa tanggung jawabnya.
3.6. Cara Mengoptimalkan Pelaksanaan Otonomi Daerah
Pelaksanaan Otonomi Daerah yang seharusnya membawa perubahan
positif bagi daerah otonom ternyata juga dapat membuat daerah otonom

12
tersebut menjadi lebih terpuruk akibat adanya berbagai penyelewengan
yang dilakukan oleh aparat pelaksana Otonomi Daerah tersebut.
Penerapan Otonomi Daerah yang efektif memiliki beberapa syarat yang
sekaligus merupakan faktor yang sangat berpengaruh bagi keberhasilan
Otonomi Daerah, yaitu:
1. Manusia selaku pelaksana dari Otonomi Daerah harus merupakan
manusia yang berkualitas.
2. Keuangan sebagai sumber biaya dalam pelaksanaan Otonomi Daerah
harus tersedia dengan cukup.
3. Prasarana, sarana dan peralatan harus tersedia dengan cukup dan
memadai.
4. Organisasi dan manajemen harus baik.
Dari semua faktor tersebut di atas, faktor manusia yang baik adalah
faktor yang paling penting karena berfungsi sebagai subjek dimana faktor
yang lain bergantung pada faktor manusia ini. Oleh karena itu, sangat
penting sekali untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia karena
inilah kunci penentu dari berhasil tidaknya pelaksanaan Otonomi Daerah.
Selain itu, untuk mengoptimalkan pelaksanaan Otonomi Daerah harus
ditempuh berbagai cara, seperti :
1. Memperketat mekanisme pengawasan kepada Kepala Daerah.
Hal ini dilakukan agar Kepala Daerah yang mengepalai suatu daerah
otonom akan terkontrol tindakannya sehingga Kepala Daerah tersebut
tidak akan bertindak sewenang-wenang dalam melaksanakan tugasnya
tersebut. Berbagai penyelewengan yang dapat dilakukan oleh Kepala
Daerah tersebut juga dapat dihindari dengan diperketatnya mekanisme
pengawasan ini.
2. Memperketat pengawasan terhadap Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Pengawasan terhadap Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dapat
dilakukan oleh Badan Kehormatan yang siap mengamati dan
mengevaluasi sepak terjang anggota Dewan.
3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah wajib menyusun kode etik untuk
menjaga martabat dan kehormatan dalam menjalankan tugasnya.

13
Dengan berbekal ketentuan yang baru tersebut, anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah yang telah jelas-jelas terbukti melanggar
larangan atau kode etik dapat diganti.
4. FAKTOR FAKTOR DALAM OTONOMI DAERAH
4.1. Faktor Pendukung Terselenggaranya Otonomi Daerah
Dalam pelaksanaannya, otonomi daerah merupakan desentralisasi
sebagian kewenangan dari pemeruntah pusat kepada pemerintah daerah
untuk dilaksanakan menjadi urusan rumah tangganya sendiri. Pemberian
otonomi kepada daerah haruslah didasarkan kepada faktor-faktor yang
dapat menjamin daerah yang bersangkutan mampu mengurus rumah
tangganya.

Diantara factor-faktor tersebut yang mendukung terselenggaranya


otonomi daerah diantaranya adalah kemampuan sumberdaya manusia
yang ada, serta kerersediaan sumber daya alam dan peluang ekonomi
daerah tersebut.
Kemampuan Sumber Daya Manusia
Salah satu kunci kesuksesan penyelenggaraan otonomi daerah
sangatlah bergantung pada sumber daya manusianya. Disamping
perlunya aparatur yang kompeten, pembangunan daerak juga tidak
mungkin dapat berjalan lancar tanpa adanya kerjasama antara
pemerintah dan masyarakat. Untuk itu tidak hanya kualitas aparatur
yang harus ditingkatkan tetapi juga kualitas partisipasi masyarakat.
Dalam mensukseskan pembangunan dibutuhkan masyarakat yang
berpengetahuan tinggi, keterampilan tinggi, dan kemauna tinggi.
Sehingga benar benar mampu menjadi innovator yang mampu
menciptakan tenaga kerja yang burkualitas.
Kemampuan Keuangan/Ekonomi
Tanpa pertumbuhan ekonomiyang tinggi, pendapatan daerah jelas
tidak mungkin dapat ditingkatkan.sementara itu dengan pendapatan
yang memedahi, kemampuan daerah untuk menyelenggarakan otonomi
akan menungkat. Dengan sumber daya manusia yang berkualitas,
daerah akan mampu untuk membuka peluang-peluang potensi ekonomi
yang terdapat pada daerah tersebut.

14
Pengembangan sumber daya alam yang ada di daerah tersebut, apabila
dikelola dengan secara optimal dapat menunjang pembangunan daerah
dan mewujudkan otonomi. Kemampuan daerah untuk membiayai diri
sendiri akan terus meningkat.

4.2. Faktor Keberhasilan Otonomi Daerah


Pelaksanaan otonomi daerah menimbulkan berbagai harapan baik
bagi masyarakat, swasta bahkan pemerintah sendiri. Hal ini menjadi
tantangan tersendiri bagi Pemerintah Daerah, terutama Kabupaten dan
atau Kota dalam menjalankan kebijakan otonominya. Disinilah perlunya
mengidentifikasi berbagai dimensi/faktor yang dapat mempengaruhi
keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah.
Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, tujuan pemberian
otonomi daerah bertujuan untuk meningkatkan pelayanan dan
kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, mengembangkan kehidupan
demokrasi, keadilan dan pemerataan serta memelihara hubungan yang
serasi antara Pusat dan Daerah serta antar Daerah dalam rangka menjaga
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Oleh karena itu,
pelaksanaan otonomi daerah dikatakan berhasil atau sukses jika mampu
mencapai (mewujudkan) tujuan-tujuan tersebut.
Untuk mengetahui apakah suatu daerah otonom mampu mengatur
dan mengurus rumah tangganya sendiri, Syamsi (1986: 199) menegaskan
beberapa ukuran sebagai berikut:
Kemampuan struktural organisasi
Struktur organisasi pemerintah daerah harus mampu menampung
segala aktivitas dan tugas-tugas yang menjadi beban dan tanggung
jawabnya, jumlah dan ragam unit cukup mencerminkan kebutuhan,
pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab yang cukup jelas.
Kemampuan aparatur pemerintah daerah
Aparat pemerintah daerah harus mampu menjalankan tugasnya
dalam mengatur dan mengurus rumah tangga daerah. Keahlian, moral,
disiplin dan kejujuran saling menunjang tercapainya tujuan yang
diinginkan.
15
Kemampuan mendorong partisipasi masyarakat
Pemerintah daerah harus mampu mendorong masyarakat agar
memiliki kemauan untuk berperan serta dalam kegiatan pembangunan.
Kemampuan keuangan daerah
Pemerintah daerah harus mampu membiayai kegiatan
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan secara keseluruhan
sebagai wujud pelaksanaan, pengaturan dan pengurusan rumah
tangganya sendiri. Sumber-sumber dana antara lain berasal dari PAD
atau sebagian dari subsidi pemerintah pusat.
Keberhasilan suatu daerah menjadi daerah otonomi dapat dilihat dari
beberapa hal yang mempengaruhi (Kaho, 1998), yaitu faktor manusia,
faktor keuangan, faktor peralatan, serta faktor organisasi dan manajerial.
Pertama, manusia adalah faktor yang esensial dalam penyelenggaraan
pemerintah daerah karena merupakan subyek dalam setiap aktivitas
pemerintahan, serta sebagai pelaku dan penggerak proses mekanisme
dalam sistem pemerintahan. Kedua, keuangan yang merupakan bahasan
pada lingkup penulisan ini sebagai faktor penting dalam melihat derajat
kemandirian suatu daerah otonom untuk dapat mengukur, mengurus dan
membiayai urusan rumah tangganya. Ketiga, peralatan adalah setiap
benda atau alat yang dipergunakan untuk memperlancar kegiatan
pemerintah daerah. Keempat, untuk melaksanakan otonomi daerah
dengan baik maka diperlukan organisasi dan pola manajemen yang baik.
Kaho (1998) menegaskan bahwa faktor yang sangat berpengaruh
dalam pelaksanaan otonomi daerah ialah manusia sebagai pelaksana yang
baik. Manusia ialah faktor yang paling esensial dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah, sebagai pelaku dan penggerak proses mekanisme
dalam sistem pemerintahan. Agar mekanisme pemerintahan dapat berjalan
dengan baik sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka manusia atau
subyek harus baik pula.
Atau dengan kata lain, mekanisme pemerintahan baik daerah maupun
pusat hanya dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapai tujuan seperti
yang diinginkan apabila manusia sebagai subyek sudah baik pula.
16
Kedua ialah kemampuan keuangan daerah yang dapat mendukung
pembiayaan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.
Mamesah mengutip pendapat Manulang (1995: 23) yang menyebutkan
bahwa dalam kehidupan suatu negara, masalah keuangan negara sangat
penting. Semakin baik keuangan suatu negara, maka semakin stabil pula
kedudukan pemerintah dalam negara tersebut. Sebaliknya kalau kondisi
keuangan negara buruk, maka pemerintah akan menghadapi berbagai
kesulitan dan rintangan dalam menyelenggarakan segala kewajiban yang
telah diberikan kepadanya.
Ketiga ialah anggaran, sebagai alat utama pada pengendalian keuangan
daerah, sehingga rencana anggaran yang dihadapkan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) harus tepat dalam bentuk dan
susunannya. Anggaran berisi rancangan yang dibuat berdasarkan keahlian
dengan pandangan ke muka yang bijaksana, karena itu untuk menciptakan
pemerintah daerah yang baik untuk melaksanakan otonomi daerah, maka
mutlak diperlukan anggaran yang baik pula.
Faktor peralatan yang cukup dan memadai, yaitu setiap alat yang dapat
digunakan untuk memperlancar pekerjaan atau kegiatan pemerintah
daerah. Peralatan yang baik akan mempengaruhi kegiatan pemerintah
daerah untuk mencapai tujuannya, seperti alat-alat kantor, transportasi, alat
komunikasi dan lain-lain. Namun demikian, peralatan yang memadai
tersebut tergantung pula pada kondisi keuangan yang dimiliki daerah, serta
kecakapan dari aparat yang menggunakannya.
Faktor organisasi dan manajemen baik, yaitu organisasi yang tergambar
dalam struktur organisasi yang jelas berupa susunan satuan organisasi
beserta pejabat, tugas dan wewenang, serta hubungan satu sama lain
dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Manajemen merupakan proses manusia yang menggerakkan tindakan
dalam usaha kerjasama, sehingga tujuan yang telah ditentukan dapat
dicapai. Mengenai arti penting dari manajemen terhadap penciptaan suatu
pemerintahan yang baik, mamesah (1995 : 34) mengatakan bahwa baik
atau tidaknya manajemen pemerintah daerah tergantung dari pimpinan
daerah yang bersangkutan, khususnya tergantung kepada Kepala Daerah
yang bertindak sebagai manajer daerah.
17
5. IMPLEMENTASI OTONOMI DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT
` Sejak lama bangsa ini mengalami persoalan pada konsep sentralisasi
dalam pembangunan. Selama 30 tahun lebih, berbagai daerah merasakan
ketidakadilan semata yang kemudian mengakibatkan kecemburuan dan
melahirkan gerakan-gerakan pemisahan diri dari bagian integral Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Sebagai akibatnya adalah semua bidang menjadi bangunan
rapuh yang siap runtuh saat diterjang badai. Praktek-praktek korupsi, kolusi, dan
nepotisme menjadi sebuah budaya yang nyata antara pengusaha dan penguasa.
Bidang-bidang bisnis hanya dikuasai oleh beberapa orang saja yang dekat
dengan pemerintah. Persoalan ini di daerah semakin rumit karena apa yang
terjadi di tingkat pusat berakumulasi dengan lebih hebat di daerah.
Krisis ekonomi Indonesia tahun 1998 membuat kesadaran baru terhadap
tuntutan daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat lokal
berdasarkan aspirasinya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Hadirnya UU No. 22/1999 bagaimanapun ditujukan untuk menghadapi
perkembangan keadaan, baik di dalam maupun di luar negeri, sebagai tantangan
untuk menghadapi era globalisasi. Prinsip dari kebijakan tersebut adalah
kesadaran akan perlunya otonomi daerah dengan memberikan wewenang yang
luas, nyata, dan bertanggungjawab kepada daerah secara proporsional, yang
diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya
nasional, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah sesuai dengan prinsip-
prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta
potensi keanekaragaman daerah yang dilaksanakan dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Dari segi substansi, undang-undang tersebut
setidaknya mengatur, antara lain mengenai pembagian daerah, pembentukan dan
susunan daerah, kewenangan daerah, bentuk dan susunan pemerintahan daerah,
peraturan daerah dan keputusan kepala daerah, hingga masalah kepegawaian
daerah, keuangan daerah, pembinaan dan pengawasan dan dewan pertimbangan
otonomi daerah.
Keadaan dewasa ini tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan otonomi
daerah sebagai pelaksanaan dan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah adalah bagaimana meningkatkan kapasitas pemerintah

18
daerah dalam memberdayakan masyarakat maupun pelayanan serta memajukan
dan pengembangan di segala bidang.
Sejak diberlakukannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
yang satu paket dengan UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan
Pusat dan Daerah, bangsa Indonesia sedang menghadapi suatu era perubahan
yang mendasar dalam pembangunan nasional. Perubahan tersebut pada
prinsipnya menyangkut penyelenggaraan pemerintahan daerah yang lebih
mengutamakan pelaksanaan asas desentralisasi atau penyelenggaraan otonomi
yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada daerah setingkat kabupaten.
Dalam Peringatan Hari Otonomi Daerah ke XIX pada hari Senin tanggal 27
April 2015dilaksanakan upacara bendera di lingkungan pemerintah kabupaten
(Pemkab)Kotawaringin Barat (Kobar) bertempat di halaman kantor Bupati
Kotawaringin Barat dipimpin oleh Asisten Pemerintahan & Kesra Sekretaris
Daerah Suyanto, SH, MH yang bertindak sebagai inspektur upacara,
yangbertema Menghadirkan Pemerintahan daerah yang Demokratis dan
Melayani Masyarakat dalam Mendorong terbentuknya Daya Saing, Kreativitas
dan Inovasi dengan Mengandalkan Kekhasan Daerah Demi Mewujudkan
Kesejahteraan Masyarakat. Dalam sambutan Menteri Dalam Negeri yang di
bacakan oleh inspektur upacara, disampaikan bahwa otonomi daerah adalah
hak. Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Untuk itu pemberian otonomi yang seluas-luasnya kepada Daerah
harus dimaknai sebagai kesempatan untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peran serta aktif seluruh pemangku
kepentingan di daerah.
Otonomi daerah dituntut untuk menumbuhkan kemandirian
penyelenggaraan tata kelola pemerintahan daerah yang aspiratif, transparan dan
akuntabel. Otonomi daerah dituntut pula untuk mengharmoniskan pemanfaatan
berbagai sumber daya lokal dan kearifan daerah yang merefleksikan
perlunya kesiapan kapasitas pengetahuan dan keterampilan masyarakat,
terutama bagi generasi muda yang pada 15-20 tahun mendatang menghadapi
bonus demografi. Otonomi daerah juga ditantang untuk dapat mengelola daerah-
daerah otonom baru baik provinsi ,kabupaten dan kota. Saat ini terdapat 542
19
daerah otonom yang terdiri dari 34 provinsi, 415 kabupaten dan 93 kota. Jumlah
yang masif (dengan skala yang luas) ini di satu sisi memerlukan berbagai
pengaturan yang bersifat generik untuk menjamin sinergitas perencanaan dan
pembangunan secara nasional, di sisi lain,karakteristik setiap daerah, tetap
diakomodir termasuk bagi daerah yang bersifat khusus maupun istimewa.
Sinergitas perencanaan dan pembangunan di tingkat lokal dan nasional akan
menjamin upaya kita mewujudkan berbagai program jangka menengah dan
jangka panjang termasuk dalam menjadikan Indonesia sebagai poros maritim
dunia.

6. OTONOMI DAERAH DALAM PENGEMBANGAN DALAM BIDANG


PARIWISATA KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT
UU Otonomi Daerah tentu memberikan dampak terhadap pengembangan
dan perkembangan industri pariwisata. Berikut disajikan paparan singkat peluang,
kendala, dan strategi yang akan dihadapi dan harus dilakukan oleh industri
pariwisata dalam menghadapi pemberlakuan UU No. 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah.
6.1. Peluang dalam kegiatan pengembangan pariwisata di daerah:
Hampir seluruh daerah memiliki potensi kepariwisataan yang layak dijual.

Memiliki potensi pariwisata yang kaya dan beragam, mencakup jenis


wisata alam, laut, sungai, gunung, flora dan fauna, budaya, sejarah,
agama, aneka seni atraksi, konvensi, pameran, olahraga, dan sebagainya.

Letak gografis yang strategis.

Budaya masyarakat yang adaptif dan terbuka terhadap orang luar dan
perubahan baru.

Aksesibilitas di beberapa daerah yang sudah mulai cukup memadai.

Kendala dalam kegiatan pengembangan pariwisata di daerah.

Banyak daerah yang sebenarnya belum siap mengembangkan


kewenangan otonomi daerah.

Belum ada kepastian hukum.

20
Banyak kebijakan dan peraturan baru di daerah yang tidak kondusif untuk
melakukan investasi.

Kesadaran dan rasa kepemilikan masyarakat terhadap pariwisata masih


relatif rendah, citra keamanan yang relatif masih negatif.

6.2. Strategi dalam kegiatan pengembangan pariwisata di daerah:

Adanya pemahaman yang benar dan tepat mengenai otonomi daerah di


kalangan pemerintah, legislatif, pelaku industri pariwisata, dan masyarakat
luas.

Pembangunan parwisata daerah, hendaknya berorientasi pada


pemanfaatan sumber daya pariwisata dalam jangka panjang dengan
melibatkan partisipasi masyarakat sekitar sejak dari awal.

Penyusunan rencana dasar pembangunan pariwisata di daerah, kiranya


perlu memperhatikan dan diselaraskan dengan kebijakan nasional
pembangunan pariwisata.

Perlu mengembangkan suatu pendekatan strategi pembangunan daerah


yang berporos pada pariwisata.

6.3. Tempat-tempat pariwisata di Kotawaringin Barat :

Kota Pangkalan Bun mempunyai bandar udara yaitu lapangan udara iskandar.
jarak bandara dengan Kota Pangkalan Bun cuma 10 km. transportasi udara
melalui bandara Iskandar pangkalan bun bisa melayani penerbangan misalnya
semarang, jakarta, ketapang juga pontianak.

pelabuhan yang dimiliki kabupaten kobar yakni pelabuhan kumai. transportasi


laut dari juga ke surabaya juga semarang. transportasi laut dari tanjung mas
semarang juga tanjung perak surabaya dilayani oleh pelni juga perusahan
pelayaran swasta ibarat pt. dharma lautan utama juga pt. prima vista.

kotawaringin barat (kobar) terhitung salah satu tempat yang disiapkan untuk
menerima wisatawan baik domestik maupuan wisatawan manca negara.

21
kabupaten kotawaringin barat meliputi 10 ( sepuluh ) kecamatan, 156 desa juga
19 kelurahan.

disini ada beberapa obyek wisata yang menarik juga setelah di kenal di luar
negeri ibarat obyek wisata :

1. Taman Nasional Tanjung Puting

TNTP adalah surga bagi sebagian spesies hewan-hewan unik. Spesies yang
paling terkenal yang membuat Taman Nasional ini tersohor adalah Orang Utan
(Pongo Pygmaeus). Taman ini juga terkenal dengan populasi monyet proboscis
atau Bekantan (Nasalis Larvatus), seekor monyet besar yang diseluruh dunia
hanya dapat ditemukan di Kalimatan. Primata lain yang ditemukan ditaman ini
termasuk Agile Gibbon (Hylobates Agilis), monyet pemakan daun merah atau
langur marun (Presbytis Rubicunda), langur silver (Presbytis Cristata), monyet
pemakan kepiting atau makaw ekor panjang (Macaca Fascicularis), dan makaw
ekor babi (Macaca Nemestriana).

2. Pantai Kubu

Di tepi Teluk Kumai merupakan obyek wisata transito bagi wisatawan yang akan
menuju ke Taman Nasional Tanjung Puting. Di pantai ini terdapat kehidupan
binatang langka yaitu putri duyung dan pesut (lumba-lumba). Lokasi Objek
wisata pantai kubu merupakan aset pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat.

3. Pantai Tanjung Penghujan

Di pantai ini, saat senja menjelang pengunjung bisa menyaksikan sunset


(matahari tenggelam) dan sunrise (matahari terbit). Perpaduan pemandangan
alam setiap waktu sangat menakjubkan di pantai ini. Wisatawan dapat
menikmati pemandangan setiap waktu pada saat matahari terbit dan matahari
tenggelam. Hamparan Pantai Tanjung Keluang seluas 44,7 Ha salah satu
alternatif bagi wisatawan yang ingin menikmati keindahan pantai Bugamraya.

22
4. tanjung keluang

Pantai Tanjung Keluang seluas 200 Ha terletak di ujung Pantai Kubu, terbentuk
dari hamparan pasir putih bersih dengan laut tenang, sangat cocok untuk
berenang dan berjemur sambil menikmati pesona pantai yang khas. Pantai ini
langsung menghadap ke Laut Jawa, dapat dicapai dengan perahu
penyebrangan (kelotok wisata) dalam waktu 30 menit dari Pantai Kubu.

23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dengan lahirnya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang


Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah terjadi perubahan
kebijakan di tingkat nasional di mana sistem pemerintahan negara yang semula
sentralistik mulai bergeser ke arah desentralisasi. Ini berarti pemerintah pusat
memberikan kewenangan dan keleluasaan yang cukup besar kepada
pemerintah daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah yang nyata, lugas
dan bertanggung jawab.
Fenomena tersebut sedikit banyak mempunyai dampak yang cukup besar
terhadap sumber-sumber penerimaan daerah, khususnya yang berkaitan
dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Disadari atau tidak akibat langsung
yang akan timbul dari pemberian otonomi daerah ini adalah pasti adanya daerah
basah dan daerah kering. Hal ini disebabkan potensi dan kondisi masing-masing
daerah di Indonesia tidak sama. Daerah yang kaya akan sumber daya alam
otomatis menjadi daerah basah seiring dengan bertambahnya perolehan PAD-
nya dari sektor migas misalnya, sedangkan daerah yang minus sumber daya
alam otomatis menjadi daerah kering. Namun demikian tidak berarti daerah yang
miskin dengan sumber daya alam tidak dapat meningkatkan PAD-nya, karena
jika dicermati ada beberapa potensi daerah yang dapat digali dan dikembangkan
dari sektor lain seperti sektor pariwisata.
Dalam lingkup nasional, sektor pariwisata dianggap sebagai sektor yang
potensial di masa yang akan datang. Menurut analisis World Travel and Tourism
Council (WTTC), industri pariwisata menyumbang 9,1% dui Produk Domestik
Bruto (PDB) Indonesia pada saat ini dan diperkirakan pada tahun 2014 akan
meningkat menjadi 10,1%.
Berdasarkan analisis tersebut wajar jika industri pariwisata di Indonesia
dinilai sebagai sektor andalan penyumbang devisa negara terbesar dalam
bidang nonmigas. Terlebih ketika pemerintah Indonesia mencanangkan program

24
otonomi daerah, maka industri pariwisata merupakan salah satu alternatif yang
dapat dimanfaatkan sebagai sumber penerimaan daerah.

Adalah suatu langkah jitu jika industri pariwisata dipergunakan oleh daerah-
daerah di Indonesia yang miskin akan sumber daya alam sebagai suatu sarana
untuk meningkatkan PAD. Namun sebagai konsekuensinya, daerah-daerah
tersebut harus melakukan pengembangan-pengembangan terhadap potensi-
potensi pariwisata masing-masing daerah dengan mencari dan menciptakan
peluang-peluang baru terhadap produk-produk pariwisata yang diunggulkan.
Yang perlu mendapat perhatian bahwa pengembangan industri pariwisata
daerah terkait dengan berbagai faktor yang mau tidak mau berpengaruh dalam
perkembangannya. Oleh karena itu perlu diketahui dan dipahami apa saja faktor
yang sesuai faktual memegang peranan penting dalam pengembangan industri
pariwisata daerah khususnya dalam rangka penerapan otonomi daerah,
sehingga pads akhirnya pengembangan industri pariwisata daerah diharapkan
mampu memberikan kontribusi yang cukup besar bagi peningkatan PAD dan
mendorong program pembangunan daerah.

B. Saran
Dari kesimpulan yang dijabarkan diatas, maka dapat diberikan saran antara lain:
1. Pemerintahan daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas
penyelenggaraan otonomi daerah, perlu memperhatikan hubungan
antarsusunan pemerintahan dan antarpemerintah daerah, potensi dan
keanekaragaman daerah.
2. Konsep otonomi luas, nyata, dan bertanggungjawab tetap dijadikan acuan
dengan meletakkan pelaksanaan otonomi pada tingkat daerah yang paling
dekat dengan masyarakat.

3. Keterlibatan masyarakat dalam pengawasan terhadap pemerintah daerah


juga perlu diupayakan. Kesempatan yang seluas-luasnya perlu diberikan
kepada masyarakat untuk berpartisipasi dan mengambil peran.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.google.com/search?q=undang+undang+tentang+otonomi+daera
h&ie=utf-8&oe=utf-8
2. https://id.wikipedia.org/wiki/Otonomi_daerah_di_Indonesia
3. https://www.google.com/search?q=badan+pusat+statistik+kabupaten+kotawa
ringin+barat&ie=utf-8&oe=utf-8
4. https://www.google.com/search?q=profil+kabupaten+kotawaringin+barat&ie=
utf-8&oe=utf-8
5. http://pde.kotawaringinbaratkab.go.id/?p=2945
6. http://kobarkab.bps.go.id/

26
27

Anda mungkin juga menyukai