BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemerintahan yang demokratis adalah pemerintahan yang kekuasaannya tidak berada
dan dijalankan oleh satu badan tapi dilaksanakan oleh beberapa badan atau lembaga. Tujuan
dari dibagi-baginya penyelenggaraan kekuasaan tersebut, agar kekuasaan tidak terpusat hanya
pada satu tangan yang dapat berakibat pada terjadinya pemerintahan yang otoriter dan
terhambatnya peran serta rakyat. sehingga dengan adanya pembagian kekuasaan dalam
penyelenggaraan negara terjadi kontrol dan keseimbangan diantara lembaga pemegang
kekuasaan
Sebagai salah satu ciri negara demokrasi, di dalamnya terdapat beberapa badan
penyelenggara kekuasaan seperti, badan legislatif, eksekutif, yudikatif dan lain-lain. Pada
umumnya negara yang menerapkan sistem pembagian kekuasaan mengacu pada teori Trias
Politica montesquieu dengan melakukan beberapa variasi dan pengembangan dari teori
tersebut dalam penerapannya.
B. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah dalam Makalah ini adalah :
1. Pengertian Pembagian Kekuasaan
2. Sejarah Munculnya Pembagian Kekuasaan
3. Sistem Konstitusi yang berlaku di Indonesia
4. Pembagian Kekuasaan menurut fungsinya
5. Prinsip Pembagian Kekuasaan
6. Pembagian Kekuasaan dalam sistem Konstitusi yang berlaku di Indonesia
Page 1 of 29
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang jelas
mengenai sistem konstusi yang berlaku di Indonesia serta pembagian kekuasaan dalam sistem
konstitusi yang berlaku di Indonesia.
D. Metoda Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode diskritif dan diskusi.
Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan penulis, penulis menggunakan metode studi
kepustakaan, dimana penulis memperoleh informasi dari buku dan internet yang berkaitan
dengan masalah yang dibahas.
Page 2 of 29
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pembagian kekuasaan terdiri dari dua kata yaitu pembagian dan kekuasaan.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) pembagian memiliki pengertian proses
menceraikan menjadi beberapa bagian atau memecahkan (sesuatu) lalu memberikannya
kepada pihak lain. Sedangkan kekuasaan adalah wewenang atas sesuatu atau untuk
menentukan (memerintah, mewakili, mengurus, dsb) sesuatu.
Secara harfiah pembagian kekuasaan adalah proses menceraikan wewenang yang
dimiliki oleh Negara untuk (memerintah, mewakili, mengurus, dsb) menjadi beberapa bagian
(legislatif, eksekutif, dan yudikatif) untuk diberikan kepada beberapa lembaga Negara untuk
menghindari pemusatan kekuasaan (wewenang) pada satu pihak/ lembaga.
Pada hakekatnya pembagian kekuasaan dapat dibagi ke dalam dua cara, yaitu (Zul
Afdi Ardian, 1994: 62):
1. Secara vertikal, yaitu pembagian kekuasaan menurut tingkatnya. Maksudnya
pembagian kekuasaan antara beberapa tingkat pemerintahan, misalnya antara
pemerintah pusat dengan dan pemerintah daerah dalam negara kesatuan, atau antara
pemerintah federal dan pemerintah negara bagian dalam suatu suatu negara federal.
2. Secara horizontal, yaitu pembagian kekuasaan menurut fungsinya. Dalam pembagian
ini lebih menitikberatkan pada pembedaan antara fungsi pemerintahan yang bersifat
legislatif, eksekutif dan yudikatif.
Pembagian kekuasaan secara horizontal atas dasar fungsi dalam pemerintahan
setidaknya dibagi dalam :
1. Dwi Praja (Hans Kelsen) yakni pembagian berdasarkan fungsi politik dan fungsi
administrasi.
2. Trias Praja (Trias Politika) yakni fungsi legislative, fungsi eksekutif dan fungsi
yudikatif
Page 3 of 29
3. Catur Praja (Van Vollen Hoven) yakni fungsi perundang-undangan, fungsi peradilan,
fungsi kepolisian dan fungsi pemerintahan dalam arti sempit.
4. Panca Praja (Prof Lemaire) yakni
peradilan, fungsi kepolisian dan fungsi pemerintahan dalam arti sempit dan fungsi
pengawasan.
tiga
lembaga
pemerintahan
berdasarkan
teori
pemisahan
kekuasaannya, yakni:
a. Lembaga eksekutif, yang berfungsi sebagai lembaga yang menangani
pembuatan peraturan dan perundang-undangan,
b. Lembaga legislatif, yang berfungsi sebagai lembaga yang menjalankan
peraturan dan perundang-undangan, termasuk lembaga yang bekerja untuk
mengadili pelanggaran peraturan dan perundang-undangan, dan
Page 4 of 29
Page 5 of 29
b. Lembaga eksekutif, yakni raja atau di era modern dikenal sebagai presiden
yang menjalankan undang-undang, dan
c. Lembaga yudikatif, yakni lembaga peradilan yang bertugas untuk
menegakkan keadilan.
Asumsi dasar yang menjadi penopang lahirnya ide separation of power adalah
adanya pemikiran mengenai bahwa kebebasan akan hilang ketika orang yang
sama berada dalam satu badan pemerintahan/kerajaan atau satu orang
menjalankan tiga kekuasaan dan pemikiran bahwa pelaksanaan lembaga eksekutif
dan legislatif yang sama pada satu orang atau satu badan akan mengurangi
kebebasan.
Dalam pemikiran Montesquieu ini, tidak ada lembaga federatif yang
menjalankan hubungan diplomatik dengan negara lain seperti yang diungkapkan
Locke sebelumnya. Pasalnya, fungsi lembaga federatif sudah termasuk dalam
fungsi lembaga eksekutif. Teori yang diungkapkan Montesquieu ini juga
merupakan bentuk penyempurnaan dari teori pemisahan kekuasaan yang
sebelumnya telah dijelaskan oleh John Locke. Trias Politika dianggap lebih
menjamin hak kebebasan individual, sehingga, di era modern, teorinya dipraktikan
oleh negara-negara demokrasi yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat, seperti
Amerika Serikat.
2. Di Indonesia
Pada tanggal 18 Agustus 1945 bangsa Indonesia telah menetapkan dan
memberlakukan sebuah UUD satu hari setelah proklamasi kemerdekaan yang
merupakan hasil dari perumusan dan penyelidikan lembaga yang dibuat oleh
balatentara Jepang sebagai janjinya untuk memberikan kemerdekaan kepada
bangsa Indonesia suatu saat dengan membentuk lembaga yang bernama
Dokuritsu Zyunby Cgoosakai atau yang dikenal dengan sebutan BPUKI yang
menghasilkan rumusan UUD Negara, yang kemudian oleh bangsa Indonesia
rumusan itu ditetapkan oleh PPKI menjadi UUD Negara Republik Indonesia satu
hari setelah kemerdekaannya.
Page 6 of 29
2.
Batang Tubuh terdiri dari 16 Bab yang terbagi menjadi 37 Pasal serta 4 Pasal
Penjelasan yang meliputi penjelasan umum dan penjelasan pasal demi pasal
Perjalanan negara baru Republik Indonesia tidak luput dari rongrongan pihak Belanda
yang menginginkan menjajah kembali Indonesia. Belanda berusaha memecahbelah bangsa
Indonesia dengan cara membentuk negaranegara boneka seperti Negara Sumatera
Timur, Negara Indonesia Timur, Negara Pasundan, dan Negara Jawa Timur di dalam
negara RepubIik Indonesia. Bahkan, Belanda kemudia melakukan agresi atau pendudukan
terhadap ibu kota Jakarta, yang dikenal dengan Agresi Militer I pada tahun 1947 dan
Agresi Militer II atas kota Yogyakarta pada tahun 1948. Untuk menyelesaikan pertikaian
Belanda dengan RepubIik Indonesia, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) turun tangan
dengan menyelenggarakan Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag (Belanda)
tanggal 23 Agustus 2 November 1949.
Konferensi ini dihadiri oleh wakil-wakil dari RepubIik Indonesia, BFO (Bijeenkomst
voor Federal Overleg, yaitu gabungan negara-negara boneka yang dibentuk Belanda), dan
Belanda serta sebuah komisi PBB untuk Indonesia. KMB tersebut menghasilkan tiga buah
persetujuan pokok yaitu:
1.
2.
3.
Perubahan bentuk negara dari negara kesatuan menjadi negara serikat mengharuskan
adanya penggantian UUD. Oleh karena itu, disusunlah naskah UUD Republik Indonesia
Serikat. Rancangan UUD tersebut dibuat oleh delegasi RI dan delegasi BFO pada
Konferensi Meja Bundar. Setelah kedua belah pihak menyetujui rancangan tersebut, maka
mulai 27 Desember 1949 diberlakukan suatu UUD yang diberi nama Konstitusi Republik
Indonesia Serikat.
Berdasarkan Bentuk peraturan perundangan yang disebutkan dalam konstitusi RIS
adalah :
a.
Page 9 of 29
Selama berlakunya Konstitusi RIS 1949, UUD 1945 tetap berlaku tetapi hanya untuk
negara bagian Republik Indonesia. Wilayah negara bagian itu meliputi Jawa dan Sumatera
dengan ibu kota di Yogyakarta.
Sistematika Konstitusi RIS 1949
1.
2.
3.
Page 10 of 29
dengan Republik Indonesia untuk kembali ke bentuk negara kesatuan. Kesepakatan tersebut
kemudian dituangkan dalam Piagam Persetujuan tanggal 19 Mei 1950. Untuk mengubah
negara serikat menjadi negara kesatuan diperlukan suatu UUD negara kesatuan. UUD
tersebut akan diperoleh dengan cara memasukan isi UUD 1945 ditambah bagian-bagian yang
baik dari Konstitusi RIS.
Pada tanggal 15 Agustus 1950 ditetapkanlah Undang- Undang Federal No.7 tahun
1950 tentang Undang- Undang Dasar Sementara (UUDS) 1950, yang berlaku sejak tanggal
17 Agustus 1950. Dengan demikian, sejak tanggal tersebut Konstitusi RIS 1949 diganti
dengan UUDS 1950, dan terbentuklah kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sistematika Undang-Undang Dasar Sementara 1950
1. Terdiri atas Mukadimah dan Batang Tubuh,
2. meliputi 6 bab dan 146 pasal.
Bentuk susunan pemerintahan
Bentuk susunan negara menurut UUDS 1950 adalah negara kesatuan.bentuk negara kesatuan
dengan sistem desentralisasi (Pasal 132 UUDS)
Bentuk Negara
Dalam Pasal 1 ayat (1) UUDS serta Mukadimah Alenia IV bentuk Negara Indonesia adalah
Republik
Pada tanggal 5 Juli 1959 Presiden Soekarno mengeluarkan sebuah Dekrit Presiden
yang isinya adalah:
1. Menetapkan pembubaran Konsituante
2. Menetapkan berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS
1950
3. Pembentukan MPRS dan DPAS
Dengan dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, maka UUD 1945 berlaku
kembali sebagai landasan konstitusional dalam menyelenggarakan pemerintahan Republik
Indonesia.
Page 11 of 29
Page 12 of 29
Melalui apa yang dapat kami ikhtisarkan dari karya Michael G. Roskin, et.al,
termaktub beberapa fungsi dari kekuasaan legislatif sebagai berikut : Lawmaking,
Page 13 of 29
Constituency Work adalah fungsi badan legislatif untuk bekerja bagi para pemilihnya.
Seorang anggota DPR/legislatif biasanya mewakili antara 100.000 s/d 400.000 orang
di Indnesia. Tentu saja, orang yang terpilih tersebut mengemban amanat yang
sedemikian besar dari sedemikian banyak orang. Sebab itu, penting bagi seorang
anggota DPR untuk melaksanakan amanat, yang harus ia suarakan di setiap
kesempatan saat ia bekerja sebagai anggota dewan. Berat bukan ?
Education, adalah fungsi DPR untuk memberikan pendidikan politik yang baik
kepada masyarakat. Anggota DPR harus memberi contoh bahwa mereka adalah
sekadar wakil rakyat yang harus menjaga amanat dari para pemilihnya. Mereka harus
selalu memberi pemahaman kepada masyarakat mengenai bagaimana cara
melaksanakan kehidupan bernegara yang baik. Sebab, hampir setiap saat media massa
meliput tindak-tanduk mereka, baik melalui layar televisi, surat kabar, ataupun
internet.
perwakilan. Tidak bisa kita bayangkan jika konsep demokrasi langsung yang
diterapkan, gedung DPR akan penuh sesak dengan 300.000 orang yang datang setiap
hari ke Senayan. Bisa-bisa hancur gedung itu. Masalah yang muncul adalah, anggota
dewan ini masih banyak yang kurang peka terhadap kepentingan para pemilihnya. Ini
bisa kita lihat dari masih banyaknya demonstrasi-demonstrasi yang muncul di aneka
isu politik.
Eksekutif di era modern negara biasanya diduduki oleh Presiden atau Perdana
Menteri. Chief of State artinya kepala negara, jadi seorang Presiden atau Perdana
Menteri merupakan kepada suatu negara, simbol suatu negara. Apapun tindakan
seorang Presiden atau Perdana Menteri, berarti tindakan dari negara yang
bersangkutan. Fungsi sebagai kepala negara ini misalnya dibuktikan dengan
memimpin upacara, peresmian suatu kegiatan, penerimaan duta besar, penyelesaian
konflik, dan sejenisnya.
Party Chief berarti seorang kepala eksekutif sekaligus juga merupakan kepala dari
suatu partai yang menang pemilu. Fungsi sebagai ketua partai ini lebih mengemuka di
suatu negara yang menganut sistem pemerintahan parlementer. Di dalam sistem
Page 15 of 29
parlementer, kepala pemerintahan dipegang oleh perdana menteri yang berasal dari
partai yang menang pemilu. Namun, di negara yang menganut sistem pemerintahan
presidensil terkadang tidak berlaku kaku demikian. Di masa pemerintahan Gus Dur
(di Indonesia) menunjukkan hal tersebut.
Gus Dur berasal dari partai yang hanya memenangkan 9% suara di Pemilu 1999,
tetapi ia menjadi presiden. Selain itu, di sistem pemerintahan parlementer, terdapat
hubungan yang sangat kuat antara eksekutif dan legislatif oleh sebab seorang
eksekutif dipilih dari komposisi hasil suara partai dalam pemilu. Di sistem presidensil,
pemilu untuk memilih anggota dewan dan untuk memilih presiden terpisah.
Chief Diplomat, merupakan fungsi eksekutif untuk mengepalai duta-duta besar yang
tersebar di perwakilan negara di seluruh dunia. Dalam pemikiran trias politika John
Locke, termaktub kekuasaan federatif, kekuasaan untuk menjalin hubungan dengan
negara lain. Demikian pula di konteks aplikasi kekuasaan eksekutif saat ini. Eksekutif
adalah pihak yang mengangkat duta besar untuk beroperasi di negara sahabat, juga
menerima duta besar dari negara lain.
tangan DPR, tetapi di dalam sistem tata negara dimungkinkan lembaga eksekutif
mempromosikan diterbitkannya suatu undang-undang oleh sebab tantangan riil dalam
implementasi suatu undang-undang banyak ditemui oleh pihak yang sehari-hari
melaksanakan undang-undang tersebut.
International Law, tidak diselesaikan oleh badan yudikatif di bawah kendali suatu
negara melainkan atas nama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
kebebasan
memegang kekuasaan.
pengaturan
Akan
tetapi
bagi
setiap
lembaga-lembaga
lembaga
tidak
yang
dapat
Page 18 of 29
Page 19 of 29
Sistem Pemerintahan
Sistem pemerintahan yang digunakan pada masa berlakunya Konstitusi RIS adalah
sistem parlementer. Namun dalam pelaksanaannya pemerintahan RIS menggunakan
sistem parlementer kabinet semu (quasi Parlementer). Hal itu sebagaimana diatur
dalam pasal 118 ayat 1 dan 2 Konstitusi RIS. Pada ayat (1) ditegaskan bahwa
Presiden tidak dapat diganggu-gugat. Artinya, Presiden tidak dapat dimintai
pertanggungjawaban atas tugas-tugas pemerintahan. Pada Pasal 118 ayat (2)
ditegaskan bahwa Menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan
pemerintah baik bersama-sama untuk seluruhnya maupun masing-masing untuk
bagiannya sendiri-sendiri.
Pokok-pokok sistem pemerintahan menurut konstitusi RIS :
a. Presiden dengan kuasa dari perwakilan negara bagian menunjuk 3 pembentuk
kabinet.
b. Presiden mengangkat salah seorang dari pembentuk kabinet tersebut sebagai
Perdana Menteri.
c. Presiden juga membentuk kabinet/dewan menteri sesuai anjuran pembentuk
kabinet.
d. Menteri-menteri (dewan menteri) dalam bersidang dipimpin oleh Perdana
Menteri. Perdana Menteri juga melaksanakan tugas keseharian Presiden jika
Presiden berhalangan hadir.
e. Pemerintah adalah Presiden bersama menteri.
f. Presiden juga berkedudukan sebagai kepala negara yang tidak dapat diganggu
gugat
g. Menteri-menteri baik secara sendiri maupun bersama-sama bertanggung
jawab kepada DPR.
h. DPR tidak dapat memaksa menteri meletakkan jabatannya.
Page 21 of 29
Page 23 of 29
Sistem pemerintahan
Sistem pemerintahan pada dasarnya masih menganut sistem presidensial. Hal ini
terbukti dengan presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. Presiden
juga berada diluar pengawasan langsung DPR dan tidak bertanggung jawab terhadap
parlemen.
Lembaga-lembaga negara menurut UUD 1945 sesudah amandemen adalah :
a. Presiden
b. Majelis Permusyawaratan Rakyat
c. Dewan Perwakilan Rakyat
d. Dewan Perwakilan Daerah
e. Badan Pemeriksa Keuangan
f. Mahkamah Agung
g. Mahkamah Konstitusi
h. Komisi Yudisial
Tugas Lembaga Negara menurut UUD 1945 sesudah amandemen adalah :
Page 24 of 29
daerah
dalam
badan
perwakilan
tingkat
nasional
setelah
ditiadakannya utusan daerah dan utusan golongan yang diangkat sebagai anggota
MPR, keberadaanya dimaksudkan untuk memperkuat kesatuan negara Republik
Indonesia, dipilih secara langsung oleh masyarakat di daerah melalui pemilu,
mempunyai kewenangan mengajukan dan ikut membahas RUU yang berkaitan
dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, RUU lain yang berkait
dengan kepentingan daerah.
4. BPK, Anggota BPK dipilih DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD,
berwenang mengawasi dan memeriksa pengelolaan keuangan negara (APBN) dan
daerah (APBD) serta menyampaikan hasil pemeriksaan kepada DPR dan DPD dan
ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum, berkedudukan di ibukota negara dan
memiliki perwakilan di setiap provinsi, mengintegrasi peran BPKP sebagai
instansi pengawas internal departemen yang bersangkutan ke dalam BPK.
5. Presiden, Membatasi beberapa kekuasaan presiden dengan memperbaiki tata cara
pemilihan dan pemberhentian presiden dalam masa jabatannya serta memperkuat
sistem pemerintahan presidensial, Kekuasaan legislatif sepenuhnya diserahkan
kepada DPR, Membatasi masa jabatan presiden maksimum menjadi dua periode
saja, Kewenangan pengangkatan duta dan menerima duta harus memperhatikan
pertimbangan DPR, kewenangan pemberian grasi, amnesti dan abolisi harus
memperhatikan pertimbangan DPR, memperbaiki syarat dan mekanisme
Page 25 of 29
pengangkatan calon presiden dan wakil presiden menjadi dipilih secara langsung
oleh rakyat melui pemilu, juga mengenai pemberhentian jabatan presiden dalam
masa jabatannya.
6. Mahkmah Agung, Lembaga negara yang melakukan kekuasaan kekuasaan
kehakiman, yaitu kekuasaan yang menyelenggarakan peradilan untuk menegakkan
hukum dan keadilan [Pasal 24 ayat (1)], berwenang mengadili pada tingkat kasasi,
menguji peaturan perundang-undangan di bawah Undang-undang dan wewenang
lain yang diberikan Undang-undang.di bawahnya terdapat badan-badan peradilan
dalam lingkungan Peradilan Umum, lingkungan Peradilan Agama, lingkungan
Peradilan militer dan lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN), badanbadan lain yang yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur
dalam Undang-undang seperti : Kejaksaan, Kepolisian, Advokat/Pengacara dan
lain-lain.
7. Mahkamah Konstitusi, Keberadaanya dimaksudkan sebagai penjaga kemurnian
konstitusi (the guardian of the constitution), Mempunyai kewenangan: Menguji
UU terhadap UUD, Memutus sengketa kewenangan antar lembaga negara,
memutus pembubaran partai politik, memutus sengketa hasil pemilu dan
memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh
presiden dan atau wakil presiden menurut UUD, Hakim Konstitusi terdiri dari 9
orang yang diajukan masing-masing oleh Mahkamah Agung, DPR dan pemerintah
dan ditetapkan oleh Presiden, sehingga mencerminkan perwakilan dari 3 cabang
kekuasaan negara yaitu yudikatif, legislatif, dan eksekutif.
Page 26 of 29
Page 27 of 29
KESIMPULAN
Pembagian
kekuasaan
sangat
mutlak
diperlukan
untuk
untuk
mengindari
penyelenggaraan kekuasaan yang terpusat pada satu tangan yang dapat berakibat terjadinya
pemerintahan yang otoriter dan terhambatnya peran serta rakyat. Sehingga dengan adanya
pembagian kekuasaan dalam penyelenggaraan negara terjadi kontrol dan keseimbangan
diantara lembaga pemegang kekuasaan.
Pembagian kekuasaan dalam sistem konstitusi di Indonesia telah diatur dalam UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Pembagian kekuasaan diatur sebagai
berikut :
1. Kekuasaan legislatif yaitu DPR,
Pasal 20 ayat (1), yang berbunyi Tiap undang-undang menghendaki persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat yang berarti DPR memegang kekuasaan membentuk
Undang-undang.
2. Kekuasaan eksekutif yaitu Presiden,
Pasal 4 ayat (1), yang berbunyi Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan
pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar memegang kekuasaan pemerintahan.
3. Kekuasaan yudikatif yaitu Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah Agung.
Pasal 24 ayat (1), yang berbunyi Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh sebuah
Mahkamah Agung dan lain-lain badan kehakiman menurut undang-undang yang
berarti memegang kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.
Meskipun dalam Sistem Konstitusi yang berlaku di Indonesia menganut konsep
sistem pemisahan kekuasaan (separation of power) atau doktrin trias politika sebagaimana
yang dikemukakan oleh Montesquieu, namun dalam sidang-sidang BPUPKI 1945, Soepomo
misalnya menegaskan bahwa UUD 1945 tidak menganut doktrin trias politica dalam arti
paham pemisahan kekuasaan, melainkan menganut sistem pembagian kekuasaan
Pembagian kekuasaan dalam sistem konstitusi yang berlaku di Indonesia telah
mengalami perubahan, yaitu Sebelum Amandemen UUD 1945 (Periode 18 Agustus 1945
27 Desember 1949) dan Sesudah Amandemen (Periode 19 Oktober 1999 Sekarang).
Page 28 of 29
Page 29 of 29