Hukum bersifat objektif karena hukum disusun dalam kitab undang-undang. Maka hukum dapat memiliki kepastian yang lebih besar. Sedangkan norma bersifat subjektif akibatnya sering diganggu oleh pertanyaan atau diskusi yang menginginkan kejelasan tentang etis tidaknya. Hukum hanya membatasi pada ruang lingkup perilaku lahiriyah saja. Sedangkan moralitas menyangkut perilaku batin seseorang. Sanksi hukum biasanya dapat dipaksakan. Sedangkan sanksi moral satu-satunya adalah ada pada hatinurani yang merasa tidak tenang Sanksi hukum pada dasarnya merupakan kehendak masyarakat. Sedangkan sanksi moral tidak dapat dirubah oleh masyarakat.
Egoisme
Egoisme adalah merupakan pemikiran etis yang menyatakan bahwa tidakan atau perbuatan yang paling baik adalah memberi manfaat bagi diri sendiri dalam jangka waktu yang diperlukan dan jangka waktu tertentu. Dalam praktek sehari egoisme etis mempunyai bentuk dalam pemikiran hedonisme dan eudaemonisme. Hedonisme adalah perolehan kesenangan dan eudaemonisme adalah kebahagian.
Deontologisme
Deontologis adalah pemikiran etis yang menyatakan bahwa baik buruknya tindakan tidak diukur dari akibat yang ditimbulkannya, tetapi berdasarkan sifat tertentu dari hasil yang dicapainya. Ini berarti kewajiban moral atau keharusan etis yang harus terpenuhi. Ada dua jenis deontologis, yaitu deontologis tindakan dan deontologis aturan.
Deontologisme Tindakan
Deontologis tindakan menyatakan bahwa baik dan buruknya tindakan dapat diputuskan atau dirumuskan dalam dan untuk situasi tertentu dan sama sekali tidak ada peraturan umum. Prinsip deontologis tindakan sama dengan prinsip etika situasional.
Deontologisme Aturan
Deontologis aturan adalah bahwa kaidah moral dan tindakan baik buruk diukur dari aturan yang berlaku secara universal, bersifat mutlak, dan tidak dilihat dari baik buruknya akibat perbuatan tersebut.