Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

RANGKUMAN MATERI KULIAH ETIKA PROFESI ADVOKAT


Disusun untuk memenuhi tugas UAS
Mata Kuliah: Etika dan Tanggung Jawab Profesi
Dosen Pengampu: Lapon Tukan Leonard, S.H., M.A.

Disusun Oleh:
Naufal Ariq Aisy (11000118130476)

KELAS C
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI DIPONEGORO SEMARANG
2020
A. PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Dalam menjalani segala profesi harus menjadi seseorang yang profesional atau
yang terbaik serta ahli di bidangnya, baik apabila menjadi seorang hakim, seorang
notaris, seorang jaksa maupun pengacara, harus menjadi seseorang yang
profesional, apabila memangku suatu jabatan maka harus matangkan diri secara
maksimal agar menjadi yang terbaik dan dapat bermanfaat. Jabatan Advokat
dalam Kode Etik Advokat dikatakan bahwa profesi advokat adalah suatu profesi
atau jabatan yang mulia atau Nobile Officium, dikatakan seperti itu dikarenakan
jabatan Advokat kenyataannya berdiri diatas dua kaki yang kokoh yaitu diatas
jabatan profesional dengan kriteria sebagaimana disebutkan diatas juga berdiri
tegak diatas jabatan kepercayaan. Dalam menjalankan pekerjaannnya Lawyer
harus berpijak pada jabatan profesi, pelayanan pada publik terikat pada kode etik
profesi yang mengatur mengenai prilaku dan etika yang harus dijalankan serta
harus memiliki kemampuan istimewa yaitu memegang jabatan kepercayaan,
terlebih terhadap klien harus bersikap seolah-olah sebagai sahabat sendiri,
sehingga klien menjadi senang dan merasa nyaman, karena klien sudah
memberikan kepercayaan penuh kepada lawyer untuk menangani perkaranya
termasuk disana adalah menjaga kerahasiaan informasi, oleh karena itu profesi
advokat disebut sebagai jabatan yang mulia. Apabila menjadi pengacara harus
memberi pelayanan yang baik, harapan maupun mimpi dari klien harus menjadi
prioritas utama tidak terpeah fokus ke bidang yang lain agar hasil menjadi
maksumal sehingga membuat kantor tidak menjadi kesepian. Banyak hal yang
harus diperhatikan ketika ingin menjadi lawyer yang hebat dan banyak klien,
mulai dari kenyamanan kantor dengan memberi ruangan yang nyaman serta
kecepatan dan keramahan dalam melayani agar klien keluar dengan rasa bahagia
dan kesan yang baik sehingga akan menyebarkan pembicaraan yang baik di
masyarakat dan klien akan berdatangan dan bertambah. Seorang pengacara atau
advokat harus menerapkan perilaku-perilaku serta model-model agar menjadi
seorang advokat yang hebat dan profesional, dalam makalah ini akan dibahas
mulai dari kode etik advokat, perihal keahlian profesi hingga kepribadian
advokat, yang telah dibahas selama perkuliahan Etika dan Tanggung Jawab
Profesi pada semester 5 ini, makalah ini berisi catatan selama perkuliahan
berlangsung.

II. Rumusan Masalah


1. Bagaimana menjadi seorang Advokat atau Lawyer yang hebat?
2. Apa istilah profesi Advokat dalam berbagai bahasa?
3. Apa saja model hubungan yang dapat terbangun antara lawyer dengan klien?
4. Apa persyarat menjadi seorang Profesional Lawyer?
5. Bagaimana Kode Etik mengatur kepribadian Advokat?

B. PEMBAHASAN

1. Langkah menjadi seorang lawyer yang hebat


Bagaimana menjadi lawyer yang baik, karena lawyer saat ini di situasi yang penuh
dengan tantangan, bagaimana menjadi seorang profesional yang besar, pada saat ini
situasi berbeda dengan dahulu, perbedaannya seperti tantangan besar karena dahulu
lawyer tidak begitu banyak berbeda dengan saat ini advokat dimana-mana sangat mudah
dijumpai sehingga tantangan menjadi besar. Dari sisi teknologi saat ini lawyer dapat
secara online, dalam sisi sdm sudah banyak lawyer yang sudah lama ada dan terkenal
sehingga bagaimana dapat dikenal, serta bagaimana bersaing dengan lawyer-lawyer besar
dan sudah terkenal dalam skala nasional, diperlukan mental yang kuat serta kesiapan
yang matang untuk bersaing baik dengan lawyer nasional maupun internasional harus
punya pengetahuan yang hebat, tidak setengah-setengah harus ada yang dapat dikuasai
secara penuh. Sehingga seorang lawyer harus memiliki pengetahuan yang hebat. Yang
kedua untuk menjadi lawyer yang hebat yaitu harus mempunyai karakter yang baik
seperti karakter tidak mudah menyerah, bekerja dengan cepat, apabila ada pekerjaan
diterima dahulu atau disanggupi jangan ditolak, apapun kesulitan harus dihadapi untuk
hidup pada kondisi yang seperti ini. Yang ketiga yaitu harus memiliki skill yang baik,
seperti keterampilan dalam menyiapkan alat bukti, membuat surat kuasa, membuat
gugatan kemudian dalam mengajukan pertanyaan, skill-skill tersebut harus dilatih agar
dapat dikuasai secara penuh. Sebagai seorang lawyer harus pandai membuat pertanyaan,
harus terampil berkomunikasi dan mengolah kata-kata, yang paling penting yaitu
kemampuan bernegoisasi dengan menguasai bahasa asing karena bahasa merupakan
jendela dunia. Harus siap dengan ketiga modal tersebut untuk menjadi seorang lawyer
yang hebat.

2. Aneka istilah profesi Advokat


Profesi pada hakekatnya adalah pekerjaan tetap yang berwujud karya pelayanan yang
dijalankan dengan penguasaan dan penerapan pengetahuan di bidang ilmu tertentu yang
pengembangannya dihayati sebagai panggilan hidup dan pelaksanaannya terikat pada
nilai-nilai tertentu yang dilandasi semangat pengabdian terhadap sesama manusia demi
kepentingan umum serta berakar pada penghormatan dan upaya menjunjung tinggi
martabat manusia.1 Dalam Bahasa Indonesia istilah lain advokat adalah Pengacara,
Pembela, Penasihat/Konsultan Hukum, Protokol, juga sudah lazim adalah istilah Lawyer
(Bahasa Inggris). Dalam bahasa asing seperti dalam Bahasa Belanda yaitu Meester in de
Rechten/MR, di Amerika disebut BAR, sedangkan di Inggris disebut Barrister atau
Solicitor. Profesi Advokat bagaikan mata uang dua sisi, di satu sisinya profesi advokat
adalah unsur penegak hukum yang bertugas memberikan jasa hukum, namun di sisi lain
juga memberikan bantuan hukum yang melayani tanpa menuntut imbalan atau pelayanan
hukum secara prodeo/gratis namun tujuan bisnis tidak bisa dipungkiri adalah mencari
profit, profesi advokat sendiri juga sama seperti bisnis yaitu mendapat keuntungan maka
pada sisi ini dapat disebut bahwa profesi advokat sama halnya dengan bisnis pada
umumnya yaitu mencari profit. Tujuan utama profesi utama tentunya tetap sebagai salah
satu unsur penegak hukum yang memberikan pelayanan hukum kepada masyarakat atau
klien sedangkan profit merupakan unsur yang mengikuti.

3. Model/Paradigm of Relationship

Beberapa model yang dikemukakan oleh Robert Veath antara lain:

- Engineering Model
Pada engineering model seperti hubungan antara dokter dengan pasien, apabila
ditemukan ada masalah maka diperiksa oleh dokter sebagai ahli kemudian di bahas
dahulu dengan pasien atau dipertimbangkan dahulu oleh pasien baiknya bagaimana,
kemudian diambil tindakan oleh dokter untuk mengatasi masalah tersebut. Sama
halnya dengan lawyer, lawyer harus memberi kesempatan kepada klien untuk

1
Suhrawardi K. Lubis, Etika Profesi Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 1994), hlm. 8.
merundingkan atas pengambilan keputusan, jangan memaksakan kehendak kepada
klien, tidak bisa memaksa apabila sudah konsultasi maka jangan paksa untuk
menyelesaikan perkaranya kepada anda sebagai lawyer yang memberi konsultasi.
Kebebasan klien dijamin dalam kode etik advokat.
- Priestly Model
Bagaikan dalam ajaran Katolik jika seseorang berdosa maka dapat diampuni apabila
memberi pengakuan kepada pastor dan pastor memberi berkat pengampunan maka
beban dosa yang berat dapat dihapuskan sehingga rasa berdosa yang berat dan
menjadi beban dapat terlepas dan menjadi ringan, model ini menjadi kontradiktif
dengan model yang pertama karena pada model ini seorang klien yang datang
dengan tidak berdaya maka sebagai lawyer harus tanggap dan berani mengambil
resiko menyelesaikan kasus klien. Harus melihat situasi klien, apabila seorang klien
tidak mengetahui apa-apa maka lawyer harus mengambil alih kasus, sehingga klien
menjadi senang dengan lawyer yang mengayomi.
- Collegial Model
Berasal dari kata colega atau teman, dalam model ini klien diposisikan seperti teman
sendiri, dengan memposisikan sebagai teman maka akan saling terbuka berdiskusi
satu sama lain mengenai suatu persoalan kemudian disimpulkan bersama untuk
ditangani lawyer.
- Contractual/Covenant Model
Pada model ini apabila sudah disimpulkan bagaimana perkara harus diselesaikan
maka diikat oleh kontrak seperti kuasa, kontrak memuat mengenai hak dan
kewajiban bagaimana menangani perkara tersebut klien mempunya hak untuk
mendapat pelayanan yang baik dari lawyer dan memiliki kewajiban untuk membayar
lawyer, bentuk kontrak sendiri yaitu surat kuasa, dimana klien menyerahkan
perkaranya pada lawyer untuk diselesaikan perkaranya oleh lawyer, lawyer sendiri
berhak atas pembayaran dari klien atas jasanya menyelesaikan perkaranya dengan
apa yang telah disepakati. Yang diutamakan adalah pelayanan hukum lawyer maka
dalam kontrak tidak tertulis nominal karena bukan suatu yang utama. Sebagai
seorang lawyer harus menangkap situasi bagaimana kondisi klien bagaimana
penampilan klien sehingga memahami latar belakang klien merupakan hal yang
wajib dimiliki oleh seorang lawyer karena dengan memahami latar belakang klien
maka akan mengetahui bagaimana mengambil sikap.
4. Syarat Menjadi Profesional
Dalam kode etik profesi advokat diatur ada 5 hal, yaitu persyaratan menjadi seorang
profesional, yaitu:
 pertama harus memiliki keahlian dalam bidangnya, harus memadai dalam
pengetahuan bidang hukum, terutama harus berlatar belakang dari pendidikan
hukum baik dari fakultas hukum atau fakultas syariah. Orang yg lulus bukan dari
pendidikan hukum tidak akan bisa menjadi lawyer meskipun bergelar tinggi, jadi
syarat yg pertama harus jadi sarjana hukum.
 kedua untuk jadi profesional harus mengikuti pendidikan khusus profesi advokat,
terkait dengan pendidikan khusus profesi advokat cenderung seperti pelatihan
dimana dilatih mengenai keterampilannya seperti membuat legal drafting,
membuat gugatan dan sebagainya. Ada juga prodi PKPA dimana semenjak
sarjana sudah termasuk pendidikan profesi advokat namun permasalahannya yaitu
tidak diakuinya pendidikan advokatnya dan harus tetap mengikuti pendidikan
khusus profesi advokat setelah lulus sarjananya.
 ketiga yaitu setelah melewati pendidikan khusus advokat maka diwajibkan untuk
melakukan magang, guna memahami lebih jauh mengenai berbagai keterampilan
yang diperlukan seorang lawyer.
 keempat adalah ujian nasional, untuk menguji apakah layak atau tidak mengenai
keterampilannya atau tingkat pemahamannya
 kelima atau yg terakhir adalah di sumpah, dimana harus ada bukti sumpah yang
telah dilakukan.

5. Kepribadian Advokat
Kepribadian Advokat diatur dalam kode etik Advokat, dimana yang diatur antara lain:

 Tidak boleh rangkap jabatan, karena apabila seorang advokat merangkap jabatan
maka konsentrasinya akan terpecah sehingga membuat pelayanan kepada klien
menurun kualitasnya atau tidak maksimal dan dapat berakibat fatal pada
ketidakpuasan klien dan dapat membuat kantor menjadi kesepian.
 Memegang teguh rahasia, menjaga rahasia merupakan hal yang sangat penting
agar klien percaya dan klien akan bercerita secara detail mengenai kasusnya
bahkan hingga hal yang privasi. Apabila seorang advokat mendapat data yang
lengkap dan detail maka akan mudah dalam berperkara. Oleh karena itu harus
menjadi seorang lawyer yang dapat dipercaya, agar klien terus berdatangan dan
membuat kantor menjadi ramai.
 Menghargai atau menghormati klien, seorang klien harus diperlakukan secara
manusia. Hormati serta hargai seorang klien yang sedang membutuhkan
pertolongan atau bantuan advokat karena sedang ada permasalahan, layani klien
dengan baik serta buat klien merasa nyaman, beri klien kursi yang empuk serta
ruangan yang dingin agar klien dengan senang hati menunggu dan akan
memberikan penilaian yang bagus dan membicarakan kepada rekan atau teman
dari klien tentang pengalamannya yang memuaskan di kantor anda.
 Hak untuk menolaksuatu perkara. Lawyer dilarang menolak perkara apabila
karena alasan perbedaan ras, suku, agama, status sosial maupun karena basis
politiknya. Lawyer dibolehkan menolak perkara ketika orang yg memiliki perkara
yang lawyer tersebut tidak dalam kompetensinya atau bukan ahlinya, apabila
pengetahuan lawyer kurang memadai terhadap suatu perkara maka lebih baik
ditolak saja secara jujur dengan rasa hormat. Lawyer juga boleh menolak perkara
apabila bertentangan dengan hati nurani, lawyer juga berhak menolak apabila
lawyer berada dalam keadaan sulit dalam menangani perkara atau ada beban
moral contoh apabila yang digugat adalah saudara dari lawyer itu sendiri
 Seorang lawyer harus memiliki integritas, atau keutuhan diri. Seorang advokat
tidak boleh menjadi seseorang yang labil atau berubah-ubah pendapatnya
sehingga perkataannya tidak dapat dijadikan acuan.

C. PENUTUP (KESIMPULAN)

Dalam menjalani segala profesi harus menjadi seorang yang profesional atau yang terbaik
di bidangnya, baik menjadi seorang hakim, seorang notaris, seorang jaksa maupun
pengacara, harus menjadi seorang yang profesional, apabila memangku suatu jabatan
maka harus matangkan diri secara maksimal agar menjadi yang terbaik dan dapat
bermanfaat. Beberapa model yang dikemukakan oleh Robert Veath antara lain:
Engineering Model, Pada engineering model, lawyer harus memberi kesempatan kepada
klien untuk merundingkan atas pengambilan keputusan, sedangkan Priestly Model,
seorang klien tidak mengetahui apa-apa maka lawyer harus mengambil alih kasus,
sehingga klien menjadi senang dengan lawyer yang mengayomi. Kemudian pada
Collegial Model yang berasal dari kata colega atau teman, dalam model ini klien
diposisikan seperti teman sendiri, klien diajak diskusi mengenai suatu persoalan
kemudian disimpulkan bersama untuk ditangani lawyer. Sedangkan
Contractual/Covenant Model Pada model ini apabila sudah disimpulkan bagaimana
perkara harus diselesaikan maka diikat oleh kontrak seperti kuasa. Dalam kode etik
profesi advokat diatur ada 5 hal, yaitu persyaratan menjadi seorang profesional, yaitu
yang pertama harus memiliki keahlian dalam bidangnya, kedua untuk jadi profesional
harus mengikuti pendidikan khusus profesi advokat, ketiga yaitu setelah melewati
pendidikan khusus advokat maka diwajibkan untuk melakukan magang, guna memahami
lebih jauh mengenai berbagai keterampilan yang diperlukan seorang lawyer. keempat
adalah ujian nasional, kelima atau yg terakhir adalah di sumpah.
Untuk menjadi lawyer yang hebat diperlukan mental yang kuat serta kesiapan yang
matang untuk bersaing baik dengan lawyer nasional maupun internasional harus punya
pengetahuan yang hebat, tidak setengah-setengah harus ada yang dapat dikuasai secara
penuh. Sehingga seorang lawyer harus memiliki pengetahuan yang hebat. Yang kedua
untuk menjadi lawyer yang hebat yaitu harus mempunyai karakter yang baik seperti
karakter tidak mudah menyerah, bekerja dengan cepat, apabila ada pekerjaan diterima
dahulu atau disanggupi jangan ditolak, apapun kesulitan harus dihadapi untuk hidup pada
kondisi yang seperti ini. Yang ketiga yaitu harus memiliki skill yang baik, seperti
keterampilan dalam menyiapkan alat bukti, membuat surat kuasa, membuat gugatan
kemudian dalam mengajukan pertanyaan, skill-skill tersebut harus dilatih agar dapat
dikuasai secara penuh. Kepribadian Advokat diatur dalam kode etik Advokat antara lain
tidak boleh rangkap jabatan, memegang teguh rahasia, menghargai atau menghormati
klien, hak untuk menolak suatu perkara, seorang lawyer harus memiliki integritas atau
keutuhan diri.
DAFTAR PUSTAKA

suhrawardi K, L. (1994). Etika Profesi Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.

Anda mungkin juga menyukai