Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI


Lapon Tukan Leonard, S.H., M.Hum.

OLEH
Della Putri Ramadhani (11000118130469)

FAKULTAS ILMU HUKUM


UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN.........................................................................................................3
A. Latar Belakang.................................................................................................3
B. Rumusan Masalah............................................................................................3
C. Tujuan...............................................................................................................4
PEMBAHASAN............................................................................................................4
A. Istilah dan Pengertian......................................................................................4
B. Kriteria Jabatan Profesi..................................................................................4
C. How to be A Great Lawyer................................................................................5
D. Model Hubungan Advokat dengan Klien.......................................................6
E. Profesi Advokat sebagai Bagian dari Bisnis...................................................6
F. Profesi Advokat sebagai Jabatan yang Mulia................................................7
G. Kode Etik Profesi Advokat..........................................................................7
a. Keahlian Profesi...........................................................................................8
b. Kepribadian Advokat................................................................................10
c. Hubungan Advokat dengan Klien.............................................................13
PENUTUP...................................................................................................................13
A. Kesimpulan.....................................................................................................13
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Etika atau juga disebut moral, susila, akhlak merupakan cabang filsafat
yang menyangkut kehidupan manusia terutama profesi dalam bidang
hukum. Seorang pelaku profesi hukum tidak boleh berhenti sampai pada
kesadaran argumentative mengenai prinsip-prinsip moral dalam profesi
namun harus sampai pada pengambilan sikap akan prinsip-prinsipnya
tersebut. Sikap ini pun harus sejalan dengan prinsip-prinsip yang sudah ada
dalam lingkungan profesi yang digelutinya.

Kode etik profesi (ethic code) sebagai norma etik profesi, mengatur dengan
cara bagaiman anggota suatu profesi melakukan tugas dan fungsinya
sebaik mungkin menurut tuntutan nilai-nilai etik (ethos), nilai-nilai moral
(mores)m dan bahkan nilai-nilai hukum dan keadilan profesi yang
diembannya, agar benar-benar professional dalam melaksanakan fungsi
profesinya.

Kode etik profesi hukum (the code ethic profession) adalah norma etik
profesi yang harus dihormati dan dipedomani oleh para setiap anggota atau
asosiasinya dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenagnya dalam
memberikan pelayanan hukum kepada masyarakat.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa para pejabat tinggi, pegiat profesi
badan hukum privat, serta masyarakat kebanyakan tengah mengalami
krisis moral dimana dalam melakukan pekerjaannya telah melakukan
pelanggaran etika. Mereka melupakan kewajiban dan tanggung jawab pada
profesinya yang seharusnya dikerjakan dan apa yang tidak boleh mereka
lakukan.Dengan adanya kelalaian tersebut, etika profesi hukum harus
diterapkan dari dalam diri individu sebagai kesadaran pribadi dan landasan
bagi para penyandang profesi dalam melakukan tugasnya melayani
masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Dari Latar Belakang diatas permasalahan yang timbul adalah bagaimana
kriteria seorang advokat yang baik?
C. Tujuan
Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi Ujian Akhir
Semester Mata Kuliah Etika dan Tanggung Jawab Profesi.

PEMBAHASAN
A. Istilah dan Pengertian
Etika didefinisikan sebagai sesuatu yang berkaitan dengan nilai yang
tumbuh dan berkembang bersama dan hidup dengan masyarakat. Etika
diidentikan dengan nilai mengenai baik atau buruknya suatu hal yang
berlaku dalam masyarakat. Sedangkan moral merupakan implementasi dari
nilai tersebut.

Jadi etika profesi dapat diartikan sebagai nilai-nilai yang disepakati di suatu
organisasi sebuah profesi baik yang boleh dijalankan maupun tidak.
Sementara kode etik profesi adalah himpunan nilai, panduan atau pedoman
yang disepakati seluruh anggota profesi untuk menuntun mereka dalam
menjalankan profesi.

B. Kriteria Jabatan Profesi


Yang menjadi syarat sebuah jabatan profesi, diantarnya:
a. Pengetahuan yang memadai dalam bidangnya
b. Memiliki kemampuan atau skill
c. Menduduki jabatan tersebut secara permanen atau dilakukan secara
terus-menerus dalam kurun waktu yang lama
d. Melakukan pelayanan kepada masyarakar (public service)
e. Dan memiliki kode etik

Perbedaan jabatan biasa dengan jabatan profesi terletak pada kriteria


diatas. Jabatan biasa belum tentu merupakan jabatan profesi karena bisa
jadi memenuhi kriteria namun hanya parsial dan bukan kumulatif. Cakupan
jabatan profesi lebih luas karena jabatan profesi pasti juga jabatan biasa.

Jabatan profesi merupakan suatu jabatan yang diberi oleh negara melalui
organisasinya untuk melaksanakan suatu pekerjaan tertentu yang diatur
oleh undang-undang dan kode etiknya.

Jabatan profesi diberikan oleh negara melalui organisasinya. Jadi, jabatan


tersebut tidak bisa diklaim secara sepihak atau otomatis melekat, namun
hanya bisa didapat setelah memenuhi kriteria dari jabatan yang terkait.

Dalam menjalankan tugasnya penyandang jabatan harus memiliki bukti


keahlian. Bukti itu bisa didapatkan dengan mengikuti pendidikan khusus
profesi yang setelah lulus organisasi mensyaratkan bahwa calon harus lulus
dari kewajiban magang selama periode waktu tertentu sebagaimana
ditetapkan oleh organisasi. Seorang calon yang telah mempersiapkan diri
dengan baik melalui program magang ini setidaknya dia sudah siap untuk
menghadapi tantangan dalam dunia kerja.

Setelah dilakukan magang dan lulus pendidikan profesi, calon tidak serta
merta dapat melakukan tugasnya namun calon harus terdaftar dulu sebagai
anggota organisasi setelah mendapatkan kartu anggota yang diberikan
setelah lulus ujian nasional. Kemudia yang terakhir seorang calon wajib
disumpah dalam jabatannya oleh Ketua Pengadilan Tinggi Setempat.

C. How to be A Great Lawyer


Profesi Advokat adalah salah satu unsur penegak hukum di Indonesia,
selain Polisi, Jaksa, Hakim. Sebagai unsur penegak hukum seorang Advokat
menjalankan tugas memberikan pelayanan hukum kepada masyarakat
khususnya kepada klient nya.
Dasar hukum profesi advokat diatur dalam UU No. 18 tahun 2003 tentang
Profesi Advokat, adapula Kode Etik Profesi Advokat 20 Mei 2002.

Untuk menjadi lawyer yang hebat dibutuhkan tiga hal penting, yaitu:
1. Pengetahuan yang luas, sehingga memungkinkan dirinya untuk nya
menyelesaikan masalah hukum kliennya
2. Kepribadian yang baik, hal ini akan menunjang kepercayaan para klien
untuk kembali menggunakan jasa advokat
3. Kemampuan yang baik, hal ini diperlukan saat persidangan ketika
advokat menjadi pendamping hukum seorang klien.

Untuk “Lawyering in challenging times” beracara dalam masa yang penuh


tantangan, seorang lawyer harus bertumpuan pada kode etik profesinya.

D. Model Hubungan Advokat dengan Klien


Robert Veath dalam buku Professional Ethics, Power and Paradox,
mengemukakan hubungan antara advokat dan kliennya dibagi menjadi 4
model:
a. Engineering Model, bagaimana klien diberdayakan atau diikutsertakan
dalam proses penyelesaian hukum. Klien tetap dihargain sebagai
seorang pribadi yang mempunyai kemampuan untuk mengambil
keputusan atas masalhnya sendiri meskipun butuh jasa seorang lawyer.
b. Priestly Model, kllien menyampaikan permasalahan pada professional
dalam posisi sebagai orang yang tidak berdaya, lawyer tidak boleh
membiarkan klien mengambil keputusan sendiri.
c. Collegial Model, dibahas dan diputuskan oleh kedua belah pihak
sebagai kolega atau rekan.
d. Contractual/Covenant Model, kulminasi (titik puncak) dari tiga model
sebelumnya. Wujud kontrak adalah surat kuasa.

E. Profesi Advokat sebagai Bagian dari Bisnis


Pada umumnya apabila seseorang melakukan bisnis, yang menjadi tujuan
utamanya adalah mendapatkan keuntungan (profitable) sehingga dalam
melanjalankan kegiatannya tidak terlalu memperhatikan mengenai
pelayanan terhadap masyarakat.

Berbeda dengan Profesi Advokat, sebagaimana yang daitur dalam Kode


Etik Profesi Advokat 20 Mei 2002 bahwa tujuan utama seorang Profesi
Advokat adalah memberikan layanan kepada public dalam bidang hukum
sebagai salah satu penegak hukum yang diatur dalam Peraturan
Perundangan karena apabila seorang Profesi Advokat dalam menjalankan
profesinya bertujuan untuk mencari keuntungan maka hal tersebut akan
berdampak terhadap pelayanan hukumnya karena berorientasi pada jumlah
keuntungan yang bisa didapat dari kliennya.

Profesi Advokat dalam prakteknya harus bisa menjadi pisau bermata dua
yaitu, bisa memberi jasa berupa pelayanan hukum kepada yang mampu dan
terhadap yang tidak mampu diberi bantuan hukum tanpa dituntut untuk
membayar. Sehingga apabila dikaitkan dengan Profesi Advokat yang tidak
berorientasi pada keuntungan, masyarakat yang tidak mampu namun ingin
mendapat pelayanan hukum tidak akan dikesampingkan.

F. Profesi Advokat sebagai Jabatan yang Mulia


Jabatan Mulia (Nobile Officium) artinya bahwa Jabatan Advokat merupakan
jabatan yang memiliki kredibilitas, karena:
1. Dilaksanakan atas dasar profesionalitas, dibuktikan dengan
terpenuhinya syarat sebuah jabatan professional yang ada di Jabatan
Profesi Advokat;
2. Ada unsur kepercayaan, dimana klien menaruh harapan atau memiliki
keyakinan untuk memberikan informasi pribadi miliknya untuk
dipercayakan pada Advodkat yang ditunjuk sebagai kuasa hukumnya
dengan harapan bahwa Lawyer yang ia tunjuk dapat menangani
perkaranya serta menjaga semua kerahasiannya informasi yang Ia beri.
G. Kode Etik Profesi Advokat
Dalam menjalankan profesinya, seorang Advokat harus menjaga citra dan
martabat kehormatan profesi dengan memiliki kepribadian sesuai dengan
apa yang tercantum dalam Kode Etik Advokat. Kode etik profesi advokat
merupakan dokumen mengenai nilai-nilai yang disepakati oleh anggota
organisasi advokat yang mengatur tentang kewajiban dan perlindungan
hukum bagi anggota profesi advokat.

Secara garis besar, muatan dari Kode Etik Advokat berisi 4 hal pokok,
diantaranya:

1. Hal-hal yang berkaitan dengan Keahlian Profesi Advokat


2. Kepribadian seorang Advokat
3. Hal-hal yang berkaitan dengan hubungan Advokat dengan Klien
4. Hal-hal yang berkaitan dengan hubungan Advokat dengan teman
sejawat,

yang akan diuraikan sebagai berikut:

a. Keahlian Profesi
Dalam muatan yang berkaitan dengan Keahlian Profesi Advokat diatur
mengenai syarat menjadi anggota, pelatihan, serta bukti keahlian. Hal-
hal tersebut diatur dalam Kode Etik Profesi Advokat 23 Mei 2002 dan
Undang-Undang No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat.
1. Syarat pertama mengenai Keahlian Profesi Advokat adalah
pengetahuan dalam bidang hukum. Dalam UU No. 18/2003 hal
tersebut diatur pada

Pasal 2 Ayat (1):

“Yang dapat diangkat sebagai Advokat adalah sarjana


yang berlatar belakang Pendidikan tinggi hukum …”
Sedangkan dalam Kode Etik Profesi Advokat diatur dalam:
 Pasal 1 Huruf a:
“Advokat adalah orang yang berpraktek memberi jasa
hukum, baik didalam maupun diluar pengadilan yang
memenuhi persyaratan berdasarkan undang undang yang
berlaku, baik sebagai Advokat, Pengacara, Penasehat
Hukum, Pengacara praktek ataupun sebagai konsultan
hukum.”
Secara tersirat, dapat dipahami bahwa Profesi Advokat dalam
berpraktek harus memenuhi persyaratan sesuai Undang-Undang.
Salah satu persyaratan Profesi Advokat menurut UU No. 18/2003
Pasal 2 Ayat (1) adalah sarjana yang memiliki Pendidikan di bidang
hukum.
2. Syarat kedua, adalah lulus Pendidikan Khusus Profesi Advokat
(PKPA) yang daitur dalam UU No. 18/2003
 Pasal 2 Ayat (1):

“Dapat diangkat sebagai Advokat … setelah mengikuti


Pendidikan khusus Profesi Advokat yang dilaksanakan
oleh Organisasi Advokat.”
Persyaratan calon peserta PKPA diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Peradi No. 3 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan Pendidikan
Profesi Advokat.
3. Selanjutnya, syarat ketiga mengenai syarat menjadi anggota Profesi
Advokat daitur dalam UU No. 18/2003 Pasal 3 Ayat (1) huruf g:
“Magang sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun terus menerus pada
kantor Advokat”
4. Yang menjadi syarat terakhir adalah Lulus Ujian Advokat yang
diatur dalam Pasal 3 Ayat (1) huruf f UU No. 18/2003:
“Lulus ujian yang diadakan oleh Organisasi Advokat.”
5. Setelah memenuhi semua persyaratan sebagai Advokat, seorang
calon Ahli Profesi Advokat haarus disumpah sesuai denga napa
yang tercantum dalam UU No. 18/2003:
 Pasal 4 Ayat (1):
“Sebelum menjalankan profesinya, Advokat wajib
bersumpah menurut agamanya atau berjanji dengan
sungguh-sungguh di sidang tebuka Pengadilan Tinggi di
wilayah domisili hukumnya.”
Bunyi sumpah tersebut daitur dalam Pasal 4 Ayat (2) UU Advokat.
Salinan berita acara sumpah oleh Panitera Pengadilan Tinggi
kemudian dikirmkan kepada Mahkamah Agung, Mentri, dan
Organisasi Advokat.

b. Kepribadian Advokat
Kepribadian advokat tercantum dalam BAB II Kode Etik Profesi
Advokat yang secara garis besar meliputi:
1. Tidak diperbolehkannya rangkap jabatan;
2. Memegan teguh rahasia;
3. Menghormati klien;
4. Memiliki hak untuk menolak perkara;
5. Memiliki intergritas pribadi

yang akan diuraikan secara terperinci dibawah ini.

a. Tidak diperbolehkanya seorang advokat untuk rangkap jabatan


diatur dalam Pasal 20 UU No. 18 tahun 2003 tentang Advokat,
dimana:
(1) Advokat dilarang memegang jabatan lain yang bertentangan
dengan kepentingan tugas dan martabat profesinya
(2) Advokat dilarang memegang jabatan lain yang meminta
pengabdian sedemikian rupa sehingga merugikan profesi
Advokat atau mengurangi kebebasan dan kemerdekaan dalam
menjalankan tugas profesinya.
(3) Advokat yang menjadi pejabat negara, tidak melaksanakan tugas
profesi Advokat selama memangku jabatan tersebut
Dasar hukum tidak diperbolehkannya seorang Advokat langkap
jabatan ada dalam Kode Etik Advokat Pasal 3 huruf f, yaitu:

“Advokat tidak dibnarkan untuk melakukan pekerjaan lain


yang dapat merugikan kebebasan, derajat dan martabat
Advokat.”
Dilarangnya Profesi Jabatan Advokat untuk rangkap jabatan.
Tujuannya adalah agar seorang advokat dapat memberikan
pelayanan yang maksimal kepada kliennya sehingga perhatiannya
tidak terpecah dengan urusan lain dari pelayanannya kepada klien.
Dengan rangkap jabatan seorang advokat pasti tidak akan maksimal
dalam memberikan pelayanan kepada kliennya.

b. Advokat harus memegang teguh rahasia sebagai salah satu unsurr


jabatan yang mulia sebagaimana yang diatur dalam Pasal 19 UU No.
18 tahun 2003 tentang Advokat, dimana:
(1) Advokat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui atau
diperoleh dari Kliennya karena hubungan profesinya, kecuali
ditentukan lain oleh Undang-undang.
(2) Advokat berhak atas kerahasiaan hubungannya dengan Klien,
termasuk perlindungan atas berkas dan dokumennya terhadap
penyitaan atau pemeriksaan dan perlindungan terhadap
penyadapan atas komunikasi elektronik Advokat.

Mengenai hal ini juga terdapat dalam Kode Etik Advokat Pasal 4
huruf h, yaitu:

“Advokat wajib memegang rahasia jabatan tentang hal-hal


yang diberitahukan oleh klien secara kepercayaan dan
wajib tetap menjaga rahasia itu setelah berakhirnyya
hubungannya antara Advokat dan klien”
c. Seorang Advokat harus menghormati semua klien tanpa
membedakan perlakuan berdasar status social, ras, agama, dan lain
sebagainya, hal ini diatur dalam Pasal 18 UU No. 18 tahun 2003
tentang Advokat, dimana:
(1) Advokat dalam menjalankan tugas profesinya dilarang
membedakan perlakuan terhadap Klien berdasarkan jenis
kelamin, agama, politik, keturunan, ras, atau latar belakang
sosial dan budaya.

Hal ini juga diatur dalam Kode Etik Advokat Pasal 3 huruf h, yaitu:

“Advokat dalam menjalankan profesinya harus bersikap


sopan terhadap semua pihak…”
d. Seorang advokat memiliki hak untuk menolak suatu perkara seperti
yang tertulis pada Pasal 3 huruf a kode Etik Advokat:

“Advokat dapat menolak untuk memberi nasihat dan


bantuan hukum kepada setiap orang yang memerlukan
jasa dan atau bantuan hukum kepada setiap orang yang
memerlukan jasa dan atau bantuan hukum dengan
pertimbangan oleh karena tidak sesuai dengan
keahliannya dan bertentangan dengan hati nuraninya,
tetapi tidak dapat menolak dengan alas an karena
perbedaan agama, kepercayaan, susku, keturunan,
keyakinan politik, dan kedudukan sosialnya.”
serta Pasal 8 huruf g, dimana:

“Advokat dapat mengundurkan diri dari perkara yang


akan dan atau diurusnya apabila timbul perbedaan dan
tidak dicapai kesepakatan tentang cara penanganan
perkara dengan kliennya.”
e. Sifat/kepribadian advokat terakhir yang harus dipenuhi adalah
seorang advokat harus memiliki intergritas yang tinggi, seperti
halnya yang tercantum dalam Pasal 26 UU No. 18 Tahun 2003
tentang Advokat, bahwa:
(1) Untuk menjaga martabat dan kehormatan profesi Advokat,
disusun kode etik profesi Advokat oleh Organisasi Advokat.
(2) Advokat wajib tunduk dan mematuhi kode etik profesi Advokat
dan ketentuan tentang Dewan Kehormatan Organisasi Advokat.
(3) Kode etik profesi Advokat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
c. Hubungan Advokat dengan Klien
1. Harus Melindungi Klien
2. Tidak dapat Mengundurkan Diri dari sebuah Perkara Secara
Sembarangan dengan pertimbangan oleh karena tidak sesuai dengan
keahliannya dan bertentangan dengan hati nuraninya, tetapi tidak
dapat menolak dengan alasan karena perbedaan agama,
kepercayaan, susku, keturunan, keyakinan politik, dan kedudukan
sosialnya
3. Tidak Mencari Keuntungan karena seorang Profesi Advokat harus
memberi jasa berupa pelayanan hukum kepada yang mampu dan
terhadap yang tidak mampu diberi bantuan hukum tanpa dituntut
untuk membayar.
4. Tidak boleh Menjaminkan Kemenangan Kepada Klien, hal ini
dikarenakan seorang Advokat tidak tahu mengenai apa yang akan
terjadi saat beracara dalam pengadilan.
5. Menjamin Kebebasan Klien dalam hal memilih keputusan apakah
akan menjadikan lawyer itu sebagai kuasa hukumnya atau tidak,
juga terhadap informasi yang akan ia berikan kepada lawyer.

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, yang dimaksud dengan etika profesi adalah nilai-
nilai yang disepakati di suatu organisasi sebuah profesi. Sementara kode
etik profesi adalah himpunan nilai, panduan atau pedoman yang disepakati
seluruh anggota profesi untuk menuntun mereka dalam menjalankan
profesi.
Yang menjadi syarat sebuah jabatan profesi, diantarnya: Pengetahuan; skill;
Menduduki jabatan tersebut secara permanen; (public service); Dan
memiliki kode etik

Dasar hukum profesi advokat diatur dalam UU No. 18 tahun 2003 tentang
Profesi Advokat, serta kode etik profesi advokat 20 Mei 2002. Model
Hubungan Advokat dengan Klien: Engineering Model. Priestly Model,
Collegial Model, Contractual/Covenant Model.

Profesi Advokat dalam prakteknya harus bisa menjadi pisau bermata dua
yaitu, bisa memberi jasa berupa pelayanan hukum kepada yang mampu dan
terhadap yang tidak mampu diberi bantuan hukum tanpa dituntut untuk
membayar. Jabatan Advokat merupakan jabatan yang memiliki kredibilitas,
karena Dilaksanakan atas dasar profesionalitas serta Ada unsur kepercayaan

Secara garis besar, muatan dari Kode Etik Advokat berisi 4 hal pokok,
diantaranya: Hal-hal yang berkaitan dengan Keahlian Profesi Advokat;
Kepribadian seorang Advokat; Hal-hal yang berkaitan dengan hubungan
Advokat dengan Klien; Hal-hal yang berkaitan dengan hubungan Advokat
dengan teman sejawat,

Anda mungkin juga menyukai