Anda di halaman 1dari 8

MEMBEDAKAN DAN MEMADUKAN

A. TELAAHAN PRAKTIS
hal. Keadaan,
Peristiwa atau
Permasalahan
Telaahan (Hukum)
Publik

Telaahan
Praktis

 Telaahan Publik
Digunakan oleh masyarakat yang bersifat umum, awam. Awam maksudnya adalah
bukan ahli, maka mereka melihat secara naif (sederhana). Masyarakat tersebut hanya
mampu menganalisa ddengan panca indranya, tidak bisa menganalisa secara luas dalam
kata lain adalah sebatas apa yang dilihatnya. Telaahan ini belum tersentuh oleh ilmu
pengetahuan apapun.Telaahan Publik digambarkan pada lensa yang paling besar diantara
lensa lainnya, hal ini dikarenakan lebih buram atau tidak jelas dalam melihat suatu objek.
Contoh : masyarakat menganggap hakim yang menjatuhkan vonis kepada mbok minah
tidak adil
 Telaahan Praktis
Digunakan oleh praktisi hukum seperti pengacara, hakim, penuntut umum, dll.
Pembahasannya dalam ranah konkret (nyata). Analisanya lebih luas dan panjang
karenanya sudah tersentuh oleh ilmu pengetahuan. Dalam telaahan ini, masih melihat
dengan panca indra namun jelas/ fokus dibandingkan dengan Telaah Publik. Telaahan
Praktis ini menggunakan metode Aplikatif-Teknis dimana Aplikatif mempunyai arti
mengenai (berkenaan dengan) penerapan dan Teknis artinya bersifat atau mengenai
(menurut) teknik. Contoh : penuntut umum menganggap vonis yang dijatuhkan hakim
pada kasus mbok minah adalah sesuai karena mbok minah terbukti mencuri.
B. TELAAHAN ILMIAH

hal. Keadaan,
Peristiwa atau
Permasalahan
(Hukum)
Telaahan
Publik

Telaahan
Ilmiah

Digunakan oleh peneliti, mahasiswa. Telaahan ini lebih jelas dibandingkan Telaahan
Publik dan Telaahan Praktis. Dalam hal ini menguraikan dengan kaidah hukum formal
lebih kearah ilmiah dan sedikit lebih jelas/detail.
Tealaahan ini menggunakan metode Normatif-Empiris. Normatif artinya sesuai
dengan norma atau berpegang teguh pada norma atau kaidah yang berlaku dan Empiris
artinya berdasarkan pengalaman yang kita alami atau berdasarkan fakta yang ada di dunia
kasat mata. Telaahan ini mulai terlihat fokus dan jelas dibandingkan telaahan sebelumnya
(Publik, Praktis dan Ilmiah). Contoh : penjatuhan vonis kepada mbok minah adalah sesuai
karena pencurian yang dilakukan mbok minah terbukti memenuhi unsur yuridis dari tindak
pidana pencurian
C. TELAAHAN TEORITIS
hal. Keadaan,
Peristiwa atau
Permasalahan
(Hukum)
Telaahan
Publik

Telaahan
Teoritis

Dalam hal ini mengkaji persoalan hukum dengan menggunakan metode Normatif-
Analitis. Normatif artinya sesuai dengan norma atau berpegang teguh pada norma atau kaidah
yang berlaku dan Analitis artinya bersifat (menurut) analisis. Kajian ini dilakukan mengacu
pada Teori Hukum.
Telaahan ini mulai bergerak menuju abstrak, mulai lebih fokus dan jelas dibandingkan
dengan telaahan sebelumnya. Contoh : penjatuhan vonis kepada mbok minah adalah sesuai
karena pencurian yang dilakukan mbok minah terbukti memenuhi unsur yuridis dari tindak
pidana pencurian dan juga vonis perlu dijatuhkan untuk menjamin kepastian hukum.
D. TELAAHAN FILSAFATI

hal. Keadaan,
Peristiwa atau
Permasalahan
(Hukum)

Telaahan
Publik

Telaahan
Filsafati

Dalam Telaahan ini mengkaji persoalan yang mengacu pada aliran-aliran filsafat
hukum, Kajian tersebut menggunakan metode Spekulatif-Exploratori. Spekulatif artinya
berpikir secara mendalam dan Exploratori artinyamenjelajah sambil menyelidiki, bisa
berkenaan dengan sesuatu yang abstrak atau tidak nyata. Untuk membahas persoalan-persoalan
secara lebih mendalam dengan ranak abstrak.
Telaahan ini mulai terlihat mulai terlihat lebih fokus dan jelas dibandingkan dengan
telaahan sebelumya. Contoh : menurut seseorang, penjatuhan vonis kepada mbok minah
adalah sesuai karena pencurian yang dilakukan mbok minah terbukti memenuhi unsur yuridis
dari tindak pidana pencurian , untuk menjamin kepastian hukum dan melindungi sifat
hukum yang tajam itu sendiri
E. PARADIGMATIK

hal. Keadaan,
Telaahan Peristiwa atau
Praktis Permasalahan
(Hukum)
Telaahan
Publik Telaahan
Teoritis

Telaahan Telaahan Telaah


Ilmiah Filsafati Paradigmatik

Gambar diatas merupakan perpaduan dari telaahan pertama sampai dengan kajian
paradigmatik. Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa :
Mengibaratkan setiap ragam pemahaman tentang persoalan hukum ditengah
masyarakat dapat diumpamakan sebuah lensa. Untuk memperoleh pemahaman yang
komprehensif, rinci, halus dan tajam diperlukan lapisan demi lapisan lensa. Dimulai dengan
lensa pemahaman Publik yang melihat persoalan / permasalahan hukum secara naif
(sederhana) karena belum tersentul ilmu pengetahuan (ilmu hukum) diikuti oleh lensa
pemahaman Praktis telaahan ini, masih melihat dengan panca indra namun lebih jelas/ fokus
dibandingkan dengan Lensa Pemahaman Publik karena pemahamannya disini sudah mulai
menggunakan metode Aplikatif-Teknis dengan ilmu pengetahuan akan tetapi masih belum
terlalu jelas/kabur. Dilanjutkan oleh Lensa Pemahaman Ilmiah dimana dalam hal ini
menguraikan kaidah hukum formal lebih kearah ilmiah dimana subyek melihat dan membahas
permasalahan hukum mengacu pada ilmu hukum, dan sudah lebih jelas/detail namun belum
benar-benar terang. Selanjutnya Lensa Pemahaman teoritis, pemahaman ini melihat
permasalahan hukum secara Normatif-Analisis dan mengacu pada Teori-Teori Ilmu Hukum,
sudah lebih jelas dibandingkan dengan Lensa Pemahaman sebelumnya serta mulai bergerak
menuju abstrak. Dilanjutkan Lensa pemahaman Filsafati, dalam Telaahan ini melihat
permasalahan hukum secara Normatif-Spekulatif dan dibahas secara ,mendalam dan lebih
meluas serta mengkaji persoalan yang mengacu pada aliran-aliran filsafat hukum. Dan pada
akhirnya lensa pemahaman kajian paradigmatik yang menelusuri persoalan hukum secara
lebih rinci, halus, serta tajam.
Contoh lensa pemahaman paradigmatik : hakim dalam memutus kasus mbok minah
tidak sembarangan. Hakim tersebut pasti mempelajari kasusnya, memperhatikan dengan baik
selama persidangan, menelaah secara mendalam apa yang sebenarnya terjadi sebelum
memutuskan vonis. Bukan hanya unsur yuridis saja yang dijadikan pertimbangan hakim dalam
menjatuhkan vonis namun hakim menganggap perlunya vonis tersebut dijatuhkan untuk
melindungi masyarakat agar tidak melakukan pelanggaran maupun kejahatan kejahatan yang
dianggap sepele namun sebenarnya merupakan suatu tindak pidana. Disini hakim berhati hati
sekali dalam menjatuhkan vonis, bukan karena unsur yuridis, dan sifat tajam hukum itu sendiri
namun juga mempertimbangkan kemanfaatan hukum kepada masyarakat.
MEMILAH DAN MENGELOMPOKKAN

Untuk permasalahan ini tidak semua masyarakat mengetahui apa yang ada dalam
bintang di langit, akan tetapi untuk seorang Astronom dapat memilah dan
mengelompokkan sesuai dengan keahlian dan ilmu pengetahuan yang ada untuk
menjadikan bintang-bintang tersebut sebuah kelompok, diantaranya :
 Aquarius
 Taurus
 Gemini
 dll
LEBIH RINCI, JELAS DAN KOMPREHENSIF

Gambar diatas, mengilustrasikan betapa publik memahami persoalan hukum secara


sederhana. Dengan pendekatan ilmiah ilmu hukum, persoalan hukum terlihat tidak lagi tunggal.
Bila didukung dengan pemahaman Filsafat Hukum, maka persoalan hukum dapat ditelaah
secara semakin beragam. akhirnya melalui pemahaman kajian Paradigmatik dapat ditelusuri
secara lebih rinci.

Anda mungkin juga menyukai