Anda di halaman 1dari 3

Nama: Taufikkurrahman

Nim: 190201041

Resume Buku

Judul : Filsafat Hukum

Karya : Dr. Serlika Aprita, S.H., M.H. dan Rio Adhitya, S.T., S.H., M.Kn.

A. Istilah dan Pengertian Filsafat

Filsafat lahir di Yunani pada abad keenam Sebelum Masehi (SM). Dalam bahasa Yunani filsafat
disebut philosophia yang berasal dari dua akar kata yakni “philos” atau “philia” dan “sophos” atau
“sophia”. “Philos”mempunyai arti cinta, persahabatan, sedangkan “sophos” berarti hikmah,
kebijaksanaan, pengetahuan, dan inteligensia. Dengan demikian maka philosophia ini dapat
diartikan sebagai cinta akan kebijaksanaan. Istilah philosophia ini masih menjadi perdebatan tentang
siapa yang paling awal memperkenalkannya. Ada yang mengatakan bahwa philosophia ini untuk
pertama kali diperkenalkan oleh Heraklitos (540-480 SM), dan ada pula pendapat lain yang
mengemukakan bahwa Pythagoras yang pertama kali memperkenalkannya.

Menurut Prof. Dr. Ida Bagus Wyasa Putra, S.H., M.Hum. dalam bukunya yang berjudul “Filsafat Ilmu
Hukum”, Filsafat adalah hasil berpikir filsafat. Berpikir filsafat adalah berpikir tentang sebab
(thingking of cause). Berpikir tentang sebab adalah berpikir tentang asal-usul, sumber, atau hakikat
sesuatu. Berpikir tentang sebab dari sesuatu, misalnya suatu peristiwa, dapat membuat seseorang
memiliki pengetahuan tentang sebab dari peristiwa tersebut (knowledge).

B. Pengertian Hukum

Apa itu Hukum? Memulai pertanyaan dengan apa itu hukum? Merupakan suatu kesengajaan dalam
kesederhanaan untuk memahami secara utuh hukum itu sendiri. Jika yang pertama-tama muncul
sebagai hukum ialah hukum yang berlaku dalam sebuah Negara, maka hukum yang dimaksud adalah
hukum positif. Dalam konteks ini, penetapan oleh pemimpin yang sah dalam negara dianggap asal
mula adanya hukum. Kalau seorang ahli hukum bicara mengenai hukum biasanya ia memaksudkan
hukum ini. Lalu, bagaimana jika rakyat bicara mengenai hukum. Ketika rakyat mencari hukum,
berarti rakyat menuntut supaya hidup bersama dalam masyarakat diatur secara adil.

C. Pengertian Filsafat Hukum

Dikenal beberapa istilah Filsafat Hukum dalam bahasa asing, seperti di Inggris menggunakan 2 (dua)
istilah yaitu Legal Philosophy atau Philosophy of Law, kemudian di Belanda juga menggunakan 2
(dua) istilah yaitu Wijsbegeerte van het Recht dan Rechts Filosofie dan di Jerman menggunakan
istilah Filosofie des Rechts. Istilah Filsafat Hukum dalam Bahasa Indonesia merupakan terjemahan
dari istilah Philosophy of Law atau Rechts Filosofie. Menurut Mochtar Kusumaatmadja, lebih tepat
menerjemahkan Filsafat Hukum sebagai padanan dari Philosophy of Law atau Rechts Filosofie
daripada Legal Philosophy. Istilah Legal dalam Legal Philosophy sama pengertiannya dengan Undang-
Undang atau hal-hal yang bersifat resmi, jadi kurang tepat digunakan untuk peristilahan yang sama
dengan Filsafat Hukum. Hal ini didasarkan pada argumentasi bahwa hukum bukan hanya Undang-
Undang saja dan hukum bukan pula hal-hal yang bersifat resmi belaka.

Filsafat hukum memberi landasan kefilsafatan bagi ilmu hukum dan setelah lahirnya teori hukum
sebagai disiplin mandiri, juga landasan kefilsafatan bagi teori hukum. Sebagai pemberi dasar filsafat
hukum menjadi rujukan ajaran nilai dan ajaran ilmu bagi teori hukum dan ilmu hukum (Sidharta,
2006: 352). Jadi hukum dengan nilai-nilai sosial budaya, bahwa antara hukum di satu pihak dengan
nilai-nilai sosial budaya di lain pihak terdapat kaitan yang erat. Kaitan yang erat antara hukum dan
nilai-nilai sosial budaya masyarakat, ternyata menghasilkan pemikiran bahwa hukum yang baik tidak
lain adalah hukum yang mencerminkan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.

E. Letak Filsafat Hukum dalam Ranah Ilmu Hukum

Sebagaimana telah diketahui bahwa hukum terkait dengan tingkah laku/perilaku manusia, terutama
untuk mengatur perilaku manusia agar tidak terjadi kekacauan. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa filsafat hukum adalah sub dari cabang filsafat manusia yang disebut dengan etika atau filsafat
tingkah laku. Jadi, tepat dikatakan bahwa filsafat manusia berkedudukan sebagai genus, etika
sebagai species, dan filsafat hukum sebagai subspecies.

F. Latar Belakang Timbulnya Filsafat Hukum

Untuk memahami suatu hakikat yang sebenarnya, ada baiknya menelusuri atau melacak lebih jauh
tentang apa sebab para ahli pemikir hukum menaruh minat pada filsafat hukum. Mereka berbuat
demikian mempunyai beberapa sebab berikut.

Pertama: Adanya ketegangan jiwa dalam pikiran, kebimbangan tentang kebenaran, tentang keadilan
dari hukum yang berlaku dan merasa tidak puas tentang hukum yang berlaku itu. Hukum yang
berlaku tidak sesuai dengan keadaan masyarakat dan mereka berusaha untuk mencari hukum yang
lebih adil dan lebih baik dari hukum yang berlaku.

Kedua: Adanya ketegangan antara kepercayaan atau agama dengan hukum yang berlaku yang
memiliki weltanschauung den lebenschauung (pandangan dunia dan pandangan hidup) tertentu.
Mereka melihat suatu pertentangan peraturan-peraturan yang berlaku dengan peraturan agama
atau pandangan hidup yang mereka anut. Timbullah suatu perang batin dalam pikirannya maka
berusaha untuk mengatasinya dari sini timbul beberapa aliran filsafat hukum.

Ketiga: Filsafat hukum timbul disebabkan kesangsian tentang kebenaran dan keadilan dari hukum
yang berlaku terlepas dari sistem agama atau filsafat umum. Di sini yang dinilai adalah hukum positif.
Apakah keberadaan hukum positif itu adalah hukum yang adil, kesangsian ditujukan pada nilai-nilai
peraturan tertentu yang berlaku pada waktunya? Hal ini berarti bahwa “isi” peraturan yang ada pada
waktu itu tidak dianggap sebagai peraturan yang adil dan disangsikan kebenarannya.

Anda mungkin juga menyukai