Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Repertorium, ISSN:2355-2646, Volume II No.

2 Juli - Desember 2015

PENDAFTARAN HAK ATAS TANAH ASAL LETER C, GIRIK DAN


PETUK D SEBAGAI ALAT BUKTI PERMULAAN DI KABUPATEN
SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Sri Handayani
(Mahasiswa Program MKN FH UNS)
Yanie_hand@yahoo.com

Pius Tri Wahyudi


Soehartono
(Dosen Fakultas Hukum UNS)

Abstract
This study aims to determine the registration process rights of Land Origin Leter C, girik and petuk D As
Evidence Beginning in Sleman Special Region of Yogyakarta in creating the Rule of Law as well as barriers
registration process rights of Land Origin Leter C, girik and petuk D As Evidence Starters and solution.

and secondary data, the data source is a Data Source Primary and Secondary Data Sources covering Legal
Materials Primary, Secondary Law Materials and Materials Tertiary Law. Data were collected through
interviews and methods Study Library. Data analysis with interactive analysis model. Research shows that the

give a feeling of calm and serene because it is protected from arbitrary actions committed by anyone, and the

causes of the lack of a process of registration of land rights. Lack of public knowledge about the legal power

the District Land Sleman, in cooperation with the Government / District Village to promote the importance

land disputes resulting from the weak evidence of land ownership.


Keywords:

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Proses Pendaftaran hak Atas Tanah Asal Leter C, Girik dan Petuk
D Sebagai Alat Bukti Permulaan di Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta dalam menciptakan
Kepastian Hukum serta hambatan Proses Pendaftaran hak Atas Tanah Asal Leter C, Girik dan Petuk D Sebagai
Alat Bukti Permulaan serta solusinya. Merupakan penelitian deskriptif kualitatif, menggunakan konsep hukum
kelima. Jenis data menggunakan data Primer dan Data sekunder, sumber data adalah Sumber Data Primer
dan Sumber Data Sekunder yang meliputi Bahan Hukum Primer, Bahan Hukum Sekunder dan Bahan Hukum
Tersier. Metode pengumpulan data melalui Wawancara dan metode Studi Pustaka. Analisis data dengan model

karena dilindungi dari tindakan sewenang-wenang yang dilakukan oleh siapapun serta dengan kepemilikan
Hambatan yang ada Kurang atau minimnya bukti kepemilikan atas tanah menjadi
salah satu penyebab dari minimnya proses pendaftaran hak atas tanah. Kurangnya pengetahuan masyarakat

Solusi yang dilakaukan oleh kantor Pertanahan Kabupaten Sleman, bekerjasama dengan pihak Pemerintah
Desa/Kelurahan untuk mensosialisasikan arti penting kepemilikan sertipikat hak atas tanah, selain itu juga
memberikan pemahaman-pemahan kepada masyarakat terkait sengketa tanah yang diakibatkan lemahnya
bukti kepemilikan hak atas tanah.
Kata Kunci: Pendaftaran Tanah, Kekuatan Kepemilikan Sertipikat.

126
Sri Handayani. Pendaftaran hak Atas Tanah Asal Leter C, Girik, dan Petuk D Sebagai Alat Bukti...

A. Pendahuluan serta mengatur hubungan-hubungan hukum antara


orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang
Pemilikan tanah merupakan hak asasi dari setiap mengenai bumi, air dan ruang angkasa.
warga negara Indonesia yang diatur dalam Undang
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Hak-hak penguasaan atas tanah di dalam
1945, khususnya Pasal 28 H yang menyebutkan UUPA (Undang Undang Pokok Agraria) diatur
bahwa setiap orang berhak mempunyai hak milik dan sekaligus ditetapkan diantaranya adalah hak-
pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil hak perorangan/individual yang memiliki aspek
alih secara sewenang-wenang oleh siapapun. Negara perdata. Hak perorangan/individual ini, termasuk hak
menjamin hak warga negaranya untuk memiliki suatu atas tanah negara, Undang-Undang Pokok Agraria
hak milik pribadi termasuk tanah. Penjaminan ini menentukan bahwa hak-hak atas tanah terdiri dari
lahir atas dasar hak menguasai negara yang dianut Hak Milik; Hak Guna Usaha; Hak Guna Bangunan;
dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 5 Tahun Hak Pakai; Hak Sewa; Hak Membuka Tanah; Hak
1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria. Memungut Hasil Hutan dan hak-hak lainnya yang
Dalam Pasal tersebut ditentukan bahwa bumi, air tidak termasuk dalam hak-hak tersebut di atas,
dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang termasuk Hak Pengelolaan. Hak perseorangan/
terkandung di dalamnya pada tingkatan tertinggi individu adalah hak yang memberi wewenang kepada
dikuasai oleh negara. pemegang haknya (perseorangan, sekelompok
orang secara bersama-sama, badan hukum) untuk
Tanah merupakan salah satu kekayaan alam memakai dalam arti menguasai, menggunakan dan
yang ada di bumi yang memiliki nilai tinggi karena atau mengambil manfaat dari bidang tanah tertentu.
mempunyai peran serta fungsi penting dan tidak Hak-hak perseorangan atas tanah berupa hak atas
dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Kebutuhan tanah, wakaf tanah hak milik, hak tanggungan dan
akan tanah adalah kebutuhan yang melekat dan
hak milik atas satuan rumah susun (Urip Santoso,
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, 2005: 82).
karena itu manusia cenderung menempati tanah
tersebut secara turun temurun dan dalam kurun
waktu yang cukup lama. Hal ini merupakan asal yang kuat di dalam bukti pemilikan. Sertifikat
mula timbulnya penguasaan atas tanah. Pengakuan menjamin kepastian hukum mengenai orang yang
negara terhadap hak atas tanah yang dimiliki oleh menjadi pemegang hak atas tanah, kepastian hukum
subyek hukum, yang menimbulkan penguasaan mengenai lokasi dari tanah, batas serta luas suatu
atas tanah, membuat Negara berkewajiban memberi bidang tanah, dan kepastian hukum mengenai hak
jaminan kepastian hukum terhadap hak atas tanah atas tanah miliknya. Dengan kepastian hukum
dengan cara mengadakan pendaftaran tanah, dengan tersebut dapat diberikan perlindungan hukum kepada
orang yang tercantum namanya dalam sertifikat
terhadap gangguan pihak lain serta menghindari
bukti atas tanah yang disebut Letter C, Girik, Petuk sengketa dengan pihak lain (Adrian Sutedi, 2006:
D atau Kekitir. Girik merupakan satu-satunya bukti 23).
yang diperlakukan sebagai bukti kepemilikan tanah
Sebagai implementasi dari Pasal 33 ayat (3)
sebelum lahirnya UUPA (Undang Undang Pokok
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Agraria) dan keberadaannya masih diakui hingga
pada tanggal 24 September 1960 pemerintah
sekarang. Permasalahan yang hendak diangkat,
mengundangkan Undang-Undang No.5 tahun 1960
yaitu bagaimana kekuatan hukum Girik sebagai alat
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria yang
pembuktian hak penguasaan tanah menurut Undang-
lebih dikenal dengan Undang Undang Pokok Agraria
Undang nomor 5 tahun 1960 mengenai Peraturan
yang termuat dalam Lembaran Negara No.104 tahun
Dasar Pokok-Pokok Agraria.
1960.
Hak menguasai negara ini memberi wewenang
Kurang atau minimnya bukti kepemilikan atas
kepada negara yang diantaranya adalah untuk
tanah menjadi salah satu penyebab dari minimnya
mengatur dan menyelenggarakan peruntukan,
proses pendaftaran hak atas tanah. Hal lain yang
penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi,
menjadi penyebab yakni juga minimnya pengetahuan
air dan ruang angkasa tersebut; menentukan dan
masyarakat akan arti pentingnya bukti kepemilikan
mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang
hak atas tanah. Untuk proses pembuatan sertipikat
dengan bumi, air dan ruang angkasa; dan menentukan

127
Jurnal Repertorium, ISSN:2355-2646, Volume II No. 2 Juli - Desember 2015

maka mereka harus memiliki surat-surat kelengkapan Pasal 19 UUPA mengharuskan pemerintah untuk
untuk tanah yang mereka miliki, akan tetapi pada mengadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah
kenyataannya tanah-tanah yang dimiliki masyarakat Republik Indonesia, dikarenakan masih minimnya
pedesaan atau masyarakat adat itu dimiliki secara pengetahuan, kesadaran masyarakat tentang bukti
turun temurun dari nenek moyang mereka, sehingga kepemilikan tanah. Mereka mengganggap tanah
surat kepemilikan tanah yang mereka miliki sangat milik adat dengan kepemilikan berupa girik, dan
minim bahkan ada yang tidak memiliki sama sekali. Kutipan Letter C yang berada di Kelurahan atau
Mereka menempati dan menggarap tanah tersebut Desa merupakan bukti kepemilikan yang sah. Juga
sudah berpuluh-puluh tahun sehingga masyarakat masih terjadinya peralihan hak seperti jual beli, hibah,
pun mengetahui bahwa tanah tersebut adalah milik kewarisan ataupun akta-akta yang belum didaftarkan
si A atau si B tanpa perlu mengetahui surat-surat sudah terjadi peralihan hak yang dasar perolehannya
kepemilikan atas tanah tersebut. dari girik dan masih terjadinya mutasi girik yang
didasarkan oleh akta-akta, tanpa didaftarkan di Kantor
Untuk tanah yang memiliki surat minim itu
Pertanahan. Berdasarkan Surat Direktur Jenderal
biasanya berupa leter C. Letter C ini diperoleh
Pajak, tanggal 27 Maret 1993, Nomor : SE-15/
dari kantor desa dimana tanah itu berada, letter
PJ.G/1993, tentang Larangan Penerbitan Girik/Petuk
C ini merupakan tanda bukti berupa catatan yang
D/Kekitir/Keterangan Obyek Pajak (KP.PBB II). Saat
berada di Kantor Desa atau Kelurahan. Dalam
ini dibeberapa wilayah Jakarta pada Kantor Pelayanan
masyarakat masih banyak yang belum mengerti
Pajak Bumi dan Bangunan, sudah ditiadakannya
apa yang dimaksud dengan buku letter C, karena
mutasi girik, hal ini disebabkan karena banyaknya
didalam literatur ataupun perundang-undangan
timbul permasalahan yang ada di masyarakat karena
mengenai pertanahan sangat jarang dibahas atau
dengan bukti kepemilikan berupa girik menimbulkan
dikemukakan. Mengenai buku letter C ini sebenarnya
tumpang tindih dan kerancuan atau ketidakpastian
hanya dijadikan dasar sebagai catatan penarikan
mengenai obyek tanahnya. Maka peran serta buku
pajak, dan keterangan mengenai tanah yang ada
kutipan letter C sangat dominan untuk menjadi acuan
dalam buku letter C itu sangatlah tidak lengkap dan
atau dasar alat bukti yang dianggap masyarakat
cara pencatatannya tidak secara teliti sehingga akan
sebagai alat bukti kepemilikan tanah.
banyak terjadi permasalahan yang timbul dikemudian
hari dikarenakan kurang lengkapnya data yang akurat Pasal 19 Undang-Undang Pokok Agraria
dalam buku letter C tersebut. Adapun kutipan Letter merupakan instruksi kepada pemerintah sebagai
C terdapat dikantor Kelurahan, sedangkan Induk agar di seluruh wilayah Republik Indonesia diadakan
dari Kutipan Letter C terdapat di Kantor Pelayanan pendaftaran tanah yang bersifat recht kadaster
Pajak Bumi dan Bangunan. Dan masyarakat sebagai artinya yang bersifat menjamin kepastian hukum.
pemegang hak atas tanah memiliki alat bukti berupa Adapun Peraturan Pemerintah (PP) yang dimaksud
girik sebagai alat bukti pembayaran pajak atas tanah. dalam Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Pokok
Agraria adalah Peraturan Pemerintah (PP) No. 24
Saat ini dengan adanya Undang-Undang
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah yang mulai
Pokok Agraria yang ditindak lanjuti dengan adanya
diundangkan pada tanggal 8 Juli 1997 di dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 yang
Lembaran Negara Republik Indonesia No.59 Tahun
kemudian diganti dengan Peraturan Pemerintah
1997 yang mengatur mengenai Pendaftaran Tanah.
Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
tidak mungkin lagi diterbitkan hak-hak yang tunduk B e rke n a a n di ke l ua rk a nn ya Pe r a tu ra n
kepada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pemerintah No.24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
ataupun yang akan tunduk kepada hukum adat
setempat kecuali menerangkan bahwa hak-hak di bidang pertanahan yang sering terjadi pada masa
tersebut merupakan hak adat. Mengingat pentingnya sekarang. Menurut Pasal 3 PP No.24 Tahun 1997,
pendaftaran hak milik atas tanah adat sebagai bukti pendaftaran tanah bertujuan:
kepemilikan hak atas tanah secara sah sesuai dengan a. Untuk memberikan kepastian hukum dan
Pasal 23, Pasal 32, dan Pasal 38 Undang-Undang perlindungan kepada pemegang hak atas suatu
Pokok Agraria, maka diberikan suatu kewajiban bidang tanah dan satuan rumah susun dan hal-
untuk mendaftarkan tanah adat khususnya hak milik hal lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat
Adat. membuktikan dirinya sebagai pemegang hak
yang bersangkutan.

128
Sri Handayani. Pendaftaran hak Atas Tanah Asal Leter C, Girik, dan Petuk D Sebagai Alat Bukti...

b. Untuk menyediakan informasi kepada pihak- Jenis data yang dipergunakan Jenis data Primer
pihak yang berkepentingan termasuk pemerintah dan Data Sekunder. Sumber data yang dipergunakan
agar dengan mudah dapat memperoleh data Sumber Data Primjker dan Sumber data sekunder
yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan berupa bahan Hukum Primer, bahan Hukum
hukum mengenai bidang-bidang tanah dan Sekunder dan bahan Hukum Tersier. Cara pencarian
satuan rumah susun yang sudah terdaftar . data Dengan Wawancara dan Studi Pustaka.
c. Untuk terselenggaranya tertib administrasi
Model analisis kualitatif yang digunakan adalah
pertanahan.
model analisis interaktif yaitu model analaisis data
Sering terjadi perkara pertanahan dalam proses yang dilaksanakan dengan menggunakan tiga tahap/
peradilan, orang yang tersebut atau tercantum komponen berupa reduksi data, sajian data serta
pada sertifikat kurang mendapatkan jaminan penarikan kesimpulan/verivikasi dalam suatu proses
kepastian hukum sehingga dalam hal data yuridis siklus antara tahap-tahap tersebut sehingga data
yang dimiliki oleh seseorang kurang kuat untuk terkumpul akan berhuibungan satu dengan lainnya
membuktikan haknya. Dalam praktek sekarang ini secara oromatis (HB. Sutopo, 2002: 86).
tidak jarang terjadi, terdapat dua atau lebih sertipikat
Dalam penelitian ini proses analisis sudah
atas sebidang tanah yang sama. Dua atau lebih
dilakukan sejak proses pengumpulan data masih
seritipikat tanah atas sebidang tanah yang sama
berlangsung. Peneliti terus bergerak di antara tiga
akan menimbulkan tumpang tindih (overlapping)
komponen analisis dengan proses pengumpulan data
sertipikat dan membawa ketidakpastian hukum
selama proses data terus berlangsung. Setelah proses
pemegang hak-hak atas tanah yang sangat tidak
pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara
diharapkan dalam pelaksanaan pendaftaran tanah di
tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu
Indonesia (Bahtiar Effendi, 1993: 73).
penelitian yang masih tersisa.
Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui Proses Pendaftaran hak C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Atas Tanah Asal Leter C, Girik dan Petuk D Sebagai
1. Proses Pendaftaran hak Atas Tanah Asal
Alat Bukti Permulaan di Kabupaten Sleman Daerah
Leter C, Girik dan Petuk D Sebagai Alat Bukti
Istimewa Yogyakarta dalam menciptakan Kepastian
Permulaan di Kabupaten Sleman Daerah
Hukum serta hambatan Proses Pendaftaran hak Atas
Istimewa Yogyakarta dalam menciptakan
Tanah Asal Leter C, Girik dan Petuk D Sebagai Alat
Kepastian Hukum.
Bukti Permulaan serta solusinya.
Dari Hasil penelitian yang sudah dijabarkan
B. Metode Penelitian di atas, pada intinya tujuan dengan adanya
pendaftaran tanah di wilayah hukum Kabupaten
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan Sleman sesuai dengan ketentuan Pasal 19 UUPA
kualitatif, yaitu suatu tata cara penelitian yang bahwa: Untuk menjamin kepastian hukum
menghasilkan data diskriptif-analitis. Data diskriptif oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah
yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara di seluruh wilayah RI menurut ketentuan yang
tertulis atau lisan dan juga perilakunya yang nyata, diatur dengan PP, tujuan pendaftaran tanah ialah
yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang dalam rangkan menjamin kepastian hukum di
utuh (Soerjono Soekanto, 1986: 250). Penelitian bidang pertanahan (rechtkadaster atau legal
ini akan menggali pendapat-pendapat, ide-ide, cadaster).
pikiran-pikiran dari pelaku peristiwa secara langsung
dan mendalam sehingga diperoleh informasi dan
data-data yang akurat, yang penulis perlukan dalam hukum berkenaan dengan jenis hak atas tanah,
penulisan ini. Apabila dilihat dari bentuknya, subyek hak, dan obyek haknya menjadi nyata.
penelitian ini termasuk ke dalam bentuk penelitian Pendaftaran hak atas tanah akan menghasilkan:
evaluatif. Menurut Setiono (2005: 6), yang dimaksud a. Kepastian Hak atas tanah
dengan penelitian yang berbentuk evaluatif adalah b. Kepastian Subyek haknya
penelitian yang dimaksudkan untuk menilai program- c. Kepastian Obyek haknya
program yang dijalankan. Lokasi Kantor Pertanahan d. Kepastian Hukumnya
Kabupaten Sleman.

129
Jurnal Repertorium, ISSN:2355-2646, Volume II No. 2 Juli - Desember 2015

Bagi pemegang hak atas tanah Pendaftaran pihak yang namanya tercantum dalam
Tanah bermanfaat: memberikan rasa aman; sertifikat. Penerbitan sertifikat dapat
memudahkan melakukan peralihan hak atas mencegah sengketa tanah. Pemilikan
tanah; dapat dijadikan jaminan utang; dan sertifikat akan memberikan perasaan
membantu pemerintah dalam penetapan IPEDA tenang dan tentram, karena dilindungi
dari tindakan sewenang-wenang yang
Bagi pemerintah Pendaftaran Tanah
dilakukan oleh siapapun;
bermanfaat:
2. Dengan pemilikan sertifikat hak atas
Kegiatan pemerintah semakin lancar dengan
tanah, pemilik tanah dapat melakukan
adanya tertib administrasi pertanahan. Dapat
perbuatan hukum apa saja sepanjang tidak
mengurangi keresahan yang berhubungan
bertentangan dengan undang-undang,
dengan tanah sebagai sumbernya. Secara
ketertiban umum dan kesusilaan. Selain itu
terperinci tujuan pendaftaran tanah ialah:
1) Untuk memberikan kepastian hukum dan
ekonomis seperti dapat disewakan, menjadi
perlindungan hukum kepada pemegang
jaminan utang atau sebagainya;
hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah
3. Pemberian sertifikat hak atas tanah
susun dan hak-hak lain yang terdaftar, agar
dimaksudkan untuk mencegah kepemilikan
dengan mudah dapat membuktikan dirinya
tanah dengan luas berlebihan yang
sebagai pemegang hak yang bersangkuta
ditentukan oleh peraturan perundang-
2) Untuk menyediakan informasi kepada
undangan.
pihak-pihak yang berkepentingan, agar
dengan mudah dapat memperoleh data yang Meskipun telah mendapatkan pengakuan
diperlukan dalam mengadakan perbuatan
hukum mengenai bidang tanah dan satuan menjamin kepastian pemilikannya karena
rumah susun yang sudah terdaftar dalam peraturan perundang-undangan memberi
3) Untuk terselenggaranya tertib administrasi peluang kepada pihak lain yang merasa memiliki
pertanahan. tanah dapat menggugat pihak yang namanya

baik ke peradilan umum atau menggugat Kepala


Badan Pertanahan Nasional ke Pengadilan Tata
menjamin kepastian hukum mengenai orang
Usaha Negara. Adanya gugatan ke pengadilan
yang menjadi pemegang hak atas tanah,
umum atau Pengadilan Tata Usaha Negara,
kepastian hukum mengenai lokasi dari tanah,
batas serta luas suatu bidang tanah, dan
sisi keperdataan dan sisi yang merupakan bentuk
kepastian hukum mengenai hak atas tanah
keputusan yang bersifat penetapan (beschiking)
miliknya. Dengan kepastian hukum tersebut
yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pertanah
dapat diberikan perlindungan hukum kepada
sebagai pejabat tata usaha negara.
terhadap gangguan pihak lain serta menghindari Pengakuan hak milik atas tanah yang
sengketa dengan pihak lain. dituangkan kedalam bentuk sertipikat merupakan
tanda bukti hak atas tanah berdasarkan Pasal
Di Indonesia Hak atas Tanah diakui oleh
19 ayat (2) UUPA dan Pasal 31 Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, dalam rangka
hak atas tanah sebagai alat pembuktian yang kuat
penyelenggaraan pendaftaran tanah. Sertipikat
yang ditindak-lanjuti oleh Peraturan Pemerintah
tanah membuktikan bahwa pemegang hak
No. 10 Tahun 1961 yang kini telah dicabut dan
mempunyai suatu hak atas bidang tanah tertentu.
ditegaskan kembali dalam Peraturan Pemerintah
Sertipikat tanah merupakan salinan buku tanah
No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.
dan didalamnya terdapat gambar situasi dan
Pembahasan mengenai pengakuan hak atas
tanah yang dikonkritkan dengan penerbitan
yuridis sesuai dengan data yang ada dalam surat
ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan.
tidaknya karena :
1. Sertifikat hak atas tanah memberikan
batas, dan luas tanah. Data yuridis mencakup
kepastian hukum pemilikan tanah bagi

130
Sri Handayani. Pendaftaran hak Atas Tanah Asal Leter C, Girik, dan Petuk D Sebagai Alat Bukti...

keterangan mengenai status hukum bidang pertanahan terbukti bahwa tanah tersebut
tanah, pemegang haknya dan hak pihak lain memang belum pernah disertifikatkan dan
serta beban-beban lain yang membebaninya. selama proses tersebut tidak ada pihak-pihak
yang mengajukan keberatan (perihal pemilikan
diuraikan dalam bentuk daftar, sedangkan data tanah tersebut). Apabila syarat-syarat tersebut

dan uraian. Untuk sertipikat tanah yang belum ditempuh dalam waktu sekitar 6 bulan sampai
dilengkapi dengan surat ukur disebut sertipikat dengan 1 tahun.
sementara. Fungsi gambar situasi pada sertipikat
sementara terbatas pada penunjukan objek hak 2. Hambatan Proses Pendaftaran hak
Atas Tanah Asal Leter C, Girik dan
buku Letter C sebagai satu poin penting dalam
Petuk D Sebagai Alat Bukti Permulaan
persyaratan pengurusan sertipikat jika yang
di Kabupaten Sleman daerah Istimewa
dimiliki sebagai bukti awal kepemilikan hak atas
tanah itu hanya berupa girik, ketitir, atau petuk. Yogyakarta serta bagaimana Solusinya

Proses Peralihan hak atas tanah petok D/ Kurang atau minimnya bukti kepemilikan
girik tersebut biasanya dilakukan dari tangan atas tanah menjadi salah satu penyebab dari
ke tangan, dimana semula bisa berbentuk tanah minimnya proses pendaftaran hak atas tanah.
yang sangat luas, dan kemudian di bagi-bagi atau Hal lain yang menjadi penyebab minimnya
dipecah-pecah menjadi beberapa bidang tanah pengetahuan masyarakat akan arti pentingnya
yang lebih kecil. Peralihan hak atas tanah petok bukti kepemilikan hak atas tanah. Hal ini
D/girik tersebut biasanya dilakukan di hadapan bisa dimaklumi mengingat masyarakat di
Lurah atau kepala desa. Namun demikian, lokasi Penelitian jarang menerima penerangan
banyak juga yang hanya dilakukan berdasarkan ataupun penyuluhan mengenai pendaftaran
kepercayaan dari para pihak saja, sehingga tidak tanah sehingga ber4dampak pada minimnya
ada surat-surat apapun yang dapat digunakan pengetahuan masyarakat akan arti pentingnya
untuk menelusui kepemilikannya. bukti kepemilikan hak atas tanah. Untuk
proses pembuatan sertipikat maka mereka
harus memiliki surat-surat kelengkapan untuk
dalam istilah Hukum tanah disebut sebagai tanah yang mereka miliki, akan tetapi pada
Pendaftaran Tanah Pertama kal . Pendaftaran kenyataannya tanah-tanah yang dimiliki
tanah untuk pertama kalinya untuk TANAH masyarakat pedesaan atau masyarakat adat
GARAPAN, dalam prakteknya prosesnya itu dimiliki secara turun temurun dari nenek
dilakukan dengan cara sebagai berikut: moyang mereka, sehingga surat kepemilikan
1. Mendapatkan surat rekomendasi dari lurah/ tanah yang mereka miliki sangat minim bahkan
camat perihal tanah yang bersangkutan ada yang tidak memiliki sama sekali. Mereka
2. Pembuatan surat tidak sengketa dari RT/ menempati dan menggarap tanah tersebut sudah
RW/LURAH berpuluh-puluh tahun sehingga masyarakat pun
3. Dilakukan tinjau lokasi dan pengukuran mengetahui bahwa tanah tersebut adalah milik
tanah oleh kantor pertanahan si A atau si B tanpa perlu mengetahui surat-surat
4. Penerbitan Gambar Situasi baru kepemilikan atas tanah tersebut.
5. Pembayaran Bea Perolehan Hak Atas tanah
dan bangunan sesuai dengan luas yang Kurangnya pengetahuan masyarakat
tercantum dalam Gambar Situasi tentang kekuatan hukum dari Leter C, Girik dan
6. Proses pertimbangan pada panitia A Petuk D dibandingkan dengan sertipikat hak atas
7. Penerbitan SK Pemilikan tanah (SKPT) tanah. Penerangan merupakan hal yang sangat
8. Pembayaran Uang pemasukan ke negara penting untuk dapat lebih mendorong terhadap
(SPS) masyarakat khususnya pemilik hak atas tanah
untuk mendaftarkan tanahnya. Dengan adanya
penerangan dari pemerintah, masyarakat akan

dapat dilakukan jika pada waktupengecekan hak atas tanah. Kurangnya penerangan dari
di kantor kelurahan setempat dan kantor pemerintah ini, tidak terlepas dari kurangnya

131
Jurnal Repertorium, ISSN:2355-2646, Volume II No. 2 Juli - Desember 2015

dana dan tenaga dari Kantor BPN itu sendiri, kepastian hukum serta keadilan sehingga proses
dan walaupun ada penerangan dilakukan secara politik berjalan secara damai sesuai koridor
bersama-sama dengan instansi lain. hukum/konstitusional.
Dari urutan tersebut diatas dapat diartikan Berkaitan dengan hal tersebut di atas, bidang-
bahwa tanah itu penting artinya bagi kehidupan bidang hukum yang harus diharmonisasikan
manusia, disamping mempunyai nilai ekonomis, bidang pertanahan khususnya terkait dengan
juga mempunyai hubungan religius antara kepemilikan hak atas tanah. Undang-
manusia dengan tanah. Maka untuk mengatur Undang bidang keagrariaan beserta peraturan
penempatan tanah bagi masyarakat, Pemerintah pelaksanaannya, yang dilaksanakan dengan
mengadakan penertiban penguasaan, pemilikan baik merupakan upaya pengharmonisasian
dan jaminan kepastian hukum atas tanah, hal ini hukum sebagaimana dimaksud pada tataran
mengingat karena Indonesia berdasarkan negara selanjutnya telah melahirkan berbagai produk
hukum (rechstaat), tidak berdasarkan kekuasaan hukum yang dapat memperlancar pelaksanaan
belaka (machstaat). pendaftaran tanah khsusnya pendaftaran tanah
yang mempergunakan bukti permulaat Leter
Indikasi dari kenyataan ini bahwa
C. Girik dan Petuk D, yang berakhir dengan
belum seluruhnya tanah-tanah di Indonesia
lahirnya sebuah sertipikat hak atas tanah.
terdaftar dalam kesadaran hukum masyarakat
untuk mendaftarkannya belum tumbuh.
Penyelenggaraan pendaftaran tanah bertujuan hak yang kuat bagi pemilik hak atas tanah dapat
untuk memberikan kepastian hak-hak atas tanah. berbentuk perorangan, badan hukum, lemdaga
Untuk itu pendaftaran tanah semakin penting di atau instansi lainnya. Pembuatan dan penerbitan
tanah air kita, setalah melihat perkembangan
begitu banyak sengketa-sengketa tentang hak- kegiatan pelaksanaan pendaftaran tanah di
hak yang dipunyai atas sebidang tanah. jika Indonesia sebagaimana diatur dan ditentukan
kita melihat keadaan sekarang, masih banyak dalam UUPA dan Peraturan pemerintah No. 24
tahun 1997, yang bertujuan untuk menjamin
berasal dari tanah-tanah adat yang belum di adanya kepastian hukum bagi pemegang hak
konversi, surat pelepasan hak yang dibuat oleh atas tanah. Disamping itu dengan dilaksanakan
camat dan bentuk perubahan hukum lainnya pendaftaran tanah secara tertib dan teratur akan
yang tunduk kepada hukum adat. Kesemuanya merupakan salah satu perwujutan dari pada
itu masih dapat ditolerir berlakunya, sepanjang pelaksanaan catur tertib pertanahan yaitu :
belum ditentukan secara tugas batas waktu a. tertib hukum pertanahan
pendaftaran bidang tanah tersebut dan sansksi b. tertib administrasi pertanahan
yang diberikan untuk itu. c. tertib penggunaan tanah
d. tertib pemeliharaan tanah dan lingkungan
Di li ha t da ri s udu t pa nd a ng t e ori
hidup
implementasi hukum, dalam tataran koridor
konstitusional, maka persoalan mengenai Dari paparan tersebut di atas, dilihat dari
supremasi hukum terwujud didalam sebuah Kacamata Teori Hukum yaitu teori bekerjanya
masyarakat nasional yang disebut negara hukum Hukum, Hukum dalam bekerja dipengaruhi
konstitusional, yaitu suatu negara dimana setiap oleh beberapa faktor. Dalam penerapan Aturan
tindakan dari penyelenggara negara: pemerintah Pendaftaran Tanah yang pertama kali di Kantor
dan segenap alat perlengkapan negara di Pertanahan Kabupaten Sleman, bekerjanya
pusat dan didaerah terhadap rakyatnya harus hukum dipengaruhi oleh beberapa hal, baik
berdasarkan atas hukum-hukum yang berlaku dari masyarakat, pegawainya atau faktor
yang ditentukan oleh rakyat / wakilnya di lainnya. Hukum merupakan sarana menciptakan
dalam badan perwakilan rakyat. Sesuai prinsip ketertiban dan ketentraman bagi kedamaian
kedaulatan rakyat yang ada, di dalam negara dalam hidup sesama warga masyarakat. Hukum
demokrasi hukum dibuat untuk melindungi hak- tumbuh dan berkembang bila warga masyarakat
hak azasi manusia warga negara, melindungi itu sendiri menyadari makna kehidupan hukum
mereka dari tindakan diluar ketentuan hukum dalam kehidupannya. Sedangkan tujuan dari
dan untuk mewujudkan tertib sosial dan hukum itu sendiri adalah untuk mencapai suatu

132
Sri Handayani. Pendaftaran hak Atas Tanah Asal Leter C, Girik, dan Petuk D Sebagai Alat Bukti...

kedamaian dalam masyarakat . Oleh karena adalah undang-undang yang mengaturnya


itu hukum melindungi kepentingan manusia, harus dirancang dengan baik (perancangan
misalnya kemerdekaan, transaksi manusia undang-undang) dan mereka yang bekerja
satu dengan yang lain dalam masyarakat sebagai pelaksana hukum harus memusatkan
pasar dan sebagainya. Di samping itu juga tugasnya dengan baik pula. Hukum agar bisa
untuk mencegah selanjutnya menyelesaikan berfungsi sebagai sarana rekayasa sosial bagi
pertentangan yang dapat menumbuhkan masyarakat biasa dan masyarakat pejabat
perpecahan antara manusia dengan manusia, (pegawai), maka dapat dipakai pula pendekatan
antara manusia dengan lembaga. dengan mengambil teori Robert Siedman yang
menyatakan bahwa bekerjanya hukum dalam
Berdasarkan fungsi hukum, baik sebagai
masyarakat itu melibatkan tiga komponen
sarana rekayasa sosial mampu sebagai sarana
dasar, yaitu pembuat hukum (Undang-undang),
kontrol sosial, maka setiap peraturan yang
birokrat pelaksana dan pemegang peranan.
mengatur retribusi diciptakan untuk dijalankan
Dengan mencoba untuk menerapkan pandangan
sesuai dengan tujuan dan makna yang
tersebut di dalam analisisnya mengenai
dikandungnya. Warga masyarakat (individu)
bekerjanya hukum di dalam masyarakat.
sebagai pihak yang dituju oleh suatu peraturan
wajib dengan lapang hati dan penuh pengertian Dalam Pendaftaran Tanah yang meng-
patuh kepada hukum tersebut. Adanya peraturan- gunakan Leter C, Girik dan Petuk D di Kantor
peraturan hukum dan lembaga-lembaga serta Pertanahan kabupaten Sleman dapat dijelaskan
aparat penegak hukum yang dilengkapi dengan bahwa pelaksana hukum, perilakunya ditentukan
sarana dan fasilitas yang diperlukan tanpa pula peranan yang diharapkan daripadanya,
didukung oleh kesadaran warga masyarakat namun harapan itu tidak hanya ditentukan
sebagai individu anggota masyarakat, maka oleh peraturan-peraturan saja, melainkan juga
kemungkinan hukum itu mengalami banyak ditentukan oleh faktor-faktor lainnya, termasuk
hambatan dalam penerapannya, karena perilaku faktor yang ikut menentukan bagiamana respon
individu bermacam-macam. yang diberikan oleh pemegang peran adalah
sebagai berikut.:
Dalam suatu masyarakat yang pluralistik,
1. Sanksi-sanksi yang terdapat di dalamnya
penyimpangan yang dilakukan seseorang
menjadi kebiasaan bagi lainnya. Dalam keadaan
badan pelaksana hukum
demikian diperlukan kontrol sosial, dalam arti
3. Seluruh kekuatan sosial, politik dan lainnya
mengendalikan tingkah laku pekerti warga
yang bekerja atas diri pemegang peran itu.
masyarakat agar selalu tetap konform dengan
keharusan-keharusan norma, hampir selalu Dari ketiga hal tersebut di atas, tidak
dijalankan dengan berdasarkan kekuatan sanksi. adanya sanksi bagi yang belum mendaftarkan
Seringkali kontrol sosial tidak terlaksana secara sertipikatnya, maka berdampak juga pada
penuh dan konsekuen, bukan karena kondisi- masyarakat. Peran lembaga serta pejabat
kondisi objektif yang tidak memungkinkan, sangat diperlukan dalam mensosialisasikan
tetapi karena sikap toleran agen-agen kontrol pendaftaran tanah bagi pemegang Leteer
sosial terhadap pelanggaran-pelanggaran C, Girik dan Petuk D, sehingga masyarakat
yang terjadi. Mengambil sikap toleran yaitu luas, khususnya di wilayah Hukum Kantor
sementara pelanggar norma lepas dari sanksi pertanahan Kabupaten Sleman, mengetahui
yang seharusnya dijatuhkan. Di samping itu, akan arti penting kepemilikan sertipikat hak
kadar ketaatannya juga dipengaruhi oleh sanksi atas tanah.
dari peraturannya atau dari hukum dan para
aparat penegak hukumnya. Sehingga tidak D. Simpulan
jarang pula terlihat kesenjangan antara perilaku
yang diharapkan dengan maksud dan tujuan Proses Pendaftaran hak Atas Tanah Asal Leter
peraturn dengan perilaku yang diwujudkan. C, Girik dan Petuk D Sebagai Alat Bukti Permulaan
di Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta
Keefektifan hukum bila dikaitkan dengan dalam menciptakan Kepastian Hukum meliputi :
badan-badan penegak hukumnya, maka faktor- letter C itu sendiri telah ada atas pemilik nama siapa,
faktor yang mempengaruhinya antara lain

133
Jurnal Repertorium, ISSN:2355-2646, Volume II No. 2 Juli - Desember 2015

kemudian dilampirkan KTP, Slip pembayaran pajak serta pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan
terbaru, dan kartu keluarga kesemuanya dijadikan pendaftaran tanah.
dalam 1 berkas, setelah berkas selesai, si pemohon
Sedangkan bagi Kantor Pertanahan Kabupaten
dapat mengambil blanko proses letter C dari notaris
Sleman, hendaknya melakukan pendataan tanah di
atau BPN. Kemudian diketik sesuai identitas
wilayahnya, khususnya tanah-tanah yang belum
setelah selesai lalu dikembalikan ke kelurahan/
memiliki sertipikat, ataupun tanah-tanah yang hanya
perangkat desa, selanjutnya dari pihak kelurahan
berbekal Leter C, Girik maupun Petuk D. Hendaknya
akan dicek kebenarannya, setelah kebenarannya di
cek dan sudah dapt dipastikan dilanjutkan dengan
tanah yang dilakukan melalui perantara, karena
meminta tanda tangan ke kepala desa atau lurah atau
berkaitan erat dengan bertambah besarnya biaya
pemerintahan desa, diberi nomor dan diberi tahu
yang dengan demikian dirasakan terlalu tinggi
asal-usul tanahnya, setelah letter C selesai baru bisa
dan sangat memberatkan untuk ditanggung oleh
didaftarkan ke Badan Pertanahan Nasional (BPN).
pemegang hak.
Hambatan Proses Pendaftaran hak Atas Tanah
Asal Leter C, Girik dan Petuk D Sebagai Alat Bukti
Permulaan di Kabupaten Sleman daerah Istimewa
Yogyakarta serta bagaimana Solusinya yaitu : Daftar Pustaka
kurang atau minimnya bukti kepemilikan atas tanah Adrian Sutedi, 2006, Kekuatan Hukum Berlakunya
menjadi salah satu penyebab dari minimnya proses Sertifikat Sebagai Tanda Bukti Hak atas
pendaftaran hak atas tanah. Hal lain yang menjadi Tanah, Jakarta, Bina Cipta
penyebab minimnya pengetahuan masyarakat akan
arti pentingnya bukti kepemilikan hak atas tanah, Bachtiar Effendi, 1993, Praktek Permohonan Hak
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kekuatan Atas Tanah. Jakarta : rajawali Pers
hukum dari Leter C, Girik dan Petuk D dibandingkan
H. B. Sutopo. 2002. Metode Penelitian Kualitatif.
dengan sertipikat hak atas tanah, kurangnya
Surakarta : UNS Press.
Sosialisasi tentang Pendaftyaran Tanah sehingga
berdampak pada minimnya pendaftaran tanah Hak M. Irfan Islamy. 2000. Prinsip-Prinsip Perumusan
milik, solusi yang dilakukan oleh kantor Pertanahan Kebijaksanaan Negara. Jakarta : PT Bumi
Kabupaten Sleman, bekerjasama dengan pihak Aksara.
Pemerintah Desa/Kelurahan untuk mensosialisasikan
Setiono. 2005. Metode Penelitian Hukum. Surakarta
selain itu juga memberikan pemahaman-pemahan : Program Pascasarjana UNS.
kepada masyarakat terkait sengketa tanah yang Soerjono Soekanto. 1986. Pengantar Penelitian
diakibatkan lemahnya bukti kepemilikan hak atas Hukum. Jakarta : UI Press.
tanah.
Soetandyo Wognjosoebroto. 2002. Hukum.
Paradigma dan Dinamika Masalahnya.
E. Saran Jakarta: Lembaga Studi dan Advokasi
Dari hasil penelitian di atas, peneliti memberi Masyarakat (ELSAM) dan Perklumpulan
saran bagi pemerintah yaitu Hendaknya semakin untuk Pembaharuan Hukum Berbasis
giat lagi dalam mensosialisasikan pentingnya Masyarakat dan Ekologi (HuMa)
Urip Santoso, 2005, Hukum Agraria dan Hak-hak
yang masih memiliki Leterc, Giri, Petuk D sebagai Atas Tanah, Jakarta, Prenada Media
bukti kepemilikan Hak Atas Tanah, perlu adanya
penyuluhan hukum / sosialisasi secara terpadu Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia
dengan instansi lainnya, khususnya yang menyangkut Tahun 1945
pelaksanaan pendaftaran tanah, disamping
Undang-Undang No. 5 tahun 1960 Tentang Peraturan
penyuluhan yang dilakukan secara tersendiri oleh Dasar Pokok-Pokok Agraria.
pihak BPN. Dengan demikian masyarakat paham
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang
dan juga mengetahui bagaimana proses/mekanisme Pendaftaran Tanah

134
Sri Handayani. Pendaftaran hak Atas Tanah Asal Leter C, Girik, dan Petuk D Sebagai Alat Bukti...

Peraturan Presiden No. 10 tahun 2006 Tentang BPN. Badan Pertanahan Nasional dan Kantor
Pertanahan.
Keputusan Presiden No.34 tahun 2003 Tentang
Kebijakan Nasional di Bidang Pertanahan. Peraturan Daerah Kota Sleman No. 4 tahun 2004
Tentang Perubahan Peraturan Daerah Kota
Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Sleman No. 6 tahun 2001 Tentang Susunan
Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997, Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah
Tentang Ketentuan Pelaksanaam Peraturan Kota Sleman.
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang
Pendaftaran Tanah Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia No. 1 Tahun 2010 tentang
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Standar Pelayanan dan Pengaturan pertanahan
Republik Indonesia No. 4 tahun 2006 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah

135

Anda mungkin juga menyukai