TENTANG
Disusun Oleh:
TAUFIKKURRAHMAN (190201041)
SUBIATUN (190201035)
FAKULTAS SYARIAH
MATARAM
2020/2021
UANG DAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG……………………………………………………….
B. RUMUSAN MASALAH…………………………………………………….
C. LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH……………………………………..
BAB 2
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN UANG……………………………………………………….
B. PENGERTIAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH…………………….
C. MACAM-MACAM LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH………………..
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN………………………………………………………………..
B. DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Lembaga keuangan syariah (LKS) menurut Dewan Syariah Nasional (DSN) adalah
lembaga keuangan yang mengeluarkan produk keuangan syariah dan yang mendapat izin
operasional sebagai lembaga keuangan syariah (DSN-MUI,2003). Definisi ini menegaskan
bahwa LKS harus memenuhi dua unsur, yaitu unsur kesesuaian dengan syariah Islam dan
unsur legalitas dalam operasi sebagai lembaga keuangan.
Dalam konteks perbankan nasional-Indonesia, bank Islam diistilahkan dengan Bank Umum
atau Bank Perkraditan Rakyat yang pembiayaannya berdasarkan pada prinsip-prinsip syariah.
Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu bedasarkan persetujuan atau kesepakantan antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan
tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Aturan perjanjian
berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana dan atau
pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah;
antara lain: pembiayaan berdasarkan prinsib bagi hasil (mudharabah), pembiayaan
berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan
memperoleh keuntungan(murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip
sewa murni Tanpa pilihan (ijarah).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian uang dalam Islam
2. Apa pengertian Lembaga Keuangan Syariah
3. Apa saja Lembaga Keuangan Syariah
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Sejarah Uang
Dalam sejarah Islam, uang sudah ada pada zaman Nabi Muhammad SAW. Pada waktu itu
uang yang digunakan ada dua; yaitu dinar yang terbuat dari emas dan dirham yang terbuat
dari perak. Dinar emas dan dirham perak sebenarnya sudah ada jauh sebelum zaman Nabi
Muhammad SAW., dan ketika memimpin umat, beliau memberlakukan mata uang resmi
dengan mengadopsi dinar emas dan dirham perak. Hal ini kemudian diikuti oleh para khalifah
yang memimpin setelah beliau wafat selama beberapa abad.
Sayangnya, hari ini uang dinar dan dirham hanya tinggal nama. Tidak ada sebuah Negara
pun yang didiami umat Islam yang menggunakannya sebagai mata uang resmi. Masing-
masing Negara kini mempunyai mata uang yang berbasis pada mata uang fiat atau kertas.
Negara-negara umat Islam yang hingga kini masih menggunakan nama “dinar” atau “dirham”
sebagai mata uang resmi, mereka tidak mendasarkannya lagi kepada emas dan perak, tetapi
kepada kertas.
Karim (2007) menegaskan bahwa pada masa Rasulullah saw. uang yang digunakan oleh
umat Islam adalah dinar emas Romawi dan dirham perak Persia tanpa mengubahnya.
Sementara khalifah Bani Umayah yang bernama Abdul Malik bin Marwan adalah khalifah
pertama yang mencetak dinar emas dan dirham perak dengan lambang Islami pada tahun 74
H untuk diberlakukan di negara Islam. Pemerintah-pemerintah Islam sesudahnya melanjutkan
kebijakan pencetakan uang Islami ini. Tapi uang kertas mulai beredar dan berlaku di banyak
wilayah Islam pada akhir Daulah Utsmaniyah sekitar tahun 1922.
Ada beberapa istilah dalam literatur hukum Islam untuk menyebut uang, yaitu antara lain:
nuqud, tsaman, fulus, sikkah dan ’umlah (Karim, 2007). Para ulama menggunakan semua
istilah ini untuk menunjuk uang meskipun ternyata masing-masing istilah mempunyai arti
berbeda.
. Nuqud menurut sebagian segala sesuatu yang digunakan untuk melakukan transaksi oleh
masyarakat, baik berupa dinar emas, dirham perak maupun fulus tembaga. Sementara
sebagian ulama lainnya berpendapat bahwa nuqud berupa apapun yang diterima secara umum
untuk menjadi media pertukaran dan pengukur nilai. Selain itu, Qal’ah Ji mendefinisikan
nuqud sebagai sesuatu yang dijadikan harga oleh masyarakat, baik terdiri dari logam atau
kertas yang dicetak maupun dari bahan lainnya dan diterbitkan oleh lembaga keuangan
pemegang otoritas.
Tsaman mempunyai beberapa arti yaitu antara lain berarti nilai sesuatu dan harga
pembayaran barang yang dijual. Arti lain tsaman ialah uang emas dan perak.
Fulus adalah logam dari tembaga yang diterima dan digunakan oleh masyarakat sebagai
uang dan alat pembayaran barang-barang yang remeh.
Sikkah dipakai untuk dua arti berikut: (1) stempel besi untuk mencap mata uang, dan (2)
mata uang dinar dan dirham yang telah dicetak dan distempel.
’Umlah mempunyai dua pengertian berikut: (1) satuan mata uang yang berlaku di suatu
negara, misalnya rupiah adalah ’umlah yang berlaku di Indonesia, dan dinar adalah ‘umlah di
Yordania, dan (2) mata uang dalam arti umum, sama dengan nuqud.
Istilah yang sering digunakan dan paling tepat untuk menunjukkan uang seperti yang
dipahami masyarakat luas sekarang adalah nuqud dan tsaman. Sementara al-Qur’an
menggunakan beberapa istilah untuk menunjukkan uang dan fungsinya, baik sebagai alat
pengukur nilai maupun penyimpan nilai. Istilah yang digunakan antara lain dinar, dirham,
emas dan perak. Kata ”dinar” hanya disebut satu kali dalam QS. Ali Imran, (3): 75, kata
”dirham” juga hanya disebutkan satu kali saja yaitu dalam QS. Yusuf, (12): 20, kata ”emas”
disebut sebanyak delapan kali, yaitu antara lain di dalam QS. At-Taubah, (9): 34, dan kata
”perak” disebut enam kali, yaitu antara lain di dalam QS. al-Kahfi, (18): 19. (Muthoifin,
2013).
B. Pengertian Uang
Dalam ekonomi Islam, secara etimologi uang berasal dari kata al-naqdu-nuqud.
Pengertiannya ada beberapa makna, yiatu al-naqdu yang berarti yang baik dari dirham,
menggenggam dirham, dan al-naqdu juga berarti tunai. Kata nuqud tidak terdapat dalam al-
Qur‟an dan hadist karena bangsa arab umumnya tidak menggunakan nuqud untuk
menunjukkan harga. Mereka menggunakan kata dinar untuk menunjukkan mata uang yang
terbuat dari emas dan kata dirham untuk menunjukkan alat tukar yang terbuat dari perak.
Mereka juga menggunakan wariq untuk menunjukkan dirham perak, kata ain untuk
menunjukkan dinar emas. Sementara itu kata fulus (uang tembaga) adalah alat tukar
tambahan yang digunakan untuk membeli barang-barang murah.
Uang adalah standar kegunaan yang terdapat pada barang dan tenaga. Uang didefenisikan
sebagai sesuatu yang dipergunakan untuk mengukur tiap barang dan tenaga. Misalkan harga
adalah standra untuk barang, sedangkan upah adalah standar untuk manusia, yang masing-
masing merupakan perkiraan masyarakat terhadap nilai barang dan tenaga orang. Perkiraan
nilai-nilai barang dan jasa ini dinegeri manapun dinyatakan dengan satuan-satuan, maka
satuansatuan inilah yang menjadi standar yang dipergunakan untuk mengukur kegunaan
barang dan tenaga yang kemudian menjadi alat tukar (medium of exchange) dan disebut
dengan satuan uang.
Dalam konsep Islam, uang adalah flow concept. Islam tidak mengenal motif kebutuhan
uang untuk spekulasi karena tidak bolehkan. Uang adalah barang public, milik masyarakat.
Karenanya, penimbunan uang yang dibiarkan tidak produktif berarti mengurangi jumlah uang
beredar. Bila diibaratkan dengan darah dalam tubuh, perekonomian akan kekurangn darah
atau terjadi kelesuan ekonomi alias stagnasi.
Dalam ekonomi barterpun, uang dibutuhkan sebagai ukuran nilai suatu barang. Misalnya,
onta senilai 100 dinar dan kain senilai sekian dinar. Dengan demikian adanya uang sebagai
ukuran nilai barang, uang akan berfungsi pula sebagai ukuran nilai barang, uang akan
berfungsi sebagai media penukaran. Menurut al-Ghazali uang diibaratkan cermin yang tidak
mempunyai warna, tetapi dapat merefleksikan semua warna.
Selain itu uang didefenisikan sebagai segala sesatu (benda) yang diterima oleh masyarakat
sebagai alat perantara dalam melakukan tukar-menukar atau perdagangan. Agar masyarakat
menerima dan menyetujui penggunaan benda sebagai uang maka harus memenuhi dua
persyaratan sebagai
berikut:
a. Persyaratan psikologis, yaitu benda tersebut harus dapat memuaskan bermacam-macam
keinginan dari orang yang memilikinya sehingga semua orang mau mengakui dan
menerimanya.
b. Syarat teknis adalah syarat yang melekat pada uang,
diantaranya:
1) Tahan lama dan tidak mudah rusak
2) Mudah dibagi-bagi tanpa mengurangi nilai
3) Mudah dibawa
4) Nilainya relative stabil
5) Jumlahnya tidak berlebihan
6) Terdiri atas berbagai nilai nominal.
C. Fungsi Uang
Secara umum, uang memiliki fungsi sebagai perantara untuk pertukaran barang dengan
barang, juga untuk menghindarkan perdagangan dengan cara barter. Secara lebih rinci, fungsi
uang dibedakan menjadi dua yaitu fungsi asli dan fungsi turunan. Fungsi asli uang ada tiga
macam, yaitu pertama sebagai alat tukar, yang kedua sebagai satuan hitung, dan yang ketiga
sebagai penyimpan nilai. Sedangkan fungsi turunan uang yaitu, pertama Uang sebagai alat
pembayaran yang sah, kedua Uang sebagai alat pembayaran utang, ketiga Uang sebagai alat
penimbun kekayaan, keempat Uang sebagai alat pemindah kekayaan, dan kelima Uang
sebagai alat pendorong kegiatan ekonomi.
Dalam Islam, uang dipandang sebagai alat tukar, bukan suatu komoditi. Peranan uang ini
dimaksudkan untuk melenyapkan ketidakadilan, ketidakjujuran, dan pengisapan dalam
ekonomi tukar-menukar (barter). Karena dalam system barter ada unsure ketidakadilan yang
digolongkan sebagai riba al Fadhl, yang dilarang dalam islam. Uang dapat memainkan
peranan penting sebagai suatu unit akun dan sebagai suatu kumpulan nilai dalam ekonomi
islam. Uang dapat digunakan sebagai ukuran opportunity cost (yaitu pendapatan yang
hilang). Disamping itu, uang juga memainkan peranan social dan religious yang khusus,
karena ia merupakan ukuran terbaik untuk menyalurkan daya beli dalam bentuk pembayaran
transfer kepada simiskin. Arti religious peranan uang terletak pada kenyataan bahwa ia
memungkinkan menghitung nisab dan menilai suku zakat dengan tepat. Sebagai fungsi sosial
uang menahan atau mencegah eksploitasi terbuka yang terkandung dalam keadaan tawar-
menawar
2. Menjalankan bisnis dan aktivitas perdagangan yang berbasis perolehan keuntungan yang
sah menurut syariah
Semua transaksi harus didasarkan pada akad yang diakui oleh syariah. Akad merupakan
perjanjian tertulis yang memuat ijab (penawaran) dan qabul (penerimaan) antara bank dengan
pihak lain yang berisikan hak dan kewajiban masing-masing pihak sesuai dengan prinsip
syariah. Akad dinyatakan sah apabila terpenuhi rukun dan syaratnya. Rukun akad ada 3, yaitu
adanya pernyataan untuk mengikatkan diri, pihak-pihak yang berakad, dan objek akad. Akad
menjadi tidak sah apabila taa’lluq dan terjadi suatu perjanjian dimana pelaku, objek, dan
periodenya sama.
A. Simpulan
Dalam ekonomi Islam, secara etimologi uang berasal dari kata al-naqdu-nuqud.
Pengertiannya ada beberapa makna, yiatu al-naqdu yang berarti yang baik dari dirham,
menggenggam dirham, dan al-naqdu juga berarti tunai. Kata nuqud tidak terdapat dalam al-
Qur‟an dan hadist karena bangsa arab umumnya tidak menggunakan nuqud untuk
menunjukkan harga. Mereka menggunakan kata dinar untuk menunjukkan mata uang yang
terbuat dari emas dan kata dirham untuk menunjukkan alat tukar yang terbuat dari perak.
Lembaga Keuangan Syari'ah adalah sebuah lembaga keuangan yang prinsip operasinya
berdasarkan pada prinsip-prinsip syari'ah Islamiah. Operasional lembaga keuangan Islam
harus menghindar dari riba, gharar dan maisir. Hal- hal terssebut sangat diharamkan dan
sudah diterangkan dalam Al-Quran dan Al- Hadist.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Zahra, Muhammad.at-Takaful al-ijtima’i Fil Islam. Kairo: Darul Qaumiyyah lil
Tiba’ah wal Nasyr. 1964
Achsien,Iggi H.Investasi Syariah di Pasar Modal: Menggagas Konsep dan Praktek
Manajemen Portofolio Syariah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.2000
Achsein,Iggi H. Investasi Syariah di Pasar Modal. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2000
Al Arif, M. Nur Riyanto.Lembaga Keuangan Syariah Suatu Kajian Teoritis Praktis. Bandung:
Pustaka Setia. 2001
https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/data-dan-statistik/statistik-perbankan
syariah/Documents/Pages/Statistik-Perbankan-Syariah---Januari-2019/SPS%20Januari
%202019.pdf
https://www.ojk.go.id/waspadainvestasi/id/regulasi/Documents/UU_No_21_Tahun_2008
_Perbankan_Syariah.pdf
https://www.ojk.go.id/waspadainvestasi/id/regulasi/Documents/UU_No_21_Tahun_2008
_Perbankan_Syariah.pdf