Oleh :
NIM : 3004234019
2023
A. PENDAHULUAN
1. Pengertian Uang
Uang dalam ekonomi islam secara etimologi berasal dari kata an-
naqdu dan jamaknya adalah an-nuqud. Pengertiannya ada beberapa makna,
yaitu an-naqdu berarti yang baik dari dirham, menggenggam dirham,
membedakan dirham, dan an-nuqud juga berarti tunai. Kata nuqud tidak
terdapat dalam al-quran dan hadist karena bangsa arab umumnya tidak
menggunakan nuqud untuk menunjukkan harga. Mereka menggunakan kata
dînâr dan untuk menunjukan mata uang yang terbuat dari emas dan kata
dirham untuk menunjukan alat tukar yang terbuat dari perak. Mereka juga
menggunakan kata warîq untuk menunjukan dirham perak, kata ‘ain untuk
menunjukan dinar emas. Sementara fulûs (uang tembaga) adalah alat tukar
1
tambahan yang digunakan untuk membeli barang-barang murah.(Rozalinda,
2014)
Uang menurut fuqaha tidak terbatas pada emas dan perak yang
dicetak, tetapi mencakup seluruh dînâr, dirham, dan fulûs. Untuk menunjukan
dirham dan dinar mereka menggunakan istilah naqdain. Namun, mereka
berbeda pendapat apakah fulûs termasuk kedalam istilah nuqûd atau tidak.
Menurut pendapat yang mu‟tamad dari golongan Syafi‟iyah, fulûs tidak
termasuk nuqûd, sedangkan madzhab Hanafi berpendapat bahwa nuqûd
mencakup fulûs.(Rozalinda, 2014)
Defenisi nuqud menurut Abu Ubaid (wafat 224 H), dirham dan dinar
adalah nilai sesuatu. Ini berarti dinar dan dirham adalah standar ukur yang
dibayarkan dalam transaksi barang dan jasa. Ibnu Qayyim berpendapat, dinar
dan dirham adalah nilai barang komoditas. Ini mengisyaratkan bahwa uang
adalah standar unit ukuran untuk nilai harga komoditas.(Hasan, 2004)
2
Dalam kehidupan uang memiliki banyak fungsi. Dari beberapa definisi
uang yang telah terpapar di atas, uang memiliki tiga fungsi dasar yaitu sebagai
satuan hitung, alat penukar/ alat transaksi dan juga sebagai penyimpan nilai
atau alat penimbun kekayaan (store of value).(N. Gregory, 2016)
Albert Geilart Hart dalam bukunya yang berjudul Money, Debt and
Economic Activity mengatakan, uang adalah kekayaan dengan mana si
empunya dapat melunaskan utangnya dalam jumlah tertentu pada waktu itu
juga (money is property with which the owner can pay off the debt with
certainly and without delay).
3
2. Sumber Hukum Uang
َّ َ َ ۡ َ َ ۡ ُ ُ ۡ َ َ َ ۡ ُّ َ َ ۡ َ ۡ َ ِّ ً ۡ َ َّ ٰۤۡ ُ َ ٰ َ ۡ َّ َ ُّ َ ٰۤ
اس
ِ الن يايها ال ِذين امنوا ِان ك ِث ۡيا من اۡلحب ِار والرهب ِان لياكلون اموال
َ َ َّ ۡ َ َّ َ ُ ۡ َّ ٰ ۡ َ ۡ َ َ ۡ ُّ ُ َ َ َ ب ۡال
اّللؕ َوال ِذ ۡي َن َيك ِ ز زي ۡون الذه َب َوال ِفضة َوۡل
ِ اط ِل ويصدون عن س ِبي ِل ب
ِ ِ
ِۙ َ َ َ ۡ ُ ۡ ِِّ َ َ ِۙ ٰ ۡ َ ۡ ُ ۡ ُ ۡ َ َ ز
اب ا ِل ۡي ٍم
ٍ اّلل فبّشهم ِبع
ذ ِ ين ِفقونها ِف س ِبي ِل
4
Al-Qur’an juga menceritakan kisah Nabi Yusuf yang dibuang kedalam
sumur oleh saudara-saudaranya. Yusuf kecil kemudian ditemukan oleh pada
musafir yang menimba air di sumur tersebut, lalu mereka menjual Yusuf
sebagai budak dengan hagra yang murah yaitu beberapa dirham saja. Dengan
jelas ayat ini menggunakan kata-kata dirham yang berarti mata uang logam
dari perak.(Huda, 2008)
Di zaman Rasulullah SAW uang uang yang berlaku adalah dinar dan
dirham hal itu tercermin dari hadistnya dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu
anhu tentang zakat uang dinar dan dirham, beliau mengatakan Dari Ali R.A
dari Nabi SAW bersabda “Jika kamu memiliki 200 dirham, dan sudah
disimpan selama satu tahun maka wajib dizakati 5 dirham. Dan tidak ada
kewajiban zakat emas, sampai kamu memiliki 20 dinar. Jika kamu punya 20
dinar dan telah disimpan selama setahun maka kewajiban zakatnya ½ dinar.
5
Barulah tahun ke 18 H mulai dicetak Dirham Islam yang masih mengikuti
model cetakan Sasanid berukiran kisra dengan tambahan beberapa kalimat
tauhid dalam bentuk tulisan Kufi, seperti kalimat Alhamdulillah pada
sebagian dirham, dan kalimat Muhammad Rasulullah pada dirham yang lain,
juga kalimat Umar, kalimat Bismillah, Bismillahi Rabbi, Lailaha illa Allah
yang bergambarkan gambar kisra. Malah pada masa ini juga sempat terpikir
oleh Umar untuk mencetak uang dari kulit unta, namun diurungkannya karena
takut akan terjadi kelangkaan unta. Percetakan uang dirham ala Umar ini
dilanjutkan oleh khalifah Usman dengan mencetak dirham yang bertuliskan
kalimat Allâhu akbar, bismillâh, barakah, bismillâhirabbi, Allah, Muhammad
dalam bentuk tulisan albahlawiyah.(Rozalinda, 2014)
Pada Masa Abdul Malik ibn Marwan (65-86 H), Khalifah ke tiga
dinasti Umaiyyah, dinar dan dirham Islami mulai dicetak dengan model
tersendiri yang tidak lagi ada lambang-lambang binzantium dan Persia pada
tahun 76 H. Dinar yang dicetak setimbangan 22 karat dan dirham
setimbangan 15 karat. Tindakan yang dilakujkan Abdul Malik ibn Marwan ini
ternyata mampu merealisasikan stabilitas politik dan ekonomi, mengurangi
pemalsuan dan manipulasi terhadap uang. Kebijakan pemerintah ini terus
dilanjutkan kedua penggantinya, Yazid ibn Abdul Malik dan Hisyam ibn
Abdul Malik. Keadaan ini terus berlanjut pada masa awal pemerintahan
Dinasti Abasiyah (132 H) yang mengikuti model dinar Umaiyah dan tidak
mengubah sedikitpun kecuali pada ukirannya.
Pada akhir dinasti ini, pemerintahan mulai dicampuri oleh para mawali
dan orang-orang Turki, terjadi penurunan nilai bahan baku uang bahkan mata
uang saat itu dicampur dengan tembaga dalam proses percetakannya. Hal ini
dilakukan penguasa dalam rangka meraup keuntungan dari percetakan uang
tersebut. Akibatnya terjadi inflasi, harga-harga melambung tinggi. Namun
masyarakat masih menggunakan dirham-dirham tersebut dalam interaksi
perdagangan. Keadaan ini terus berlanjut sampai Dinasti Fatimiyah, kurs
6
dinar terhadap dirham adalah 34 dirham, padahal sebelum ini kurs dinar dan
dirham adalah 1:10.(Rozalinda, 2014)
Tsaman mempunyai beberapa arti yaitu antara lain berarti nilai sesuatu
dan harga pembayaran barang yang dijual. Arti lain tsaman ialah uang emas
dan perak. Fulus adalah logam dari tembaga yang diterima dan digunakan
oleh masyarakat sebagai uang dan alat pembayaran barang-barang yang
remeh. Sikkah dipakai untuk dua arti berikut: (1) stempel besi untuk mencap
7
mata uang, dan (2) mata uang dinar dan dirham yang telah dicetak dan
distempel. ’Umlah mempunyai dua pengertian berikut: (1) satuan mata uang
yang berlaku di suatu negara, misalnya rupiah adalah ’umlah yang berlaku di
Indonesia, dan dinar adalah ‘umlah di Yordania, dan (2) mata uang dalam arti
umum, sama dengan nuqud.
4. Jenis Uang
Dalam Islam, Nabi Muhammad SAW. dan para khalifah setelah beliau
memilih dan mengadopsi logam dari emas dan perak sebagai mata uang
8
resmi. Mata uang dari emas disebut dinar dan yang terbuat dari perak disebut
dirham. 1 dinar emas adalah 4.25 gram emas murni, dan 1 dirham adalah
2.975 gram perak murni. Pernah Umar bin Khattab ketika menjadi khalifah
berkeinginan untuk membuat uang dari kulit onta. Namun masyarakat Islam
pada waktu itu menolaknya. Kata Umar: “Ketika aku akan membuat uang dari
kulit unta, ada orang yang protes dengan mengatakan: “kalau begitu unta akan
punah”, sehingga aku membatalkan keinginan itu.”(Iqbal, 2012)
Dibanding dengan uang kertas, nilai dinar emas dan dirham stabil
selama berabad-abad dan tidak mengalami inflasi yang signifikan. Sebaliknya,
inflasi telah mengiringi mata uang kertas sejak kelahirannya, dan inflasi akan
terus mengiringinya sampai kapanpun. Tambahan pula, uang fiat atau kertas
yang kini digunakan sebagai mata uang resmi oleh seluruh umat manusia di
semua negara itu problematis karena semuanya bersandarkan kepada dolar
Amerika. Kondisi ini membuat perekonomian Amerika akan berpengaruh
pada kondisi perekonomian negara-negara lain dan membuat mereka selalu
bergantung kepada dolar Amerika. Dengan bersandar kepada mata uang fiat
atau kertas, hegemoni dan dominasi dolar Amerika dan mata uang negara-
9
negara maju tidak akan dapat ditandingi dan apalagi diatasi oleh negara-
negara berpenduduk Muslim yang notabene merupakan negara
berkembang.(Ichsan, 2017)
10
B. PENJELASAN AYAT DAN HADIST
Pendapat ahli tafsir yang ketiga dinilai lebih universal bahwa Allah
SWT yang mengangkat semua manusia sebagai khalîfah (pemimpin) yang
melakukan pengelolaan dan penataan di muka bumi, dan Allah pula yang
11
mengangkat derajat manusia itu satu sama lain tidaklah sama, ada yang
ditinggikan dan adapula yang direndahkan. Tujuannya sebagai sarana uji coba
bagi manusia dalam menyikapi semua pemberian Allah, karena hal demikian
merupakan perkara yang sangat mudah bagi Allah dan bisa terjadi dalam
waktu yang sangat cepat.(Suma, 2013)
َّ َ ْٓ ُ ُ ُ ْ َ ْ َ َْ ََُْ ْ َ ْ َ َ ْ َ ِّ ْ ُ َ َ ْ َ َ ُ
استغ ِف ُر ْوه ث َّم ت ْو ُب ْوا ِال ْي ِه ِۗان ض واستعمركم ِفيها ف
ِ رْ اۡل هو انشاكم من
ب ٌ َر ِّ ْب َقر ْي ٌب ُّمج ْي
ِ ِ ِ
Artinya : “...Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan
menjadikanmu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan kepada-Nya,
kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku sangat dekat
(rahmat-Nya) dan memperkenankan (doa hamba-Nya).”(Agama, 2005c)
Dari Abi Darda R.A bahwa Rasulullah SAW bersabda : Apa yang
dihalalkan Allah dalam Kitab-Nya itu halal. Apa yang diharamkan Allah itu
haram. Apa yang Dia diamkan itu kelonggaran. Maka, terimalah kelonggaran
dari Allah karena Allah tidak pernah melupakan sesuatu.” Kemudian beliau
membaca ayat:” dan tidaklah tuhanmu lupa” (HR. Hakim)
12
Hadist diatas menjelaskan bahwa seorang muslim yang takut terhadap
Allah hanya merasa memadai untuk memvonis haram jika punya suatu
sandaran nash Al-Qur’an atau Hadist yang tidak disangsikan lagi. Jika tidak
punya, berarti vonisnya itu merupakan tanpa ilmu pengetahuan tentang hukum
Allah.(Qaradhawi, 2014) Artinya dalam bidang muamalat manusia diberi
keleluasaan selama tidak ada dalil yang mengharamkannya.
4. Kekayaan (uang) merupakan nikmat dan amanah dari Allah dan tidak
dapat dimiliki secara mutlak;
س َم ٰۤا ِء
َّ ض َج ِم ْي ًعا ث ُ َّم ا ْست ٰ َٓوى اِلَى ال ْ ه َُو الَّذ
ِ ِي َخلَقَ لَ ُك ْم َّما فِى ْاْلَ ْر
ࣖ ع ِل ْي ٌم ْ ت ْۗ َوه َُو ِب ُك ِل ش
َ ٍَيء ٍ سمٰ ٰو َ س ّٰوى ُه َّن
َ س ْب َع َ َف
Artinya : Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di
bumi untukmu kemudian Dia menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya
menjadi tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.(Al-
Baqarah:29)(Agama, 2005d)
13
C. PAKAR EKONOMI ISLAM
Berikut adalah beberapa pandangan para pakar ekonomi islam mengenai uang:
1. Ibnu Taymiyah
Ibnu Taymiah hidup pada masa kerajaan Mamluk, yang mana saat itu
beredar tiga jenis mata uang yaitu, mata uang dinar, dirham dan fulus.
Peredaran dinar sangat terbatas, peredaran dirham berfluktuasi kadangkadang
malah menghilang, sedangkan yang beredar luas adalah fullus. Fenomena
inilah yang dirumuskan oleh Ibnu Taymiah bahwa uang dengan kualitas
rendah akan menendang keluar uang kualitas baik. Pernyataan Ibnu Taymiah
inipun diikuti dalam ekonomi konvensional “bad money driven outs good
money”.(al Arif, 2010)
14
uang yang tak terbatas, sebab akan mengakibatkan terjadinya inflasi dan
menciptakan ketidakpercayaan publik atas mata uang bersangkutan.
2. Al-Maqrizi
15
tinggi, karenanya negara lebih memilih untuk mencetak uang baru dari bahan
selain emas dan perak. pencetakan uang baru ini akan menambah jumlah
penawaran uang (Agregate Supply) dan peredaran uang dimasyarakat, dengan
demikian inflasi mata uang tidak dapat didihindari. Gejala inilah yang
diuraikan oleh al-Maqrizi sebagai awal mula kekacauan di sektor moneter,
karena itu ia melarang pemerintah untuk melakukan pencetakan uang
semacam ini.
3. Ibnu Khaldun
16
ditukar dengan benda yang nyata atau jika digunakan untuk membeli jasa.
Oleh karena itu uang tidak bisa menjadi komoditi/barang yang dapat
diperdagangkan.(Muhaimin, n.d.)
4. Taqyuddin An-Nabhani
17
5. Ibn al-Qayyim
18
PENUTUP
Dalam ekonomi Islam, secara etimologi uang berasal dari kata al-naqdu,
pengertiannya ada beberapa makna yaitu: alnaqdu berarti yang baik dari dirham,
menggenggam dirham, membedakan dirham, dan al-naqdu juga berarti tunai. Kata
nuqud tidak terdapat dalam al-Quran dan hadis, karena bangsa Arab umumnya tidak
menggunakan nuqud untuk menunjukkan harga. Mereka menggunakan kata dinar
untuk menunjukkan mata uang yang terbuat dari emas dan kata dirham untuk
menunjukkan alat tukar yang terbuat dari perak.
Dalam Islam, uang dipandang sebagai alat tukar, bukan suatu komoditi.
Peranan uang ini dimaksudkan untuk melenyapkan ketidakadilan, ketidakjujuran, dan
pengisapan dalam ekonomi tukar-menukar (barter). Karena dalam systembarter ada
unsur ketidakadilan yang digolongkan sebagai riba al Fadhl, yang dilarang dalam
Islam.
Dalam Islam tidak dikenal dengan adanya time value of money, yang dikenal
adalah economic value of time. Implikasi konsep Time Value of Money adalah adanya
bunga. Sedangkan bunga erat kaitannya dengan riba, dan riba adalah haram serta
Zulm. Dan agama melarangnya. Sehinga dianggap tidak sesuai dengan keadilan
dimana “al-al-qhumu bi qhurni” (mendapatkan hasil tanpa mengeluarkan resiko), dan
“al-khraj bil adhaman” (memperoleh hasil tanpa mengeluarkan biaya).
19
DAFTAR PUSTAKA
Al-Iraqi, A. (2013). Al-Takyiif al-Fiqhi li al-Nizaam al- Naqdi al-Haali. Paris: Al-
Ma’had al-Aurubi li al-Ulum al-Insaniyah – al-Kulliyyah al-Aurubiyyah li al-
Dirasat al-Is_lamiyyah.
Ichsan, M. (2017). The Use of Gold Dinar and Silver Dirham in Moslem Countries in
the Contemporary Era. Jurnal Media Hukum, 24(1), 35–41.
https://doi.org/10.18196/%0Ajmh.2017.0087.35-41%0A
Iqbal, M. (2012). Konsep Uang Dalam Ekonomi. Jurnal Ekonomi Islam Al-Infaq.
20
M, M. (1977). Ekonomi Moneter (5th ed.). Ghalia Indonesia.
Rozalinda. (2014). Ekonomi Islam : Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi.
In Rajawali Pers.
Suma, M. amin. (2013). Tafsir ayat ekonomi: teks, terjemah, dan tafsir. Amzah.
Tayuddin, A.-N. (2002a). An-Nidlam Al-Istidhadi Fil Islam. Terj. Surabaya: Risalah
Gusti.
21