Anda di halaman 1dari 14

KONSEP UANG DALAM AL-QUR’AN DAN HADIST

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Ekonomi Moneter
Dosen Pengampu : Agung Slamet Sukardi, M.E.

Disusun Oleh :
Kelompok 4 - A4ESR
1. Muhammad Fikri Mahreza (2020210005)
2. Ulya Fadhilatul Husna (2020210019)
3. Syafira Indriyani (2020210028)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep
Uang dalam Al-Qur’an dan Hadist” dengan baik dan lancar. Tak lupa sholawat
serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW.
semoga kelak di Yaumul Qiyamah kita mendapatkan syafa’at beliau. Aamiin.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Bapak Agung Slamet Sukardi, M.E. selaku dosen pengampu mata kuliah
Ekonomi Moneter. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi para pembaca dan penulis.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat


banyak kekurangan, baik dalam penulisan maupun isinya. Kemampuan dalam
penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna. Kami mengharapkan para
pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun, sehingga kami
dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat dan meningkatkan pengetahuan para pembaca dan penulis.

Kudus, 24 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
A. Pengertian Uang dalam Islam.......................................................................3
B. Sumber Hukum Islam mengenai Uang.........................................................4
C. Konsep Uang dalam Perspektif Islam...........................................................5
D. Cara Pemberdayaan Uang dalam Al-Qur’an dan Hadist..............................5
BAB III....................................................................................................................9
A. Kesimpulan...................................................................................................9
B. Saran............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Uang merupakan salah satu sarana dan penunjang dalam kehidupan.


Sebagian orang berpendapat bahwa uang merupakan darahnya perekonomian,
karena di dalam masyarakat modern saat ini, mekanisme perekonomian
berdasarkan atas kegiatan-kegiatan ekonomi seperti jual beli, sewa-menyewa,
ekspor impor, dan sebagainya memerlukan uang sebagai alat pelancar guna
mencapai tujuan. Semua kalangan masyarakat dari tingkat bawah hingga kalangan
tingkat atas tidak lepas dari penggunaan uang.

Dalam rangka memenuhi kebutuhannya, manusia menggunakan berbagai


cara dan alat untuk melangsungkan pertukaran barang maupun jasa. Pada tahapan
peradaban manusia yang masih sangat sederhana mereka dapat melakukan tukar
menukar kebutuhan dengan cara barter. Pada tahapan ini kegiatan ekonomi tidak
dimulai dengan uang akan tetapi digunakan dengan cara barter. Sehingga mulai
disadari perlunya suatu alat tukar yang dapat diterima oleh semua pihak. Alat
tukar itu kemudian disebut uang.

Dalam konsep Islam, penggunaan uang diperbolehkan asalkan tidak


mengandung unsur spekulasi. Uang pada hakikatnya adalah milik Allah swt. yang
diamanahkan kepada kita untuk dipergunakan sebesar-besarnya bagi kepentingan
masyarakat. Oleh karenanya, menimbun uang dalam arti dibiarkan tidak produktif
tidak dikehendaki karena berarti mengurangi jumlah uang beredar. Dalam
pandangan Islam, uang adalah flow concept, karenanya harus selalu berputar
dalam perekonomian. Berdasarkan latar belakang tersebut, kami sebagai penulis
makalah ini bertujuan untuk membentangkan “ Konsep Uang Menurut
Perekonomian Islam Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist “.

1
B. Rumusan Masalah

1. Jelaskan mengenai pengertian uang dalam Islam!


2. Bagaimana sumber hukum Islam mengenai uang?
3. Bagaimana konsep uang dalam perspektif Islam?
4. Bagaimana cara pemberdayaan uang dalam Al-Qur’an dan Hadist?

C. Tujuan Penulisan

1. Dapat mengetahui mengenai pengertian uang dalam Islam


2. Dapat mengetahui sumber hukum Islam mengenai uang
3. Dapat mengetahui konsep uang dalam perspektif Islam
4. Dapat mengetahui cara pemberdayaan uang dalam Al-Qur’an dan
Hadist

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Uang dalam Islam


Dalam ekonomi Islam, secara etimologi uang berasal dari kata al-naqdu-
nuqud. Pengertiannya ada beberapa makna, yaitu al-naqdu yang berarti yang baik
dari dirham, menggenggam dirham, dan al-naqdu juga berarti tunai. Kata nuqud
tidak terdapat dalam al-Qur’an dan hadist karena bangsa arab umumnya tidak
menggunakan nuqud untuk menunjukkan harga. Mereka menggunakan kata dinar
untuk menunjukkan mata uang yang terbuat dari emas dan kata dirham untuk
menunjukkan alat tukar yang terbuat dari perak. Mereka juga menggunakan wariq
untuk menunjukkan dirham perak, dan kata ‘ain untuk menunjukkan dinar emas.
Sementara itu kata fulus (uang tembaga) adalah alat tukar tambahan yang
digunakan untuk membeli barang-barang murah.

Dalam konsep Islam, uang adalah flow concept. Islam tidak mengenal
motif kebutuhan uang untuk spekulasi karena tidak dibolehkan. Uang adalah
barang publik, milik masyarakat. Karenanya, penimbunan uang yang dibiarkan
tidak produktif berarti mengurangi jumlah uang beredar. Bila diibaratkan dengan
darah dalam tubuh, perekonomian akan kekurangn darah atau terjadi kelesuan
ekonomi alias stagnasi. Itulah hikmah dilarangnya menimbun uang (Adiwarman
Aswarkarim, 2001: 21).

Konsep uang dalam ekonomi Islam berbeda dengan konsep uang dalam
ekonomi konvensional. Dalam ekonomi Islam, konsep uang sangat jelas dan tegas
bahwa uang adalah uang bukan capital. Sedang uang dalam perspektif ekonomi
konvensional diartikan secara interchangeability / bolak-balik, yaitu uang sebagai
uang dan sebagai capital.1

1
Rahman Ilyas, Konsep Uang dalam Perspektif Ekonomi Islam, Jurnal Bisnis dana
Manajemen Islam, Vol.4 No.1 (2016): 36-40.

3
B. Sumber Hukum Islam mengenai Uang

Uang di dalam ekonomi Islam merupakan sesuatu yang diadopsi dari


peradaban Romawi dan Persia. Ini dimungkinkan karena penggunaan konsep uang
tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Dinar adalah mata uang emas yang
diambil dari romawi dan dirham adalah mata uang perak warisan peradaban
Persia. Perihal dalam Al-Qur’an dan hadis kedua logam mulia ini, emas dan
perak, telah disebutkan baik dalam fungsinya sebagai mata uang.2 Misalnya dalam
surat At-Taubah ayat 34 disebutkan:

‫يل ٱهَّلل ِ َف َب ِّشرْ هُم‬ َّ ‫ب َو ْٱل ِف‬


ِ ‫ض َة َواَل يُن ِفقُو َن َها فِى َس ِب‬ َّ ‫ون‬
َ ‫ٱلذ َه‬ َ ‫َوٱلَّذ‬
َ ‫ِين َي ْك ِن ُز‬
ٍ‫ب َألِيم‬ٍ ‫ِب َع َذا‬
“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya
pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, bahwa mereka akan
mendapat siksa yang pedih.”3

Ayat tersebut menjelaskan, orang-orang yang menimbun emas dan perak,


baik dalam bentuk uang maupun dalam bentuk kekayaan biasa dan mereka tidak
mau mengeluarkan zakatnya akan diancam dengan azab yang pedih. Artinya,
secara tidak langsung ayat ini juga nenegaskan kewajiban zakat bagi logam mulia
secara khusus. Di zaman Rasulullah SAW uang yang berlaku adalah dinar dan
dirham hal ini tercermin dalam haditsnya dari Ali bin Abi Thalib
radhiyallâhu’anhu tentang zakat uang dinar dan dirham, beliau mengatakan:

‫عن علي رضي هللا عنه عن النبي صلى هللا عليه وسلم فإذا‬
‫كانت لك مائتا درهم وحال عليها الحول ففيها خمسة دراهم وليس‬
‫عليك شيء يعني في الذهب حتى يكون لك عشرون دينارا فإذا كان‬

2
Nurul Huda dkk., Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis, (Jakarta: Kencana, 2008),
90.
3
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro,2005), 153.

4
‫لك عشرون دينارا وخال عليها الحول ففيها نصف دينار فما زاد‬
‫فبحساب ذلك‬

(‫)رراه أبو داود وصححه الشيخ األلباني‬


“Dari ‘Ali R.A. dari Nabi SAW bersabda “Jika kamu memiliki 200 dirham, dan
sudah disimpan selama satu tahun maka wajib dizakati 5 dirham. Dan tidak ada
kewajiban zakat emas, sampai kamu memiliki 20 dinar. Jika kamu punya 20 dinar
dan telah disimpan selama setahun maka kewajiban zakatnya 1/2 dinar.”

Kisah yang diungkapkan Al-Qur’an dan hadits ini jelaslah bahwa


penggunaan uang dalam Islam tidaklah dilarang. Bahkan uang dalam Islam sudah
digunakan sejak ribuan tahun sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW. Artinya
konsep penemuan uang sebagai alat dalam perdagangan tidak bertentangan
dengan prinsip Islam.

C. Konsep Uang dalam Perspektif Islam

Uang itu menurut ekonomi Islam harus selalu mengalir dalam


perekonomian umat. Hal ini dikenal dengan flow concept, bukan stock concept.
Menurut flow concept, karena uang merupakan public goods (barang milik publik)
dan tidak boleh berubah menjadi private goods (barang milik pribadi), maka uang
harus selalu mengalir dan beredar di tengah-tengah masyarakat untuk
menghidupkan perekonomian mereka. Oleh karena itu, semakin cepat perputaran
uang di tengah-tengah masyarakat semakin bergairah perekonomian mereka.
Pandangan yang menyatakan bahwa uang bersifat stock concept yang menyatakan
bahwa uang adalah salah satu cara untuk menyimpan harta kekayaan (store of
wealth) adalah pandangan yang ditolak oleh ekonomi Islam. Hal ini karena
perbedaan di antara keduanya.

Kekayaan atau capital adalah private goods yaitu barang-barang milik


pribadi yang beredar hanya pada individu tertentu, sedangkan uang adalah public

5
goods yaitu barang-barang yang dimiliki oleh semua orang dan harus mengalir
dan beredar di tengah-tengah mereka semua.4

D. Cara Pemberdayaan Uang dalam Al-Qur’an dan Hadist


Syari'ah Islam di dalam masalah muamalah termasuk penggunaan uang
tidak kurang dalam memberikan prinsip-prinsip dan etika yang seharusnya bisa
dijadikan acuan dan referensi, serta menjadikan Al-Qur’an dan Hadist sebagai
sumber acuan hukum ekonomi Islam. Islam juga mengatur tata cara
memberdayakan uang sebagai harta yang merupakan amanah dari Allah SWT.
Berikut dijelaskan beberapa padangan Islam tentang cara memberdayakan harta
yang termasuk di dalamnya adalah uang :

a. Menentukan Prioritas Pemanfaatan Harta (uang)

Islam mengajarkan seorang muslim mengenai mekanisme pemanfaatan


harta (uang) untuk mencapai tujuan falâh, yaitu mencapai kebahagiaan dunia
dan akhirat melalui suatu tata kehidupan yang baik dan terhormat (hayyah
thayyibah). Menurut Al-Ghazali dalam hal pemenuhan kebutuhan termasuk di
dalamnya penggunaan uang membaginya dalam tiga skala prioritas, yaitu
tingkatan darûrât (kebutuhan primer), tingkatan hajjât (kebutuhan sekunder), dan
tingkatan tahsînât /tazniyât (kebutuhan tersier).5

b. Menghindari Tabdzîr dan Isrâf dalam menggunakan harta (uang)

Ajaran Islam membolehkan umatnya menikmati kebaikan duniawi selama


tidak melewati batas-batas kewajaran. Seperti tidak melakukan perbuatan
Tabdzîr dan Isrâf. Tabzîr memiliki arti menghambur-hamburkan harta (uang)
tanpa ada kemaslahatan atas tindakan tersebut. Allah SWT melarang dan
mengibaratkan orang-orang yang melakukan tabdzîr dengan saudara setan,
sebagaimana terdapat pada Surat Al-Isra’ ayat 26-27 mengenai larangan untuk
bersikap boros :

4
Muchammad Ichsan, Konsep Uang dalam Perspektif Ekonomi Islam, Jurnal Studi Islam,
Vol.21, No. 1 (2020) : 34-35.
5
Al-Ghazali, al-Mustasfâ, Juz I, (Maktabah Syamilah), 438.

6
26 ‫َت ْب ِذيرً ا‬ ْ‫يل َواَل ُت َب ِّذر‬ َ ‫ت َذا ْٱلقُرْ َب ٰى َح َّقهُۥ َو ْٱل ِمسْ ك‬
ِ ‫ِين َوٱب َْن ٱلس َِّب‬ ِ ‫ َو َءا‬.

َ ٰ ‫ان ٱل َّشي‬
27.‫ْطنُ ل َِر ِّبهِۦ َكفُورً ا‬ ِ ِ‫ين َكا ُن ٓو ۟ا ِإ ْخ ٰ َو َن ٱل َّش ٰ َيط‬
َ ‫ين ۖ َو َك‬ َ ‫ِإنَّ ْٱل ُم َب ِّذ ِر‬

“dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan


haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan
janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan
dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada tuhannya.”6

c. Hidup Sederhana (Moderat)

Kesederhanaan diartikan konsumsi moderat yaitu dengan menjauhi pola


konsumsi berlebihan conspicuous consumption atau menjauhi prilaku
bermewah-mewahan. Kesederhanaan adalah jalan tengah dari dua cara
konsumsi yang ekstrim yaitu boros (isrâf) dan kikir (bakhîl). Islam melarang
setiap pemeluknya bermegah-megahan. Kemegahan dalam Islam adalah faktor
utama kerusakan dan kehancuran individu dan masyarakat.

d. Pengeluaran harta (uang) untuk Agama dan Sosial (ad-diniyah dan al-
ijtimâ’iyah)

Islam menerangkan bahwa harta (uang) merupakan milik dan nikmat Allah
SWT yang diberikan kepada manusia. Allah memberikan manusia amanat
untuk mengelola. Manusia berfungsi sebagai khalifah atas harta (uang) milik
Allah SWT. Atas dasar ini, manusia memiliki kewajiban untuk mengeluarkan
harta (uang) untuk kemashlahatan agama dan sosial (masyarakat).

e. Pemanfaatan Harta untuk Masa Depan

Ajaran Islam di dalamnya memuat anjuran untuk memanfaatkan uang


dengan memperhatikan kepentingan hari esok atau masa datang, sebagaimana
Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Hasyr ayat 18:
6
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro,2005), 227.

7
‫ت ل َِغ ۚ ٍد وا َّتقُوا هّٰللا‬
ْ ‫م‬ َّ
‫د‬ َ
‫ق‬ ‫َّا‬
‫م‬ ٌ‫س‬‫ف‬ْ َ
‫ن‬ ْ‫ر‬ ُ
‫ظ‬ ْ
‫ن‬ َ
‫ت‬ ْ
‫ل‬ ‫و‬ ‫ْن ٰام ُنوا ا َّتقُوا هّٰللا‬D ‫ٰ ٓيا َ ُّيها الَّ ِذي‬
َ َ َ َ َ َ َ َ
‫ۗاِنَّ هّٰللا َ َخ ِب ْي ٌر ِۢب َما َتعْ َملُ ْو َن‬
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.7

Ayat tersebut merupakan landasan dari pemanfaatan harta untuk tujuan


investasi di masa datang. Investasi masa datang ini memiliki dua arti yang
harus selalu beriringan yaitu masa depan selama hidup di dunia maupun masa
depan ketika hidup di akhirat.

BAB III

PENUTUP

7
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro,2005), 437.

8
A. Kesimpulan
Dalam ekonomi Islam, secara etimologi uang berasal dari kata al-naqdu-
nuqud. Pengertiannya ada beberapa makna, yaitu al-naqdu yang berarti yang baik
dari dirham, menggenggam dirham, dan al-naqdu juga berarti tunai. Konsep uang
dalam ekonomi Islam berbeda dengan konsep uang dalam ekonomi konvensional.
Dalam ekonomi Islam, konsep uang sangat jelas dan tegas bahwa uang adalah
uang bukan capital. Kisah yang diungkapkan Al-Qur’an dan hadits ini jelas
bahwa penggunaan uang dalam Islam tidaklah dilarang. Bahkan uang dalam Islam
sudah digunakan sejak ribuan tahun sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Artinya konsep penemuan uang sebagai alat dalam perdagangan tidak
bertentangan dengan prinsip Islam.

Uang itu menurut ekonomi Islam harus selalu mengalir dalam


perekonomian umat. Hal ini dikenal dengan flow concept, bukan stock concept.
Menurut flow concept, karena uang merupakan public goods (barang milik publik)
dan tidak boleh berubah menjadi private goods (barang milik pribadi), maka uang
harus selalu mengalir dan beredar di tengah-tengah masyarakat untuk
menghidupkan perekonomian mereka. Di dalam Al-Qur’an dan Hadist telah diatur
juga cara pemberdayaan uang, diantaranya sebagai berikut:

1) Menentukan prioritas pemanfaatan harta (uang)


2) Menghindari tabdzîr dan isrâf dalam menggunakan harta (uang)
3) Hidup sederhana (moderat)
4) Pengeluaran harta (uang) untuk agama dan sosial (ad-diniyah dan al-
ijtimâ’iyah)
5) Pemanfaatan harta untuk masa depan

B. Saran

Demikian makalah ini kami buat, semoga bermanfaat dan menambah


wawasan bagi pembaca. Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih
banyak kekurangan. Kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat melengkapi
makalah ini agar lebih sempurna.

9
DAFTAR PUSTAKA

Agama, Departemen. Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro,2005).


Al-Ghazali, al-Mustasfâ, Juz I, (Maktabah Syamilah).
Huda, Nurul dkk., Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis, (Jakarta: Kencana,
2008).
Ichsan, Muchammad. Konsep Uang dalam Perspektif Ekonomi Islam, Jurnal Studi
Islam, Vol.21, No. 1 (2020).

10
Ilyas, Rahman. Konsep Uang dalam Perspektif Ekonomi Islam, Jurnal Bisnis dana
Manajemen Islam, Vol.4 No.1 (2016).

11

Anda mungkin juga menyukai