Disusun oleh
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Swt atas segala karunia rahmat dan
nikmat-Nya mampu menyelesaikan makalah Keuangan Publik Islam. Shalawat serta salam tak
lupa kami panjatkan kepada junjungan umat Islam yaitu Nabi Muhammad SAW beserta
keluarganya, sahabatnya, dan pengikutnya yang istiqomah hingga akhir zaman.
Kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah
membantu penyusunan makalah ini. Khususnya kepada dosen mata kuliah Keuangan Publik
Islam. Serta peran teman-teman yang terlibat dalam proses penyusunan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca mengenai
“Kebijakan Pengentasan Kemiskinan Dalam Islam”.
Kami menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat di dalam makalah ini.Oleh
karena itu kami sangat membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
agar kedepannya makalah ini bisa menjadi lebih baik lagi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB 1 ........................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................................. 2
BAB 2 ........................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 3
A. Fungsi Uang Dalam Perspektif Ekonomi Islam............ Error! Bookmark not defined.
B. Fungsi Uang Dalam Perspektif Ekonomi Islam.............................................................. 6
C. Teori Inflasi Menurut Al-Maqrizi ................................................................................... 8
D. Dampak dari Inflasi....................................................................................................... 11
E. Kebijakan Pemerintah dalam mengatasi dampak Inflasi .............................................. 11
BAB 3 ...................................................................................................................................... 13
PENUTUP............................................................................................................................... 13
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 13
B. Saran.............................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 15
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sejarah peradaban Islam, uang merupakan sesuatu yang diadopsi dari peradaban
Romawi dan Persia.Hal ini dimungkinkan karena penggunaan dan konsep uang tidak
bertentangan dengan ajaran Islam.Dinar adalah mata uang emas yang diambil dari Romawi dan
dirham adalah mata uang perak warisan peradaban Persia.Penggunaan emas dan perak sebagai
mata uang atau sebagai harta dan lambang kekayaan yang disimpan telah dijelaskan di dalam
Al-Qur’an dan Hadits. Uang dalam sistem perekonomian manapun memiliki fungsi utama
sebagai alat tukar (medium of exchange).Dari fungsi utama tersebut muncul fungsi-fungsi
turunan lainnya seperti uang sebagai pembakuan nilai (standar of value), penyimpan kekayaan
(store of value), satuan penghitungan (unit of account) dan pembakuan pembayaran tangguh
(standard of deferred payment).Dalam sistem ekonomi konvensional, uang tidak hanya
berfungsi sebagai alat tukar yang sah (legal lender) melainkan juga sebagai
komoditas.Sedangkan dalam sistem ekonomi Islam, uang hanyalah sebagai alat tukar (medium
of exchange) dan bukan suatu komoditas yang bisa diperjualbelikan.
Inflasi di dunia ekonomi modern sangat memberatkan masyarakat. Hal ini dikarenakan
inflasi dapat mengakibatkan lemahnya efisiensi dan produktifitas ekonomi investasi, kenaikan
biaya modal, dan ketidakjelasan ongkos serta pendapatan di masa yang akan datang.
Keberadaan permasalahan inflasi dan tidak stabilnya sektor riil dari waktu ke waktu senantiasa
menjadi perhatian sebuah rezim pemerintahan yang berkuasa serta otoritas moneter. Lebih dari
itu, ada kecendrungan inflasi dipandang sebagai permasalahan yang senantiasa akan terjadi.
Masalah inflasi adalah masalah yang selalu terjadi di dalam suatu negara bukan hanya di
negara maju tetapi juga di negara berkembang. Inflasi juga terjadi di negara kita sendiri
(Indonesia). Bahkan saat ini Indonesia sedang mengalami inflasi. Halini ditandaidengan
naiknya harga-harga kebutuhan pokok seperti gula, kopi dan beras. Saat iniada wacana
pemerintah untuk menaikan harga rokok menjadi Rp. 50.000. per bungkus. Hal ini jelas
berdampak pada pola konsumsi masyarakat terutama yang mengkonsumsi rokok. Dampak
yang lebih lanjut adanya kenaikan harga rokok ini adalah perusahaan-perusahaan yang
memproduksi rokok kemungkinan akan melakukan PHK (pemutusan hubungan kerja). Hal ini
dilakukan untuk memperkecil biaya produksi. Tentu saja hal ini mengakibatkan tingkat
pengangguran semakin tinggi. Ketakutan akan kehilangan pekerjaan jelas membayangi para
pekerja yang bekerja pada perusahaan-perusahaan rokok ini. Lebih jauh lagi pengangguran
1
2
1Resti Susanti, Sejarah Transformasi Uang dalam Islam (Jurnal Aqlam, Vol. 2 No. 1, Juni 2017) hlm.
35-36.
3
4
seluruh harta agar seluruh harta bisa diukur dengan keduanya. Dikatakan, unta ini menyamai
100 dinar, sekian ukuran minyak za’faran ini menyamai 100. Keduanya kira-kira sama
dengan satu ukuran, maka keduanya bernilai sama.
2. Uang sebagai media transaksi
Uang menjadi media transaksi yang sah yang harus diterima oleh siapa pun bila ia
ditetapkan oleh negara. Inilah perbedaan uang dengan media transaksi lain seperti cek. Berlaku
juga cek sebagai alat pembayaran karena penjual dan pembeli sepakat menerima cek sebagai
alat bayar. Begitu pula dengan kartu debet, kartu kredit dan alat bayar lainnya. Pihak yang
dibayar dapat saja menolak penggunaan cek atau kartu kredit sebagai alat bayar sedangkan
uang berlaku sebagai alat pembayaran karena negara mensahkannya.
3. Uang sebagai media penyimpanan nilai
Al-Ghazali pernah menjelaskan bahwa karena disebabkan oleh jual beli, muncul
kebutuhan terhadap dua mata uang. Seseorang yang ingin membeli makanan dengan baju, dari
mana dia mengetahui ukuran makanan dari nilai baju tersebut. Jual beli terjadi pada jenis
barang yang berbeda-beda seperti dijual baju dengan makanan dan hewan dengan baju.
Ibnu khaldun juga mengisyaratkan uang sebagai alat simpanan. Ia menyatakan,
kemudian Allah Ta’ala menciptakan dari dua barang tambang, emas dan perak sebagai nilai
untuk setiap harta. Dua jenis ini merupakan simpanan dan perolehan orang-orang di dunia
kebanyakannya.
Dalam sejarah kegiatan ekonomi, pentingnya keberadaan uang ditegaskan oleh
pendapat Rasulullah Saw. yang menganjurkan dan menyebutkan bahwa perdagangan yang
lebih baik (Adil) adalah perdagangan yang menggunakan mendia uang (dinar atau dirham),
bukan pertukaran barang (barter) yang dapat menimbulkan riba ketika terjadi pertukaran
barang sejenis yang berbeda mutu.2
Konsep uang dalam Islam tidak mengenai istilah untuk spekulasi. Islam juga melarang
penimbunan yang tidak diproduktifkan, karena hal ini akan mengurangi peredaran uang pada
masyarakat. Oleh sebab itu, Islam menjelaskan uang mesti diedarkan, sehinggga ia dapat
mendapatkan keuntungan. Oleh karena itu, uang sebaiknya digunakan untuk diinvestasikan
pada sector riil.
Di sisi lain, dalam perekonomia Islam, uang dipandang sebagai flow. Dimana uang akan
menemukan maknanya jika masuk ke dalam aliran perekonomian melalui fungsinya sebagai
2
Emily Nur Saidy, Uang dalam Tinjauan Ekonomi Islam (Jurnal Laa Maisyir, Vol. 6, No. 2, Desember
2017) hlm. 36-37.
5
alat tukar. Semakin cepat uang berputar akan semakin banyak transaksi yang terjadi yang pada
gilirannya akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Flow concept dalam Islam brkaitan dengan
fungsi waktu.
B. Sistem Uang Logam dan Kertas
3 Logam dipilih karena mempunyai ciri-ciri antara lain memiliki nilai tinggi, digemari
banyak orang, mudah dipecah tanpa mengurangi nilai, berdaya tahan lama, tidak cepat rusak,
dan mudah dipindahkan karena lebih ringan. Logam yang memiliki ciriciri tersebut adalah
emas dan perak, sehingga keduanya layak untuk dijadikan alat tukar.
Selain itu, uang emas dan perak mempunyai kelebihan lain yaitu uang emas dan perak
disebut dengan uang penuh (full body money). Artinya, nilai intrinsik (nilai bahan) uang sama
dengan nilai nominalnya (nilai yang tercantum pada mata uang tersebut). Setelah uang logam
digunakan dalam jangka yang lama, timbul kesulitan lain yaitu bahwa uang logam emas dan
perak itu, karena jumlahnya yang terbatas, semakin kewalahan memenuhi transaksi yang
semakin berkembang.
Oleh karena itu, untuk mengatasinya dibuatlah uang kertas. Uang kertas pada asalnya
merupakan bukti kepemilikan emas dan perak yang berperan sebagai alat atau perantara
transaksi. Dengan demikian, uang kertas yang berlaku dan beredar pada waktu itu dijamin
100% dengan emas dan perak yang disimpan di pandai emas dan perak.
Ketika uang logam masih digunakan sebagai uang resmi dunia, ada beberapa pihak yang
melihat peluang meraih keuntungan dari kepemilikan mereka atas emas dan perak. Pihak
tersebut adalah bank, orang yang meminjamkan uang dan pandai emas atau took-toko
perhiasan. Mereka melihat bukti peminjaman, penyimpanan atau penitipan emas dan perak di
tempat mereka juga bisa diterima di pasar.
Berdasarkan hal itu pandai emas dan bank mengeluarkan surat (uang kertas) dengan nilai
yang besar dari emas dan perak yang dimilikinya. Karena kerta ini didukung oleh kepemilikan
atas emas dan perak, masyarakat umum menerima uang kertas itu sebagai alat tukar. Jadi aspek
penerimaan masyarakat secara luas dan umum berlaku, sehingga menjadikan uang kertas
sebagai alat tukar yang sah.4
Ini kemudian berlanjut sampai uang kertas berlaku sebagai alat tukar yang dominan dan
semua sistem perekonomian menggunakannya sebagai alat tukar utama. Bahkan sekarang uang
yang dikeluarkan oleh bank sentral tidak lagi didukung oleh cadangan emas.
3
Ibid., hlm. 31.
4
Muchammad Ichsan, Konsep Uang dalam Perspektif Islam (Jurnal Profetika Studi Islam, Vol. 21 No.
1, 2022) hlm. 29.
6
Ada beberapa keuntungan penggunaan uang kertas, diantaranya biaya pembuatan rendah,
pengirimannya mudah, penambahan dan pengurangan lebih mudah dan cepat, serta dapat
dipecah-pecahkan dalam jumlah berapa pun.
Keunggulan dinar dan dirham menurut Al-Ghazali dan Ibnu Taimiyah:
a. Emas dan perak memiliki nilai yang stabil.
b. Dinar dan dirham memiliki nilai intrinsik dan nominal yang proporsional.
c. Penggunaan dinar dan dirham yang terbuat dari emas dan perak murni tidak
mengakibatkan terjadinya kerusakan ekonomi dan inflasi sebagaimana penggunaan zaif
(dinar dan dirham imitasi) dan mata uang fulus
d. Emas dan perak memiliki daya tahan yang kuat, tidak mudah rusak.
C. Fungsi Uang Dalam Perspektif Ekonomi Islam
5 Dalam sistem ekonomi Islam, uang hanya berfungsi sebagai media/alat pertukaran
(medium of exchange) dan sebagai standar ukuran harga (unit of account).Sedangkan fungsi
uang sebagaipenyimpan nilai (store of value) dan standar pembayaran di masa mendatang
(standard of deffered payment) masih diperdebatkan oleh ahli ekonomi Islam.
1) Uang sebagai satuan nilai atau standar harga (unit of account) Uang adalah satuan
nilai atau standar ukuran harga dalam transaksi barang dan jasa. Dengan adanya uang sebagai
satuan nilai akan memudahkan terlaksananya transaksi dalam kegiatan ekonomi masyarakat.
Uang sebagai standar nilai harus memiliki kekuatan dan daya beli yang bersifat tetap agar dapat
berfungsi sebagaimana mestinya. Al-Ghazali berpendapat bahwa, uang adalah ibarat cermin,
dalam artian uang berfungsi sebagai ukuran nilai yang dapat merefleksikan harga benda yang
ada di hadapannya.Dengan demikian jelaslah bahwa uang tidak dibutuhkan untuk uang itu
sendiri, karena uang tidak mempunyai harga tetapi uang sebagai alat untuk menghargai semua
barang.
Ibnu Taimiyah (1263-1328) menjelaskan bahwa, uang berfungsi sebagai alat ukur nilai
dan alat pertukaran.Melalui uang sejumlah benda dapat diketahui nilainya. Uang bukan
ditujukan untuk dirinya sendiri akan tetapi sebagai untuk mengukur nilai benda atau dibayar
sebagai alat tukar benda lain. Pemikiran Ibnu Taimiyah ini kembali dimunculkan setelah dua
setengah abad kemudian oleh pakar ekonomi modern Sir Thomas Gresham (1519-1579) yang
terkenal dengan Hukum Gresham.
5
Faisal Affandi. 2020. Fungsi Uang dalam Perspektif EKonomi Islam. Jurnal Ekonomi Syraiah Vol. 1
No. 1
7
2) Uang sebagai alat tukar (medium of exchange) Uang sebagai alat tukar menukar
yang digunakan setiap individu untuk transaksi barang dan jasa. Misalnya seseorang yang
memiliki kelapa untuk memenuhi kebutuhannya terhadap beras, maka ia cukup menjual
kelapanya dengan menerima uang sebagai gantinya. Kemudian ia dapat membeli beras yang ia
butuhkan dengan uang tersebut. Seperti itulah uang berfungsi sebagai alat tukar pada setiap
transaksi dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup manusia.Fungsi uang sebagai alat tukar
dalam setiap kegiatan dalam kehidupan modern ini menjadi satu hal yang sangat penting.
Seseorang tidak akan mampu untuk memproduksi setiap barang kebutuhan hariannya, karena
keahlian manusia berbeda-beda. Pada kondisi itulah uang memegang peranan yang sangat
penting agar manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan mudah.
3) Uang sebagai alat penyimpan kekayaan (store of value atau store of wealth) Uang
sebagai penyimpan kekayaan maksudnya adalah bahwa orang yang mendapatkan uang
terkadang tidak mengeluarkan seluruhnya dalam satu waktu, akan tetapi ia akan sisihkan
sebagian atau disimpan untuk membeli barang atau jasa yang ia butuhkan pada waktu yang ia
inginkan. Hal ini disebabkan motif yang mempengaruhi seseorang untuk mendapatkan uang di
samping untuk transaksi juga untuk berjaga-jaga dari kemungkinan yang terduga. Di kalangan
ekonom Islam terjadi perbedaan pendapat terkait fungsi uang sebagai alat penyimpan kekayaan
(store of value atau store of wealth).Mahmud Abu Su’ud berpendapat bahwa uang sebagai alat
penyimpan kekayaan adalah ilusi yang batil, karena uang tidak bisa dianggap sebagai
komoditas layaknya barang-barang pada umumnya. Uang sama sekali tidak mengandung nilai
pada bendanya. Uang hanya sebagai alat tukar beredar untuk proses tukar-menukar. Pendapat
ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh al-Ghazali bahwa uang ibarat cermin yang hanya
dapat menilai sesutau yang ada di depannya namun tidak dapat menilai dirinya sendiri.
4)Uang sebagai standar pembayaran tunda (standard of deferred payment) Sebagian
ahli ekonomi, berpendapat bahwa, uang adalah unit ukuran dan standar untuk pembayaran
tunda. Misalnya transaksi terjadi pada waktu sekarang dengan harga tertentu, tetapi uang
diserahkan pada masa yang akan datang. Untuk itu dibutuhkan standar ukuran yang digunakan
untuk menentukan harga. Ahmad Hasan menyatakan bahwa, uang sebagai ukuran dan standar
pembayaran tunda tidak bisa diterima.Jika yang dimaksudkan adalah menunda pembayaran
harga, maka yang ditunda adalah uang.Bagaimana mungkin dikatakan bahwa uang adalah
ukuran dan standar pembayaran tunda?, karena uang menjadi standar uang.Jadi, tidak tepat
ungkapan yang menyatakan bahwa uang adalah standar pembayaran tunda karena fungsi ini
merupakan pengulangan (tahsilul hasil) terhadap fungsi uang sebagai standar nilai.Uang adalah
ukuran dan standar harga komoditas dan jasa baik bersifat tunai atau tunda
8
6
Awaluddin. 2017. Inflasi Dalam Prespektif Islam (ANALISIS TERHADAP PEMIKIRAN AL-
MAQRIZI). Jurnal Ilmiah Syariah Vol. 16 No. 2
9
pejabat dan para pemilik tanah terhadap petani menjadi lebih besar dan intensif. Frekuensi
berbagai pajak untuk pemeliharaan bendungan dan pekerjaan- pekerjaan yang serupa semakin
meningkat, konsekuensinya biaya-biaya untuk penggarapan tanah, penaburan benih,
pemungutan hasil panen dan sebagainya meningkat.
Dengan kata lain, panen padi yang dihasilkan pada kondisi ini membutuhkan biaya yang
lebih besar hingga melebihi jangkauan para petani. Kenaikan harga-harga tersebut terutama
benih padi hampir mustahil mengalami penurunan karena sebagian besar benih padi dimiliki
oleh para pejabat yang sangat haus kekayaan Akibatnya para petani kehilangan motivasi untuk
bekerja dan memproduksi. Mereka lebih memilih meninggalkan tempat tinggal dan
pekerjaannya daripada harus hidup dalam penderitaan untuk kemudian menjadi pengembara di
daerah-daerah pedalaman. Dengan demikian, terjadi penurunan jumlah tenaga kerja dan
peningkatan lahan tidur yang akan mempengaruhi tingkat hasil produksi serta hasil bumi
lainnya, dan pada akhirnya menimbulkan kelangkaan bahan makanan serta meningkatnya
harga-harga.
5. Peningkatan Sirkulasi Mata Uang Fulus
Seperti yang telah disinggung diatas, pada awalnya mata uang fulus yang mempunyai nilai
intrinsik jauh lebih kecil dibandingkan dengan nilai nominalnya dicetak sebagai alat transaksi
untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup sehari-hari yang tidak signifikan. Oleh sebab itu
jumlah mata uang ini sangat sedikit yang terdapat dalam peredaran. Ketika terjadi deficit
anggaran sebagai akibat dari prilaku buruk dari para pejabat yang menghabiskan uang Negara
untuk berbagai kepentingan pribadi dan kelompoknya, akhirnya pemerintah melakukan
pencetakan uang fulus secara besar-besaran. Menurut AlMaqrizi, kegiatan tersebut semakin
meluas pada saat ambisi pemerintah untuk memperoleh keuntungan yang besar dari pencetakan
mata uang yang tidak membutuhkan biaya produksi yang tinggi sehingga semakin tidak
terkendali. Sebagai penguasa, mereka mengeluarkan maklumat yang memaksa masyarakat
untuk menggunakan mata uang itu. Jumlah fulus yang dimiliki masyarakat semakin besar dan
sirkulasinya mengalami peningkatan yang sangat tajam sehingga fulus menjadi mata uang yang
dominan (Karim, 2002: p).
Lebih jauh, Al-Maqrizi menyatakan bahwa kebijakan pemerintah tersebut berimplikasi
terhadap keberadaan mata uang yang lainnya. Seiring dengan keuntungan besar yang diperoleh
dari pencetakan fulus, pemerintah menghentikan pencetakan perak sebagai mata uang. Bahkan
sebagai salah satu implikasi gaya hidup para pejabat, sejumlah dirham yang dimilki oleh
masyarakat dilebur menjadi perhiasan. Sebagai hasilnya, mata uang dirham mengalami
11
kelangkaan dan menghilang dari peredaran, sementara itu mata uang dinar masih terdapat
dalam peredaran meskipun hanya dimilki oleh beberapa gelintir orang.
E. Dampak dari Inflasi
7 Menurut para ekonom Islam, inflasi sangat berakibat buruk bagi perekonomian karena:
1. Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi tabungan (nilai
simpan), fungsi dari pembayaran dimuka, dan fungsi dari unit penghitungan. Orang harus
melepaskan diri dari uang dan aset keuangan akibat dari beban inflasi tersebut. Inflasi juga
telah mengakibatkan terjadinya inflasi kembali atau dengan kata lain self feding inflation.
2. Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari masyarakat (turunnya
marginal propensity to save).
3. Meningkatkan kecendrungan untuk berbelanja terutama untuk non primer dan barng barang
mewah (naiknya marginal propensity to consume).
4. Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non produktif yaitu penumpukan kekayaan
(hoarding seperti tanah, bangunan, logam mulia, mata uang asing dengan mengorbankan
investasi kearah produktif seperti pertaniaan, industrial, perdagangan, transportasi, dan lainnya.
F. Kebijakan Pemerintah dalam mengatasi dampak Inflasi
Inflasi tentunya harus diatasi dan untuk mengatasinya dapat dilakukan pemerintah
dengan cara melakukan beberapa kebijakan yang menyangkut bidang moneter , fiskal, dan non
moneter.
a. Kebijakan Moneter Kebijakan moneter adalah kebijakan yang bertujuan untuk
meningkatkan pendapatan nasional dengan cara mengubah jumlag uang yang beredar.Untuk
menjalankan kebijakan ini Bank Indonesia melakukan beberapa kebijakan yaitu :
1. Politik Diskonto yang ditujukan untuk menaikan tingkat bunga karena dengan bunga kredit
tinggi maka aktivitas ekonomi menggunakan dana pinjaman akan tertahan karena modal
pinjaman menjadi mahal.
2. Politik pasar terbuka (open market operation), dilakukan dengan cara menawarkan surat
berharga ke pasar modal.
3. Cash Ratio artinya cadangan yang diwajibkan oleh Bank Sentral kepada bank-bank umum
yang besarnya tergantung kepada keputusan dari bank sentral/pemerintah.
b. Kebijakan Fiskal Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang berhubungan dengan finansial
(penerimaan dan pengeluaran) pemerintah. Bentuk kebijakan ini antara lain :
7
Fadilla. 2017. Perbandingan Teori Inflasi Dalam Perspektif Islam Dan Konvensional. Islamic
Banking Vol. 2 No. 2
12
13
14
B. Saran
Demikian makalah yang penulis buat. Penulis harap apa yang telah penulis paparkan dalam
laporan ini dapat bermanfaat baik untuk pembaca maupun untuk diri penulis sendiri. Penulis
juga mengharapkan kritik beserta saran yang membangun guna memperbaiki penyusunan
laporan dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Faisal Affandi. 2020. Fungsi Uang dalam Perspektif EKonomi Islam. Jurnal Ekonomi Syraiah
Vol. 1 No. 1
Fadilla. 2017. Perbandingan Teori Inflasi Dalam Perspektif Islam Dan Konvensional. Islamic
Banking Vol. 2 No. 2
Awaluddin. 2017. Inflasi Dalam Prespektif Islam (ANALISIS TERHADAP PEMIKIRAN AL-
MAQRIZI). Jurnal Ilmiah Syariah Vol. 16 No. 2
Resti Susanti, Sejarah Transformasi Uang dalam Islam (Jurnal Aqlam, Vol. 2 No. 1, Juni 2017)
Emily Nur Saidy, Uang dalam Tinjauan Ekonomi Islam (Jurnal Laa Maisyir, Vol. 6, No. 2,
Desember 2017)
Muchammad Ichsan, Konsep Uang dalam Perspektif Islam (Jurnal Profetika Studi Islam, Vol.
21 No. 1, 2022)
15