Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah Pendidikan agama islam ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.
Penyusun Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN……………….……………………………………………………1
3.1 Kesimpulan.……….…………………………………..…………………….…….21
iii
BAB I PENDAHULUAN
Abstrak: Islam memiliki kebijakan moneter tersendiri yang berbeda dengan dan
equilibrium antara permintaan dan penawaran uang akan tetapi juga mengupayakan
terjadinya pemerataan dengan prinsip keadilan dan persaudaraan, sehingga tercipta
distribusi kekayaan dan pendapatan secara adil pula. Pada aspek menejemen,
dengan tidak berlakunya bunga, Islam memilki perbedaan yang besar dengan
sistem konvensional, dan secara tidak langsung, terhindar dari dampak buruk sistim
bunga. Spekulasi yang merupakan “Hantu” pada sistim konvensional, aspek
terbesar yang memberikan kontribusi pada krisis moneter selama ini, kalaulah tidak
hilang, dapat diminimalisir penerapan pro l and los Sharing pada nansial
intermediation dapat menciptakan perekonomian yang lebih stabil, karena dapat
meminimalisasi pemanfaatan agregeat money demand untuk kegiatan yang non
esensial dan non produktif, sehingga efesiensi dan pemerataan pemanfaatan
sumber daya dapat ditingkatkan dan ketidak seimbangan makro ekonomi.
Uang adalah sesuatu yang dapat diterima secara umum sebagai alat
pembayaran hutang atau alat untuk melakukan pembelian barang dan jasa. Dengan
kata lain, uang merupakanUang merupakan suatu alat tukar yang
dipergunakansecara sah di suatu wilayah atau negara tertentu sebagai
bentukefisiensi dan fleksibelitas dalam melakukan transaksi pembelianbarang dan
pengupahan atas suatu jasa. Perkiraan nilai barangdan jasa di negara manapun
dinyatakan dengan satuan-satuantertentu. Satuan inilah yang menjadi standart yang
dapatdipergunakan untuk mengukur nilai guna barang atau jasa.Satuan ini menjadi
alat tukar yang disebut uang.Menurut al-Gaza>li>, uang memiliki peran penting
dalamkegiatan perekonomian. Uang merupakan salah satu nikmatAllah SWT dan
penopang kehidupan dunia. Karena itu uangIh}ya>’ Ulu>m al-Di>n, al-Gaza>li>
menyatakan bahwa salah satu
nikmat allah adalah telah diciptakannya dinar dan dirham sehingga dengan
keduanya tegakllah dunia. Dinar dan dirham.
1
1.2 Rumusan masalah
Bagaimana Kebijakan Moneter Berbasis Prinsip- Prinsip dalam islam?
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengaruh moneter terhadap kehidupan social menurut kajian studi islam
3
aspek teknis, kebijakan moneter Islam harusbebas dari unsur riba dan
bunga bak. Dalam
Dalam aspek teknis, kebijakan moneter Islam harus bebas dari unsur riba
dan bunga bak. Dalam Islam riba, yang termasuk didalamnya bunga bank
diharamkan secara tegas.Dengan adannya pengharaman ini maka bunga bank
yang dalam ekonomi kapitalis menjadi instrument utama manajemenmoneter
menjadi tidak berlaku lagi. Menejement moneter dalam Islam didasarkan pada
prinsip bagi hasil.
5
dinasti Abbasiyah (132/750-656/1258) berada pada kisaran 1:15. Di samping
nilai tukar pada dua pemerintahan ini, pada masa yang lain nilai tukar dinar dan
dirham mengalami berbagai fluktuasi, dengan nilai paling rendah pada level 1:35
sampai 1:50.
Instabilitas dalam nilai tukar uang ini akan mengakibatkan terjadinya uang
kualitas buruk akan menggantikan uang kualitas baik (bad coins to drive good
coins out of circulations), yang dalam literatur konvensional peristiwa ini disebut
dengan hukum Gresham. Seperti yang pernah terjadi pada masa pemerintahan
Bani Mamluk (1263-1328 M), dimana mata uang logam yang beredar terbuat dari
fulus (tembaga) mendesak keberadaan uang logam emas dan perak. Peristiwa
ini terjadi saat uang dari jenis emas (dinar) dan perak (dirham) menghilang dari
peredaran karena adanya perbedaan nilai kurs dengan daerah lain. Sebagai
contoh, bila kurs di wilayah pemerintahan Mamluk adalah 1:20 (1 emas banding
20 fulus tembaga), sedangkan daerah lain adalah 1:25, maka emas (dinar) yang
ada di daerah Mamluk akan dibawa ke wilayah lain yang akan dapat ditukarkan
dengan 25 fulus. Tentu saja perbedaan nilai ini akan mengakibatkan emas di
peredaran akan menghilang.
Perkembangan emas sebagai standar dari uang beredar mengalami tiga kali
evolusi, yaitu:
1. The gold coin standard, di mana logam emas mulia sebagai uang yang aktif
dalam peredaran,
2. The gold bullion standard, di mana logam emas bukanlah alat tukar yang
beredar, namun otoritas moneter menjadikan logam emas sebagai parameter
dalam menentukan nilai tukar uang yang beredar,
3. The gold exchange standard, di mana otoritas moneter menentukan nilai
tukardomestic currency dengan foreign currency yang mampu diback-
up secara penuh oleh cadangan emas yang dimiliki.
6
Taimiyah mengingatkan bahwa penggunaan uang ini akan mengakibatkan
hilangnya uang dinar dan dirham dari peredaran. Sementara Imam Al-Ghazali
memperbolehkan penggunaan uang yang tidak dikaitkan dengan emas dan
perak selama pemerintah mampu menjaga nilainya.
Hal ini membawa kita kepada dua pertanyaan yang saling berkaitan,
mengenai siapa yang berhak mengeluarkan uang fiducier dan bagaimana
stabilitas nilai uang tersebut dapat dicapai dalam sistem keuangan tanpa bunga.
Secara umum, para fuqaha telah menyepakati bahwa hanya otoritas yang
berkuasa saja yang berhak untuk mengeluarkan uang, dan pemerintah wajib
menjamin terciptanya kestabilan nilai uang tersebut. Dalam hal ini, Al-Ghazali
mensyaratkan pemerintah untuk Menyatakan uang fiducier yang dicetak sebagai
alat pembayaran resmi. Wajib menjaga nilainya dengan mengatur jumlah uang
yang beredar sesuai dengan kebutuhan Memastikan tidak adanya perdagangan
uang. Keberadaan uang dalam sebuah perekonomian memberikan arti yang
sangat penting. Ketidakadilan dari alat ukur yang diakibatkan adanya instabilitas
nilai tukar uang, akan mengakibatkan perekonomian tidak berjalan pada titik
keseimbangan. Hal ini akan semakin mempersulit untuk merealisasikan keadilan
dalam sosial ekonomi dan kesejahteraan sosial. Ibnu Khaldun menyatakan
bahwa suatu negeri tidak akan mungkin mampu melakukan pembangunan
secara berkesinambungan tanpa adanya keadilan dalam sistem yang dianutnya.
7
Ada tiga instrument utama yang digunakan untuk mengatur jumlah uang yang
beredar:
Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara
menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter
dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar.
Kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan meningkatkan daya
beli masyarakat (permintaan masyarakat) pada saat perekonomian mengalami
resesi atau depresi. Kebijakan ini disebut juga kebijakan moneter longgar (easy
money policy)
Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar.
Kebijakan ini dilakukan pada saat perekonomian mengalami inflasi. Disebut juga
dengan kebijakan uang ketat (tight money policy).
Berkenaan dengan mata uang, Islam memiliki pandangan yang khas. Abdul
Qodim Zallum mengatakan bahwa sistem moneter atau keuangan adalah
sekumpulan kaidah pengadaan dan pengaturan keuangan dalam suatu negara.
Yang paling penting dalam setiap sistem keuangan adalah penentuan satuan
8
dasar keuangan (al-wahdatu al-naqdiyatu alasasiyah) dimana kepada satuan itu
dinisbahkan seluruh nilai-nilai berbagai mata uang lain. Apabila satuan dasar
keuangan itu adalah emas, maka sistem keuangan/moneternya dinamakan
sistem uang emas. Apabila satuan dasarnya perak, dinamakan sistem uang
perak. Bila satuan dasarnya terdiri dari dua satuan mata uang (emas dan perak),
dinamakan sistem dua logam. Dan bila nilai satuan mata uang tidak dihubungkan
secara tetap dengan emas atau perak (baik terbuat dari logam lain seperti
tembaga atau dibuat dari kertas), sistem keuangannya disebut sistem fiat
money. Dalam sistem dua logam, harus ditentukan suatu perbadingan yang
sifatnya tetap dalam berat maupun kemurnian antara satuan mata uang emas
dengan perak. Sehingga bisa diukur masing-masing nilai antara satu dengan
lainnya, dan bisa diketahui nilai tukarnya. Misalnya, 1 dinar emas syar'i bertanya
4,25 gram emas dan 1 dirham perak syar'iy beratnya 2,975 gram perak.
Sistem uang dua logam inilah yang diadopsi oleh Rasulullah SAW. Ketika itu
kendati menggunakan sistem uang dua logam, Rasulullah SAW memang tidak
mencetak dinar dan dirham emas sendiri, tapi menggunakan dinar Romawi dan
dirham Persia (ini juga menunjukkan bahwa sistem uang dua logam tidak
eksklusif hanya dilakukan oleh ummat Islam). Demikian seterusnya, sistem dua
logam itu diterapkan oleh para khalifah hingga masa Khalifah Abdul Malik bin
Marwan (79H). Baru di masa itulah dicetak dinar dan dirham khusus dengan
corak Islam yang khas.
Dengan cara itu, nilai nominal dan nilai intrinsik dari mata uang dinar dan
dirham akan menyatu. Artinya, nilai nominal mata uang yang berlaku akan dijaga
oleh nilai instrinsiknya (nilai uang itu sebagai barang, yaitu emas atau perak itu
sendiri), bukan oleh daya tukar terhadap mata uang lain. Maka, seberapapun
misalnya dollar Amerika naik nilainya, mata uang dinar akan mengikuti senilai
dollar menghargai 4,25 gram emas yang terkandung dalam 1 dinar. Depresiasi
(sekalipun semua faktor ekonomi dan non ekonomi yang memicunya ada) tidak
akan terjadi. Sehingga gejolak ekonomi seperti sekarang ini Insya Allah juga
tidak akan terjadi. Penurunan nilai dinar atau dirham memang masih mungkin
terjadi.
9
Yaitu ketika nilai emas yang menopang nilai nominal dinar itu, mengalami
penurunan (biasa disebut inflasi emas). Diantaranya akibat ditemukannya emas
dalam jumlah besar. Tapi keadaan ini kecil sekali kemungkinannya, oleh karena
penemuan emas besar-besaran biasanya memerlukan usaha eksplorasi dan
eksploitasi yang disamping memakan investasi besar, juga waktu yang lama.
Tapi, andaipun hal ini terjadi, emas temuan itu akan segera disimpan menjadi
cadangan devisa negara, tidak langsung dilempar ke pasaran. Secara demikian
pengaruh penemuan emas terhadap penurunan nilai emas di pasaran bisa
ditekan seminimal mungkin.Disinilah pentingnya ketentuan emas sebagai milik
umum harus dikuasai oleh negara.S
Secara syar'i pemanfaatan sistem mata uang dua logam juga selaras dengan
sejumlah perkara dalam Islam yang menyangkut uang. Diantaranya tentang
nisab zakat harta yang 20 dinar emas dan 200 dirham perak, larangan menimbun
harta (kanzu al-mal,bukan idzkaratau saving)dimana harta yang dimaksud disitu
adalah emas dan perak, sebagaimanan disebut dalam Surah At Taubah 34. Juga
berkaitan dengan ketetapan besarnya diyat dalam perkara pembunuhan
(sebesar 1000 dinar) atau batas minimal pencurian (1/4 dinar) untuk dapat
dijatuhi hukuman potong tangan. Itu semua menunjukkan bahwa standar
keuangan (monetarystandard) dalam sistem keuangan Islam adalah uang emas
dan perak.
Untuk menuju sistem uang dua logam, Abdul Qodim Zallum menyarankan
sejumlah hal. Diantaranya, menghentikan pencetakan uang kertas dan
menggantinya dengan uang dua logam dan menghilangkan hambatan dalam
ekspor dan impor emas. Pemanfaatan emas sebagai mata uang tentu akan
mendorong eksplorasi dan eksploitasi emas (mungkin secara besar-besaran)
untuk mencukupi kebutuhan transaksi yang semakin meningkat.
10
merupakan jaringan yang penting dan mempengaruhi sektor riil. Kebijakan
moneter merupakan instrument penting dari kebijakan publik dalam sistem
ekonomi. Kebijakan moneter dalam Islam bertujuan;11 1. Kesejahteraan ekonomi
dengan kesempatan kerja penuh Tujuan ini erat kaitannya dengan maqosid
shar’iyah. Kesejahteraan ekonomi mengambil bentuk terpenuhinya semua
kebutuhan pokok manusia, hapusnya semua sumber utama kesulitan dan
peningkatan kwalitas hidup secara moral dan material. Juga terciptanya suatu
lingkungan ekonomi dimana kholifah Alloh mampu memanfaatkan waktu,
kemampuan fisik dan mentalnya bagi pengayaan diri, keluarga dan
masyarakatnya. Kesejahteraan bukanlah memaksimalkan kekayaan dan
konsumsi untuk diri sendiri tanpa menghiraukan orang lain, atau untuk kelompok
tertentu dan mengabaikan kelompok yang lain. Manusia hidup didunia adalah
sebagai kholifah Alloh bersama manusia lain yang juga kholifah Alloh juga.
Sumber daya yang tersedia adalah untuk semua manusia. Karena itu
pemanfaatan sumber daya oleh individu adalah syah, tetapi dibatasi sedemikian
rupatidak membahayakan bagi kebahagiaan dan kebaikan sosial.12 Bahkan
mendatangkan kebaikan bagi lingkungan sosialnya. Pemanfaatan sumber daya
haruslah mempertimbangkan nilai-nilai Islam yang antara lain (a) Kemakmuran
material tidak boleh dicapai lewat produksi barang dan jasa yang tidak sensial
dan secara moral dipertanyakan. (b) Tidak boleh memperlebar kesenjangan
sosial antara si kaya dan si miskin. (c) tidak boleh menimbulkan bahaya pada
generasi sekarang atau yang akan datang dengan merusak lingkungan fisik dan
moral.13 2. Keadilansosio-ekonomi dan distribusi pendapatan dan kekayaan.
Keadilan adalah meletakkan sesuatu pada tempat yang sebenarnya. Konsep ini
mengandung dua unsur pengertian. (a) suatu bentuk keseimbangan dan
perbandingan antara orang yang memiliki hak. (b) Hak seseorang hendaklah
diberikan dan diserahkan dengan seksama.14 Nilai-nilai keadilan berpijak pada
prinsip persamaan dan persaudaraan. Setiap individu mempunyai hak yang
sama untuk memperoleh kekayaan dalam meningkatkan kesejahteraaan
hidupnya tanpa membedakan ras dan golongan dan perbedaan-perbedaan
lainnya. Persaudaraan mempunyai pengertian bahwa setiap individu adalah
saudara. Mereka adalah makhluk Alloh dan harus saling menyayangi15 Namun,
keadilan bukan penyamarataan dalam distribusi kekayaan. Hal ini karena setiap
individu mempunyai perbedaan-perbedaan yang memungkinkan terjadinya
11
perolehan kekayaan. Juga bukan penguasaan kekayaan yang maksimal dan
mempertahankan kekayaan untuk diri sendiri sebagai refleksi hak atas jerih
payahnya.
Keadilan ini merefleksikan, bahwa imbalan materi haruslah diberikan secara
wajar atas kerja keras kreativitas dan kontribusinya yang diberikan kepada
output. Kekayaan memang adalah hasil jerih payah individu, akan tetapi didalam
kekayaan tersebut ada hak orang lain. Kekayaan dengan demikian harus
didistribusikan kepada mereka yang memiliki hak. Terkait dengan tujuan ini,
pengaturan bank central harus bersifat realist dan mengurangi konsentrasi
kekayaaan dan kekuasaan di tangan segelintir orang.16 3. Stabilitas Nilai Uang.
Stabilitas nilai uang mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan
perekonomian baik secara ediologi maupun praktek, karena uang menentukan
nilai dan harga suatu barang dan jasa.17 Ketidak menentuan uang
mengakibatkan kerusakan perekonomian, karena orde ekonomi didasarkan pada
prinsip penawaran sebelum permintaan, sehingga peramalan suatu harga
dengan tapat menjadi sulit dilakukan.18 Ketidak menentuan nilai uang yang lebih
berbentuk inflasi dari pada deflasi, menunjukkan bahwa uang tidak dapat
berfungsi sebagai suatu satuan hitung yang adil dan benar, dan menyebabkan
pelaku ekonomi berlaku tidak adil pula terhadap pelaku lain dengan tidak
disadarinya, dengan memerosotkan aset-aset moneter tanpa sepengetahuannya.
Inflasi memperburuk iklim ketidak pastian dimana keputusan-keputusan ekonomi
diambil, menimbulkan kekawatiran pada formasi modal dan menyebabkan
misalokasi sumber daya. Dan bahkan cenderung merusak nilai-nilai moral karena
memberikan imbalan kepada usaha-usaha spekulasi yang pada akhirnya
menimpakan kerugian pada aktivitas-aktivitas produktif serta memperparah
ketidak merataan pendapatan.19 Stabilitas nilai uang adalah prioritas utama
dalam kegiatan manajemen moneter Islam. Stabilitas nilai uang yang tercermin
dalam stabilitas tingkat harga sangat berpengaruh terhadap realisasi pencapaian
tujuan pembangunan ekonomi suatu negara seperti ; pemenuhan kebutuhan
pokok, pemerataan distribusi pendapatan dan kekayaan, tingkat pertumbuhan
ekonomi riil yang optimum perluasan kesempatan kerja dan stabilitas ekonomi20
secara keseluruhan.
12
MANAGEMEN MONETER TANPA UNSUR BUNGA
Dari ketiga sumber tersebut, pada dunia moneter saat ini, sumber pertama
merupakan sumber yang paling besar. Berlebihnya defisit anggaran pemerintah
mengakibatkan beban yang sangat berat bagi sektor moneter untuk menjaga
stabilitas serta kebijakan moneter yang sehat sulit diciptakan. Ekspansi moneter
hanya dapat dikontrol bila sumber utama dari high powered money dapat diatur
denagn baik. Anggaran pemerintah harus sesuai dengan azas manfaat,
khususnya stabilitas harga.35 Merujuk pada sumber yang kedua, bank central
perlu mengendalikan penyaluran kreditnya kepada bank-bank komersial.
Penyaluran pinjaman bank sentral kepada bank komersial dilakukan dengan
prinsip profit and los sharing sebagai ganti suku bangsa. Pengendalian kredit
dapat pula dilakukan dengan menggunakan reserve requirement. Dalam kondisi
tertentu bank central di perbolehkan menerapkan reserve requirement yang
17
tinggi bagi demand deposit. Untuk pengendalian surplus neraca pembayaran,
dapat dilakukan dengan melakukan sterelisasi dengan menggunakan instrument
moneter yang tersedia
20
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Islam memiliki kebijakan moneter
tersendiri yang berbeda dengan sistem ekonomi lainnya. Pada aspek tujuan
Islam tidak hanya menekankan equilibrium antara permintaan dan penawaran
uang akan tetapi juga mengupayakan terjadinya pemerataan dengan prinsip
keadilan dan persaudaraan, sehingga tercipta distribusi kekayaan dan
pendapatan secara adil pula.
Pada aspek menejemen, dengan tidak berlakunya bunga, Islam memilki
perbedaan yang besar dengan sistem konvensional, dan secara tidak langsung,
terhindar dari dampak buruk sistim bunga. Spekulasi yang merupakan “Hantu”
pada sistim konvensional, aspek terbesar yang memberikan kontribusi pada
krisis moneter selama ini, kalaulah tidak hilang, dapat diminimalisir penerapan
profil and los Sharing pada finansial intermediation dapat menciptakan
perekonomian yang lebih stabil, karena dapat meminimalisasi pemanfaatan
agregeat money demand untuk kegiatan yang non esensial dan non produktif,
sehingga efesiensi dan pemerataan pemanfaatan sumber daya dapat
ditingkatkan dan ketidak seimbangan makro ekonomi yang menyebabkan inflasi
dapat dikurangi. Selanjutnya oleh karena sumber utama dari high powered
money umumnya berasal dari pinjaman pemerintah kepada bank sentral, maka
dalam hal ini Islam menuntut adanya independensi bank central dan
konsistensinya kepada pencapaian target-target moneter. Tanpa ini, tentulah
21
kebijakan moneter sulit dijalankan. Bank sentral tentulah kesulitan menolak
pinjaman pemerintah selama ia berada dibawah campur tangan pemerintah.
Satu hal perlu menjadi perhatian, bahwa menejemen moneter Islam, yang
selama ini dipraktekkan pada berbagai Negara, membawa efek positif pada
sekala periode jangka panjang, akan tetapi, sulit untuk menjadi obat mujarab
bagi jangka pendek. Untuk memecahkan persoalan jangka pendek, instrument
yang paling memungkinkan adalah Moral suasion (bujukan Moral) dan statutory
resever requiremert, berupa peningkatan cadangan wajib.
22