ABSTRAK
Kebijakan moneter adalah kebijakan pemerintah yang ditujukan untuk memperbaiki
keadaan perekonomian dengan mengatur jumlah uang beredar. Untuk mengatasi
krisis ekonomi yang sedang berlangsung, selain harus mengorganisir aparatur yang
sebenarnya, juga tidak kalah pentingnya untuk mengoreksi beberapa kesalahpahaman
seputar masalah moneter di masyarakat. Sementara itu, Islam tidak mengizinkan alat-
alat riba ada di pasar. Kebijakan moneter Islam lebih fokus pada menjaga sirkulasi
sumber daya ekonomi. Oleh karena itu, singkatnya, regulator harus memastikan
ketersediaan perusahaan ekonomi syariah dan produk keuangan yang mampu
menyerap potensi investasi masyarakat.
ABSTRACT
Monetary policy is a policy issued by the central bank to regulate the circulation of
money which aims to maintain and maintain the stability of the currency value in a
country. In Islam there is also a policy that regulates the circulation of money which
in Islam's view is known as "Islamic monetary policy".This discussion is interesting
to discuss because there are fundamental differences between conventional monetary
policy and Islamic monetary policy. This paper explains how the function of
monetary policy from an Islamic perspective in regulating the circulation of money.
Money in the Islamic view of public goods and the concept of flow. Whereas in
conventional economics it is interpreted as the opposite of the Islamic concept.
Different concepts in this economic system will affect different views on monetary
policy.
1
PENDAHULUAN
Uang merupakan sesuatu yang dapat diterima secara umum oleh masyarakat
sebagai alat unutk melakukan pembayaran atau untuk pembelian suatu barang dan
jasa. Jadi dengan kata lain uang adalah sebuah alat yang dapat dipakai untuk dalam
melakukan aktifitas pertukaran barang dan jasa. Oleh karena itu, uang dapat
didefinisikan sebagai alat untuk mengukur nilai dari tiap-tiap barang dan jasa.
Dengan kehadiran uang juga setiap barang dan jasa memiliki nilai.1
Uang adalah sebuah alat tukar yang dimana digunakan sebagai alat pertukaran
yang sah untuk digunakan dalam suatu wilayah negara. Tujuan penggunaan uang
adalah untuk mewujudkan efsiensi dan fleksibilitas dalam transaksi jual beli atas
barang dan jasa yang dinyatakan dalam satuan nilai satuan tertentu yang dikenal
sebagai uang.
Menurut al-Ghazali, sebuah uang memiliki peran yang sangat penting dalam
aktivitas perekonomian. Uang juga merupakan nikmat Allah SWT dan penopang
kehidupan dunia. Oleh karena itu uang harus dimanfaatkan sesuai dengan ketentuan
dan ketetapan syara’. Al Ghazali menyebutkan bahwa salah satu nikmat Allah SWT
adalah diciptakannya dinar dan dirham sehingga dengan dirham dan dinar tegaklah
dunia.
Menurut al Ghazali dinar dan dirham pada dasarnya merupakan sebuah benda
mati yang tidak memiliki manfaat, namun manusia sangat membutuhkan sekali untuk
memenuhi barang-barang, pakaian, makanan dan kebutuhan lainnya2. Al-Ghazali
menjelaskan lebih lanjut bahwa dinar dan dirham merupakan sebuah perantara
terhadap sesuatu yang kita inginkan. Apabila tidak ada yang diingikan maka dinar
dan dirham tidak memiliki nilai manfaat terhadap sesuatu.
Al-Ghazali menjelaskan lebih lanjut bahwa siapa saja yang memiliki uang, maka
ia seperti memiliki segalanya3. Dengan adanya uang manusia dapat memenuhi segala
1
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta : Raja Grafindo Persada 2001), 13
2
Al-Gaza>li>, Ih}ya>’ Ulu>m al-Di>n, IV, 88
3
Ibid.
2
kebutuhan dan keinginannya, jika semakin banyak uang yang dimilikinya maka
semakin banyak juga kebutuhan dan keinginan yang dapat dipenuhi.
KEBIJAKAN MONETER
Pada dasarnya kebijakan moneter merupakan suatu bagian yang penting bagi
kebijakan ekonomi untuk menciptakan kestabilan perekonomian dan menahan laju
inflasi di sebuah negara.
3
KEBIJAKAN MONETER ISLAM
Penerapan sistem keuangan ganda yang dijalankan sebuah negara sesuai dengan
dengan peraturan UU No. 10 Tahun 1998 terkait dengan keuangan dan moneter perlu
disesuaikan dan dikembangkan, tidak hanya sebatas praktik ekonomi konvensional
saja, namun juga aturan yang terkait dengan keuangan dan moneter islam. Bank
Indonesia sebagai bank sentral ditugaskan untuk merumuskan dan menetapkan
kebijakn mineter demi menjaga kestabilan harga, baik yang berdasarkan
konvensional maupun yang berdasarkan prinsip islam.
Kebijakan moneter dalam pandangan islam memiliki prinsip dasar ekonomi islam
sebagai berikut; (a) Kekuasaan tertinggi milik Allah dan pemilik absolut. (b)
Manusia sebagai pemimpin di bumi bukan sebagai pemilik sebenarnya. (c) Semua
yang didapatkan dan dimiliki manusia adalah atas izin Allah SWT semata, jika ada
saudara-saudara yang kurang beruntung memiliki hak atas kekayaan orang-orang
beruntung. (d) Dalam islam kekayaan tidak boleh ditimbun. (e) kekayaan harus
diputar untuk menghilangkan perbedaan kesenjangan dalam perekonomian.
Kebijakan moneter islam jika dilihat dari aspek teknisnya, harus terbebas dari
segala unsur riba dan bunga bank. Riba di dalam islam termasuk bunga bank yang
kandungnya diharamkan secara tegas dikarenakan riba membuat salah satu pihak
merasa dirugikan sedangkan pihak lainnya diuntungkan karenanya. Dengan adanya
pengharaman riba ini, membuat bunga bank yang digunakan dalam ekonomi
konvensional yang menjadi instrument utama dalam kebijakan moneter tidak
berlaku. Dikarenakan dalam kebijakan moneter islam berlandaskan pada prinsip bagi
hasil.
4
Taqyudin An Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif Islam (Surabaya:Risalah Gusti,
1996), 52
4
Fokus utama kebijakan moneter dalam islam terletak pada pemeliharan sumber
daya ekonomi, menggunakan hukum Syariah tanpa suku bunga sehingga tidak
alassan bagi pemegang dana untuk menahan kekayaannya terutama di pasar
keuangan. Semakin berkembang suatu pasar keuangan, maka akan berdampak pada
peningkatan jumlah uang dipasar keuangan dan membuat kesenjangan antara sektor
riil dan sektor moneter meningkat.
Dalam penerapan kebijakan moneter tidak hanya dilihat dari apakah system
tersebut dapat mencapai hasil akhir kebijakan secara efktif dan efisien, namun juga
melihat apakah kebijakan tersebut dapat berjalan secara adil dan sehat, dan tentunya
tidak hanya membutuhkan pengetahuan tentang prinsip dan teori ekonomi islam saja,
melainkan juga perlu dukungan penuh dari institusi dan relator yang terkait.
a. Dapat memelihara keselarasan dan keserasian antara sektor riil dengan sektor
keuangan
b. Dapat menjaga kelancaran aliran distribusi sumber daya uang
c. Menghindari segala bentuk penggandaan uang
d. Berusaha menigkatkan resistensi ekonomi dan keuangan terhadap kemungkinan
terjadinya krisis
e. Dapat memaksimalkan distribusi sumber daya perekonomian
5
KEBIJAKAN MONETER ZAMAN RASULULLAH
Jika dilihat dari zaman rasulullah SAW, perekonomian jazirah arabia pada zaman
rasul merupakan ekonomi dagang dan bukan perekonomian yang berbasis pada
sumber daya alam seperti minyak bumi yang belum ditemukan dan sumber daya
lainnya yang terbatas.
Pada zaman itu, apabila penerimaan terhadap uang meningkat, maka dinar dan
dirham akan diimpor. Namun sebaliknya, apa bla permintaan akan uang turun, maka
komditaslah yang akan di ekspor. Nilai yang terkandung didalam koin dinar dan
dirham sama dengan nilai nominal yang tertera, sehingga penawaran uang cukup
elastis.
5
Adiwarman Azwar Karim, Ekonomi Islam, Suatu Kajian Kontemporer, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), 28
6
Permintaan akan uang hanya untuk keperluan transaksi dan juga berjaga-jaga.
Permintaan uang untuk spekulasi tidak ada dan juga untuk penimbunan uang dilarang
dalam islam. Koin dinar dan dirham pada waktu itu belum dicetak sendiri oleh
negara karena semua mata uang tersebut berasal dari luar Arab. Mereka mengenal
mata uang emas, yakni dinar dari Romawi dalam melakukan perdagangan ke utara
(Syiria), dan mengenal mata uang perak, yakni dirham dari Persia Ketika melakukan
perdagangan ke selatan (Yaman).
1. Kesejahteraan ekonomi
6
M. Abdul Manan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1997), 214
7
lain. Karena manusia hidup didunia tak lain dan tak bukan untuk menjadi khalifah
Allah di muka bumi bersama manusia lain yang juga menjadi khalifah Allah.
Pemanfaatan sumber daya yang tersedia dilakukan untuk semua manusia. Namun
pemanfaatan sumber daya secara individu dibolehkan, namun tentu saja dibatasi
sedemikian rupa agarg tidak membahayakan kebaikan dan kebahagiaan sosial.
Keadilan adalah meletakkan sesuatu pada tempat yang sebenarnya. Memiliki dua
unsur pengertian yaitu (a) Bentuk dari keseimbangan dan perbandingan antara orang
yang memiliki hak. (b)Hak seseorang diberikan dan diserahkan dengan cara
seksama. Keadilan memiliki nilai nilai keadilan berlandaskan pada prinsip
persamaan dan persaudaraan yang dimana setiap memiliki hak yang sama untuk
mendapatkan kekayaan dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya tanpa
membedakan ras dan golongan.
7
M. Azwir Daini Tara, Strategi Pembangunan Ekonomi Kerakyatan (Jakarta: Nuansa Madani, 2000). Lihat juga,
Chapra, Sistem Moneter ...., h. 4
8
kekayaan tersebut tetap ada hak orang lain didalamnya. Oleh karena itu kekayaan
harus didistribusikan kepada individu yang memiliki hak melalui zakat, infaq dan
shadaqah. Oleh karena itu kebijakan moneter islam dapat mengurangi konsentrasi
kekayaan dan kekuasaan ditangan segelintir orang-orang tertentu.8
8
Umer Chapra, Islam dan Pertumbuhan Ekonomi (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), h. 87.
9
Mahmud Abu Saud, Garis-Garis Besar Ekonomi Islam (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), h. 38.
9
keuangan Syariah. Hal tersebut dijelaskan didalam keuangan konvensional yang
memperbolehkan suku bunga dan spekulasi. Sementara itu, suku bunga dan spekulasi
telah dilarang dalam sistem keuangan islam. Dalam sudut pandang islam, aktivitas
keuangan merupakan bagian dari investasi yang terikat dengan sektor riil.
Jumlah uang yang beredar harus tepat dengan kebutuhan disektor riil agar dapat
mengelola kapasitas perekonomian supaya penawaran barang dan jasa terpenuhi
secara maksimal dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Otoritas kebijakan
mineter islam akan mengatur jumlah uang yang beredar agar dapat digunakan dengan
optimal dan maksimal untuk menggerakkan perekonomian di sektor riil. Apabila
terdapat peningkatan harga yang disebabkan oleh lebih rendahnya tingkat penawaran
dibandingkan dengan permintaan, maka tugas otoriter moneter yaitu kebijakan yang
dapat meningkatkan aktivitas oroduksi barang dan jasa sehingg adapat meningkatkan
penawaran agregat. Dengan demikian, kebiajakn moneter islam cenderung kepada
kebiajakn moneter expansif. Sedangkan kebijakan moneter konvensional cenderung
tidak sejalan dengan kebijakan moneter islam. Kebijakan yang bersifat kontraktif
dilakukan dengan cara menahan salah satu sumber daya, yaitu uang dan hal itu tentu,
melanggar prinsip islam dengan melakukan penimbunan (ihtikar).
a. Menentukan kebijakan moneter islam yang tetap berada dalam sistem keuangan
ganda dengan satu otoritas yang sama, mengarahkan kebijakan moneter
10
konvensional maupun islam dalam satu arah, tapi tetap berada dalam koridor
yang tidak bertentangan dengan islam.
b. Membuat kebijakan moneter yang inovatif yang tidak hanya berfokus pada
jumlah uang yang beredar, namun juga fokus pada akvitas sektor riil. Sehingga
pencapaian stabilitas keuangan selaras dengan stabilitas di sektor riil.
c. Meningkatkan upaya untuk merangkai kebijakan yang sesuai dengan kondisi
sistem keuangan ganda
d. Membangun infarstruktur yang mendukung kebijakan moneter islam yang sesuai
dengan prinsip Syariah
e. Menyusun peraturan perundang-undangan yang mendukung keberlangsungan
kebijakan moneter islam
f. Meingkatkan skala aktivitas industry keuangan dan perbankan islam sehingga
kebijakan moneter islam menjadi efektif.
MANAJEMEN MONETER TANPA UNSUR RIBA
Manajemen moneter merupakan pengelolaan yang berlandaskam pada nilai-nilai
islam, diharapkan dapat menciptakan stabilitas harga dan perekonomian yang
kondusif untuk memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan pembangunan
ekonomi suatu negara.10 Dasar pokok dalam manajemen moneter islam adalah
dengan menjadikan suku bunga tidak berlaku dan melaksanakan keadilan distribusi
kekayaan.
Manajemen moneter yang berbasis islam mencakup:
1. Manajemen permintaan uang / Money Demoand.
Permintaan akan uang oleh masyarakat memiliki tiga motif. Yang pertama
adalah untuk transaksi. Orang-orang yang memegang uang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhannya dan memperlancar segala transaksi yang dilakukannya.
Permintaan akan uang untuk motif ini dipengaruhi oleh tingkat pendapatan
nasional. Apabila semakin tinggi pendapatan nasional suatu negara, maka
semakin besar pula volume transaksi dan permintaan akan uang tersebut.11
Permintaan akan uang mencakup (a) Transaksi untuk kebutuhan barang dan jasa.
(b) Transaksi untuk investasi, seperti investasi produktif dan non produktif. (c)
Transaksi ekspor barang dan jasa. (d) Transaksi impor. Semua jenis transaksi
tersebut bisa dilakukan oleh individu ataupun pemerintah.
10
Muhammad, Kebijakan Fiskal…, 163
11
Muhdarsah Sinungan, Uang dan Bank, (Jakarta: Rieneka cipta, 1995), 31
11
Yang kedua adalah permintaan uang untuk berjaga-jaga. Orang memegang
uang untuk berjaga-jaga terhadap ketidak beruntungan dan juga adanya fluktuasi
harga. Manfaat yang dapat diperoleh dari motif karena sifat uang yang likuid.
Uang bisa dengan mudah ditukarkan dengan barang dan jasa. Permintaan ini
dipengaruhi oleh factor-faktor yang sama dengan permintaan uang untuk
transaksi. Yang ketiga adalah permintaan uang untuk spekulasi. Walaupun islam
melarang praktek ini, tidak menutup kemungkinan diantara masyarakat terdapat
orang yang menggunakan uang untuk tujuan tersebut dengan tujuan unutk
mendapatkan keuntungan dari sistem keuangan berbasis bunga, Pada perbankan
dengan menggunaka sistem bunga, pemilik kekayaan memiliki dua pilihan antara
memegang uang dalam bentuk tunai dan obligasi / surat berharga. Bagi pemilik
kekayaan memegang uang tunai tidak memberikan penghasilan, sedangkan
obligasi mampu memberikan keuntungan di setiap periode dalam jumlah tertentu
yang besar kecilnya ditentukan oleh tingkat suku bunga. Apabila tingkat suku
bunga turun maka harga obligasi naik dan apabila tinfkat suku bunga naik, maka
harga ibligasi turun.
Manajemen permintaan uang dalam islam adalah dengan menggunakan
intrumen dasar berikut; pertama adalah value jugmement. Merupakan instrument
yang dapat menciptakan suasana yang memungkinkan untk alokasi dan distribusi
sumber daya keuangan sesuai dengan ajaran islam. Uang diibaratkan seperti
persediaan air merupakan sumber daya milik negara. Dan oleh karena itu harus
digunakan demi kesejahteraan bagi seluruh masyarakat.
Pengelolaan sumber daya uang oelh bank sentral didasarkan pada pembiayaan
produksi dan impor serta distribusi barang dan jasa yang dibutuhkan seluruh
masyarakat. Barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarkat harus di proritaskan
terlebih dahulu dan juga barang yang manyangkut hajat mayoritas masyarakat.
Kedua adalah kelembagaan yang terhubung dengan kesejahtreaan ekonomi,
sosial, dan politik. Instrumen ini mencakup mekanisme harga yang dapat
meningkatkan efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya alam. Tujuan mekanisme
harga adalah untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan barang dan jasa
sehingga berada di posisi adil. Mekanisme harga yang disertai nilai-niai islam
akan akan mempermudah langkah pencapaian tujuan.
ketiga adalah fianacial intermediation yang berdasarkan profit dan loss
dhring. Permintaan akan uang akan dialokasikan untk proyek-proyek yang
12
beermanfaat dan kepada debitur-debitur yang mungkin mampu untk mengelola
pryek secara efisien. Diharapkan dapat untk meminimalisasi permintaan uang
untuk pemanfaatan yang tidak berguna, non produktif dan spekulaktif.
Diharapkan mampu membentuk masyarkat yang memiliki niali interpreunership
yang tinggi meskipun ia berasal dari keluarga miskin, sedangkan bagi orang kaya
juga bisa ikut berkontribusi, sehingga mampu menciptakan lapangan pekerjaan
dan oemenuhan kebutuhan dasar.
2. Manajemen penawaran uang / supply money.
Dalam arti luas, selain uang kartal dan uang giral yang beredar, uang yang
beredar juga mencakup uang kuasi yang terdiri dari deposito berh\jangka,
tabungan dan rekening tabungan valuta asing milik swasta domestic. Hal ini
berdasarkan anggapan bahwa uang kuasi memiliki fungsi yang sama dengan uang
tunai yang memiliki sifat mudah untuk diubah dan dipakai untuk melakukan
transaksi dengan lancara tanpa adanya hambatan.
Hal yang cukup mendasar dalam pengelolaan penawaran uang islam adalah
upaya untuk terjadinya keseimbangan antara permintaan uang dan penawaran
uang dan pengalokasian penawaran uang sehingga mencapai tujuan ekonomi yang
diharapkan berlangsung dengan baik.
13
INSTRUMEN KEBIJAKAN MONETER DALAM ISLAM
1. Statutoryreserve requirement.
Merupakan instrumen yang penting dalam islam karena diskon rate dan
operasi pasar terbuka tidak dapat berlaku disini. Bank komersial diwajibkan untuk
menyimpan Sebagian dananya yang bersumber dari demand deposit bank sentral
sebagai statutory reserve. Berlaku hanya kepada demand deposit bukan karena
mudarobah deposit yang merupakan penyertaan modal dari penabung pada bank
tersebut yang kemungkinan mandapatkan laba maupun rugi.12
2. Credit selling.
3. Demand Deposit.
Instrument yang digunakan untuk mempengaruhi reserve di bank komersial,
pemerintah berwenang unutk memindahkan demand deposit pemerintah yag ada
pada bank sentral kepada bank komersial. Instrumen ini mirip dengan operasi
pasar terbuka yang dimana bank sentral langsung mempengaruhi terhadap bank
komersial.
4. Common pool.
12
Muhammad, Kebijakan Fiskal…, 167
14
mirip dengan faslitas rediskonto pada bank konvensional dalam memecahkan
masalalh likuiditas.13
5. Moral Suasion.
KESIMPULAN
Dalam aspek manajemen, kebijakan moneter islam tidak berlaku suku bunga
karena sistem moneter islam memiliki perbedaan yang signifikan dengan sistem
moneter konvensional, yaitu sistem suku bunga. Instrumen moneter Islam
dikhususkan untuk memiliki fungsi yaitu: menjaga keseimbangan antara sektor riil
dan sektor keuangan dalam perekonomian, mencegah penumpukan jumlah uang
di sektor keuangan secara berlebihan, mencegah pelipatgandaan uang tanpa
dilandasi kegiatan produktif di sektor riil, meningkatkan daya tahan perekonomian
pada masa krisis, untuk menyalurkan kelebihan dana di perekonomian, dan
mengoptimalkan alokasi sumber daya perekonomian
13
Ibid.
15
DAFTAR PUSTAKA
Chapra, U. ( 2000). Sistem Moneter Islam, terj,Ikhwan Abidin , Jakarta: Tazkia Cendekia.
Juhro, D. (2018). Kebijakan Moneter Syariah dalam Sistem Keuangan Ganda, Tazkia
Publishing.
Manan, M. A. (1997). Teori dan Praktek Ekonomi Islam, Yogyakarta: Dana Bhakti
Wakaf.
Muhammad. (2002). Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Islam, , Salemba Empat.
16