Anda di halaman 1dari 16

MONETARY POLICY IN AN ISLAMIC PERSPECTIVE

Farhan Maulana johar (2010102013) M. Yedi Al Fajri (2010102055)


Mahasiswa Sarjana Akuntansi Syariah Institut Agama Islam Tazkia Bogor

ABSTRAK
Kebijakan moneter adalah kebijakan pemerintah yang ditujukan untuk memperbaiki
keadaan perekonomian dengan mengatur jumlah uang beredar. Untuk mengatasi
krisis ekonomi yang sedang berlangsung, selain harus mengorganisir aparatur yang
sebenarnya, juga tidak kalah pentingnya untuk mengoreksi beberapa kesalahpahaman
seputar masalah moneter di masyarakat. Sementara itu, Islam tidak mengizinkan alat-
alat riba ada di pasar. Kebijakan moneter Islam lebih fokus pada menjaga sirkulasi
sumber daya ekonomi. Oleh karena itu, singkatnya, regulator harus memastikan
ketersediaan perusahaan ekonomi syariah dan produk keuangan yang mampu
menyerap potensi investasi masyarakat.

Kata kunci: kebijakan moneter, uang,

ABSTRACT

Monetary policy is a policy issued by the central bank to regulate the circulation of
money which aims to maintain and maintain the stability of the currency value in a
country. In Islam there is also a policy that regulates the circulation of money which
in Islam's view is known as "Islamic monetary policy".This discussion is interesting
to discuss because there are fundamental differences between conventional monetary
policy and Islamic monetary policy. This paper explains how the function of
monetary policy from an Islamic perspective in regulating the circulation of money.
Money in the Islamic view of public goods and the concept of flow. Whereas in
conventional economics it is interpreted as the opposite of the Islamic concept.
Different concepts in this economic system will affect different views on monetary
policy.

Keywords: monetary policy, money

1
PENDAHULUAN

Uang merupakan sesuatu yang dapat diterima secara umum oleh masyarakat
sebagai alat unutk melakukan pembayaran atau untuk pembelian suatu barang dan
jasa. Jadi dengan kata lain uang adalah sebuah alat yang dapat dipakai untuk dalam
melakukan aktifitas pertukaran barang dan jasa. Oleh karena itu, uang dapat
didefinisikan sebagai alat untuk mengukur nilai dari tiap-tiap barang dan jasa.
Dengan kehadiran uang juga setiap barang dan jasa memiliki nilai.1

Uang adalah sebuah alat tukar yang dimana digunakan sebagai alat pertukaran
yang sah untuk digunakan dalam suatu wilayah negara. Tujuan penggunaan uang
adalah untuk mewujudkan efsiensi dan fleksibilitas dalam transaksi jual beli atas
barang dan jasa yang dinyatakan dalam satuan nilai satuan tertentu yang dikenal
sebagai uang.

Menurut al-Ghazali, sebuah uang memiliki peran yang sangat penting dalam
aktivitas perekonomian. Uang juga merupakan nikmat Allah SWT dan penopang
kehidupan dunia. Oleh karena itu uang harus dimanfaatkan sesuai dengan ketentuan
dan ketetapan syara’. Al Ghazali menyebutkan bahwa salah satu nikmat Allah SWT
adalah diciptakannya dinar dan dirham sehingga dengan dirham dan dinar tegaklah
dunia.

Menurut al Ghazali dinar dan dirham pada dasarnya merupakan sebuah benda
mati yang tidak memiliki manfaat, namun manusia sangat membutuhkan sekali untuk
memenuhi barang-barang, pakaian, makanan dan kebutuhan lainnya2. Al-Ghazali
menjelaskan lebih lanjut bahwa dinar dan dirham merupakan sebuah perantara
terhadap sesuatu yang kita inginkan. Apabila tidak ada yang diingikan maka dinar
dan dirham tidak memiliki nilai manfaat terhadap sesuatu.

Al-Ghazali menjelaskan lebih lanjut bahwa siapa saja yang memiliki uang, maka
ia seperti memiliki segalanya3. Dengan adanya uang manusia dapat memenuhi segala

1
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta : Raja Grafindo Persada 2001), 13

2
Al-Gaza>li>, Ih}ya>’ Ulu>m al-Di>n, IV, 88

3
Ibid.

2
kebutuhan dan keinginannya, jika semakin banyak uang yang dimilikinya maka
semakin banyak juga kebutuhan dan keinginan yang dapat dipenuhi.

KEBIJAKAN MONETER

Menurut Djohanputro (2006) kebijakan moneter merupakan suatu Tindakan yang


dilakukan oleh pemerintah dengan tujuan pengelolaan ekonomi makro melalui jalan
yang mempengaruhi situasi dan kondisi mikro melalui pasar uang. Menurut Bofinger
(2001) menyatakan bahwa kebijakan moneter merupakan usaha memanipulasi
instrument moneter dengan tujuan untuk menjaga stabilitas harga, menahan angka
pengangguran dan menjaga pertumbuhan ekonomi yang terus berkelanjutan.

Pemegang otoritas pelaksanaan dalam kebijakan moneter dipegang oleh bank


sentral disuatu negara. dalam upaya untuk memutuskan, mengontrol, dan mengatur
kebijakan moneter, Bank sentral ditugaskan untuk mengatur bagian sektor moneter
untuk menjaga stabilitas ekonomi dengan cara mengatur peredaran uang yang
dilaksanakan dengan empat instrument utama sebagai berikut:

a. Kebijakan Pasar Terbuka / Open Market Operation. Merupakan kebijakan yang


dilakukan bank sentral dengan cara menjal atau membeli surat berharga maupun
obligasi di pasar terbuka
b. Kebijakan Cadangan Wajib Minimum / Reserve Requirement. Merupakan
kebijakan bank sentral dengan cara menentukan angka rasio minimum antara
uang tunai dengan kewajiban giral bank.
c. Kebijakan Discount Rate. Kebijakan bank sentral selaku sumber dana Lembaga
keuangan dapat memberikan pinjaman dengan tingkat bunga yang rendah
dibawah tingkat bunga jangka pendek yang berlaku di pasar.
d. Kebijakan Moral Suasion. Merupakan kebijakan bank sentral berupa himbauan
terhadap para banker untuk tunduk dan selalu terarah terhadap kepentingan
masyarakat dan juga nasabah.

Pada dasarnya kebijakan moneter merupakan suatu bagian yang penting bagi
kebijakan ekonomi untuk menciptakan kestabilan perekonomian dan menahan laju
inflasi di sebuah negara.

3
KEBIJAKAN MONETER ISLAM

Kebijakan moneter merupakan kebijakan suatu negara untuk menentukan


ketentuan dan Tindakan-tindakan yang berhubungan dengan keuangan negara 4.
Kebijakan moneter lebih spesifik merupakan kebijakan pemerintah melalui bank
sentral untuk mempengaruhi peredaran uang suatu negara. Melalui kebijakan
moneter, bank sentral dapat mempengaruhi jumlah uang beredar pada masyarakat
sehingga terwujudnya kondisi ekonomi yang diinginkan.

Penerapan sistem keuangan ganda yang dijalankan sebuah negara sesuai dengan
dengan peraturan UU No. 10 Tahun 1998 terkait dengan keuangan dan moneter perlu
disesuaikan dan dikembangkan, tidak hanya sebatas praktik ekonomi konvensional
saja, namun juga aturan yang terkait dengan keuangan dan moneter islam. Bank
Indonesia sebagai bank sentral ditugaskan untuk merumuskan dan menetapkan
kebijakn mineter demi menjaga kestabilan harga, baik yang berdasarkan
konvensional maupun yang berdasarkan prinsip islam.

Kebijakan moneter dalam pandangan islam memiliki prinsip dasar ekonomi islam
sebagai berikut; (a) Kekuasaan tertinggi milik Allah dan pemilik absolut. (b)
Manusia sebagai pemimpin di bumi bukan sebagai pemilik sebenarnya. (c) Semua
yang didapatkan dan dimiliki manusia adalah atas izin Allah SWT semata, jika ada
saudara-saudara yang kurang beruntung memiliki hak atas kekayaan orang-orang
beruntung. (d) Dalam islam kekayaan tidak boleh ditimbun. (e) kekayaan harus
diputar untuk menghilangkan perbedaan kesenjangan dalam perekonomian.

Kebijakan moneter islam jika dilihat dari aspek teknisnya, harus terbebas dari
segala unsur riba dan bunga bank. Riba di dalam islam termasuk bunga bank yang
kandungnya diharamkan secara tegas dikarenakan riba membuat salah satu pihak
merasa dirugikan sedangkan pihak lainnya diuntungkan karenanya. Dengan adanya
pengharaman riba ini, membuat bunga bank yang digunakan dalam ekonomi
konvensional yang menjadi instrument utama dalam kebijakan moneter tidak
berlaku. Dikarenakan dalam kebijakan moneter islam berlandaskan pada prinsip bagi
hasil.

4
Taqyudin An Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif Islam (Surabaya:Risalah Gusti,
1996), 52

4
Fokus utama kebijakan moneter dalam islam terletak pada pemeliharan sumber
daya ekonomi, menggunakan hukum Syariah tanpa suku bunga sehingga tidak
alassan bagi pemegang dana untuk menahan kekayaannya terutama di pasar
keuangan. Semakin berkembang suatu pasar keuangan, maka akan berdampak pada
peningkatan jumlah uang dipasar keuangan dan membuat kesenjangan antara sektor
riil dan sektor moneter meningkat.

Kebijakan moneter islam mengantarkan kita pada pola regulator unutk


mengurangi kesenjangan jumlah uang antara sektor riil dan sektor moneter dengan
cara menghilangkan segala transaksi dan produk di pasar keuangan. Peningkatan
usaha produktif di sektor riil dapat meningkatkan aliran perekonomian. Dan oleh
karena itu, fokus perhatian regulasi dalam moneter tidak hanya tertuju pada konsep
money supply, melainkan pada perputaran sumber daya uang dalam perekonomian,

Dalam penerapan kebijakan moneter tidak hanya dilihat dari apakah system
tersebut dapat mencapai hasil akhir kebijakan secara efktif dan efisien, namun juga
melihat apakah kebijakan tersebut dapat berjalan secara adil dan sehat, dan tentunya
tidak hanya membutuhkan pengetahuan tentang prinsip dan teori ekonomi islam saja,
melainkan juga perlu dukungan penuh dari institusi dan relator yang terkait.

Dengan adanya kebijakan moneter islamyang berusaha untuk menyelesaikan dan


mencapai tujuan bahwa islam berdiri dalam sektor sosio-ekonomi dan keseimbangan
penyaluran pendapatan merupakan tujuan yang sanat penting bagi kebijakan moneter
islam sehingga kebijakan moneter islam dapat memberikan efek positif seperti:

a. Dapat memelihara keselarasan dan keserasian antara sektor riil dengan sektor
keuangan
b. Dapat menjaga kelancaran aliran distribusi sumber daya uang
c. Menghindari segala bentuk penggandaan uang
d. Berusaha menigkatkan resistensi ekonomi dan keuangan terhadap kemungkinan
terjadinya krisis
e. Dapat memaksimalkan distribusi sumber daya perekonomian

5
KEBIJAKAN MONETER ZAMAN RASULULLAH

Perkembangan ekonomi sangat memerlukan suatu alat tukar yang penggunaannya


bersifat kekal sepanjang zaman. Alat tukar yang paling tahan itu ialah barang barang
yang terbuat dari logam seperti emas, perak, dan tembaga. Dengan adanya
perdagangan menyebabkan kebutuhan akan adanya mata uang. Contohnya, oorang
yang akan membeli makanan dengan kain, dari manakah dia mengetahui nilai yang
sama untuk harga makanan itu, sedangkan dalam aktivitasnya menghendaki untuk
jual beli antara barang yang berbeda seperti kain dan makanan. Padahal barang-
barang tersebut tidak memiliki nilai harga yang sama. Oleh karena itu disinilah letak
pentingnya dibtuthkan alat tukar yang disebut “mata uang”.

Menurut Al-Ghazali, sejarah membuktika

Jika dilihat dari zaman rasulullah SAW, perekonomian jazirah arabia pada zaman
rasul merupakan ekonomi dagang dan bukan perekonomian yang berbasis pada
sumber daya alam seperti minyak bumi yang belum ditemukan dan sumber daya
lainnya yang terbatas.

Perekonomian jazirah arabia pada zaman rasulullah SAW bukanlah sebuah


ekonomi yang terbelakang seperti transaksi dengan barter, bahkan jauh dari
gambaran seperti itu. Pada masa tersebut telah terjadi5 (a) valuta asing dari Persia dan
romawi yang telh dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat Arab, menjadi alat bayar
resminya adalah dirham dan dinar. (b) sebuah system bebas devisa telah ditetapkan,
sehingga tidak ada halangan sedikitpun untuk mengimpor dinar dan dirham. (c)
transaksi secara tidak tunai diterrima secara luas dikalangan pedagang. (d) Cek dan
promissory note lazim digunakan, seperti Umar Bin Khattab menggunakan
instrumen ini Ketika melakukan impor barang-brang baru dari Mesir ke Madinah. (e)
Instrumen factory atau anjal utang yang baru mulai popular pada tahun 1980 dikenal
dengan nama hiwalah, namun tentunya terbebas dari unsur riba.

Pada zaman itu, apabila penerimaan terhadap uang meningkat, maka dinar dan
dirham akan diimpor. Namun sebaliknya, apa bla permintaan akan uang turun, maka
komditaslah yang akan di ekspor. Nilai yang terkandung didalam koin dinar dan
dirham sama dengan nilai nominal yang tertera, sehingga penawaran uang cukup
elastis.
5
Adiwarman Azwar Karim, Ekonomi Islam, Suatu Kajian Kontemporer, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), 28

6
Permintaan akan uang hanya untuk keperluan transaksi dan juga berjaga-jaga.
Permintaan uang untuk spekulasi tidak ada dan juga untuk penimbunan uang dilarang
dalam islam. Koin dinar dan dirham pada waktu itu belum dicetak sendiri oleh
negara karena semua mata uang tersebut berasal dari luar Arab. Mereka mengenal
mata uang emas, yakni dinar dari Romawi dalam melakukan perdagangan ke utara
(Syiria), dan mengenal mata uang perak, yakni dirham dari Persia Ketika melakukan
perdagangan ke selatan (Yaman).

Penawaran uang dengan demikian hanya dilakukan untuk mempercepat peredaran


uang dan untuk melakukan pembangunan infrastruktur di sektor riil. Faktor yang
mendorong percepatan perputaran uang adalah kelebihan likuiditas, larangan
penimbunan uang, dan larangan peminjaman dengan bunga. Kebijakan moneter
rasulullah SAW dengan demikian selalu berhubungan dengan sektor riil, dikarenakan
menyebabkan nilai mata uang stabil dan juga membawa pertumbuhan dan stabilitas
ekonomi.

TUJUAN KEBIJAKAN MONETER ISLAM

Untuk mencapai dan menjamin berjalannya kebijakan moneter secara baik,


ototritas moneter akan melakukan pengawasan terhadapkeseluruhan sistem. Krena
uang bukan bukanlah sesuatu yang sederhana. Sektor moneter menjadi jaringan yang
sangat penting dan mempengaruhi sektor riil. Kebijakn moneter merupakan
instrument yang penting dari kebijakan public dalam suatu sistem ekonomi.
Kebijakan moneter islam bertujuan:6

1. Kesejahteraan ekonomi

Tujuan ini sangat erat kaitannya dengan maqashid syar’iyah. Kesejahteraan


ekonomi dapat dikatakan apabila terpenuhinya semua kebutuhan poko manusia,
menghapus segala sumber kesulitan dan peningkatan kwalitas hidup secara moral
dan juga material. Terciptanya suatu lingkungan yang dimana khalifah Allah SWT
mampu untuk memanfaatkan waktu, kemampuan fisik dan mentalnnya bagi
pengmbangan diri, keluarga dan masyarakat.

Didalam islam kesejahteraan bukanlah memaksimalkan kekayaan dan konsumsi


diri sendiri atau kelompok senidi tanpa menghiraukan orang lain maupun kelompok

6
M. Abdul Manan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1997), 214

7
lain. Karena manusia hidup didunia tak lain dan tak bukan untuk menjadi khalifah
Allah di muka bumi bersama manusia lain yang juga menjadi khalifah Allah.
Pemanfaatan sumber daya yang tersedia dilakukan untuk semua manusia. Namun
pemanfaatan sumber daya secara individu dibolehkan, namun tentu saja dibatasi
sedemikian rupa agarg tidak membahayakan kebaikan dan kebahagiaan sosial.

Dalam pemanfaatan sumber daya alam harus mempertimbangkan nilai-nilai islam


yang terkandungnya seperti (a) Kemakmuran material tidak boleh dicapai melalui
produksi barang dan jasa yang tidak esensial dan secara moral dipertanyakan. (b)
Dilarang memperbesar kesenjangan sosial antara sikaya dengan si miskin karena
akan menyebabkan ketimpangan sosial (c) Dilarang memanfaatkan sumber day ajika
menimbulakn bahaya pada generasi sekarang maupun generasi yang akan datang
dengan cara merusak lingkungan baik fisik maupun moral.

2. Keadilan sosial-ekonomi dan distribusi kekayaan dan pendapatan

Keadilan adalah meletakkan sesuatu pada tempat yang sebenarnya. Memiliki dua
unsur pengertian yaitu (a) Bentuk dari keseimbangan dan perbandingan antara orang
yang memiliki hak. (b)Hak seseorang diberikan dan diserahkan dengan cara
seksama. Keadilan memiliki nilai nilai keadilan berlandaskan pada prinsip
persamaan dan persaudaraan yang dimana setiap memiliki hak yang sama untuk
mendapatkan kekayaan dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya tanpa
membedakan ras dan golongan.

Persaudaraan memiliki arti bahwa setiap individu adalah saudara. Semuannya


adlah makhluk Allah dan juga harus saling manyayangi 7. Namun maksud dari
keadilan bukanlah penyamarataan dalam aktivitas disribusi kekayaan, hal ini
disebabkan karena setiap masing-masing individu memiliki perbedaan-perbedaan
yang mendasar dalam memperoleh kekayaan yang memungkinkan unttuk terjadi
perolehan kekayaan dan juga bukan penguasaan kekayaan maksimal dan
mempertahankn kekayaan diri sendiri sebagai hasil dari kerja keras dan jerih payah.

Namun keadilan mencerminkan bahwa imbalan berupa materi haruslah siberikan


secar wajar atas kerja keras dan kontribusinya terhadap output yang diberikan.
Memang kekayaan merupakan hasil dari jerih payah individu, namun didalam

7
M. Azwir Daini Tara, Strategi Pembangunan Ekonomi Kerakyatan (Jakarta: Nuansa Madani, 2000). Lihat juga,
Chapra, Sistem Moneter ...., h. 4

8
kekayaan tersebut tetap ada hak orang lain didalamnya. Oleh karena itu kekayaan
harus didistribusikan kepada individu yang memiliki hak melalui zakat, infaq dan
shadaqah. Oleh karena itu kebijakan moneter islam dapat mengurangi konsentrasi
kekayaan dan kekuasaan ditangan segelintir orang-orang tertentu.8

3. Stabilitas Nilai Uang

Stabilitas nilai uang memiliki pengaruh yang besar terhadap keberlangsungan


perekonomian baik secara idiologi maupun praktek. Hal in disebabkan karena uang
yang menentukan nilai dan harga suatu barang dan jasa. 9 Ketidak menentuan uang
hanya akan mengakibatkan kerusakan pada perekonomian, dikarenakan orde
ekonomi didasarkan pada prinsip penawaran sebelum melakukan permintaan,
sehingga penentuan suatu harga dengan tepat akan menjadi lebih sulit dilakukan.
Ketidak menentuan dari nilai uang yang lebih berbentuk inflasi dari pada deflasi, hal
ini menunjukkan bahwa uang tidak dapat berfungsi sebagai satuan hitung yang adil
dan benar, dan ini menyebabkan para pelaku ekonomi dapat berlaku tidak adil
terhadap pelaku lainnya tanpa disadari, dengan mememorosotkan aset-aset moneter
tanpa sepengetahuannya.

Stabilitas nilai uang merupakan prioritas uatama dalam kegiatan manajemen


moneter islam. Stabilitas niali uang yang tercermin dalam stabilitas tingkat harta
sangat berpengaruh terhadap realisasi pencapaian dari tujuan pembangunan ekonomi
suatu negara seperti; pemenuhan kebutuhan pokok, pemerataan distribusi pendapatan
dan kekayaan, tingkat pertumbuhan ekonomi riil yang maksimal, perluasan lapangan
pekerjaan dan stabilitas ekonomi secara menyeluruh.

STRATEGI KEBIJAKAN MONETER ISLAM

Dalam praktik kebijakan moneter yang dual financial system, menimbulkan


pertanyaan bagaimana otoritas yang memegang kebijakan moneter dalam
menentukan arah, strategi dan instrument kebijakan moneter. Belum lagi tentang
prinsip fundamental yang saling kontradiktif antara keuangan konvensional dengan

8
Umer Chapra, Islam dan Pertumbuhan Ekonomi (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), h. 87.
9
Mahmud Abu Saud, Garis-Garis Besar Ekonomi Islam (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), h. 38.

9
keuangan Syariah. Hal tersebut dijelaskan didalam keuangan konvensional yang
memperbolehkan suku bunga dan spekulasi. Sementara itu, suku bunga dan spekulasi
telah dilarang dalam sistem keuangan islam. Dalam sudut pandang islam, aktivitas
keuangan merupakan bagian dari investasi yang terikat dengan sektor riil.

Dengan adanya perbedaan yang kontradiktif terkait prinsip fundamental tersebut,


maka cara pandang dalam mengdapai masalah-masalah terkait moneter pun juga
berbeda. Dalam sudut pandang islam, motif memegang uang karena alas an spskulasi
tidak dipeerbolehkan karena Tindakan tersebut hukumnya haram dalam islam. Selain
itu, ketiadaan suku bunga yang merupakan bahan analisis dari tindakan spekulasi
menjadi terjadinya Tindakan tersebut dapat dihapus. Dengan dilarang suku bunga,
variabel kunci dari kebijakan moneter berubah menjadi jumlah uang yang beredar
yang harus diatur sedemikian rupa untukmencukupi kebutuhan di sektor riil dalam
mencapai pertumbuhan ekonomi.

Jumlah uang yang beredar harus tepat dengan kebutuhan disektor riil agar dapat
mengelola kapasitas perekonomian supaya penawaran barang dan jasa terpenuhi
secara maksimal dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Otoritas kebijakan
mineter islam akan mengatur jumlah uang yang beredar agar dapat digunakan dengan
optimal dan maksimal untuk menggerakkan perekonomian di sektor riil. Apabila
terdapat peningkatan harga yang disebabkan oleh lebih rendahnya tingkat penawaran
dibandingkan dengan permintaan, maka tugas otoriter moneter yaitu kebijakan yang
dapat meningkatkan aktivitas oroduksi barang dan jasa sehingg adapat meningkatkan
penawaran agregat. Dengan demikian, kebiajakn moneter islam cenderung kepada
kebiajakn moneter expansif. Sedangkan kebijakan moneter konvensional cenderung
tidak sejalan dengan kebijakan moneter islam. Kebijakan yang bersifat kontraktif
dilakukan dengan cara menahan salah satu sumber daya, yaitu uang dan hal itu tentu,
melanggar prinsip islam dengan melakukan penimbunan (ihtikar).

Terkait pemahaman tersebut, Darsono Juhro (2018) mengungkapkan bahwa bank


sentral khusunya di Indonesia dalam menerapkan kebijakan moneter dengan sistem
ganda dapat melakukan strategi berikut ini:

a. Menentukan kebijakan moneter islam yang tetap berada dalam sistem keuangan
ganda dengan satu otoritas yang sama, mengarahkan kebijakan moneter

10
konvensional maupun islam dalam satu arah, tapi tetap berada dalam koridor
yang tidak bertentangan dengan islam.
b. Membuat kebijakan moneter yang inovatif yang tidak hanya berfokus pada
jumlah uang yang beredar, namun juga fokus pada akvitas sektor riil. Sehingga
pencapaian stabilitas keuangan selaras dengan stabilitas di sektor riil.
c. Meningkatkan upaya untuk merangkai kebijakan yang sesuai dengan kondisi
sistem keuangan ganda
d. Membangun infarstruktur yang mendukung kebijakan moneter islam yang sesuai
dengan prinsip Syariah
e. Menyusun peraturan perundang-undangan yang mendukung keberlangsungan
kebijakan moneter islam
f. Meingkatkan skala aktivitas industry keuangan dan perbankan islam sehingga
kebijakan moneter islam menjadi efektif.
MANAJEMEN MONETER TANPA UNSUR RIBA
Manajemen moneter merupakan pengelolaan yang berlandaskam pada nilai-nilai
islam, diharapkan dapat menciptakan stabilitas harga dan perekonomian yang
kondusif untuk memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan pembangunan
ekonomi suatu negara.10 Dasar pokok dalam manajemen moneter islam adalah
dengan menjadikan suku bunga tidak berlaku dan melaksanakan keadilan distribusi
kekayaan.
Manajemen moneter yang berbasis islam mencakup:
1. Manajemen permintaan uang / Money Demoand.
Permintaan akan uang oleh masyarakat memiliki tiga motif. Yang pertama
adalah untuk transaksi. Orang-orang yang memegang uang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhannya dan memperlancar segala transaksi yang dilakukannya.
Permintaan akan uang untuk motif ini dipengaruhi oleh tingkat pendapatan
nasional. Apabila semakin tinggi pendapatan nasional suatu negara, maka
semakin besar pula volume transaksi dan permintaan akan uang tersebut.11
Permintaan akan uang mencakup (a) Transaksi untuk kebutuhan barang dan jasa.
(b) Transaksi untuk investasi, seperti investasi produktif dan non produktif. (c)
Transaksi ekspor barang dan jasa. (d) Transaksi impor. Semua jenis transaksi
tersebut bisa dilakukan oleh individu ataupun pemerintah.

10
Muhammad, Kebijakan Fiskal…, 163
11
Muhdarsah Sinungan, Uang dan Bank, (Jakarta: Rieneka cipta, 1995), 31

11
Yang kedua adalah permintaan uang untuk berjaga-jaga. Orang memegang
uang untuk berjaga-jaga terhadap ketidak beruntungan dan juga adanya fluktuasi
harga. Manfaat yang dapat diperoleh dari motif karena sifat uang yang likuid.
Uang bisa dengan mudah ditukarkan dengan barang dan jasa. Permintaan ini
dipengaruhi oleh factor-faktor yang sama dengan permintaan uang untuk
transaksi. Yang ketiga adalah permintaan uang untuk spekulasi. Walaupun islam
melarang praktek ini, tidak menutup kemungkinan diantara masyarakat terdapat
orang yang menggunakan uang untuk tujuan tersebut dengan tujuan unutk
mendapatkan keuntungan dari sistem keuangan berbasis bunga, Pada perbankan
dengan menggunaka sistem bunga, pemilik kekayaan memiliki dua pilihan antara
memegang uang dalam bentuk tunai dan obligasi / surat berharga. Bagi pemilik
kekayaan memegang uang tunai tidak memberikan penghasilan, sedangkan
obligasi mampu memberikan keuntungan di setiap periode dalam jumlah tertentu
yang besar kecilnya ditentukan oleh tingkat suku bunga. Apabila tingkat suku
bunga turun maka harga obligasi naik dan apabila tinfkat suku bunga naik, maka
harga ibligasi turun.
Manajemen permintaan uang dalam islam adalah dengan menggunakan
intrumen dasar berikut; pertama adalah value jugmement. Merupakan instrument
yang dapat menciptakan suasana yang memungkinkan untk alokasi dan distribusi
sumber daya keuangan sesuai dengan ajaran islam. Uang diibaratkan seperti
persediaan air merupakan sumber daya milik negara. Dan oleh karena itu harus
digunakan demi kesejahteraan bagi seluruh masyarakat.
Pengelolaan sumber daya uang oelh bank sentral didasarkan pada pembiayaan
produksi dan impor serta distribusi barang dan jasa yang dibutuhkan seluruh
masyarakat. Barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarkat harus di proritaskan
terlebih dahulu dan juga barang yang manyangkut hajat mayoritas masyarakat.
Kedua adalah kelembagaan yang terhubung dengan kesejahtreaan ekonomi,
sosial, dan politik. Instrumen ini mencakup mekanisme harga yang dapat
meningkatkan efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya alam. Tujuan mekanisme
harga adalah untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan barang dan jasa
sehingga berada di posisi adil. Mekanisme harga yang disertai nilai-niai islam
akan akan mempermudah langkah pencapaian tujuan.
ketiga adalah fianacial intermediation yang berdasarkan profit dan loss
dhring. Permintaan akan uang akan dialokasikan untk proyek-proyek yang

12
beermanfaat dan kepada debitur-debitur yang mungkin mampu untk mengelola
pryek secara efisien. Diharapkan dapat untk meminimalisasi permintaan uang
untuk pemanfaatan yang tidak berguna, non produktif dan spekulaktif.
Diharapkan mampu membentuk masyarkat yang memiliki niali interpreunership
yang tinggi meskipun ia berasal dari keluarga miskin, sedangkan bagi orang kaya
juga bisa ikut berkontribusi, sehingga mampu menciptakan lapangan pekerjaan
dan oemenuhan kebutuhan dasar.
2. Manajemen penawaran uang / supply money.

Penawaran uang merupakan jumlah uang yang beredar di maysrakat besar


kecilnya penawaran ditentukan masyarakat umum, bank-bank umum dan yang
utama melalui bank sentral. Uang yang beredar adalah jumlah seluruh uang kartal
dan giral ynag digunakan masyarakat. Uang memiliki arti sempit dan arti luas,
uang dalam arti sempit merupakan uang yang beredar dan hanya mencakup uang
kartal. Uang giral merupakan seluruh nilai saldo dalam rekening koran yang diana
dimiliki oleh mayarakat.

Dalam arti luas, selain uang kartal dan uang giral yang beredar, uang yang
beredar juga mencakup uang kuasi yang terdiri dari deposito berh\jangka,
tabungan dan rekening tabungan valuta asing milik swasta domestic. Hal ini
berdasarkan anggapan bahwa uang kuasi memiliki fungsi yang sama dengan uang
tunai yang memiliki sifat mudah untuk diubah dan dipakai untuk melakukan
transaksi dengan lancara tanpa adanya hambatan.

Terkait kebijakan moneter, uang kuasi yang beredar dimasyarakat perlu


mendapatkan perhatian cukup serius, karena nilai kekayaan yang terkandung
didalamnya. Nilai kekayaan tersebut mencerminkan pengeluaran yang dapat
diciptakan masyarakat, Menunjukkan besarnya daya beli yang dimiliki
masyarakat dalam melakukan transaksi dalam pemenuhan barang dan jasa.

Hal yang cukup mendasar dalam pengelolaan penawaran uang islam adalah
upaya untuk terjadinya keseimbangan antara permintaan uang dan penawaran
uang dan pengalokasian penawaran uang sehingga mencapai tujuan ekonomi yang
diharapkan berlangsung dengan baik.

13
INSTRUMEN KEBIJAKAN MONETER DALAM ISLAM

Dalam kebijakan moneter islam, instrumen yang digunakan untuk


menjalankan kebijakan dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu (a)
Kontrol kwantitatif terhadap penyaluran dana dan (b) Methode yang dapat
menjamin alokasi pembiayaan yang dapat berlangsung dengan baik terhadap
sektor-sektor yang bermanfaat dan lebih produktif. Kontrol kwantitatif pada
penyaluran dana berupa;

1. Statutoryreserve requirement.
Merupakan instrumen yang penting dalam islam karena diskon rate dan
operasi pasar terbuka tidak dapat berlaku disini. Bank komersial diwajibkan untuk
menyimpan Sebagian dananya yang bersumber dari demand deposit bank sentral
sebagai statutory reserve. Berlaku hanya kepada demand deposit bukan karena
mudarobah deposit yang merupakan penyertaan modal dari penabung pada bank
tersebut yang kemungkinan mandapatkan laba maupun rugi.12
2. Credit selling.

Merupakan Batasan nilai tertinggi yang diberikan bank komersial guna


menjamin penciptaan credit total seluruhnya sesuai dengan target moneter.
Mengandalkan reseve requirement memudahkan bank sentral dalam melakukan
penyesuaian pada High Powered Money

3. Demand Deposit.
Instrument yang digunakan untuk mempengaruhi reserve di bank komersial,
pemerintah berwenang unutk memindahkan demand deposit pemerintah yag ada
pada bank sentral kepada bank komersial. Instrumen ini mirip dengan operasi
pasar terbuka yang dimana bank sentral langsung mempengaruhi terhadap bank
komersial.
4. Common pool.

Merupakan instrumen yang mensyaratkan seluruh bank komersial untuk


menyisihkan sebgaian deposit yang dikuasai dalam porsi tertentu melalui
kesepakatan bersama untuk tujuan menanggulangi masalah lukuiditas. Fungsi inin

12
Muhammad, Kebijakan Fiskal…, 167

14
mirip dengan faslitas rediskonto pada bank konvensional dalam memecahkan
masalalh likuiditas.13

5. Moral Suasion.

Instrumen dilakukan dengan cara menghimbau kepada para bankir dan


nasabah untuk mengikuti seluruh kebijakan yang telah ditetapkan oleh bank
sentral, dsalah satu cara yaitu dengan kontak-kontak personal, melakukan
konsultasi dengan pertemuan bank santral dengan bank komersial untuk mangatur
dan menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh bank komersial. Dengan
instrummen ini, bank sentral dapat memberikan saran dengan jelas untuk bank
komersial untku mengatasi masalah sehingga memudahkan untk mencapai tujuan
perbankan yang telah di rencanakan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisa dari penelitian yang telah


dijabarkan sebelumnya, maka kami dapat menarik kesimpulan islam memiliki
sistem ekonomi monoter tersendiri dan berbeda dengan sistem kebijakan lainnya.
Kebijakan ekonomi islam tidak hanya bertujuan untuk menyeimbangkan
permintaan dan penawaran, namun juga bertujuan untuk melakukan pemerataan
dan distribusi kekayaan sehingga terwujudnya keadilan dan persaudaraan.

Dalam aspek manajemen, kebijakan moneter islam tidak berlaku suku bunga
karena sistem moneter islam memiliki perbedaan yang signifikan dengan sistem
moneter konvensional, yaitu sistem suku bunga. Instrumen moneter Islam
dikhususkan untuk memiliki fungsi yaitu: menjaga keseimbangan antara sektor riil
dan sektor keuangan dalam perekonomian, mencegah penumpukan jumlah uang
di sektor keuangan secara berlebihan, mencegah pelipatgandaan uang tanpa
dilandasi kegiatan produktif di sektor riil, meningkatkan daya tahan perekonomian
pada masa krisis, untuk menyalurkan kelebihan dana di perekonomian, dan
mengoptimalkan alokasi sumber daya perekonomian

13
Ibid.

15
DAFTAR PUSTAKA

Boediono. (2018). Ekonomi Moneter, BPEE.

Chapra, U. ( 2000). Sistem Moneter Islam, terj,Ikhwan Abidin , Jakarta: Tazkia Cendekia.

Juhro, D. (2018). Kebijakan Moneter Syariah dalam Sistem Keuangan Ganda, Tazkia
Publishing.

Manan, M. A. (1997). Teori dan Praktek Ekonomi Islam, Yogyakarta: Dana Bhakti
Wakaf.

Muhammad. (2002). Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Islam, , Salemba Empat.

Nabhani, T. A. (1996). Membangun sistem Ekonomi , Surabaya: Risalah Gusti.

Sinungan., M. ( 1995.). Uang dan Bank,, Jakarta: Rieneka Cipta.

Siregar, M. (2000). “Perlunya Manegemen Moneter yang dapat memperkecil kegiatan


spekulasi", Vol. 2, November, 2000, 13, Logos, 2001.

16

Anda mungkin juga menyukai