Anda di halaman 1dari 7

1.

KEBIJAKAN FISKAL

Kebijakan fiskal atau yang disebut juga dengan kebijakan anggaran


adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah melalui instrumen
kebijakan fiskal seperti pengaturan pengeluaran negara maupun pendapatan
negara yang ditujukan untuk mempengaruhi tingkat permintaan agregat
didalam perekonomian. Kebijakan fiskal dibedakan menjadi dua yakni
kebijakan fiskal aktif dan kebijakan fiskal pasif.

Kebijakan fisal aktif adalah kebijakan pemerintah dimana pemerintah


melakukan perubahan tingkat pajak atau program – program pengeluarannya.
Sementara itu, kebijakan fiskal pasif adalah segala sesuatu yang menurunkan
marginal propensity to spend dari pendapatan nasional, sehingga mengurangi
besarnya pengganda. Dengan kata lain, kebijakan ini adalah segala sesuatu
yang cenderung meningkatkan defisit pemerintah (menurunkan surplus
pemerintah) ataupun cenderung meningkatkan surplus pemerintah (menurunkan
defisit pemerintah) tanpa harus ada tindakan eksplisit oleh para pembuat
kebijakan.1

Dalam Islam, kebijakan fiskal merupakan suatu kewajiban negara dan


menjadi hak rakyat, sehingga kebijakan fiskal bukanlah semata-mata sebagai
suatu kebutuhan untuk perbaikan ekonomi maupun untuk peningkatan
kesejahteraan rakyat saja, akan tetapi lebih pada penciptaan mekanisme distribusi
ekonomi yang adil. Karena hakikat permasalahan ekonomi yang melanda umat
manusia adalah berasal dari bagaimana distribusi harta di tengahtengah
masyarakat terjadi. Jadi uang publik dipandang sebagai amanah di tangan
penguasa dan harus diarahkan pertama-tama pada lapisan masyarakat yang lemah
dan orang-orang miskin, sehingga tercipta keamanan masyarakat dan
kesejahteraan umum.2
1
Turmudi, Imam. "Kajian Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter dalam Islam." An-
Nawa: Jurnal Studi Islam 1.2 (2019): 74-90.
2
Rahmawati, Lilik. "Kebijakan Fiskal dalam Islam." Al-Qanun: Jurnal Pemikiran dan
Pembaharuan Hukum Islam 11.2 Des (2008): 436-361.
Instrument fiskal yang digunakan dalam ekonomi Islam adalah :
1. Zakat
Dari segi bahasa zakat mempunyai beberapa arti yaiti : al-barakatu (keberkahan),
alnamaa’ (pertumbuhan dan perkembangan), at-haharu (kesucian), dan ash-
shalahu (keberesan). Zakat adalah ibadah wajib, yang termasuk salah satu rukun
Islam yang lima. Zakat memiliki posisi yang penting, strategis dan menentukan,
baik dari segi ajaran Islam maupun dari sisi pembangunan kesejahteraan umat
manusia.Di dalam Al-Qur’an sangat banyak yang menyejajarkan kewajiban shalat
dengan kewajiban zakat dalam brbagai bentuk kata.
2. Pajak
Pada masa Rasullullah pajak merupakan sumber utama pendapatan Negara.
Berbagai jenis pajak yang dipungut meliputi :
a. Jizyah adalah pajak yang dibayarkan oleh orang-orang non muslim
khususnya ahli kitab, jaminan perlindungan jiwa, harta atau keadaan,
ibadah, bebas nilai dan wajib milier.
b. Kharaj adalah pajak tanah dari non-muslim. Kharaj merupakan pajak
khusus yang diberlakukan Negara atas tanah-tanah podukif yang dimiliki
rakyat.Bahkan pada kasus tetentu Negara memiliki hak untuk menyita
tanah yang berpotensi namun ditelantarkan oleh pemliknya atas alasan
kemaslahatan.Besarnya pajak jenis ini menjadi hak Negara dalam
penentuannya
c. Ushr adalah bea impor barang yang dikenakan pada semua pedagang.
Ushr merupakan pajak kusus yang dikenakan atas barang niaga yang
masuk ke Negara Islam (impor). Menurut Ummar Bin Khattab, ketentuan
ini berlaku sepanjang ekspor Negara Islam kepada Negara yang sama juga
dikenakan pajak ini.
3. Infaq-shadaqah-wakaf
Infaq-shadaqah-wakaf mrupakan pemberian suka rela dari rakyat demi
kepentingan ummat untuk mengharapkan ridha Allah SWT semata. Namun oleh
Negara dapat dimanfaatkan dapat digunakan Negara dalam melancarkan proyek-
proyek pembangunan Negara.
4. Ghanimah
Ghanimah merupakan pendapatan Negara yang didapat dari kemenangan perang.
Penggunaan uang yang berasal dari ghanimah ini, ada ketentuannya dalam Al-
Qur’an. Distribusi ghanimah empat perlimanya diberikan pada para prajurit yang
bertempur, sementara seperlimanya adalah khums (lihat penjelasan tentang
khums).
5. Khums
Khums adalah satu perlima bagian dari pendapatan (ghannimah) akibat dari
ekspedisi militer yang dibenarkan oleh syariah, dan kemudian pos penerimaan
Negara dari pos khums ini.
6. Fay
Menurut Muhammad Nejatullah Siddiqi, harta fay’ merupakan pendapatan
Negara selain yang berasal dari zakat. Jadi termasuk di dalamnya; kharaj,jizyah,
ghanimaah, ushr dan pendapatan-pendapaatan dari usaha-usaha komersil
pemerintah (misalkan pendapatann yang beraasaal dari perusahaann milik
pemerintah).
7. Pajak Khusus
Pajak ini penentuan pemungutannya tergantung kondisi perekonomian negara
dalam memutuskan besar pajak yang akan dipungut. Misalnya dalam menjalankan
fungsi negara yang pertama, yaitu memenuhi kebutuhan minimal penduduk,
ketika zakat dan harta fay’ tidak cukup dalam mewujudkan fungsi tersebut, maka
kebijakan selanjutnya negara dapat mengenakan pajak khusus yang dikenakan
pada sekelompok orang kaya diantara masyarakat.3

2. KEBIJAKAN MONETER
Kebijakan Moneter adalah kebijakan yang dikeluarkan oleh bank sentral
atau otoritas moneter yang meliputi bentuk pengendalian besaran moneter dan

3
Al-Fadli, Al-Fadli. "KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER DALAM PERSPEKTIF
EKONOMI ISLAM." Islamika: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman 15.1 (2015).
atau suku bunga untuk mencapai tujuan perekonomian yang diinginkan.
Kebijakan moneter merupakan kebijakan pemerintah untuk memperbaiki keadaan
perekonomian melalui pengaturan jumlah uang beredar. Besaran moneter terdiri
atas uang primer (M0), uang beredar dalam artian sempit (M1), dan uang beredar
dalam artian luas (M2).4
Kebijakan Moneter adalah kebijakan pemerintah untuk memperbaiki
keadaan perekonomian melalui pengaturan jumlah uang beredar. Untuk mengatasi
krisis ekonomi yang hingga kini masih terus berlangsung, disamping harus
menata sektor riil, yang tidak kalah penting adalah meluruskan kembali sejumlah
kekeliruan pandangan di seputar masalah uang. Bila dicermati, krisis ekonomi
yang melanda Indonesia, juga belahan dunia lain, sesungguhnya dipicu oleh dua
sebab utama, yang semuanya terkait dengan masalah uang. (a) Pertama, persoalan
mata uang, dimana nilai mata uang suatu negara saat ini pasti terikat dengan mata
uang negara lain (misalnya rupiah terhadap dolar AS), tidak pada dirinya sendiri
sedemikian sehingga nilainya tidak pernah stabil karena bila nilai mata uang
tertentu bergejolak, pasti akan mempengaruhi kestabilan mata uang tersebut. (b)
Kedua, kenyataan bahwa uang tidak lagi dijadikan sebagai alat tukar saja, tapi
juga sebagai komoditi yang diperdagangkan (dalam bursa valuta asing) dan ditarik
keuntungan (interest) alias bunga atau riba dari setiap transaksi peminjaman atau
penyimpanan uang.5
Terdapat tiga instrumen dasar kebijakan moneter yang tersedia bagi bank
sentraldalam melaksanakan kebijakan moneternya.Instrumen-instrumen dasar ini
adalah rasio cadangan yang disyaraktkan.Tingkat diskonto, dan operasi pasar
terbuka.

a. Giro Wajib Minimum (GWM)

Bank berperan esensial memperantarai dana-dana dalam bentuk simpanan dari


unit-unit ekonomi yang mempunyai ekses dana, ke unit-unit yang membutuhkan

4
Adhitya Wardhono dan dkk, Perilaku Kebijakan Bank Sentral (Jawa Timur: Pustaka Abadi, 2019),
hal.22 - 23
5
Latifah, Nur Aini. "Kebijakan Moneter dalam Perspektif Ekonomi Syariah." Jurnal
Ekonomi Modernisasi 11.2 (2015): 124-134.
dana dalam bentuk pemberian pinjaman. Namun, bank disyaratkan menjaga
sesuatu porsi simpanan sebagai cadangan, yang mana tidak dapat dipinjamkan,
sebagaimana yang disyaratkan oleh bank sentral. Persentase simpanan yang harus
dijaga sebagai cadangan adalah rasio giro wajib minimum (required reserve ratio).

b. Tingkat Diskonto

Bank sentral tidak hanya menjalankan fungsi regulasi dan kontrol moneter,
melainkan juga berfungsi sebagai bank bagi perantara-perantara keuangan.
Sebagai bank bagi bank, bank sentral juga membentangkan pinjaman-pinjaman
kepada bank-bank yang membutuhkan dana. Suku bunga yang dikenakan oleh
bank sentral atas pinjamannya kepada bankbank diistilahkan sebagai tingkat
diskonto (discount rate).

c. Operasi Pasar Terbuka

Operasi Pasar Terbuka (open-market operation) melibatkan jual beli sekuritas12


pemerintah oleh bank sentral di pasar terbuka.Secara mendasar, operasi ini
merupakan pertukaran aset-aset keuangan dan aset-aset moneter antara bank
sentral dan publik.Pada pembelian di pasar terbuka, bank sentral memberi
sekuritas publik dari, katakanlah, bank-bank komersial. Tindakan ini akan
meredukasi sekuritas publik yang dipegang oleh bank-bank komersial dan
fortofolio aset mereka. di dalam pertukaran, bank-bank komersil tersebut
menerima bayaran dalam konteks kenaikan cadangan.

Selain itu, menurut Adiwarman Karim, Bank Sentral dalam melakukan


implementasi kebijakannya mempunyai empat macam instrument utama, yaitu:

a) Kebijakan Pasar terbuka. (Open Market Operation). Kebijakan membeli


atau menjual surat berharga atau obligasi di pasar terbuka. Jika bank
sentral ingin menambah suplai uang maka bank sentral akan membeli
obligasi, dan sebaliknya bila akan menurunkan jumlah uang beredar maka
bank sentral akan menjual obligasi.
b) Penentuan Cadangan Wajib Minimum. (Reserve Requirement). Bank
sentral umumnya menentukan angka rasio minimum antara uang tunai
(reserve) dengan kewajiban giral bank (demand deposits), yang biasa
disebut minimum legal reserve ratio. Apabila bank sentral menurunkan
angka tersebut maka dengan uang tunai yang sama, bank dapat
menciptakan uang dengan jumlah yang lebih banyak daripada sebelumnya.
c) Penentuan Discount Rate. Bank sentral merupakan sumber dana bagi
bankbank umum atau komersial dan sebagai sumber dana yang terakhir
(the last lender resort). Bank komersial dapat meminjam dari bank sentral
dengan tingkat suku bunga sedikit di bawah tingkat suku bunga kredit
jangka pendek yang berlaku di pasar bebas. Discount rate yang bank
sentral kenakan terhadap pinjaman ke bank komersial mempengaruhi
tingkat keuntungan bank komersial tersebut dan keinginan meminjam dari
bank sentral. Ketika discount rate relatif rendah terhadap tingkat bunga
pinjaman, maka bank komersial akan mempunyai kecendrungan untuk
meminjam dari bank sentral.
d) Moral Suasion atau Kebijakan Bank Sentral yang bersifat persuasif berupa
himbauan/bujukan moral yang memengaruhi tindak-tanduk para bankir
dan manajer senior institusi-institusi finansial dalam kegiatan operasional
keseharian bisnisnya, agar searah dengan kepentingan publik/pemerintah.6

DAFTAR PUSTAKA

6
Ajuna, Luqmanul Hakiem. "Kebijakan Moneter Syariah." Al-Buhuts 13.01 (2017): 104-
117.
Turmudi, Imam. "Kajian Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter dalam
Islam." An-Nawa: Jurnal Studi Islam 1.2 (2019): 74-90.

Rahmawati, Lilik. "Kebijakan Fiskal dalam Islam." Al-Qanun: Jurnal Pemikiran


dan Pembaharuan Hukum Islam 11.2 Des (2008): 436-361.

Al-Fadli, Al-Fadli. "KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER DALAM


PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM." Islamika: Jurnal Ilmu-Ilmu
Keislaman 15.1 (2015).

Adhitya Wardhono dan dkk, Perilaku Kebijakan Bank Sentral (Jawa Timur:
Pustaka Abadi, 2019), hal.22 – 23

Latifah, Nur Aini. "Kebijakan Moneter dalam Perspektif Ekonomi


Syariah." Jurnal Ekonomi Modernisasi 11.2 (2015): 124-134.

Ajuna, Luqmanul Hakiem. "Kebijakan Moneter Syariah." Al-Buhuts 13.01 (2017):


104-117.

Anda mungkin juga menyukai