Anda di halaman 1dari 5

Pengertian Kebijakan Fiskal

 Secara konvensional. Kebijakan fiskal adalah serangkaian tindakan pemerintah untuk


mengatur pengeluaran dan pendapatan negara dengan tujuan mencapai
stabilitas/keseimbangan pendapatan dan pengeluaran, merangsang pertumbuhan
ekonomi, dan mengatasi masalah seperti ketimpangan pendapatan dan pengangguran.

 Dalam Islam, kebijakan fiskal merupakan salah satu perangkat untuk mencapai tujuan
syariah yang menurut imam al-Ghazali termasuk peningkatan kesejahteraan dengan
tetap menjaga keimanan, kehidupan, intelektualitas, kekayaan dan kepemilikan. Pada
dasarnya kebijakan fiscal telah lama dikenal dalam teori ekonomi Islam, yaitu sejak
zaman Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin, dan kemudian dikembangkan oleh para
ulama. Ibnu Khaldun (1404) mengajukan obat untuk resesi berupa mengecilkan pajak
dan meningkatkan pengeluaran pemerintah, pemerintah adalah pasar terbesar, ibu dari
semua pasar, dalam hal besarnya pendapatan dan penerimaannya.

Prinsip Kebijakan Fiskal


Adapun kaidah syariah yang berkaitan dengan pengaturan pengeluaran (belanja) dan
pendapatan negara melalui pemerintah yaitu :
a. Kebijakan belanja rutin harus sesuai dengan maslahat umum, tidak boleh dikaitkan dengan
kemaslahatan seseorang atau kelompok masyarakat tertentu, apalagi kemaslahatan pejabat
pemerintah.
b. Kaidahefisiensi dalam belanja rutin, yaitu mendapatkan sebanyak mungkin manfaat
dengan biaya yang semurah-murahnya. Kaidah ini akan membawa pemerintah jauh dari sifat
mubazir dan kikir, di samping alokasinya harus pada sektor-sektor yang sesuai syariah.
c. Prinsip keadilan. Artinya, tidak hanya berpihak pada orang kaya saja dalam pembelanjaan.
d. Prinsip komitmen dengan aturan syariah, maka alokasi belanja negarahanya boleh pada
hal-hal yang mubah dan menjauhi yang haram.
e. Prinsip komitmen dengan skala prioritas syariah, dimulai dari yang wajib, sunnah, mubah
atau darurah, hajiyyat, dan kamaliyyah.
Instrumen Kebijakan Fiskal dalam Islam (1)
a. Pendapatan negara
Di antara instrumen kebijakan fiskal yang termasuk kedalam kebijakan anggaran
pendapatan negara antara lain :
1) ZISWA (Zakat-Infaq-Sedekah-Wakaf)
 Zakat menurut istilah agama Islam adalah kadar harta yang tertentu yang diberikan
kepada orang yang berhak menerimanya, dengan beberapa syarat. Zakat sebagai salah
satu pendapatan negara Islam yang digunakan sebagai pemerataan, walaupun hasil
zakat tergolong kecil dibandingkan dengan pajak, tetapi zakat cukup membantu dalam
perekonomian karena akan membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
 Infaq menjadi salah satu pendapatan negara sebagai suatu pemerataan terhadap
distribusi pendapatan, namun infaq bukanlah sebuah kewajiban, namun merupakan
sebuah anjuran.
 Sedekah adalah salah satu komponen penting dalam metode penanggulangan
kesejahteraan rakyat. Sedekah ialah segala pemberian yang dengan kita
mengharapkan pahala dari Allah SWT. Pemberian yag dimaksud dapat diartikan
secara luas, baik itu pemberian yang berupa harta maupun pemberian yang berupa
perbuatan atau sikap baik
 Wakaf adalah suatu distribusi kekayaan kepada suatu instansi atau lembaga untuk
keperluan bersama dan tidak dimiliki secara pribadi.
2) Ghanimah
Ghanīmah adalah harta hasil rampasan perang yang berasal dari hasil memerangi orang
kafir atau yang memusuhi Islam. Secara khusus, distribusi ghaimah sudah diatur dalam QS :
Al- Anfāl : 41. Dalam konteks perekonomian modern, ghanimah juga bisa berasal dari barang
sitaan pemerintah akibat dari pelanggaran hukum, barang temuan dan barang tambang.
Dalam istilah lain Ghanimah dikenal dengan khums
3) Jizyah
Jizyah adalah pajak perlindungan dari negara muslim terhadap warganya yang non
muslim yang mampu. Perlindungan yang dimaksud baik dalam maupun gangguan-gangguan
dari pihak luar. Dan ini sejalan secara adil dengan penduduk Muslim sendiri, yang telah
dibebani beberapa instrumen biaya yang harus dikeluarkan ke negara, seperti zakat. Selain
itu, pemerintah juga harus memenuhi kebutuhan pendidikan maupun kesehatan non muslim
tersebut.
4) Kharraj
Kharâj merupakan pajak khusus yang diberlakukan negara atas tanah-tanah yang
produktif yang dimiliki rakyat. Pada era awal Islam, kharâj sebagai pajak tanah dipungut dari
non-Muslim ketika Khaybar ditaklukkan. Tanahnya diambil alih oleh orang Muslim dan
pemilik menawarkan untuk mengolah tanah tersebut sebagai pengganti sewa tanah dan
bersedia memberikan sebagian hasil produksi kepada negara.
Jumlah dari kharâj bersifat tetap, yaitu setengah dari hasil produksi. Kharraj
merupakan kebijakan pertama yang dikeluarkan oleh Rasulullah saw. Di Indonesia, kharraj
sama dengan PBB.
5) Ushur
Ushur merupakan pajak khusus yang dikenakan atas barang niaga yang masuk ke
Negara Islam (impor). Menurut Umar bin Khattab, ketentuan ini berlaku sepanjang ekspor
Negara Islam kepada Negara yang sama juga dikenakan pajak ini. Di indonesia, istilah ini
lebih dikenal dengan cukai.
6) Pendapatan lain
Pendapatan lain dapat berupa kaffarat (denda) atau juga orang yang meninggal yang
tidak mempunyai pewaris.

b. Pengeluaran Negara
Secara umum, pengeluaran negara di dalam islam dibagi menjadi :
1) Belanja kebutuhan operasional pemerintah yang rutin. Kebijakan belanja rutin pemerintah
harus sesuai dengan azas maslahat umum, tidak boleh dikaitkan dengan kemaslahatan
seseorang terlebih pada kepentingan pribadi.
2) Belanja umum yang dapat dilakukan pemerintah apabila sumber dananya tersedia.
3) Belanja umum yang berkaitan dengan proyek yang disepakati oleh masyarakat beserta
pendanaannya. Seperti pembangunan jalan, jembatan, lembaga pendidikan dan lain
sebagainya.

c. Utang Negara
Utang negara dapat berasal dari dalam negri maupun luar negeri. Utang saat ini tidak lagi
sebagai pemenuh anggaran, tetapi sebagai instrumen kebijakan fiskal guna menstimulasi
perekonomian suatu negara.
1) Sukuk
Sukuk berdasarkan Fatwa Dewan Syariah (DSN) Nomor 32/DSN-MUI/IX/2002
menjelaskan, yang dimaksud dengan obligasi syariah adalah sebuah surat berharga jangka
panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan oleh emiten kepada pemegang obligasi
syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi
syariah berupa bagi hasil/margin/fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh
tempo.
2) Pinjaman dalam negeri
Pinjaman dalam negeri bisa berasal dari pinjaman kepada bank sentral maupun bank bank
lain didalam negeri.

3) Pinjaman luar negeri


Pinjaman luar negeri bisa berasal dari pinjaman kepada bank dunia mapun negara negara lain
yang bersedia memberi piutang. Seperti yang pernah dilakukan Indonesia untuk
menanggulangi krisis pada tahun 1998 dengan meminjam kepada IMF (International
Monetery Found) .

Instrumen Kebijakan Fiskal (2)


Kebijakan Fiskal dalam Islam ada beberapa instrument berikut:
1) Jizyah, adalah pajak perlindungan yang diberikan kepada penduduk non-Muslim pada
suatu negara dibawah pengaturan Islam.
2) Ghanimah, adalah harta rampasan perang yang diperoleh dari suatu wilayah yang
didahului dengan peperangan.
3) Fa’I, yakni harta rampasan perang yang diperoleh dari suatu wilayah tanpa melalui
peperangan artinya penduduk kabur, tidak mengadakan perlawanan, atau terjadinya
kesepakatan damai.
4) Zakat, adalah harta tertentu yang harus dikeluarkan oleh orang yang beragama islam dan
diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya (mustahiq zakat).
5) Ushr, merupakan pajak yang harus dibayar oleh para pedagang muslim maupun non-
muslim atau dikenal dengan bea cukai.
6) Kharaj, merupakan pajak yang dibebankan kepada tanah-tanah yang ditaklukkan ole
kaum muslim yang dibiarkan tetap dimiliki sebelumnya guna untuk produktivitaskan tanah
tersebut (hasil pertanian).
7) Nawaib, merupakan pajak yang dibebankan kepada orang kaya muslim dikarenakan
negara kekurangan dana akibat perang yang panjang dan menghabiskan kas negara.
8) Amwal Fahla, berasal dari harta kaum muslim yang meninggal tanpa ahli waris, atau
berasal dari barang-barang seorang muslim yang meninggalkan negrinya.

Fungsi Uang dalam perspektif Ekonomi Islam


Dalam ekonomi Islam, fungsi uang yang diakui hanya sebagai alat tukar (medium of
exchange) dan kesatuan hitung (unit of account). Uang itu sendiri tidak memberikan
kegunaan/manfaat, akan tetapi fungsi uanglah yang memberikan kegunaan. Uang menjadi
berguna jika ditukar dengan benda yang nyata atau jika digunakan untuk membeli jasa. Oleh
karena itu uang tidak bisa menjadi komoditi/barang yang dapat diperdagangkan. Menurut
pendapat Mahbubi Ali menyatakan bahwa dalam islam uang hanya berfungsi sebagai alat
tukar Jadi uang adalah sesuatu yang terus mengalir dalam perekonomian, atau lebih dikenal
sebagai flow concept. Konsep ini berbeda dengan sistem perekonomian kapitalis, di mana
uang dipandang tidak saja sebagai alat tukar yang sah (legal tender) melainkan juga
dipandang sebagai komoditas. Menurut al-Ghazali dalam Gamal, uang diibaratkan cermin
yang tidak mempunyai warna, tetapi dapat merefleksikan semua warna, yang maksudnya
adalah uang tidak mempunyai harga, tetapi merefleksikan harga semua barang, atau dalam
istilah ekonomi klasik disebutkan bahwa uang tidak memberikan kegunaan langsung (direct
utility function), yang artinya adalah jika uang digunakan untuk membeli barang, maka
barang itu yang akan memberikan kegunaan.
Dalam konsep ekonomi Islam uang adalah milik masyarakat (money is public goods). Barang
siapa yang menimbun uang atau dibiarkan tidak produktif berarti mengurangi jumlah uang
beredar yang dapat mengakibatkan tidak jalannya perekonomian. Jika seseorang sengaja
menumpuk uangnya tidak dibelanjakan, sama artinya dengan menghalangi proses atau
kelancaran jual beli. Implikasinya proses pertukaran dalam perekonomian terhambat. Di
samping itu penumpukan uang/harta juga dapat mendorong manusia cenderung pada sifat-
sifat tidak baik seperti tamak, rakus dan malas beramal (zakat, infak dan sadaqah). Sifat-sifat
tidak baik ini juga mempunyai imbas yang tidak baik terhadap kelangsungan perekonomian.
Oleh karenanya Islam melarang penumpukan / penimbunan harta, memonopoli kekayaan.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat dinyatakan bahwa dalam
perspektif Islam fungsi uang hanya terbatas pada uang sebagai alat tukar barang dan jasa.
Islam melarang penumpukan uang dan menjadikan uang sebagai sebuah komuditas. Dalam
teori moneter modern, penimbunan uang berarti memperlambat perputaran uang. Hal ini
berarti memperkecil terjadinya transaksi, sehingga perekonomian menjadi lesu.

Inflasi dalam perspektif Ekonomi Islam

Anda mungkin juga menyukai