Anda di halaman 1dari 3

Nama : Mashithoh Fithri Azzahra

NIM : 20212066020211

Mata Kuliah : Ekonomi Publik dan Moneter Islam

Dosen : Lutfi Rohmah Aini, S. E, M. Sc

Prodi : Ekonomi Syariah

1. A. Pendapatan pajak (Kharaj dan Jizyah)

a. Kharaj merupakan pajak khusus yang diberlakukan Negara atas tanah-tanah yang produktif
yang dimiliki rakyat. Pada era awal Islam, kharaj sebagai pajak tanah dipungut dari non-Muslim
ketika Khaybar ditaklukkan. Tanahnya diambil alih oleh orang Muslim dan pemilik menawarkan
untuk mengolah tanah tersebut sebagai pengganti sewa tanah dan bersedia memberikan
sebagian hasil produksi kepada negara. Jumlah dari kharaj bersifat tetap, yaitu setengah dari
hasil produksi.

Kharaj adalah pajak terhadap tanah, yang bila dikonversi ke Indonesia, ia dikenal sebagai Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB). Oleh karena itu, perbedaan mendasar antara sistem kharâj dan
sistem PBB adalah kharaj ditentukan berdasarkan tingkat kesuburan produktivitas dari tanah
(land productivity), dan bukan berdasarkan zona sebagaimana dalam aturan sistem PBB (zona
strategi). Hal ini bisa jadi dalam sistem kharâj, tanah yang bersebelahan, yang satu ditanami
buah kurma dan tanah lainnya ditanami buah anggur, mereka harus membayar kharaj yang
berbeda.

Yang menentukan jumlah besar pembayaran kharaj adalah pemerintah. Secara spesifik,
besarnya kharaj ditentukan berdasarkan tiga hal, yaitu: karakteristik tanah/tingkat kesuburan
tanah, jenis tanaman (termasuk marketability dan quantity), dan jenis irigasi.

b. Jizyah merupakan pajak yang hanya diberlakukan bagi warga negara non-Muslim yang
mampu. Bagi yang tidak mampu seperti mereka yang sudah uzur, cacat, dan mereka yang
memiliki kendala dalam ekonomi akan terbebas dari kewajiban ini. Bahkan untuk kasus tertentu,
negara harus memenuhi kebuhhuhan pendiudik bukan Muslim tersebut akibat ketidak
mampuan mereka memenuhi kebutuhan minimalnya, sepanjang penduduk tersebut rela dalam
pemerintahan Islam. Hal ini berkaitan erat dengan fungsi pertama dari negara. Jadi pemenuhan
kebutuhan tidak terbatas hanya kepada penduduk Muslim saja.

Jizyah ini bisa disebut pula dengan istilah pajak perlindungan. Ketika nonMuslim hidup dengan
tenang dan mendapat jaminan perlindungan dari pemerintah Islam, maka dengan jizyah
tersebut bisa menjadi imbalannya. Perlindungan yang dimaksud baik dalam maupun gangguan-
gangguan dari pihak luar. Dan ini sejalan secara adil dengan penduduk Muslim sendiri, yang
telah dibebani beberapa instrumen biaya yang harus dikeluarkan ke negara, seperti zakat.

B. Pendapatan non pajak (Fay’, Ghanimah, Zakat)

a. Fay’ adalah sama dengan ghanîmah. Namun bedanya, ghanîmah diperoleh setelah menang
dalam peperangan. Sedangkan, fay’ tidak dengan pertumpahan darah.

Menurut Muhammad Nejatullah Siddiqi, harta fay’ adalah pendapatan negara selain dari zakat.
Jadi termasuk di dalamnya: kharâj, jizyah, ghanîmah, ‘usyur, dan pendapatan-pendapatan dari
usaha komersil pemerintah. Definisi ini lebih mempertimbangkan kondisi ekonomi kontemporer
saat ini yang strukturnya cukup berbeda dengan keadaan pada masa Rasulullah.

b. Ghanimah merupakan pendatan negara yang didapatkan dari hasil kemenangan dalam
peperangan. Distribusi hasil ghanimahbsecara khusus diatur langsung dalam Alquran surah al-
Anfâl ayat 41. empat perlima dibagi kepada para prajurit yang ikut dalam perang, sedangkan
seperlimanya sendiri diberikan kepada Allah, Rasul-Nya, karib kerabat Nabi, anak-anak yatim,
kaum miskin dan ibnu sabil. Dalam konteks perekonomian modern, pos penerimaan ini boleh
saja menggolongkan barang sitaan akibat pelanggaran hukum antar negara sebagai barang
ghanimah.

c. Zakat merupakan unsur penting karena sistemnya penunaiannya yang bersifat wajib
(obligatory zakat system), sedangkan tugas negara adalah sebagai ‘âmil dalam mekanismenya.
Zakat merupakan kewajiban bagi golongan kaya untuk memberikan perimbangan harta di
antara sesama masyarakat. Dalam negara yang memiliki sistem pemerintahan Islam, maka
negara berkewajiban untuk mengawasi pemberlakuan zakat. Negara memiliki hak untuk
memaksa bagi mereka yang enggan berzakat jika mereka berada pada taraf wajib untuk
mengeluarkan zakat. Apalagi jika mempertimbangkan keadaan masyarakat yang secara umum
lemah perekonomiannya.

Mencoba memperbandingkan dengan sistem konvensional, maka pemasukan zakat sangat


tergolong kecil. Meskipun demikian, negara Islam tidak berada pada posisi yang terbebani,
karena secara mendasar, sistem zakat telah secara langsung dan signifikan telah mengurangi
beban negara dari spesifikasi syariat yang ada dalam aturan aplikasinya, yaitu menanggulangi
kecenderungan negatif dan pengangguran, kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya. Di
lain sisi, zakat merupakan ujung tombak pertama dari negara yang berfungsi untuk menjamin
kebutuhan minimal rakyat.

2. Macam - Macam kategori zakat

a. Zakat Keuangan (emas dan perak)

Zakat emas, perak, atau logam mulia adalah zakat yang dikenakan atas emas, perak dan logam mulia
lainnya yang telah mencapai nisab dan haul. Dalil mengenai kewajiban zakat atas emas ini ada dalam
Al-Quran Surat At-Taubah Ayat 34.
Zakat emas dan perak dikenakan khusus pada kepemilikan emas dan perak yang telah mencapai nisab
atau batas tertentu. Besaran zakat emas dan perak adalah 2, 5% dari jumlah kepemilikan emas dan
perak tersebut. Tujuan dari zakat emas dan perak adalah untuk mengurangi penimbunan emas dan
perak yang tidak produktif dan mendistribusikannya kepada yang membutuhkan.

b. Zakat Perdagangan

Zakat perdagangan adalah zakat yang dikeluarkan dari harta niaga, sedangkan harta niaga adalah
harta atau aset yang diperjualbelikan dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan.

Zakat perdagangan atau zakat tirakat yaitu zakat yang berkaitan dengan komoditas perdagangan.
Zakat ini memiliki ketentuan yakni diambil dari modal, dan dihitung dari total penjualan barang
sebesar 2,5 persen. Anda bisa membayarkan uang dengan seharga nilai tersebut atau berupa barang
dagangan.

c. Zakat hasil pertanian

Zakat pertanian wajib dikeluarkan setiap kali menerima hasil panen sebagai ungkapan rasa syukur
bahwa tanaman yang dipanen berasal dari karunia Allah SWT. Nisab hasil pertanian telah diatur dalam
Peraturan Menteri Agama Nomor 52 Tahun 2014 yang mewajibkan zakat sebesar 5 wasaq atau setara
dengan hasil bersih 653 kg beras.

Hasil pertanian yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah makanan pokok yang meliputi beras, jagung,
gandum, dan lainnya. Persentase zakat untuk hasil pertanian yang menggunakan air hujan atau mata
air yakni sebesar 10%. Sedangkan pertanian yang menggunakan irigasi akan dikenakan 5% dari hasil
pertaniannya.

d. Zakat binatang ternak

Zakat penghasilan yang harus Anda bayarkan adalah hasil ternak. Hewan ternak yang terkena wajib
zakat adalah dengan hewan yang memberikan manfaat bagi manusia, digembalakan, mencari makan
sendiri melalui gembala, telah dimiliki satu tahun dan mencapai nishab. Masing-masing hewan ternak
berbeda-beda. Sebagai contoh sapi, jika jumlahnya mencapai 30 ekor, maka zakatnya berupa seekor
anak sapi satu tahun.

e. Zakat barang tambang dan mineral

Zakat hasil tambang dan mineral dikeluarkan untuk setiap barang hasil dari penambangan yang
dilakukan. Hasil tambang tidak disyaratkan haul, zakatnya wajib dibayar ketika barang itu telah digali.
Hal ini mengingat bahwa haul disyaratkan untuk menjamin perkembangan harta, sedang dalam hal ini
perkembangan tersebut telah terjadi sekaligus, seperti dalam zakat tanaman.

Termasuk dalam barang tambang semua hasil yang digali dari daratan atau pun dari dasar laut,
sementara yang dikeluarkan dari laut itu sendiri, seperti mutiara, ambar dan marjan, harus dizakati
seperti zakat komoditas dagang.

Anda mungkin juga menyukai