Anda di halaman 1dari 7

PANDANGAN ISLAM TENTANG PAJAK DAN ZAKAT

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

KELOMPOK 7

ANNISA NABILA CAKRAWALA (062230100072)

BAGINDA MUHAMMAD AKBAR (062230100074)

MUHAMMAD DIMAS FAJAR SAPUTRA (062230100084)

DOSEN PEMBIMBING : EKA LUTFIYAN,M.PD

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

JURUSAN TEKNIK SIPIL

TAHUN2022/2023
ABSTRAK: Secara gamblang,zakat dan pajak memiliki persamaan karena perintah mengeluarkan
harta ini dijalankan menurut aturan tertentu yang menaungi sebuah kelompok masyarakat.Zakat
dibayar berdasarkan syariat islam,sedangkan pajak dibayarkan menurut undang undang perpajakan
yang berlaku dalam sebuah negara.

Pendahuluan:

1. Zakat

A.Pengertian Zakat
Zakat secara bahasa adalah pertumbuhan dan pertambahan, permbersihan, harta yang dikeluarkan
menurut hukum syariat adalah zakat, karena yang kita keluarklan adalah kelebihan dari hak kita yang
menjadi hak orang lain.

Zakat menurut syariat adalah sebagian harta yang wajib kita keluarkan dari harta yang Allah
berikan kepada kita yang telah mencukupi nisab dan haulnya untuk orang yang berhak menerimanya.
(Al-fiqh al-islam wa’adillatuh, Dr. Wahbah al-Zuhaily).

Di Indonesia, pengelolaan zakat telah diatur dalam UU Nomor 38 Tahun 1999, dan kemudian
secara operasional diatur dalam KMA Nomor 373/1999, Keputusan Dirjen Bimas Islam Nomor D-
391/1999. Dengan kata lian, peraturan perundang-undangan tentang zakat sebenarnya sudah ada sejak
10 tahun yang lalu dan sekarang kita telah mempunyai sebuah lembaga (BAZNAZ) yang mengurus
permasalahan zakat ini.

B.Hukum Zakat
Di dalam Al-Quran juga dijelaskan bahwa zakat adalah hal yang wajib bagi umat muslim yang
mampu secara finansial. Menunaikan zakat dilakukan demi keselamatan dunia dan akhirat. Umat
Islam mempercayai bahwa memberi zakat dapat mendapatkan pahala sedangkan jika mengabaikan
untuk memberi zakat akan mendapat dosa.

C.Macam-Macam Zakat
1.Zakat Fitrah
Zakat fitrah memiliki arti yaitu mensucikan harta. Hal ini karena di setiap harta seseorang adalah
sebagiannya milik dari orang lain, terlebih lagi orang yang membutuhkan. Selain itu, harta yang ada
pada manusia bukanlah milik mereka semua, namun itu adalah titipan dari Allah SWT seperti yang
dijelaskan pada Buku Pintar Puasa Ramadhan, Zakat Fitrah, Idul Fitri, Idul Adha. Besar zakat yang
harus dikeluarkan untuk zakat fitrah adalah sebesar satu sha, atau 2.5 kg beras, kurma, sagu, gandum.
Besarnya zakat bisa disesuaikan dengan konsumsi per orang dalam sehari pada waktu yang berlaku,
karena hal ini bisa berubah akibat inflasi di negara tersebut.
2.Zakat Mal
Zakat mal adalah zakat harta. Sesuatu dapat disebut dengan harta apabila memenuhi syarat-syarat
tertentu seperti dapat dimiliki, disimpan atau dikuasai, dapat diambil manfaatnya sesuai dengan harta
tersebut. Contoh dari harta misalnya rumah, mobil, tanah, hewan ternak, emas dan perak.

D. Syarat Zakat
Seperti yang sudah dijelaskan berdasarkan pengertian zakat, maka untuk melakukan zakat harus
mengikuti beberapa syarat. Berikut adalah syarat wajib untuk menunaikan zakat:

 Islam
 Merdeka
 Mukallaf atau akil baligh atau sudah dewasa
 Tidak punya hutang
 Memiliki harta yang cukup
 Harta milik sendiri

E.Hikmah Zakat
 Dosa akan terampuni
 Mendapat Ridha Allah
 Akan mendapat petunjuk dari Allah
 Menyempurnakan iman seseorang

F.Tujuan Zakat
 Mengajarkan manusia untuk melakukan kewajibannya
 Meningkatkan tali persaudaraan
 Membantu seseorang yang sedang membutuhkan
 Menghilangkan sifat kikir yang ada pada diri

2.Pajak

A.Pengertian Pajak
Pajak merupakan iuran rakyat kepada negara berdasarkan undang-undang sehingga dapat
dipaksakan dengan tidak mendapat balas jasa secara langsung. Sebagai warga negara yang telah
ditetapkan secara sah oleh hukum sebagai wajib pajak, memiliki kewajiban yang bersifat memaksa
untuk membayar pajak, hal tersebut sudah diatur dalam undang-undang No.16 tahun 2009.

Pajak sendiri terdiri dari berbagai jenis yaitu berdasarkan lembaga pemungutan dibagi menjadi
pajak pusat (PPN, PPH, PPNBM, dan bea mterial) dan pajak daerah (pajak kendaraan bermotor, hotel,
rokok, dan sebagainya), berdasarkan cara pemungutan dibagi menjadi pajak langsung (PBB, PKB,
dan PPH) dan pajak tidak langsung (Pajak ekspor, bea masuk, dan PPN), dan berdasarkan sifatnya
dibagi menjadi pajak subjektif (memperhatikan kemampuan keuangan wajib pajak) dan pajak objektif
(PPN dari barang yang dikenakan pajak).
Dasar konstitusional kewajiban membayar pajak terdapat pada pasal 23 A UUD 1945. Dengan
membayar pajak, warga negara telah memenuhi kewajibannya pada pasal 30 ayat (1) UUD 1945 yaitu
kewajiban ikut serta dalam pertahanan dan keamanan negara.

Dari kewajiban membayar pajak dapat diuraikan nilai-nilai yang terkandung di dalam sila
Pancasila seperti pada sila pertama antara lain nilai keikhlasan, artinya seseorang rela untuk
membayar pajak demi kepentingan rakyat lain juga menikmati pembangunan dan tidak berharap
adanya balasan. Disamping itu ada nilai kedermawanan, yaitu bermurah hati terhadap sesama dengan
menyisihkan pendapatannya untuk membayar pajak, dan nilai-nilai lainnya.

Pada sila kedua dadri Pancasila antara lain terkadung nilai keadilan artinya warga negara yang
memperoleh hak juga memenuhi kewajibannya seperti membayar pajak sehingga seimbang
diantaranya baru dapat dikatakan adil sebagai warga negara.

Pada sila ketiga yaitu mengekspresikan rasa cinta tanah air karena dengan membayar pajak artinya
seseorang ingin negaranya bisa lebih maju melalui tahap pembangunan, sadar menjalani
kehidupannya sebagai warga negara wajib membayar pajak, dan rasa nasionalisme artinya ingin
mempertahankan negaranya seperti mewujudkan kejayaan bangsa dan kemakmuran rakyat.

Pada sila keempat meliputi prinsip demokrasi artinya pembayaran pajak merujuk pada partisipasi
masyarakat dalam bidang ekonomi dan pembangunan. Pada sila kelima antara lain seluruh masyarakat
berhak menikmati pembangunan dari pembayaran pajak.

Pemerintah memungut pajak berdasarkan 4 asas yakni, asas equity yaitu pembayaran pajak


didasarkan pada tingkat kemampuan ekonomi tiap warga negara artinya semakin besar penghasilan
semakin besar pajak yang harus dibayar, dan pemungutan pajak digunakan dengan benar untuk
kepentingan bersama. Asas certainity yaitu memberikan penekanan adanya kepastian hukum dan
meyakinkan bahwa masyarakat paham mengenai apa yang dikenakan pajak, yang menjadi objek
pajak, berapa jumlah pembayaran pajak, dan prosedur membayar pajak.Disamping itu
asas convenience yaitu pembayaran pajak dilakukan pada saat yang tepat bisa melalui penerimaan
gaji, bunga deposito, dan sebagainya, selain itu pembayarannya juga bisa melalui prosedur yang
sederhana yaitu online pajak. Asas ekonomi yaitu hasil dari pemungutan pajak pastikan lebih besar
dibanding ongkos pemungutannya.

B.Fungsi Pajak
Dilihat dari fungsinya, pajak berfungsi sebagai budgetair/anggaran artinya pajak merupakan sumber
pendanaan yang akan digunakan untuk belanja negara. Fungsi regulating / mengatur yaitu
mengalokasikan dana yang diperoleh untuk kebutuhan masyarakat dan menyeimbangkan
kesejahteraan masyarakat melalui undang-undang bahwa masyarakat yang berpenghasilan lebih bisa
menyisihkan pendapatannya untuk bayar pajak sesuai kemampuan. Fungsi stabilitas yaitu berperan
menstabilkan keadaan ekonomi negara seperti mengatasi inflasi maupun deflasi. Dan terakhir
redistribusi pendapatan yaitu berperan untuk membuat pendapatan masyarakat merata dengan
menggunakan pajak untuk memperluas lapangan kerja.
C.Hukum Membayar Pajak Dalam Islam
 Jumhur ulama Madzhab Hanbali, seperti Ibnu Taimiyah, membolehkan pengumpulan pajak yang
mereka sebut dengan al-kalf as-sulthaniyah. Jumhur ulama Madzhab Hanbali menilai pajak yang
diambil dari orang-orang yang mampu secara ekonomis merupakan jihad harta.

Sementara ulama-ulama kontemporer seperti Rashid Ridha, Mahmud Syaltut, Abu Zahrah dan Yusuf
Qardhawi berpendapat, pajak dihalalkan dalam Islam. Rashid Ridha dalam Tafsir Al-Manar V/39
menafsirkan Qur’an Surat An-Nisaa’ ayat ke-29 dengan penjelasan sebagai berikut, bahwa : “…
adanya kewajiban bagi orang kaya untuk memberikan sebagian hartanya (dalam bentuk zakat) untuk
kemaslahatan umum, dan mereka hendaknya dimotivasi untuk mereka mengeluarkan uang (di luar
zakat) untuk kebaikan”.

Yusuf al-Qardhawi dalam kitab Fiqhuz Zakah (II/1077) menjelaskan negara terkadang tidak mampu
memenuhi kebutuhan pembangunannya. Untuk itu, harud dikumpulkan pajak sebagai salahsatu
bentuk jihad harta.

Sementara Abu Zahrah menuturkan, bahwa pajak tidak ada pada era Nabi saw, namun itu
bukan karena pajak diharamkan dalam Islam, tapi karena pada masa itu solidaritas tolong menolong
antar umat Islam dan semangat berinfak di luar zakat sangatlah tinggi.
KESIMPULAN

Zakat secara bahasa adalah pertumbuhan dan pertambahan, permbersihan, harta yang
dikeluarkan menurut hukum syariat adalah zakat, karena yang kita keluarklan adalah kelebihan dari
hak kita yang menjadi hak orang lain. Dan zakar di bagi menjadi dua yaitu :zakat fitra dan zakat
mal.zakat berguna untuk membantu umat sesama muslim dan Mengajarkan manusia untuk melakukan
kewajibannya
, Meningkatkan tali persaudaraan, Membantu seseorang yang sedang membutuhkan, Menghilangkan
sifat kikir yang ada pada diri.
Pajak merupakan iuran rakyat kepada negara berdasarkan undang-undang sehingga dapat
dipaksakan dengan tidak mendapat balas jasa secara langsung. Sebagai warga negara yang telah
ditetapkan secara sah oleh hukum sebagai wajib pajak, memiliki kewajiban yang bersifat memaksa
untuk membayar pajak, hal tersebut sudah diatur dalam undang-undang No.16 tahun 2009.
DAFTAR PUSAKA

‌Ahmad. (2021, May 7). Pengertian Zakat: Hukum, Jenis, Syarat, Rukun dan Hikmah Berzakat. Retrieved December 25,

2022, from Gramedia Literasi website: https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-zakat/

Kewajiban Warga Negara Membayar Pajak. (2017). Retrieved December 25, 2022, from Character Building website:

https://binus.ac.id/character-building/2021/03/kewajiban-warga-negara-membayar-pajak/

Anda mungkin juga menyukai