Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Tinjauan Keuangan Publik Islam Terhadap Pajak


Kendaraan

DOSEN PENGAMPU : Dr. M. NASRI H, M.Ag


DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 12
ZUL FATHIR FAINUL
ATQIA ABDIAH AMIR
ANDI ICHMY AULIYAH BAHAR

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KOTA PAREPARE
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Assalamualaikumwr.wb

Alhamdulillah. Puji syuku rkehadirat Allah SWT senantiasa kita ucapkan. Atas karunia
Nya berupa nikmat iman dan kesehatan ini akhirnya penulis bisa menyelesaikan makalah
bertema Pancasila. Tidak lupa shawalat serta salam tercurahkan bagi Baginda Agung
Rasulullah SAW yang syafaatnyaa kan kita nantikan kelak.

Adapun penulisan makalah bertema Agama ini dibuat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Keuangan Publik Islam. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
mendukung serta membantu penyelesaian makalah. Harapannya,semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca sekaligus menumbuhkan rasa cinta tanah air.

Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada ketidaksesuaian kalimat
dan kesalahan. Meskipun demikian, Kami terbuka pada kritik dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan makalah.

Wassalamualaikum wr.wb

Parepare, 20 Januari, 2022

Kelompok 12

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................1
BAB I......................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...............................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG........................................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH..................................................................................................4
C. TUJUAN PEMBUATAN..................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN................................................................................................................5
A. Pengertian Pajak.............................................................................................................5
B. Macam-macam pajak.....................................................................................................6
C. Pengertian Pajak Kendaraan...........................................................................................7
D. Dasar Hukum Pemungutan PKB.....................................................................................7
BAB III....................................................................................................................................................9
PENUTUP........................................................................................................................9
A. KESIMPULAN................................................................................................................9
B. SARAN..........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................10

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Perkembangan Pajak terus mengalami perubahan dari masa ke masa yang mengikuti alur
perkembangan masyarakat dan negara baik di bidang kenegaraan maupun di bidang sosial dan
ekonomi. Pada awalnya pajak bukan merupakan suatu pungutan tetapi hanya pemberian suka rela
dari rakyat kepada rajanya untuk pemeliharaan kepentingan negara, seperti menjaga keamanan
negara dari serangan musuh dari luar, membuat jalam umum, membiayai pegawai kerajaan dan
sebagainya.

Pajak memiliki peran yang sangan penting dan semakin diandalkan untuk kepentingan
pembangunan dan pengeluaran pemerintah. Hal ini diandalkan pajak memiliki fungsi sebagai
sumber penghasilan negara dan juga kembali digunakan untuk pengeluaran negara seperti
membiayai pelayanan publik dan pembanguna berupa fasilitas fisik.

Pajak diperbolehkan dengan syarat hendaknya pajak tersbut digunakan untuk pemgembangan
dan pertahanan negara serta bertujuan untuk kesejahteraan rakyat dan pemungutannya harus adil,
merta dan tidak membertakan Wajib pajak

3
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Pajak
2. Macam-Macam Pajak
3. Pengertian Pajak Kendaraan
4. Dasar Pemungutan PKB

C. TUJUAN PEMBUATAN
1. Memahami Pengertian pajak
2. Mengetahui Macam-macam Pajak
3. Memahami Pajak Kendaraan
4. Agar Mampu Mengetahui Dasar Pemungutan PKB

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pajak
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan
dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan
bahwa pajak memiliki unsur- unsur:

a. Iuran dari rakyat kepada negara: Yang berhak memungut pajak hanyalah negara, iuran
tersebut berupa uang (bukan barang).
b. Berdasarkan undang-undang: Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-
undang serta aturan pelaksanaannya.
c. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat ditunjuk.
Dalam pembayaran tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh
kontraprestasi pemerintah.
d. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran- pengeluaran yang
bermannfaat bagi masyarakat luas.

Pajak menurut syariah, secara etimologi pajak berasal dari bahasa arab disebut dengan istilah
dharibah, yang artinya mewajibkan, menetapkan, menentukan, memukul, menerangkan atau
membebankan. Ada tiga ulama yang memberikan definsi tentang pajak, yaitu:

a. Yusuf Qardhawi berpendapat: pajak adalah kewajiban yang ditetapkan terhadap wajib pajak,
yang harus disetorkan kepada negara sesuai dengan ketentuan, tanpa mendapat prestasi
kembali dari negara, dan hasilnyauntuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum disatu
pihak dan untuk merealisasikan sebagian tujuan ekonomi, sosial, politik dan tujuan- tujuan
yang ingin dicapai oleh negara.
b. Gazi Inayah berpendapat: pajak adalah kewajiban untuk membayar tunai yang ditentukan
oleh pemerintah atau pejabat berwenang yang bersifat mengikat tanpa adanya imbalan
tertentu. Ketentuan pemerintah ini sesuai dengan ketentuan si pemilik harta dan
dialokasikan untuk mencukupi kebutuhan pangan secara umum dan untuk memenuhi
tuntutan politik keuangan bagi pemerintah.
c. Abdul Qadim Zallum berpendapat: pajak adalah harta yang diwajibkan Alloh SWT kepada
kaum muslin untuk membiayai berbagai kebutuhan dan pos-pos pengeluaran yang memang
diwajibkan atas mereka, pada kondisi baitul mal tidak ada uang/harta. 1

Seperti yang telah dikemukakan oleh Zallum tentang definisi pajak menurut syariah, yang
didalamnya terdapat lima unsur pokok yang merupakan unsur penting yang harus terdapat dalam
ketentuan pajak menurut syariah yaitu:

1 Darussalam Andi Asmiyani Yanti, Oktami Reski, Irsan, Mursalim, ‘PAJAK DALAM ISLAM’, July, 2016, 1–23.

5
a.
Diwajibkan oleh karena Allah Swt.
b.
Objeknya harta
c.
Subjeknya kaum muslimin yang kaya (ghaniyyun) saja, dan tidak termasuk non-muslim
d.
Tujuannya adalah untuk membiayai kebutuhan mereka (kaum muslimin) saja.
e.
Diberlakukan karena adanya kondisi darurat (khusus) yang harus ditaasi oleh ulil amri
(pemerintah).
Kelima unsur dasar tersebut sejalan dengan prinsip-prinsip penerimaan Negara menurut sistem
ekonomi Islam yaitu harus memenuhi empat unsur sebagai berikut:
a. Harus adanya nash (Al-Qur’an dan Hadis) yang memerintahkan setiap sumber pendapatan
dan pemungutannya.
b. Adanya pemisahan sumber penerimaan dari kaum Muslim dan NonMuslim.
c. Sistem pemungutan zakat dan pajak harus menjamin bahwa golongan kaya dan golongan
makmur mempunyai kelebihan saja yang memiliki beban utama.
d. Adanya tuntutan kemaslahatan umat.2

B. Macam-macam pajak
a. Menurut golongannya
1) Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak penghasilan
2) Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan
pada orang lain. Contoh: Pajak pertambahan nilai
b. Menurut sifatnya
1) Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subyeknya, dalam arti
memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh: Pajak penghasilan
2) Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan
diri Wajib Pajak. Contoh: Pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah.
c. Menurut lembaga pemungutan
1) Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga Negara. Contoh: Pajak penghasilan, Pajak pertambahan nilai dan
pajak penjualan atas barang mewah, pajak bumi dan bangunan.
2) Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga daerah. Pajak daerah terdiri atas:
3) Pajak propinsi, contoh: pajak kendaraan bermotor dan pajak bahan bakar kendaraan
bermotor;
4) Pajak kabupaten/kota, contoh: pajak hotel, pajak restoran, dan pajak hiburan.

C. Pengertian Pajak Kendaraan


Pajak kendaraan bermotor ialah pajak atas kepemilikan dan / atau penguasaan kendaraan
bermotor; kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda dua atau lebih beserta
gandengannya yang digunakan di jalan umum, dan digerakan oleh peralatan teknik berupa motor
atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi
tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan.

2 http://repository.uin-suska.ac.id/1968/

6
Perlu diketahui penghasilan pajak daerah berasal dari berbagai sumber, salah satunya adalah
Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Pajak Kendaraan Bermotor menurut UndangUndang Nomor 28
Tahun 2009 pasal 1, yaitu pajak yang menyangkut urusan transportasi dan dipungut oleh pemerintah
daerah atas kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor.

Menurut Ilhamsyah, kendaraan bermotor adalah transportasi darat yang memiliki roda baik dua
atau lebih beserta gandengannya yang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada
kendaraan tersebut.

Saat ini pengguna kendaraan bermotor di Indonesia tiap tahunnya terus mengalami
peningkatan. Dapat dilihat dari situasi saat ini yang mana banyak masyarakat dalam menjalankan
aktivitasnya lebih memilih menggunakan kendaran pribadi dari pada kendaraan umum. Tidak hanya
itu, sebagian dari mereka justru ada yang memiliki kendaraan pribadi lebih dari satu. Hal ini
disebabkan karena mudahnya masyarakat dalam memperoleh atau mendapatkan kendaraan
bermotor yang diinginkan dengan sistem kredit yang diberikan dealer kepada masyarakat. Dalam hal
ini penghasilan pajak daerah dapat meningkat dengan meningkatnya pertumbuhan kendaraan
bermotor melalui Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) yang dibayarkan oleh masyarakat.

D. Dasar Hukum Pemungutan PKB


Pemungutan PKB di Indonesia saat ini didasarkan pada dasar hukum yang jelas dan kuat
sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak yang terkait. Dasar hukum pemungutan PKB
pada suatu provinsi adalah sebagai berikut:

a. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan perubahan atas Undang-Undang


Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.
c. Peraturan daerah provinsi yang mengatur tentang PKB. Peraturan daerah ini dapat menyatu,
yaitu satu peraturan daerah untu PKB, tetapi dapat juga dibuat secara terpisah misalnya
Peraturan Daerah tentang PKB.
d. Kepatuhan gubernur yang mengatur tentang PKB sebagai aturan pelaksanaan peraturan
daerah tentang PKB pada provinsi dimaksud. Sebagaimana poin 3 di atas, kepatuhan
gubernur yang mengatur tentang PKB dapat dibuat menyatu, yaitu suatu keputusan
gubernur untuk PKB, tetapi dapat juga dibuat secara terpisah misalnya Kepatuhan Gubernur
tentang PKB.
1. Objek Pajak

Yang menjadi objek Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) adalah kepemilikan dan/atau penguasaan
kendaraan bermotor. Dikecualikan sebagai objek PKB adalah kepemilikan dan atau penguasaan
kendaraan bermotor oleh:

a. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.


b. Kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing, dan perwakilan lembaga-lembaga
internasional dengan asas timbal balik.
c. Pabrikan atau imporitir yang semata-mata disediakan untuk dipamerkan atau tidak untuk
dijual.

7
Pajak tersebut alangkah baiknya dibayarkan sesuai dengan hukumnya dikarenakan pajak
tersebut pun pada akhirnya akan dinikmati masyarakat dalam bentuk layanan-layanan yang
diberikan oleh Negara. Selama pajak tersebut masih berjalan sesuai dengan asas keadilan adalah hal
yang sah-sah saja bagi kita untuk membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tanpa
adanya pajak, maka pemerintahan pun tidak akan bisa berjalan dengan semestinya dan tentunya hal
itu juga akan berimbas kepada kita sebagai masyarakat. Jikalau ada perilaku korupsi dalam pajak, itu
merupakan sesuatu yang akan ditanggung oleh pribadi yang melakukannya dan tentunya ia akan
berhadapan dengan Yang Maha Kuasa di akhirat kelak.

Setiap pendapatan dalam Islam harus diperoleh sesuai dengan hukum syara’ dan juga harus
disalurkan sesuai dengan hukum-hukum syara’. Prinsip kebijakan penerimaan Negara yang pertama
adalah harus adanya nash (Al-Qur’an dan Hadits) yang memerintahkannya. Sebagaimana firman
Allah Swt dalam Qs. Al-baqarah ayat 188: ُ ‫و ُكل ْ ََول َتأ ُوا ُكل ْ ُح َّكاِم ِل َتأ ْ لَى ال ِ ِ َها إ ُوا ب َبا ِط ِل َو ُت ْدل ْ ِال ْ َموا َل ُ ْكم‬
‫ف‬ ً ‫ْنت َ َوأ ِم ْ ِ ْالِث ِل ال َّنا ِس ب ْ َموا َ ا ِم ْن أ‬
َ ‫ِريق‬ ُ َ‫ين ُ ْكم ب َ ا أ ُمون ْع َل ْم ت‬
َ ‫َْب‬

Artinya: “Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu
dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya
kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa,
padahal kamu mengetahui”.

Peningkatan pungutan pajak (tarif) perlu dimbnagi dengan peningkatan prasaran dan sarana
public yang dapat menunjang kegiatan perekonomian dengan sifat barang public yang non rivalry
ialah pengunaan satu konsumen terhadap suatu barang public tidak akan mengurangi kesempatan
konsumen lainuntukjugamenikmati barang public tersebut dan non-exclusion yaitu apabila barang
public itu tersedia tidak ada yang dapat menghalangi siapapun untuk memperoleh manfaat dari

barang tersebut.3

3 Program Studi and others, ‘BERMOTOR DI KANTOR SAMSAT PAREPARE’, 2020.

8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pajak adalah suatu kewjiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif warga negara dan anggota
masyarakat lainnya untuk membiayai berbagai keperluan negara berupa pembangunan nasional
yang pelaksanaannya diatur dalam Undang- Undang dan peraturan-peraturan untuk tujuan
kesejahteraan dan negara. Sedangkan dalam bahasa arab disebut dengan disebut dengan istilah
dharibah, yang artinya mewajibkan, menetapkan, menentukan, memukul, menerangkan atau
membebankan. Pajak dalam Islam dengan Pajak kapitalis jelas memiliki perbedaan dalam berbagai
bidang, sebagai contoh, pajak dalam islam (dharibah), bersifat temporer, tidak bersifat kontinu;
hanya boleh dipungut ketika di baitul mal tidak ada harta atau kurang. Ketika di baitulmal sudah
terisi kembali, maka kewajiban pajak bisa dihapuskan. Berbeda dengan zakat, yang tetap dipungut,
sekalipun tidak ada lagi pihak yang membutuhkan (mustahiq). Sedangkan pajak menurut non Islam
adalah abadi (selamanya). Mengenai Kedudukan Pajak dalam islam, sampai saat ini masih banyak
yang berbeda tanggapan di indonesia, tidak terkecuali dari kalangan ulama bahwa pajak dalam islam
itu haram hukumnya, dan ada

B. SARAN
Untuk mewujudkan dan memenuhi kebutuhan negara seharusnya memperhatikan kesejahteraan
masyarakat agar kebijakan yang ditetapkan pemerintah tidak semata-mata mengutungkan para elite
saja melainkan mengutamakan kesejahteraan masyarakat

9
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.uin-suska.ac.id/1968/

Asmiyani Yanti, Oktami Reski, Irsan, Mursalim, Darussalam Andi, ‘PAJAK DALAM ISLAM’, July, 2016,
1–23

Studi, Program, Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi, and D A N Bisnis, ‘BERMOTOR DI KANTOR
SAMSAT PAREPARE’, 2020

10

Anda mungkin juga menyukai