Disusun oleh:
KELOMPOK 6
1. Azwar Anis
2. Dzaki Safmuri Rahman
3. Dela Paramita
4. Moudita Amalika Putri
5. Shiva Ardiansyah
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang sejarah
pemungutan pajak meskipun terdapat kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih
pada Bapak Richard Eddy selaku dosen mata kuliah Pengantar Hukum Pajak yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kami mengenai hukum pajak. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar........................2
Daftar isi.....3
BA I.........4
BAB II..6
BAB III..11
Daftar pustaka....12
BAB I
PENDAHULUAN
3
karena fungsinya yang mencakup seluruh lapisan masyarakat. Agar masyarakat endapat
kepastian hukum, maka dibuatlah perundang-undangan di bidang perpajakan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Hukum Pajak
R. Santoso Brotodiharjo menyatakan bahwa hukum pajak termasuk hukum publik. Hukum
public merupakan bagian dari tata tertib hukum yang mengatur hubungan antara penguasa
dengan warganya. Hukum public memuat cara-cara untuk mengatur pemerintahan. Menurutnya,
yang termasuk hukum publik antara lain hukum tata Negara, hukum pidana, hukum
administrative sedangkan hukum pajak merupakan bagian dari hukum administratif. Meski
demikian tidak berarti bahwa hukum pajak berdiri sendiri terlepas dari hukum pajak lainnya
(seperti hukum perdata dan hukum pidana).
Hukum pajak berkaitan erat dengan hukum perdata. Kebanyakan hukum pajak mencari
dasar kemungkinan pemungutannnya atas kejadian-kejadian, keadaan-keadaan, dan perbuatanperbuatan hukum yang tercakup dalam lingkungan perdata, seperti pendapatan, kekayaan, dll.
Hukum pajak juga berkaitan dengan hukum pidana. Hukum pidana, seperti yang telah
tercantum dalam KUHP merupakan suatu keseluruhan sistematis yang juga berlaku untuk
peristiwa-peristiwa pidana yang diuraikan di luar KUHP.
2.2 PAJAK
Definisi Pajak
Dr. rochmat Soemitro, S.H:
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Yang telah disempurnakan:
6
Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas Negara untuk membiayai
pengeluaran rutin dan surplus-nya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber
utama untuk membiayai public investment
S.I Djajaningrat:
Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkann sebagian dari kekayaan ke kas Negara yang
disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi
bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan,
tetapi tidak ada jasa timbal balik dari Negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan
umum
Ciri-ciri pajak:
Ada lima unsur yang melekat dalam pengertian pajak tersebut, yaitu:
a. Pembayaran pajak harus berdasarkan undang-undang;
b. Sifatnya dapat dipaksakan;
c. Tidak ada kontra-prestasi (imbalan) yang langsung dapat dirasakan oleh pembayar pajak;
d. Pemungutan pajak dilakukan oleh negara baik oleh pemerintah pusat maupun daerah;
e. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah bagi kepentingan
masyrakat umum.
Sifat pemungutan pajak yang dapat dipaksakan dapat dijelaskan dimana uang yang
dikumpulkan dari pajak akan dikembalikan kepada rakyat dalam bentuk pembangunan serta
pelayanan yang diberikan oleh pemerintah. Supaya ada kepastian dalam proses
pengumpulannya dan berjalannya pembangunan secara berkesinambungan, maka sifat
pemaksaannya harus ada dan rakyat itu sendiri telah menyetujuinya dalam bentuk undangundang. Unsur pemaksaan disini berarti apabila Wajib Pajak tidak mau membayar pajak,
pemerintah dapat melakukan upaya paksa dengan mengeluarkan suatu surat paksa agar Wajib
Pajak mau melunasi utang pajaknya.
Fungsi Pajak
Dalam dunia perpajakan, sering disebutkan bahwa fungsi pajak ada dua yaitu fungsi budgeter
dan regulerend. Namun dalam perkembangannya fungsi pajak tersebut dapat dikembangkan dan
ditambah dua fungsi lagi yaitu fungsi demokrasi dan fungsi redistribusi.
Fungsi budgeter adalah fungsi yang letaknya di sektor publik, yaitu fungsi untuk mengumpulkan
uang pajak sebanyak-banyaknya sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku, yang pada
waktunya akan digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran Negara. Dalam APBNP
2011, target penerimaan perpajakan mencapai Rp878,7 triliun. Jumlah ini 75,4% (persen) dari
total penerimaan negara, yaitu sebesar Rp1.165,3 triliun
1. Fungsi regulerend adalah suatu fungsi bahwa pajak-pajak tersebut akan digunakan
sebagai suatu alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang letaknya di luar bidang
keuangan. Dalam hal ini, pajak berfungsi sebagai alat pengatur keadaan sosial dan
ekonomi. Salah satu contohnya yaitu adanya pengenaan pajak dengan tarif yang tinggi
untuk PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah).
2. Fungsi demokrasi dari pajak adalah suatu fungsi yang merupakan salah satu
penjelmaan atau wujud sistem gotong royong dalam kegiatan pemerintahan dan
pembangunan demi kemaslahatan manusia. Fungsi demokrasi pada masa sekarang ini
sering dikaitkan dengan hak seseorang dalam memperoleh pelayanan dari pemerintah.
Apabila seseorang telah melakukan kewajiban membayar pajak kepada Negara sesuai
ketentuan yang berlaku, maka ia mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan yang
baik dari pemerintah. Bila pemerintah tidak memberikan pelayanan yang baik,
pembayar pajak bisa melakukan protes (complaint) terhadap pemerintah.
3. Fungsi redistribusi yaitu fungsi yang lebih menekankan pada unsur pemerataan dan
keadilan dalam masyrakat. Hal ini dapat terlihat misalnya dengan adanya tarif progresif
pada undang-undang pajak yang mengenakan pajak lebih besar kepada masyarakat yang
mempunyai penghasilan besar dan pajak yang lebih kecil kepada masyarakat yang
mempunyai penghasilan lebih sedikit (kecil).
Sebagai contoh pemungutan sumbangan yang hasilnya ditujukan untuk pembuatan dan
pemeliharaan jalan yang khususnya bermanfaat bagi para pemakai jalan tersebut.
Walaupun kelihatan hampir sama, namun sumbangan ini tidak boleh disamakan denga
Retribusi. Pada retribusi dapatlah ditunjuk seseorang yang mengenyam kenikmatan kontraprestasi dari pemerintah, sedangkan pada sumbangan yang mendapat prestasi kembali ini
adalah suatu kelompok/golongan
Zakat/Sumbangan Keagamaan
Zakat merupakan Rukun Islam yang ketiga. Secara bahasa, zakat berarti tumbuh dan
bertambah. Secara istilah, berarti hak wajib pada harta tertentu yang wajib diberikan kepada
kalangan tertentu dan pada waktu tertentu. Zakat diwajibkan pada harta orang dewasa dan
anak-anak, laki-laki dan wanita, jika harta dimilikinya secara sempurna mencapai nisab,
melewati haul (sampai satu tahun kepemilikannya) dan pemiliknya adalah seorang muslim
yang merdeka.
Berdasarkan UU Pajak Penghasilan, zakat yang disalurkan melalui Amil Zakat (badan
yang sudah disahkan oleh Pemerintah untuk mengumpulkan zakat), maka dapat diperhitungkan
sebagai pengurang dari penghasilan wajib pajak.
Bea
Bea masuk dan bea keluar. Bea masuk adalah pungutan atas barang yang dimasukkan
ke dalam daerah pabean berdasarkan harga/nilai barang itu atau berdasarkan tariff yang sudah
ditentukan. Bea keluar adalah pungutan yang dilakukan atas barang yang dikeluarkan dari
daerah pabean berdasarkan tariff yang sudah ditentukan bagi masing-masing golongan barang
Cukai
Pungutan yang dikenakan atas barang-barang tertentu yang sudah ditetapkan untuk
masing-masing jenis barang tertentu. Contoh: Tembakau, gula, bensin, minuman keras, dan lainlain.
Hukum yang masuk ke dalam bagian hukum privat, misalnya hukum perdata, hukum
dagang, hukum perkawinan, dan sebagainya. Hukum yang masuk ke dalam hukum publik,
misalnya hukum tata negara, hukum administrasi (hukum tata usaha negara), hukum pidana,
dan hukum internasional. Berdasarkan pembagian hukum tersebut, ternyata hukum pajak tidak
berdiri sendiri, melainkan berada dalam kandungan hukum administrasi sebagai bagian dari
hukum publik.
Hukum pajak adalah bagian dari hukum administrasi, yang merupakan segenap
peraturan hukum yang mengatur segala cara kerja dan pelaksanaan serta wewenang dari
lembaga-lembaga negara serta aparaturnya dalam melaksanakan tugas administrasi. Jika hukum
publik mengatur hubungan antara pemerintah (selaku penguasa) dengan rakyatnya, hukum
pajak mengatur hubungan antara pemerintah selaku pemungut pajak dengan rakyatnya sebagai
Wajib Pajak.
Dalam kenyataannya, tidak dapat dipungkiri bahwa berdasarkan perkembangan dan
kebutuhan negara akan pajak, Undang-undang Pajak mengalami perubahan (tax reform).
Sebagai konsekuensinya, ternyata tidak disadari hukum pajak telah memisahkan diri dari
hukum administrasi. Secara tegas dikatakan, bahwa hukum pajak bukan lagi bagian hukum
administrasi, melainkan kedudukannya sama dalam kajian ilmu hukum. Dasar pemisahan
hukum pajak dari hukum administrasi dapat ditinjau dari faktor-faktor berikut:
a. Sumber hukum pajak berbeda dengan sumber hukum administrasi;
b. Objek kajian hukum pajak adalah pajak, sedangkan objek kajian hukum administrasi adalah
ketetapan yang bersegi satu yang ditetapkan oleh pejabat tata usaha negara (administrasi
negara);
c. Subjek hukum pajak adalah Wajib Pajak, sedangkan subjek hukum admiistrasi adalah pejabat
tata usaha negara yang menerbitkan ketetapan yang menimbulkan sengketa;
d. Penyelesaian sengketa pajak merupakan kompetensi absolut Pengadilan Pajak, sedangkan
penyelesaian sengketa administrasi merupakan kompetensi absolut Pengadilan Tata Usaha
Negara;
e. Hukum acara yang digunakan adalah hukum acara peradilan pajak, sedangkan hukum acara
yang digunakan untuk menyelesaikan sengketa tata usaha adalah hukum acara peradilan tata
usaha negara.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
10
Hukum pajak berkaitan erat dengan hukum public, perdata, maupun pidana. Yang mana
Hukum pajak sendiri mempunyai dua pembagian seperi hukum materiil dan hukum formil.
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
.
Fungsi pajak juga terbagi dua dan dalam dunia perpajakan, sering disebutkan yaitu fungsi
budgeter dan regulerend. Namun dalam perkembangannya fungsi pajak tersebut dapat
dikembangkan dan ditambah dua fungsi lagi yaitu fungsi demokrasi dan fungsi redistribusi.
Disamping pajak ada beberapa pungutan lain yang serupa dengan pajak tetapi
mempunyai perlakuan dan sifat yang berbeda dengan pajak, yang dilakukan oleh Negara
terhadap rakyatnya, seperti retribusi, sumbangan, bea materai, bea masuk dan keluar, cukai,
iuran, ataupun pungutan lain yang bersifat sumbangan wajib.
3.1 SARAN
Menyadari bahwa penyusun masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penyusun
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber sumber yang lebih banyak yang tentungnya dapat di pertanggung jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA
11
Resmi, Siti, Perpajakan Teori dan Kasus, Penerbit Salemba Empat, 2011.
http://financecontroller.blogspot.co.id/2010/06/Pajak-beserta-fungsinya/
https://wiralabut.wordpress.com/2014/04/15/Kedudukan-Pajak-dalam-tatanan-nasional /
12